Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

SELULOSA SERABUT KELAPA

Oleh :

Nama : Clarisa Diah Lestari Siregar

NIM : 122310003

Kelompok :1

Asisten Praktikum : Salma Hanan Arwinda (121310030)

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOSISTEM

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang beragam
ragam. Sumber daya alam di Indonesia memliki kandungan yang sangat
bermanfaat di berbagai bidang. Contohnya pada kelapa, pohon kelapa
memiliki banyak manfaat mulai dari batangnya yang bisa digunakan sebagai
jembatan. Daunnya digunakan sebagai atap ataupun sapu lidi lalu pada buah
nya juga memliki banyak manfaat, selain bisa dikonsumsi, tempurung kelapa
dapat digunakan sebagai kerajinan dan yang paling terpenting adalah sabut
kelapa.

Sabut kelapa memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi. Serabut kelapa
memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa dan juga lignin. Selulosa
merupakan polimer alami yang dapat digunakan sebagai filler pembuatan
bioplastik. Selulosa merupakan bioplimer yang memiliki kadar serat yang
tinggi maka dari itu selulosa digunakan dalam bahan baku bioplastik.

Bioplastik memerlukan bahan baku seperti selulosa. Selulosa dapat di


dapatkan dari serabut kelapa. Pembuatan selulosa dapat dilakukan dengan
melakukan percobaan sederhana. Metode pembuatan selulosa dengan bahan
serabut kelapa melewati proses: pembersihan serabut kelapa, pemotongan,
proses alkalisasi, pengeringan dan proses pengayakan. Untuk memahami
lebih lanjut metode pembuatan selulosa dengan bahan serabut kelapa maka
dari itu dilakukan nya praktikum kali ini.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukan nya praktikum selulosa adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui metologi pembuatan selulosa serat kelapa

2. Mahasiswa mampu membuat selulosa dari serat kelapa


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa

Kelapa merupakan tanaman yang rata rata tersebar di daerah tropis ataupun di
daerah persisir pantai. Pohon kelapa jenis tumbuuhan yang menjulang keatas
dan tidak memiliki cabang pada batang pohonnya. Tinggi pohon rata rata
pohon kelapa mencapai 10 sampai 14 meter lebih, daun pada pohon kelapa
berpelepah dan biasanya menccapai 3 sampai 4 meter dan juga pada daun
kelapa terdapat lidi yang dimana lidi tersebut sebagai penopang daun kelapa.
Dalam klafisikasi tumbuhan, kelapa termasuk ke dalam kategori : Kingdom :
Plantae ( tumbuh – tumbuhan ); Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji);
Sub-divisio: Angiospermae(berbiji tertutup); Ordo : Palmales ;
Familia :Palmae; Genus : Cocos; Spesies : Cocos nucifera L [1]. Bagian pada
kelapa dapat dimanfaatkan sebagai berbagai jenis karya kerajinan yang dapat
digunakan pada kegiatan sehari hari, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku industri seperti contoh bagian dari kelapa adalah serabut kelapa.

Gambar 2.1. Kelapa


Sumber : Facebook.com
2.2 Sabut Kelapa
Sabut kelapa memiliki kadungan 25 persen gabus dan 75 persen serat. Debu
sabut kelapa dikembangkan sebagai media tanaman dan sisanya sebagai
limbah pada volume total sampah dosmetik. Hal ini menunjukkan bahwa
proses pengembangan debu sabut kelapa yang belum dimanfaakan
mendorong peneliti mengembangkan potensi debu sabut kelapa agar memiliki
nilai ekonomi. Komponen komponen yang terdapat dalam serabut kelapa
adalah lignin sebesar 41 persen; selulosa sebesar 27 persen dan hemislulosa
sebesar 18 persen dan abu sebesar 3 persen dan juga esktrak sebesar 12
persen. Pemanfaatan sabut kelapa yang tidak kalah nenarik adalah ketika
sabut kelapa diolah menjadi butiran butiran sabut kelapa. Karena sabut kelapa
dapat menahan kandungan air dan juga unsur kimia pupuk serta menetralkan
keasaman tanah [2]. Serabut kelapa juga dapat diigunakan sebagai bahan
baku industry karena memiliki tingkat selulosa yang tinggi seperti pembuatan
bioplastik, selulosa dibutuhkan sebagai bahan filler pembuatan bioplastik.

Gambar 2.2 Potongan sabut kelapa


Sumber : Laboratorium Biosistem

2.3 Selulosa dan hemiselulosa


Selulosa merupakan biopolimer alami yang sangat banyak ditemukan di alam.
Selulosa merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari rarusan hingga
puluhan ribu ikatan glikosida β-(1,4) unit D-glukosa, yang menyebabkan
molekul pada selulosa saling bersisian atau pun membentuk molekul yang
kokoh. Selulosa tidak larut didalam air dan dengan pelarut yang umum karena
ikatan pada selulosa memiliki ikatan hydrogen yang kuat, baik antarmolekul
dan intramolekul. Oleh sebab itu,untuk membuat selulosa dapat larut didalam
air dilakukan nya modifikasi struktur selulosa dalam aplikasi di berbagai
bidang. Proses modifikasi selulosa dapat dilakukan dengan cara esterifikasi
dan esterifikasi terhadap gugus hidroksil dari selulosa. Esterifikasi selulosa
dilakukan menggunakan bahan asam asetat, asam nitrat, asam sulfat dan asam
fosfat. Selulosa trinitrate dapat digunakan sebagai smokeless gunpowder.
Selulosa asetat dapat dimanfaatkan sebagai bahan pelapis dan juga beberapa
jenis film. Selain itu juga, seulosa asetat dapat digunakan didalam berbagai
aplikasi kedokteran, famakologi, perlakuan limnnbah, kromatografi dan
tekstil tiruan [3]. Hemilulosa dan lignin mengikat selulosa yang disebut juga
dengan lignoselulosa. Hemiselulosa adalah kelompok polisakarida yang
sangat berbeda yang memiliki berat molekul rendah. Hemiselulosa biasanya
merupakan antara 15 dan 30% dari berat kering bahan lignoselulosa.
Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis dengan asam menjadi monomer yang
mengandung glukosa, monnosa, galaktosa, xilosa, dan caribinosa.
Hemiselulosa juga berikatan dengan lembaran serat selulosa membentuk
mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga
berikatan dengan lignin untuk membentuk jaringan kompleks dan
memberikan struktur yang kuat.

Gambar 2.3. Struktur selulosa


Sumber : Core.com
2.4 Lignin

Lignin merupakan molekul yang kompleks ketiga yang dimana terdapat


dalam biomassa dan memiiki fungsi sebagai pengikat antar serat. Lignin
dapat diihilangkan dari bahan dinding sel yang tak larut dengan dari bahan
dinding sel yang tal larut dengan klor oksida.,stuktur molekul lignin sangat
berbeda dengan polisakarida, karena terdiri dari system aromatik yang
tersusun dari unir fenil propana. Sifat sifat lignin yaitu tidak larut dalam air
dan asam mineral nya kuat, lartu dalam pelarut organic dan latutal alkali
encer [4]. Berdasarkan unsur strukturalnya, lignin dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok: lignin guaiasil dan lignin guaiasil-siringil. Lignin
guaiasil ditemukan pada kayu daun jarum (23–32%), dengan prazat koniferil
alkohol. Lignin guaiasil-siringil ditemukan pada kayu daun lebar (20–28
persen, pada kayu tropis lebih dari 30%), dengan prazat koniferil alkohol dan
sinapil alkohol dengan nisbah 4:1–1:22. Unit trans-coniferal adalah penyusun
utama lignin [5].

2.5 NaOH

NaOH adalah sebuah padatan yang tidak memiliki warna. Senyawa NaOH
merupakan senyawa basa kuat. Senyawa NaOH memililiki sifat yang dapat
dimanfaatkan di bidang industry yang dimana memanfaatkan sifat korosif dan
sifat reaktivitasnya terhadap asam. NaOH lebih banyak disukai dalam bidang
industry karena harganya yang lebih murah disbanding dengan senyawa
lainnya. NaOH memiliki berbagai macam konsentrasi; dimulai dari 5%, 10%,
15% dan 20% [6]. NaOH dapat digunakan sebagai bahan proses alkalisasi.

Gambar 2.4. Larutan NaOH


Sumber : Laboratorium Biosistem

2.6 Proses Alkalisasi


Proses alkalisasi adalah metode yang dilakukan untuk menghasilkan serat
berkualitas tinggi. Alkalisasi serat alami dilakukan dengan cara perendaman
serat ke dalam basa alkali. Adapun reaksi yang mengambarkan proses
alkalisasi.

Fiber – OH + NaOH → Fiber – O - Na+ + H2O


membentuk Proses alkalisasi menghilangkan komponen penyusun serat yang
kurang efektif dalam menentukan kekuatan antar muka, seperti hemiselulosa,
lignin, atau pektin. Dengan mengurangi hemiselulosa, lignin, atau pektin,
kekasaran serat oleh matriks akan meningkat, sehingga kekuatan antarmuka
akan meningkat. Selain itu, dengan mengurangi hemiselulosa, lignin, atau
pektin, kekasaran permukaan akan meningkat, yang menghasilkan mekanik
interlocking yang lebih baik. Untuk menguji seberapa kuat serat ataupun
sebuah bahan dilakukannya uji tarik, uji tarik digunakan untuk mengukur
tegangan, regangan, dan modulus elastisitas bahan. Spesimen ditarik sampai
putus untuk melakukan uji ini.

Gambar 2.5 Proses Alkalisasi


Sumber : Laboratorium Biosistem
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan bahan

3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum selulosa ini adalah sebagai
berikut :
1. Gunting/ pisau
2. Wadah
3. Gelas beaker
4. Hot plate
5. Pengaduk
6. Strirer bar

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang di gunakan pada praktikum selulosa ini adalah sebagai
berikut :

1. Serat kelapa
2. 15% NaOH
3. Aquadest

3.2 Prosedur Percobaan

Mulai

Serat kelapa dipotong


Serat kelapa menjadimenjadi
dipotong kecil, lalu dibersihkan
bagian kecil dandan dikeringkan
dibersihkan

Serat kelapa dialkalisasi dengan larutan NaOH 15% selama 2jam pada suhu

Serat kelapa di cuci hingga pH netral

A
A

Serat di keringkan menggunakan sinar matahari

Serat dihaluskan hingga menjadi serbuk

Serat diayak menggunakan ayakan 100mesh

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Pati Talas


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Serabut yang digunakan pada praktikum kali ini sebanyak 20 gram dan
larutan NaOH dengan konsentrasi 15% dan pelarut (aquadest) sebanyak
500ml

4.2 Pembahasan

Selulosa adalah biopolimer alami yang di terdapat di alam. Selulosa


merupakan polimer yang memiliki rantai lurus yang terdiri dari rarusan
hingga puluhan ribu ikatan glikosida β-(1,4) unit D-glukosa, yang
menyebabkan molekul pada selulosa saling bersisian atau pun membentuk
molekul yang kokoh. Selulosa tidak larut didalam air dan dengan pelarut yang
umum karena ikatan pada selulosa memiliki ikatan hydrogen yang kuat, baik
antarmolekul dan intramolekul Selulosa diigunakan sebagai bahan baku
industry. Contohnya pada bioplastik dalam pembuatan bioplastik selulosa
digunakan sebagai bahan filler.

Karakteristik serat kelapa yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki
tesktur yang kasar dan memiliki warna coklat. Sifat kekakuan bahannya yang
tidak kaku tetapi agak sulit untuk proses pembuatan serat kelapa karena sifat
nya yang kasar jika memakai tenaga yang cukup ekstra serat kelapa dapat
mulur dengan cepat dibanding dengan serat lainnya. Serat kelapa juga
memiliki struktur permukaan yang menyerupai busa yang dimana tahan air,
tahan cuaca, tahan panas. Serat kelapa memiliki berat yang ringan dan juga
serat kelapa mudah didapat

Mekanisme pembuatan selulosa dimulai dari proses pembersihan,


pemotongan, proses alkalisasi dan proses pengeringan, penghalusan lalu
diakhiri pengayakan untuk mendapatkan selulosa nya. Tahap awal yaitu
pembersihan serat kelapa dari kulit kelapa dan kemudian di potong menjadi
bagian kecil agar bisa di masukkan blender untuk proses penghalusan
selanjutnya proses alkalisasi dengan lartutan NaOH dengan konsentrasi lima
belas persen, proses alkalisasi dilakukan untuk menghilangkan komponen
dari serat yang kurang dibutuhkan, selanjutnya proses pengeringan pada serat
dibawah sinar matahari, lalu proses penghalusan dengan blender selanjutnya
proses pengayakan dengan ayakan 100mesh agar mendapatkan selulosa. Hasil
selulosa pun didapatkan.

Kandungan yang terdapat dalam serat kelapa ada beberapa diantaranya ;


sabut dan abu, selulosa, hemiselulosa dan juga lignin. abu pada serat kelapa
biasa digunakan sebagai media tanaman ataupun pupuk untuk tanaman yang
dimana dapat meningkatkan nilai ekonomi dari serat kelapa. Kandungan
selulosa pada serat cukup tinggi, selulosa dapat digunakan sebagai bahan
filler dan Hemiselulosa adalah kelompok polisakarida yang sangat berbeda
yang memiliki berat molekul rendah kemudian lignin merupakan molekul
yang kompleks ketiga yang dimana terdapat dalam biomassa dan memiiki
fungsi sebagai pengikat antar serat. Lignin dapat diihilangkan dari bahan
dinding sel yang tak larut dengan dari bahan dinding sel yang tal larut
dengan klor oksida.

Serat kelapa memiliki warna disebabkan oleh beberapa faktor; pertama oleh
faktor umur. Pada saat kelapa masih berumur muda maka kelapa masih
berwana hijau dan serat kelapa putih kecoklatan sedankan pada kelapa yang
sudah berumur tua maka warna kelapa menjadi coklat dan juga serat pada
kelapa menjadi bewarna coklat selain itu juga faktor iklim juga
mempengaruhi warna pada kelapa, jika curah hujan datang maka kelapa tidak
akan mengalami warna coklat atau dapat dikatakan warna kering begitu
sebaliknya jika jika musim kemarau ataupun jumlah sinar matahari yang
menyinari menyebabkan warna pada kelapa akan cepat bewarna coklat
padahal kelapa tersebut belum dikatakan tua. Ada juga faktor varietas yang
dimana kelapa dibedakan berbagai jenis ada yang matang dan bisa dikatakan
tua padahal masih bewarna hijau dan juga ada yang bewarna kekuningan
dikatakan umurnya tua.

Pengaruh NaOH pada proses alkalisasi adalah untuk mengubah permukaan


menjadi permukaan yang kasar yang dapat meningkatkan kekuatan mekanik,
dan menambah jumlah selulosa didalam suatu bahan dan juga NaOH juga
memungkinkan proses adhesi yang bertujuan untuk meningkatkan kelekatan
antara fiber dan matriks.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum selulosa adalah sebagai


berikut :

1. Pembuatan selulosa melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :


selulosa dimulai dari proses pembersihan, pemotongan, proses alkalisasi
dan proses pengeringan, penghalusan lalu diakhiri pengayakan untuk
mendapatkan selulosa nya.
2. Selulosa yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah sebanyak... gram

5.2 Saran

Adapun saran yang harus dilakukan pada praktikum selulosa adalah sebagai
berikut:

1. Praktikan wajib mengunakan penglengkapan laboratorium seperti : jaslab,


sarung tangan lateks dan juga masker
2. Praktikan harus hati hati dalam pengguunaan alat alat dalam laboratorium
3. Pada saat proses pelarutan NaOH dan aquadest praktikan harus mengaduk
secara perlahan dan juga memakai masker.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Y. A. &. R. E. S. Paskawati, "Pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku


pembuatan kertas komposit alternatif," Widya Teknik, vol. 9(1), pp. 12-21,
2017.

[2] M. S. E. &. W. A. Mulyawan, "Surfaktan sodium ligno sulfonat (SLS) dari


debu sabut kelapa," Jurnal Teknik ITS, vol. 4(1), pp. F1-F3, 2015.

[3] F. A. &. L. J. Souhoka, " Sintesis dan karakterisasi selulosa asetat (CA),"
Indonesian Journal of Chemical Research, vol. 5(2), pp. 58-62, 2018.

[4] L. A. d. J. F. Novia, "Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Perendaman


Ammonia Terhadap Konversi Bioetanol dari Jerami Metode Soaking In
Aqueus Ammonia (SAA)," Jurnal Teknik Kimia Universersitas
Sriwijaya:Inderalaya, 2014.

[5] P. A. M. N. P. &. S. C. Coniwanti, "Pengaruh konsentrasi, waktu dan


temperatur terhadap kandungan lignin pada proses pemutihan bubur kertas
bekas," Jurnal Teknik Kimia, vol. 21(3), pp. 47-55, 2015.

[6] U. H. Y. N. A. &. N. M. F. Hasyim, " Modifikasi Sifat Kimia Serbuk


Tempurung Kelapa (STK) sebagai Matriks Komposit Serat Alam dengan
Perbandingan Alkalisasi Naoh dan KOH," Prosiding Semnastek, 2018.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai