Anda di halaman 1dari 7

SINTESIS ASAM OKSALAT DARI GULA PASIR DAN SEKAM

PADI
Ika Restu Purwanti1), M. Dimas Septeyadi1), Yudia Pangesti Ningrum1) dan Zelda
Zein1)
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412

Abstrak
Gula pasir merupakan bahan alam yang diproduksi oleh Indonesia dengan melimpah. Selain itu, sekam
padi merupakan limbah industri pertanian yang juga melimpah di Indonesia. Kandungan Selulosa dalam
gula pasir dan sekam padi cukup tinggi. Gula pasir dan sekam padi telah digunakan dalam sintesis asam
oksalat.Proses utama sintesis asam oksalat ini dilakukan dengan melarutkan gula pasir dengan HNO 3 dan
melarutkan sekam padi dengan NaOH , kedua larutan tersebut diendapkan dengan CaCl 2 kemudian
diasamkan dengan asam sulfat dan dikristalisasi. Percobaan ini dilakukan di dalam beaker glass dan
diatas penangas ketika mereaksikan bahan dengan pelarut selama satu setengah jam. Dari percobaan ini
didapatkan hasil asam oksalat dari 10 gram gula pasir sebanyak 1,6 gram dan rendemennya sebesar 16%,
sedangkan pada sintesis asam oksalat dari sekam padi tidak didapatkan asam oksalat yang terbentuk.
Kata Kunci : Asam oksalat, asam sulfat, gula pasir, kalsium klorida, sekam padi

I. PENDAHULUAN
II.
III.
Indonesia pernah mengalami
masa gemilang sebagai negara utama
penghasil gula pasir yaitu sekitar tahun
1930-1932 ketika mampu memproduksi
gula pasir hampir 3 juta ton. Pada saat itu,
di Indonesia terdapat 179 buah pabrik gula
yang menguasai areal tanaman tebu hanya
196,65 ribu Ha. Dengan kemampuan ekspor
gula pasir antara 1,5-2,0 juta ton. Indonesia
saat itu tercatat sebagai negara pengekspor
gula terbesar kedua setelah Kuba. Gula
yang digunakan sebagai bahan pemanis
dalam kehidupan sehari-hari merupakan
sukrosa yaitu disakarida yang terbentuk dari
ikatan antara glukosa dan fruktosa. Rumus
kimia sukrosa adalah C12H22O11. Sifat
sukrosa antara lain :
IV. Sifat fisik : tak berwarna, larut dalam
air dan etanol, tidak larut dalam eter dan
kloroform, titik lebur 1800 C, bentuk kristal
monoklin, bersifat optis aktif, densitas
kristal 1588 kg/m3 (pada 150 C).
V. Sifat kimia : dalam suasana asam dan
suhu tinggi akan mengalami inverse
menjadi glukosa dan fruktosa.
VI.

VII.
Padi adalah salah satu produk
pertanian yang berlimbah di Kalimantan.
Salah satu daerah penghasil padi di
Kalimantan adalah kecamatan Anjir Muara,
kabupaten
Barito
Kuala,
provinsi
Kalimantan Tengah. Berdasarkan laporan
dari tahun 2007 hingga 2010 produksi padi
mencapai 3,9 ton/Ha. Pabrik penggilingan
padi yang dimiliki oleh satu kecamatan,
yang terdiri dari 15 desa, adalah sekitar 10
buah. Pabrik-pabrik penggilingan padi
tersebut mampu menghasilkan limbah
sekam, bekatul, dan dedak mencapai 2,5 ton
(Balai Penyuluhan Kecamatan Anjir Muara,
2012). Selama ini penduduk sekitar hanya
mengetahui bahwa limbah yang dihasilkan
hanya dapat digunakan sebagai abu gosok,
pakan ternak, pupuk kompos. Berdasarkan
komposisi kimia, sekam padi merupakan
biomassa dengan kandungan lignoselulosa
yang besar. Selulosa dan hemiselulosa yang
terkandung dalam sekam padi berpotensi
untuk dirubah menjadi senyawa kimia
dengan proses tertentu.
VIII.
IX.
Sekam
padi
mengandung
karbon dalam bentuk selulosa dalam jumlah
yang cukup besar. Selulosa adalah
penyusun utama kayu yang berwarna putih

dan tidak larut dalam air maupun dalam


pelarut organik. Selulosa merupakan
polisakarida yang tersusun dari molekulmolekul anhidroglukosa. Selulosa bila
direaksikan dengan alkali kuat akan
menghasilkan asam oksalat, asam asetat
dan asam formiat. Reaksi dengan alkali
kuat tersebut juga sering disebut hidrolisis
berkatalisator basa (Mastuti, 2005).
X.

XI.
Sintesis asam oksalat dari bahan
yang mengandung selulosa dengan metode
hidrolisis basa telah banyak dilakukan oleh
para peneliti (Yenti dkk., 2011; Narimo,
2009; dan Mastuti, 2005). Jenis basa yang
digunakan sebagai katalisator adalah basa
kuat. Menurut Mastuti (2005), basa kuat
yang biasa digunakan untuk pembuatan
asam oksalat adalah NaOH dan Ca(OH)2.
XII.
XIII.
Selulosa
XIV. Selulose
pada makanan
karbohidrat dapat dipisahkan menjadi dua
bagian substansi, serat dan nitrogen.
Selulose yang tidak terikat pada karbohidrat
sedangkan yang mudah terikat pada
karbohidrat yaitu gula, asam organik, dan
karbohidrat kompleks yang lain. (Philip J.
Schaible, Ph. D, 1976) Selulose adalah
senyawa berbentuk benang-benang fiber,
terdapat sebagai komponen terbesar dalam
dinding sel pepohonan, jerami, rumput,
enceng gondok, dan tanaman lainnya.
Selulose yang telah dimurnikan sangat luas
sekali pemakaiannya dalam industri yakni
sebagai bahan baku, harganya tidak mahal
selain itu juga teknik pemakaiannya saat ini
sudah berkembang. Pemakaian selulose
sebagai bahan baku antara lain digunakan
untuk industri kertas, derivat selulose dan
industri olahan dari selulose seperti rayon,
cellophan dan lainnya. Sebelum dilakukan
proses oksidasi, selulose dihidrolisis lebih
dahulu dalam suasana basa. Tujuannya
supaya pori-pori selulose mengembang dan
hancur, sehingga mudah bereaksi dengan
peroksida. Hidrolisis dapat terjadi pada
senyawa organik maupun anorganik,

dimana air mempengaruhi peruraian ganda


pada senyawa lainnya. Pada proses tersebut
air akan-menyerang selulose pada ikatan
glukosid 1,4 yang akan menghasilkan
glukosa.
Selulose
digunakan
untuk
membentuk dinding sel dan susunan
kerangka tanaman.
XV.
XVI. Selulose terdiri dari tiga
susunan, yaitu alpha (), beta () dan
gamma (). Alpha selulose merupakan
selulose rantai panjang yang tak larut dalam
alkali, selulose alpha juga memiliki derajat
paling tinggi dalam polimerisasi. Selulose
alpha dapat larut dalam larutan natrium
hidroksida 10% dengan suhu diatas 20o C.
Beta dan gamma memiliki derajat
polimerisasi yang rendah seperti pada
hemiselulose. Sedangkan selulose beta
merupakan rantai pendek yang larut dalam
alkali dan bila diberi asam akan menguap,
larut dalam larutan NaOH 10% (Hawley,
G.G., 1977). Molekul selulose sangat besar
dan berbeda dalam susunannya dengan
karbohidrat jenis lain. Molekul-molekul
tersebut berikatan dan membentuk rantai
panjang dari kesatuan D-glukose yang
dihubungkan oleh rantai glukosid 1,4
sehingga berat molekul selulose besar (Kirk
Othmer,1952). Rumus molekul selulose
dapat ditulis : C Selulose pada tanaman
merupakan serat-serat panjang yang
bersama-sama hemiselulose membentuk 5
dan 6 carbon gula dan lignin. Selulose
dapat terkomposisi jadi glukosa dengan
bantuan enzim selulose atau dengan cara
hidrolisis. (Schaible, 1976).
XVII.
XVIII. Molekul selulose sangat besar
dan berbeda dalam susunannya dengan
karbohidrat jenis lain. Molekul-molekul
tersebut berikatan dan membentuk rantai
panjang dari kesatuan D-glukose yang
dihubungkan oleh rantai glukosid 1,4
sehingga berat molekul selulose besar (Kirk
Othmer,1952). Rumus molekul selulose
dapat ditulis : C Selulose pada tanaman
merupakan serat-serat panjang yang
bersama-sama hemiselulose membentuk 5
dan 6 carbon gula dan lignin. Selulose
dapat terkomposisi jadi glukosa dengan
bantuan enzim selulose atau dengan cara
hidrolisis. (Schaible, 1976). C6H11O6 (C6H10O5) - C6H11O6 Jika molekul selulose
terjadi dari sebuah rantai terbuka dari n sisa

glukosa,
maka
susunan
bagiannya
dinyatakan dengan n (C5. 6H12O6) - (n - 1)
H20, artinya untuk harga n yang tinggi
susunan bagian iiji mendekati C6H1005
Selulose tidak dapat larut dalam air,
alkohol, aceton maupun pelarut yang
merupakan rumus empiric selulose.
Organik dan selulose akan pecan pada suhu
diatas ISOT. Setelah suhu reaksi mencapai
150C semua air akan teruapkan tanpa
terjadi
penmaian
selulose.
(Kirk
Othmer,1952).
XIX.
XX.
Asam Oksalat (COOH)2
XXI. Asam oksalat memiliki struktur
kristal anhidrous, berbentuk piramida
rombik, tidak berbau, higioskopis, dan
berwarna putih. Secara komersial, sebagai
produk lebih umum dijumpai pada bentuk
derivatnya terdiri dari p-isma monoklin,
tidak berbau Berta mengandung 71,42%
asam oksalat anhidrat dan 28,58% asam
oksalat dehidrit. Dipasaran asam oksalat
dikernas dari mulai bubuk sampai
butiranbutiran
kasar. Asam
oksalat
sebagaimana asam-asam organik yang lain
juga Mengalarni reaksi penggaraman
dengan basa dan esterifikiasi dengan
alkohol. Sifat fisik asam oksalat (COOH) 2
terbagi menjadi dua, yakni :
XXII.
1.
Asam oksalat anhidrit
(COOH)2
XXIII.
- Titik lebur, 187 C
XXIV.
- Panas pembakaran, 60
kcal/mol
XXV.
- Panas pembentukan pada 18
C, kcaUmol 195,36
XXVI.
- Panas pelarutan. (dalam air),
9,58 kj/mol
XXVII.
- Panas sublimasi, 21,65
kcal/mol
XXVIII. 2. Asam oksalat dehidrit
(COOH)2
XXIX.
- Titik lebur 101,5
XXX.
- Density 1,653
XXXI.
- Panas pelarutan (dalam air),
kj/mol 35,5
XXXII. - Berat jenis, 187C
XXXIII.
XXXIV.
Ada beberapa cara
untuk membuat asam oksalat dari selulose,
yaitu peleburan dengan hidroksida logam
alkali, peragian dan oksidasi dengan
peroksid. Cara peragian tidak banyak
dilakukan karena hasil asam oksalatnya

rendah. Diantaranya yang paling banyak


dilakukan adalah proses hidrolisis dan
oksidasi. Sebelum dilakukan proses
oksidasi, selulose dihidrolisis lebih dahulu
dalam suasana basa. Asam oksalat yang
dihasilkan dalam proses oksidasi ini
merupakan larutan tidak berwarna, dan
apabila diproses lebih lanjut dengan cara
pengeringan akan menghasilkan kristal
yang tidak berwarna. Jika suhu reaksi
terlalu tinggi yaitu 180C mengakibatkan
asam oksalat akan terurai menjadi air, gas
CO dan gas CO2. Asam oksalat banyak
digunakan dalam industri sebagai bahan
pembuat selulosa, rayon, bahan peledak,
penyamakan kulit, pemurnian gliserol dan
pembuatan zest warns selain itu asam
oksalat juga des at digunakan sebagai
pembersih peralatan dari besi, katalis,
reagen laboratorium. (Kirk Othmer, 1952).
Untuk proses oksidasi dengan peroksid ini
peubah-peubah yang berpengaruh adalah
suhu reaksi, waktu reaksi, konsentrasi
pereaksi dan kecepatan pengadukan.
Semakin tinggi suhu dan waktu reaksi
untuk proses oksidasi maka semakin besar
konversi selulosa menjadi asam oksalat.
Dari penelitian sebelumnya didapatkan
konversi selulosa terbesar menjadi asam
oksalat pada waktu oksidasi yang optimum
yakni 50 menit, begitu juga jumlah peroksid
yang ditambahkan dapat mempengaruhi
proses oksidasi. Jika peroksida yang
ditambahkan semakin besar maka makin
besar pula konversi selulosa menjadi asam
oksalat (Penelitian Ardias Rizaldi dan
Vonny Agustina).
XXXV.
XXXVI.

XXXVII. METODE PERCOBAAN


a.

Waktu dan Tempat Percobaan


XXXVIII.
Percobaan ini dilakukan
di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) lantai
3, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10
Maret-31 Maret 2015
XXXIX.
b. Alat dan Bahan
XL.
Alat-Alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah gelas beaker,
erlenmeyer, batang pengaduk, penangas air,
pendingin air, stirer, corong pisah, cawan
petri dan melting point.
XLI.

XLII. Bahan-Bahan yang digunakan


dalam penelitian ini adalah gula pasir,
HNO3 pekat, sekam padi, NaOH, KMnO 4,
Asam Sulfat dan Kalsium Klorida.
XLIII.
c. Prosedur kerja
XLIV.
Sintesis Asam Oksalat dari
gula pasir
XLV. Dimasukkan 10gram gula pasir
kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 50
ml HNO3. Lalu dipanaskan diatas penangas
air secara perlahan-lahan sampai mendidih.
Bila sudah timbul uap coklat NO 2, labu
datar diangkat kemudian di pindahkan
untuk melanjtkan reaksi tanpa pemanasan,
kemudian dibiarkan selama 15 menit. Hasil
reaksi yang didapat di tuangkan kedalam
gelas piala berukuran 100ml, erlenmeyer
dicuci dengan 10ml aquadest dingin dan air
hasil cucian dimasukkan kedalam gelas
piala kembali, kemudian ditambahkan 10ml
HNO3 pekat. Diuapkan diatas penangas air
sampai volume caira tinggal 10 ml.
Didinginkan larutan ini dalam air es sambil
diaduk,kristal asam oksalat terbentuk.
Disaring kristal asam oksalat yang
terbentuk, kemudian rekristalisasi asam
oksalat
yang
didapatkan
dengan
melarutkannya dalam air panas,lalu
didinginkan. Kemudian disaring dan
dikeringkan dan diperiksa titik lelehnya,
titik leleh asam oksalat murni adalah
101C.
XLVI.
XLVII.
Sintesis Asam Oksalat Dari
Sekam Padi
XLVIII.
Larutan NaOH dengan
3.5 N direaksikan dengan sekam padi dalam
labu pada suhu didih larutan dalam waktu
tertentu disertai pengadukan. Larutan hasil
reaksi didinginkan lalu disaring. Oksalat
yang terjadi diendapkan sebagai kalsium
okasalat kemudian dipisahkan menjadi
asam oksalat menggunakan larutan asam
sulfat. Endapan kalsium sulfat dipisahkan,
filtratnya diuapkan sehingga terbentuk
kristal asam oksalat.
XLIX.
L. Penentuan Titik Lebur Asam Oksalat
LI.
Kristal asam oksalat yang
terjadi dimasukkan ke dalam pipa kapiler.
Dimasukkan pipa kapiler tersebut ke dalam
alat melting point. Diatur suhu pada alat
melting point, suhu dinaikkan 55C tiap 1
menit.

LII.

LIII. HASIL DAN PEMBAHASAN


LIV.
Hasil
pengamatan
Asam
Oksalat Dari Gula Pasir
LV.
Data pengamatan dapat dilihat
pada Tabel 1. Berikut :
LVI. Massa sukrosa
LVII. 1
0
gr
a
m
LVIII. Massa
kertas
LIX. 0,
saring kosong
9
0
9
gr
a
m
LX.
Massa
kertas
LXI. 2,
saring + kristal As.
5
Oksalat
0
9
gr
a
m
LXII. Massa
Asam
LXIII. 1,
Oksalat
6
gr
a
m
LXIV. Titik leleh
LXV. 1
0
8
C
LXVI. Tabel 1. Data pengamatan
LXVII.
LXVIII.
Dari hasil praktikum ini
mengenai sintesis asam oksalat, praktikan
dapat mensintesis asam oksalat dari bahan
baku gula pasir dan dapat menentukan titik
leleh asam oksalat tersebut. Berdasarkan
hasil percobaan diatas, gula pasir (sukrosa)
yang diperlukan sebesar 10 gram dan
ditambahkan 10 ml HNO3 pekat, larutan
menghasilkan warna kecokelatan, seperti
pada persamaan reaksi :
LXIX. C12H22O11 + 36 HNO3 6
C2H2O4 + 36 NO2 + 23 H2O
LXX.
LXXI. Sukrosa dihidrolisis sehingga
terpecah menjadi monosakarida yang terdiri

dari fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan


glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut
kemudian dioksida dengan menggunakan
asam nitrat (HNO3) pekat disertai dengan
kalor
atau
pemanasan
sehingga
menghasilkan produk akhir yaitu berupa
asam oksalat.
LXXII.
LXXIII.
Ketika dipanaskan pada
temperatur 300C selama kurang lebih 15
menit timbul uap gas NO2 yang bersifat
karsinogenik apabila terhirup, oleh sebab
itu percobaan dilakukan di dalam lemari
asam. Setelah keluar asap kemudian reaksi
dilakukan pada keadaan dingin untuk
menghindari kerusakan struktur dan tidak
diperoleh asam etanadiot.
LXXIV.
LXXV. Proses pemanasan berfungsi
untuk menjenuhkan larutan yang terbentuk.
Untuk mendapatkan kristal asam oksalat
yang benar-benar murni, perlu dilakukan
pemanasan berulang kali sehingga gas NO2
yang dikeluarkan sudah tidak berwarna
coklat lagi yang dilakukan dengan
penambahan 2 ml aquades dan 2ml HNO3
pekat. Proses pendinginan dilakukan setelah
penambahan 4ml aquades dan diuapkan
hingga 2ml hingga didapatkan larutan yang
berwarna keruh.
LXXVI.
LXXVII.
Kristal asam oksalat
akan mudah larut dalam suasana panas
dalam larutan, oleh karena itu pembentukan
kristal dilakukan pada keadaan dingin.
Proses pendinginan yang disertai dengan
pengadukan ini bertujuan agar terbentuk
kristal asam oksalat yang berwarna putih.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan, gas N 2
yang dihasilkan ketika pemanasan dan
penambahan aquades sudah habis bereaksi
sehingga diperoleh kristal yang berwarna
putih. Asam oksalat yang dihasilkan pada
percobaan ini yaitu 1,6 gram, dan titik
lelehnya sebesar 108C.
LXXVIII.
LXXIX.
Titik
leleh
yang
diperoleh tidak berbeda jauh dengan hasil
teoritis yaitu sebesar 101,5C. Kristal asam
oksalat yang diperoleh berdasarkan teoritis
maupun secara praktikum berbeda jauh.
Massa kristal asam oksalat yang diperoleh
secara teoritis atau literatur yaitu sebesar
16, 1184 gram, sedangkan massa kristal
asam oksalat yang diperoleh secara

praktikum yaitu sebesar 1,6 gram. Dari


massa kristal asam oksalat tersebut
diperoleh rendemen (% hasil) yaitu sebesar
16%. Perbedaan hasil praktikum dengan
teoritis kemungkinan terjadi oleh beberapa
faktor. Diantaranya karena pada asam
oksalat dibuat tidak benar-benar murni,
dapat terkontaminasi dengan senyawa atau
zat lain, saat proses penyaringan kristal
asam oksalat terdapat endapan yang tidak
tersaring secara baik atau tercampurnya
endapan tersebut dengan filtrat sehingga
mempengaruhi massa dari asam oksalat
yang diperoleh, kurangnya es pada proses
pendinginan sehingga kristal asam oksalat
yang
terbentuk
kurang
banyak,
ketidakakuratan alat yang digunakan akan
mempengaruhi proses penimbangan dan
massa yang diperoleh.
LXXX.
LXXXI. Hasil Pengamatan Pembuatan
Asam Oksalat Dari Sekam Padi
LXXXII.
Pada pembuatan asam
oksalat dari sekam padi tidak didapatkan
hasil kristal asam oksalat.
LXXXIII.
LXXXIV.
Sekam
padi
mengandung karbon dalam bentuk selulosa
dalam jumlah yang cukup besar. Selulosa
adalah penyusun utama kayu yang
berwarna putih dan tidak larut dalam air
maupun dalam pelarut organik. Selulosa
merupakan polisakarida yang tersusun dari
molekul-molekul anhidroglukosa. Selulosa
bila direaksikan dengan alkali kuat akan
menghasilkan asam oksalat, asam asetat dan
asam formiat. Reaksi dengan alkali kuat
tersebut juga sering disebut hidrolisis
berkatalisator basa (Mastuti, 2005).
LXXXV.
LXXXVI.
Penambahan H2SO4 4N
bertujuan untuk menguraikan asam oksalat
dengan kalsium sehingga terbentuk kalsium
sulfat, selanjutnya filtrat hasil saringan
dipanaskan agar asam oksalat menjadi lebih
pekat dalam larutan tersebut. Setelah
didinginkan selama 24 jam tidak terjadi
perubahan Selulosa yang terkandung dalam
sekam padi akan mengalami pemecahan
molekul sehingga terbentuk natrium oksalat
kemudian dengan
penambahan CaCl2
terbentuk endapan putih yang merupakan
kalsium oksalat apapun, seharusnya setelah
didinginkan terbentuk kristal jarum

berwarna putih yang merupakan endapan


asam oksalat.
LXXXVII.
LXXXVIII.
Asam oksalat dapat
diperoleh dengan cara peleburan bahan
yang mengandung selulosa dengan larutan
NaOH, reaksi yang terjadi sebagai berikut:
LXXXIX. (C6H10O5)2 + 8 NaOH + 6 O 2
2(COONa)2 + 2 CH3COONa + 2 HCOONa
+ 10 H2O + 2 CO2
XC.
XCI. Tidak terbentuknya kristal asam
oksalat dapat terjadi karena beberapa faktor
yang berpengaruh dalam pembuatan asam
oksalat diantaranya yaitu suhu, suhu
berpengaruh pada konstanta kecepatan
reaksi. Jika suhu tinggi maka reaksi dapat
berlangsung semakin cepat namun suhu
yang terlalu tinggi dapat mengurai asam
oksalat. Asam oksalat akan terurai pada
suhu 1851900C, tapi praktikan tidak
memperhatikan suhu pada saat pemanasan
sehingga berkemungkinan asam oksalat
yang terbentuk terurai kembali.
XCII.
XCIII. Selain
itu
faktor
yang
menyebabkan tidak terbentuknya kristal
Asam Oksalat yaitu kurangnya es batu pada
proses pendinginan, sehingga tidak
terbentuk kristal Asam Oksalat. Kristal
asam oksalat hanya terbentuk pada suasana
dingin, sehingga proses pembuatan asam
oksalat ini diatur sedemikian rupa agar
kristal asam oksalat tersebut dapat
terbentuk.
XCIV.

XCV. KESIMPULAN
XCVI. Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa asam
oksalat dari gula pasir lebih baik dari pada
sekam padi, hal ini dapat dilihat dari hasil
yang didapatkan yaitu 1,6 gram dan
rendemen yang di dapatkan yaitu sebesar
16%.
XCVII.

XCVIII. DAFTAR PUSTAKA


XCIX.
Ang, T.N., Yoon, L.W. danLee,
K. M., (2011), Rice husk dissolution by
ILs, Bio Resourses, 6, pp. 4790-4800.
C. Balai Penyuluhan Kecamatan Anjir
Muara, (2012), Laporan Tahunan
CI.
Hawley, G.G., 1977, The
Condensad Chemical Dictionary, 9 ed.,
p. 452, p. 642, p.663, Van Nostrand
Reinhold Co., Ltd., New York.
CII.
Kirk, R.E., Othmer, D.F., 1952,
Encyclopedia Of Chemical Tecnology,
Vol.4, p.593-616, The International
Science Encyclopedia Inc. New York.

CIII.
Mastuti, E., (2005), Pembuatan
Asam Oksalat dari Sekam Padi,
Ekuilibrium, 4(1), pp. 13-17.
CIV.
Schaible, P.J., 1976, Poultry
Feed and Nutrion, 2 ed., p.330 335,
The Evil Publishing Co. Inc. Wetport
CV.
Yenti, S.R., Herman, S., dan
Zultiniar, (2011), Kinetika Proses
Pembuatan Asam Oksalat dari Ampas
Tebu,
Prosiding
SNTK
TOPI,
Pekanbaru, pp. 29-32.
CVI.
CVII.
CVIII.

Anda mungkin juga menyukai