Anda di halaman 1dari 4

TEORI PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Psikologi telah lama menelaah efek media massa pada perilaku komunikan. Sistem komunikasi massa
mempunyai karakteristik psikologis yang khas. Hal ini terlihat dalam pengendalian arus informasi.
Kemudian adanya umpan balik, stimulasi alat indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. Berikut
adalah beberapa teori komunikasi yang mencoba untuk melihat efek komunikasi terhadap
bertambahnya pengetahuan dan mempengaruhi sikap khalayak.

1. Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

Teori yang dicetuskan oleh George Gerbner ini mengasumsikan bahwa media massa, khususnya
televisi, merupakan media yang paling ampuh untuk menanamkan ideologi kepada khalayak. Teori
kultivasi adalah teori yang berusaha untuk melakukan analisa terhadap akibat yang ditimbulkan dari
penanaman ideologi ini.

Gerbner mencoba untuk mengembangkan konsep “mainstreaming” atau mengikuti arus. Hal ini
dimaksudkan sebagai kesamaan diantara pemirsa berat pada berbagai kelompok demografis, dan
perbedaan dari kesamaan itu pada pemirsa ringan (Rakhmat, 2001 : 250).

2. Teori Spiral Keheningan (The Spiral of Silence Theory)

Pertama kali digagas oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974). Spiral keheningan adalah istilah
digunakan merujuk pada kecenderungan manusia untuk tetap diam. kecenderungan ini terlihat ketika
mereka merasa bahwa pandangan mereka bertentangan dengan pandangan mayoritas.

Teori ini berpendapat bahwa mereka tetap diam karena terisolasi serta mendapat konsekuensi
negatif. Konsekuensi ini datang dari kelompok atau masyarakat karena menyuarakan pendapat yang
berbeda. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa saat manusia mengemukakan pendapat, mereka
berusaha mengikuti pendapat mayoritas atau konsensus.

Media merupakan sumber informasi utama yang dapat membuat terjadinya konsensus. Apabila
pendapat versi konsensus ini begitu massif tersebar dalam masyarakat melalui media massa, maka
suara perorangan yang memiliki pendapat yang berbeda akan semakin diam.

3. Agenda Setting Theory

Pendekatan agenda setting dikembangkan oleh Maxwell E. Comb dan Donald E. Shaw. Fokus agenda
setting adalah efek media massa terhadap pengetahuan. Menurut pendekatan ini, media massa
memiliki pengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang.

Kemudian disimpulkan bahwa media massa memilih informasi yang diinginkan serta dianggap penting
untuk mempengaruhi khalayak tentang informasi. Tujuannya adalah pembentukan persepsi oleh
khalayak berdasarkan informasi yang diterima tentang suatu peristiwa.
4. Teori Peluru atau model jarum hipodermik (Bullet Theory)

Penggagas teori ini adalah Melvin DeFleur. Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa yang
secara seragam diperhatikan oleh massa (DeFleur dalam Rakhmat, 2001 : 197). Teori ini
mengasumsikan bahwa massa tidak memiliki kekuatan dalam menghadapi stimuli yang dikirim oleh
media massa.

Teori ini dikenal dengan sebutan “teori peluru” atau model jamum hipodermis. Teori ini
menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum ke bawah kulit pasien.
Teori ini disebut juga dengan “the concept of powerful mass media” oleh Elisabeth Noelle-Neumann
(1973).

Teori ini menunjukkan kekuatan media massa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak.
Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah factor lingkungan yang mengubah perilaku
khalayak melalui proses pelaziman klasik, operan, atau imitasi. Khalayak diangap sebagai kepala
kosong yang siap menampung pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya.

5. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)

Pendekatan uses and gratification diungkapkan pertama kali oleh Elihu Katz. Pendekatan ini
berpandangan bahwa khalayak sebagai komunikan berpartisipasi aktif sebagai bagian dari sistem
komunikasi massa. partisipasi aktif dimaksudkan dalam menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya. Dengan demikian, efek media massa diartikan sebagai situasi ketika kebutuhan
tersebut terpenuhi.

Faktor-faktor personal juga mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa. Faktor tersebut
meliputi organisasi personal dari sisi psikologis individu diantaranya potensi biologis, nilai,
kepercayaan, sikap, serta bidang pengalaman. Dan lainnya adalah kelompok-kelompok sosial dimana
individu menjadi anggota juga hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan,
pengelolaan, dan penyampaian informasi.

Jika dilihat dari perspektif psikologi dalam komunikasi, terdapat beberapa macam teori psikologi
komunikasi yang berkembang dalam masyarakat, yaitu:

6. Teori Psikoanalisis

Menurut Teori Psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud ini, manusia dikendalikan oleh keinginan
yang terpendam di dalam dirimya. Perilaku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga subsistem
dalam kepribadian manusia itu sendiri, yaitu ID, Ego, dan Super ego.

Id: kepribadian manusia yang menyimpan dorongan biologis, pusat insting yang bergerak berdasarkan
prinsip kesenangan, bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu. Id adalah tabiat hewani
manusia.

Ego: merupakan mediator antar sarat hewani dengan tuntutan rasional dan realistic. Ego bergerak
berdasarkan prinsip rasionalitas dan menyesuaikan diri dengan realita, sehingga menyebabkan
manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya.
Super Ego: adalah hati nurani manusia, yang merupakan internalisai dari norma sosial dan kultural
yang berlaku di masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat alam bawah sadar, super
ego merupakan ‘polisi’ kepribadian manusia.

7. Teori Behaviorisme

Teori Behaviorisme merupakan teori yang mendasari munculnya teori jarum hipodermik. Teori ini
mengemukakan bahwa prilaku manusia sangat dipengaruhi (dikendalikan) oleh alam/ lingkungannya.
Behaviorisme hanya menganalisa prilaku yang tampak saja, yang dapat diukur dan diramalkan.
Menurut teori ini, pengalaman merupakan satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Teori ini
disebut juga sebagai teori belajar, karena menurut teori ini, seluruh prilaku manusia (kecuali insting)
merupakan hasi belajar. Dimana belajar didefinisikan sebagai perubahan prilaku akibat pengaruh
lingkungan.

Kemudian, pada dasarnya toeri ini lebih sering menganalisa perilaku yang tampak, dapat diukur, dan
diramalkan. Oleh karena itu teori ini dinamakan teori belajar. Hal ini dikarenakan seluruh perilaku
manusia merupakan hasil belajar. Dalam hal ini, belajar dinilai sebagai bahan perilaku organisasi yang
mempengaruhi lingkungan. kebanyakan dari penganut teori ini tidak memperdulikan apakah perilaku
individu tersebut baik atau tidak, rasional ataupun emosional. Karena pada dasarnya, behaviourisme
hanya ingin mengetahui bagaimana suatu perilaku dikendalikan oleh keberadaan lingkungan sekitar.
Selain itu, ciri dari teori ini adalah dimana unsur-unsur dan bagian kecil yang bersifat mekanistis, dan
memiliki peran dalam lingkungan, serta pembentukan reaksi atau respon menjadi ciri utama dari teori
ini.

8. Teori Kognitif

Teori Psikologi Kognitif yang dicetuskan oleh George Miller ini memiliki konsep bahwa manusia adalah
mahluk yang aktif dalam mengorganisasikan dan mengolah informasi yang diterima (homo sapiens).
Teori ini merupakan reaksi terhadap teori Behaviorisme yang mengganggap manusia hanya beresksi
pasif terhadap lingkungan. Teori Kognitif mengemukakan bahwa manusia selalu berusaha memehami
dan berpikir tentang lingkungannya. Jiwalah yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan indra
(menurut Decrates).

Teori ini juga termasuk dalam dua cabang ilmu besar yaitu psikologi dan komunikasi. Kemudian, teori
ini menekankan terhadap proses pembelajaran yang diterapkan pada anak. Oleh karena itu, menurut
teori ini, guru bukanlah sumber utama dalam proses pembelajaran bagi seorang anak dan tidak
diwajibkan anak patuh terhadap perintah guru. Hal ini dikarenakan evaluasi dalam proses
pembelajaran ini lebih menekankan proses yang telah dilalui dibandingkan dengan hasil.

9. Teori Humanistis

Teori humanistis menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Tidak seperti teori Behaviorisme, yang
menganggap manusia seperti mesin yang dibentuk lingkungan, atau seperti teori Psikoanalisis yang
menganggap manusia melalu dipengaruhi naluri primitive; teori Humanistic berpendapat bahwa
manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi, dimana sang ‘aku, diriku, atau diri
sendiri’ menjadi pusat.
Menurut teori ini, prilaku manusia berpusat pada konsep diri. Persepsi manusia tentang indentitas
dirinya, yang sifatnya fleksibel. Dalam teori ini manusia dipandang selalu berusaha untuk menjadi lebih
baik.

10. Teori Disonansi Kognitif

Teori ini merupakan salah satu teori Kognitif, yang cukup terkenal dan dipelajari oleh orang yang
mempelajari ilmu psikologi di seluruh dunia. Teori ini menjelasknan bahwa apa yang dilakukan
seseorang kadang kala tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan dan diketahuinya. Orang sering kali
melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Contohnya hal-hal yang berkaitan dengan nilai
dan moralitas tidak selalu dilakukan walapun kita mengetahui konsekuensinya.

Recources:

Rakhmat, Dr. Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi.

Sarwono, Prof. Dr. Sarlito Wirawan. 2006. Teori-teori Psikologi Sosial.

Anda mungkin juga menyukai