PENDAHULUAN
Selulosa, selain berasal dari tumbuhan juga dapat dihasilkan oleh bakteri
(Acetobacter, Agrobacterium, Rhizobium, Sarcina) yang dikenal sebagai cellulose
bacterial (BC) atau biasa juga disebut sebagai mikrobial. BC merupakan polimer
ekstraseluler yang diproduksi dari monosakarida atau glukosa. Glukosa berperan
sebagai subtrat atau sumber karbon. Keunggulan menggunakan selulosa bakterial
adalah memiliki kemurnian yang tinggi dibandingkan dengan serat selulosa dari
tumbuhan, waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh selulosa bakterial lebih
singkat, mudah terdegradasi, dapat didaur ulang, nontoksik, nonalergenik dan
secara tidak langsung produksi selulosa bakterial lebih ekonomis dibanding
dengan produksi serat selulosa tumbuhan. BC sangat mahal apabila menggunakan
media Hestrin dan Schramm (Shoda, 2005). Limbah biasanya mengandung
glukosa dalam jumlah kecil, sehingga dapat digunakan sebagai substrat.
Menggunakan limbah sebagai substrat tidak hanya dapat mengurangi jumlah
Devi Anastasya, 2014
Studi Pendahuluan Mendapatkan Nanokristalin Selulosa Bakterial Menggunakan Media Limbah
Cair Tahu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
limbah yang dihasilkan dari produksi tetapi juga dapat mengurangi biaya dalam
pembuatan BC. Nata de Soya merupakan suatu BC dengan memanfaatkan limbah
cair tahu sebagai medium fermentasi (Rachmadetin, 2007).
Tahu merupakan salah satu makanan yang umum dikonsumsi oleh penduduk
Indonesia karena harganya yang relatif murah. Tahu dibuat dengan bahan dasar
kedelai yang memiliki kandungan protein tinggi, yaitu sebesar 35% atau bahkan
mencapai 40-43% pada varietas unggul (IPTEKnet 2002).
Limbah yang dihasilkan dari produksi tahu sangat melimpah. Setiap 100 kg
kedelai akan menghasilkan 1500-2000 L air limbah. Limbah cair yang dihasilkan
mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan
fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan
media untuk tumbuhnya kuman. Air limbah akan berubah warnanya menjadi
coklat kehitaman dan berbau busuk. Jika air limbah ini merembes ke dalam tanah
yang dekat dengan sumur atau dialirkan ke sungai, maka air sumur atau sungai
tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi karena dapat menimbulkan penyakit gatal,
diare, dan penyakit lainnya (KLH 2001).
Pemanfaatan limbah tahu di antaranya sebagai bahan pembuatan makanan
ternak, nata de soya, makanan kecil (kastengel, stik tahu) (KLH 2001). Akan
tetapi, produk tersebut tidak bernilai komersial tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
pengolahan lebih lanjut untuk memperoleh produk yang lebih bernilai, salah
satunya dengan menggunakannya menjadi nanokristalin selulosa.
Nanokristalin selulosa memiliki banyak kelebihan, seperti dimensi dengan
skala nano, kekuatan tinggi yang spesifik dan modulus, daerah permukaan yang
tinggi, dan lain-lain. Serat berukuran nano ini merupakan material baru yang
dapat digunakan sebagai bahan penguat pada matriks polimer (Suryanegara et al.,
2009). Aplikasinya dapat ditambahkan pada polimer untuk membuat komposit
untuk otomotif (Marsh, 2003, Suddell dan Evans, 2005), elektronik, bahan
bangunan, serta alat-alat rumah tangga. Sampai saat ini proses pembuatan
nanokristalin selulosa masih terus diteliti di dunia untuk mendapatkan proses yang
lebih cepat, hemat energi, murah, dan bisa menghasilkan nanokristalin dalam
jumlah yang besar sehingga layak untuk dibuat dalam bidang industrinya.
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka batasan masalah pada
penelitian ini mencakup beberapa hal yaitu :