Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

“ MASERASI SERAT KAYU KEMBANG SEPATU”

( Hibiscus rosa-sinensis)

KELOMPOK :

1. CHERLY ISTIHARA (06091281722030)


2. KHAIRAN ADILLA (06091281722021)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. ERMAYANTI,S.Pd.,M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
I. JUDUL
Maserasi serat kayu dan pembuatan preparat kayu pada tumbuhan kembang sepatu (
Hibiscus rosa-sinensis )

II. TUJUAN
Untuk mengetahui cara membuat sediaan dengan cara menghancurkan lamella tengah
yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya sehingga diperoleh gambaran
bentuk utuh dari sel-sel tersebut

III. DASAR TEORI


Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tehnik pembuatan sediaan atau
preparat secara mikroskopis sehingga dapat diamati dan dianalisis. Dalam mikroteknik,
sediaan yang dibuat berbahan dasar sel atau jaringan. Sel atau jaringan yang digunakan
misalnya sel tumbuhan. Mikroteknik semakin berkembang dewasa saat ini, banyak
metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan
digunakan, misalnya batang tumbuhan. Batang tumbuhan kebanyakan dibuat dengan
menggunakan metode maserasi. Proses yang menghasilkan keseimbangan konsentrasi
antara larutan dan residu padat dikenal dengan istilah maserasi, atau dapat pula digesti
serta ultrasonic ekstraksi Maserasi merupakan metode penyarian senyawa kimia secara
sederhana dengan cara merendam simplisia atau organ tumbuhan pada suhu kamar
dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk
melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini adalah
dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan lamella tengah
bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa dilihat secara
satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat. Banyak penelitian melakukan teknik ini untuk
mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel tumbuhan.
Bahan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi karena maserasi
merupakan jenis ekstraksi secara suhu dingin yang sesuai dengan tekstur tanaman yang
lunak dan mencegah kerusakan komponen kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Preparat maserasi selalu digunakan pada batang-batang tumbuhan karena batang
tumbuhan lebih variatif dalam bentuk sel. Selain itu,pada batang tumbuhan mudah
diamati serta memiliki bentuk yang khas dalamgambaran jaringannya.Pemilihan maserasi
sebagai metode dalam pembuatan sediaan, karena metode maserasi menggunakan cara
dan alat yang sederhana.Jadi, metode maserasi ini memang lebih cocok jika digunakan
pada sel atau jaringan tumbuhan jika dibandingkan dengan sel atau jaringan pada hewan.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :

1. Cawan petri
2. Mikroskop
3. Pipet tetes
4. Kamera
5. Stopwatch
6. Silet
7. Kaca objek
8. Alat tulis
9. Kaca penutup
10. Hot plate
11. Pinset
12. Gelas beker
13. Batang pengaduk
14. Kertas saring
15. Inkubator

Bahan :

1. Batang kembang sepatu


2. Alkohol 30%,50%,70%,90%,100%
3. Larutan Safranin
4. Akuades
5. KOH 20%
6. Asam kromat 20%
7. Asam nitrat 20%
8. Xylol

V. CARA KERJA

1. Potong kayu sebesar setengah panjang batang korek api dengan garis tengah yang
sama dengan batang tersebut.
2. Masukkan potongan-potongan kayu tersebut kedalam tabung reaksi yang berisi 20%
KOH.
3. Rebuslah kayu tersebut di atas nyala api sampai mendidih selama kurang lebih 2-5
menit.
4. Kayu yang telah direbus kemudian dicuci dengan air selama 15 menit
5. Lalu masukkan kayu ke dalam campuran 20% asam kromat dan 20% asam nitrat
dalam perbandingan 1:1, selama kurang lebih 2-3 jam.
6. Untuk mempercepat proses maserasi bahan tersebut dapat disimpan dalam inkubator
60°C.
7. Setelah lunak, cucilah kayu tadi dengan air selama 20 menit kemudian diproses
seperti sayatan-sayatan kayu.
8. Kenakan dehidrasi dalam seri alkohol 30%, 50%, 70%, 90%, 100% dan xilol,
sementara juga diwarnai dengan safranin dalam 70% alkohol.
9. Bila kayu dibiarkan bermalam dalam safranin biasanya warna lebih melekat pada sel.
10. Pada waktu pembeningan atau sebelumnya sel kayu bisa dipisah-pisahkan lagi
dengan dua buah jarum, sehingga dapat dibuat sediaan permanen dimana sel benar-
benar terlepas yang satu dari yang lain.
11. Hal tersebut dapat diperiksa dengan loupe, sebelum dibubuhi Canada balsam.

VI. HASIL PENGAMATAN

Gambar 1. Daun kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Divisi : Magnoliophyta

Famili : Malvaceae

Ordo : Malvales

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa sinensis L


No Gambar Keterangan

1 Serat kayu sel kembang


sepatu perbesaran 100x

2 Serat kayu sel kembang


sepatu perbesaran 1000x

VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini dimulai dengan pemotongan kayu sebesar setengah panjang batang
korek api dengan garis tengah yang sama dengan batang tersebut. Potongan-potongan
tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 20% KOH. Rebuslah kayu
tersebut di atas nyala api sampai mendidih selama kurang lebih 2-5 menit. Kayu yang
telah direbus kemudian dicuci dengan air selama 15 menit, lalu dimasukkan ke dalam
campuran 20% asam kromat dan 20% asam nitrat dalam perbandingan 1:1, selama
kurang lebih 2-3 jam. Untuk mempercepat proses maserasi bahan tersebut dapat disimpan
dalam inkubator 60°C. Setelah lunak, cucilah kayu tadi dengan air selama 20 menit
kemudian diproses seperti sayatan-sayatan kayu. Kenakan dehidrasi dalam seri alkohol
30%, 50%, 70%, 90%, 100% dan xilol, sementara juga diwarnai dengan safranin dalam
70% alkohol. Bila kayu dibiarkan bermalam dalam safranin biasanya warna lebih melekat
pada sel. Pada waktu pembeningan atau sebelumnya sel kayu bisa dipisah-pisahkan lagi
dengan dua buah jarum, sehingga dapat dibuat sediaan permanen dimana sel benar-benar
terlepas yang satu dari yang lain. Hal tersebut dapat diperiksa dengan loupe, sebelum
dibubuhi Canada balsam.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat maserasi terlihat bahwa masing-


masing sel penyusun kayu memiliki bentuk berbeda-beda. Komponennya yang teramati
tidak dapat dibedakan menjadi sel trakea, trakeid dan serat. Trakea merupakan sel
panjang dengan lubang perforasi di kedua ujungnya. Trakeid memiliki sel dengan bentuk
memanjang tanpa perforasi tetapi memiliki beberapa bagian dinding sel yang tidak
menebal (noktah) berfungsi untuk pengangkutan air. Sedangkan komponen serat dalam
xilem merupakan sel panjang dengan dinding berlignin dan tebal dinding biasanya lebih
tebal daripada trakeid. Ada dua macam serat, yakni serat trakeid dan serat libriform.

Berdasarkan hasil pembuatan preparat terlihat juga struktur yang teramati tampak
kurang jelas dan sebagian besar rusak. Struktur yang tampak tidak lengkap. Hasil yang
kurang maksimal tersebut dimungkinkan karena beberapa hal kemungkinan kesalahan
dalam melakukan prosedur, diantaranya seperti: pengirisan yang kurang sempurna yang
menyebabkan pita yang terbentuk rusak, keterampilan dari praktikan juga menjadi faktor
keberhasilan pembuatan preparat maserasi tumbuhan ini. Waktu lamanya pemberian
larutan safranin juga sangat mempengaruhi penampakan jaringan pada pada preparat.
Pemilihan batang yang akan digunakan menjadi penentu apakah jaringan penyusun
batang tumbuhan dapat terlihat dengan jelas.

VIII. KESIMPULAN

Metode maserasi digunakan untuk membuat sediaan dengan cara menghancurkan lamela
tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya sehingga diperoleh
gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut. Dan jaringan yang terlihat adalah jaringan
pengangkut xylem yang terdiri dari sel trakea, serabut trakeid, dan trakeida.

IX. SARAN

1. Pada saat melakukan pewarnaan hendaknya waktu yang dipakai lebih dari 1x24 jam
agar waran terlihat pekat, hal itu hendaknya dilakukan karena disaat proses dehidrasi
warna akan hilang dengan sangat mudah.
2. Pada saat transformasi proses dari perendaman alkohol 100% ke xilol, hendaknya
serat diperas hingga kering agar serat tidak membentuk gumpalan dan memisahkan
diri dengan xilol.
3. Pada saat pengambilan foto, sebaiknya menggunakan kamera dengan resolusi tinggi.
X. DAFTAR PUSTAKA

Alfiandri, F., 2013. Mikroteknik Tumbuhan. http://mukegile08.wordpress.com, diakses


pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Muarib, M., 2012. Laporan Praktikum Batang. http://muaribmunif.blogspot.com, diakses


pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Syahrir, N.A., 2013. Laporan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan.http://arafah.sribd.com,


diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Tianaizta, A., 2013. Preparat Tumbuhan. http://Tiabiologika.blogspot.com, diakses pada


tanggal 1 Juni 2015, Medan. 

Achmad, Hadi S, Harran S, Gumbira ES, Satiawiharja, Kardin MK. 2012. Mekanisme
serangan patogen lodoh pada semai pinus (Pinus merkusii) Attack Mechanism of
Damping-off Pathogens of Pinus merkusii Seedling. Jurnal Silvikultur Tropika. 3 (1): 57-
64

Agrios GN. 1988. Plant Pathology 3rd ed. New York (US):Academic Press.

Azmil, 2002. Penelitian Struktur Anatomi Kayu Untuk Memperkaya Kualitas Kayu Di
Indonesia. Jakarta (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Budiono JD. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya (ID): IKIP Press.

Perry, M., 1980. Medical Plants of East and Southest Asia: Atributed Properties and
Uses, the MIT Press Cambridge, Massachusetts and London, England.

Sundoro SH. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Jakarta (ID):
Bhrataro Karya Aksara.

Syukur R, Alam G, Mufidah, Rahim A, Tayeb R. 2011. Aktivitas antiradikal bebas


beberapa ekstrak tanaman familia fabaceae radical scavenging activity of several
medicinal plants of Fabaceae family. JST Kesehatan. 1 (1): 61-67.

Anda mungkin juga menyukai