OLEH:
NIM. 1804020031
2021
Kamis, 01 April 2021
ACARA II
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pembuatan nata de coco
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula pasir terhadap terhadap tebal dan
lapisan nata de coco
3. Untuk mengetahui bakteri yang digunakan dalam pembuatan nata de coco
4. Untuk mengetahui jenis jenis nata
5. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari fermentasi nata de coco
B. Dasar Teori
Air kelapa (Cocos nucifera) seringkali terbuang yang dapat menimbulkan masalah
karena aromanya yang kuat meskipun sudah beberapa waktu dibuang ke lingkungan.
Jumlah limbah air kelapa semakin hari semakin banyak dibanding dengan jumlah yang
dimanfaatkan (Djajanegara, 2010). Dengan demikian kita dapat mengolah limbah air
kelapa dengan cara yang sederhana melalui pembuatan nata de coco. Pembuatan nata de
coco dapat membantu kita untuk mengatasi timbulnya pencemaran yang disebabkan oleh
limbah dari air kelapa (Oedjijono, 1983).
Nata merupakan makanan yang terbuat dari hasil fermentasi bakteri Acetobacter
xylinum yang tumbuh substrat yang mengandung gula (Hamadet al., 2014). Jika substrat
yang digunakan yaitu air kelapa, maka pada umumnya dikenal denngan sebutan nata de
coco. Produk ini banyak dikenal masyarakat yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Di
Kabupaten Kudus dalam Pemberdayaan perempuan khususnya ibu-ibu Kelompok Tani
dalam pengolahan limbah air kelapa menjadi nata de coco merupakan satu jalan yang
dapat meningkatkan kemandirian perempuan. Denagn demikian Program pemberdayaan
perempuan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan ibu-ibu Kelompok Tani di
Kabupaten Kudus dalam hal pengolahan pangan sekaligus menyelesaikan permasalahan
limbah air kelapa di pasar-pasar tradisional.
Nata atau selulosa bakteri merupakan selulosa yang memiliki warna putih seperti
agar – agar merupakan hasil dari fermentasi Acetobacter acetissp. xylinum menggunakan
jus buah sebagai media (Sheu et al.2000). Selulosa terbentuk dari fermentasi
menggunakan bahan air kelapa disebut dengan nata de coco. Nata merupakan salah satu
makanan yang terkenal biasa disajikan sebagai makanan penutup di negara-negara Asia
termasuk Filipina, Indonesia, Jepang dan Taiwan (Okiyama et al.1992). Nata mempunyai
kandungan serat yang tinggi, nilai kalori yang rendah serta memiliki kadar air yang tinggi
melebihi 90%. Nilai gizi serta rasa yang enak membuat nata menjadi makanan penutup
yang digemari masyarakat.
Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum didalam sari buah yang
memiliki kandungan glukosa kemudian diubah menjadi asam asetat dengan benang-
benang selulosa. Kemudian akan terbentuk menjadi suatu massa yang kokoh dan
mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu
berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk
jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Bakteri Acetobacter xylinum dapat
membentuk nata jika didalam air kelapa diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N),
melalui proses terkontrol. Dengan kondisi demikian, bakteri dapat menghasilkan enzim
akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari
jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-
benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan (Purnomo,
2012).
Ada beberapa jenis nata yang dikenal masyarakat, antara lain: (Purnomo, 2012) :
1. Nata de coco : nata yang dihasilkan dengan memanfaatkan limbah air kelapa
untuk media pertumbuhan bakteri.
2. Nata de pina : nata yang dibuat menggunakansari buah nanas untuk media
pertumbuhan bakteri.
3. Nata de soya : nata yang diperoleh dari pemanfaatan limbah tahu cair sebagai
media pertumbuhan bakteri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Biologi LIPI, kandungan gizi
nata de coco per 100 gram nata mengandung 80% air, 20 gram karbohidrat, 146 kalori ,20
gram lemak, 12 mg kalsium, 2 mg fosfor dan 0,5 mg ferrum (besi). Sedangkan kandungan
gizi 100 gram nata de coco yang dikonsumsi dengan sirup adalah 67 7% air, 12 mg
kalsium, 0,2% lemak, 2 mg fosfor, , 5 mg zat besi dan 0,01 mg (Kristianingrum, 2004).
D. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyaring 1000 ml (1 liter) air kelapa, tambahkan kedalamnya 7,5% gula pasir
3. Mencampur dan mendidihkan selama 15 menit, mengangkat dari kompor,
menambahkan pupuk ZA sebanyak 0,5%, mengaduk – aduk dengan pengaduk
bersih. Menuangkan pada nampan plastic yang telah disterilkan menggunakan air
panas. Mengukur pHnya 4,5 – 5 dengan cara menambahkan cuka makan dan
membiarkan hingga dingin. Selama pendinginan tutuplah napan untuk
menghindari mikroba kontaminasi dari ruangan
4. Memasukkan starter (nata de coco) sebanyak 10%
5. Menginkubasi campuran selama 7 – 14 hari ditempat yang tidak mudah goyang,
dan hindari cahaya matahari
6. Menghentikan inkubasi jika cairan sudah tidak nampak lagi. Mengambil nata
yang terbentuk, mencuci dengan air bersih hingga lender pada permukaan nata
hilang (lender dikerok dengan pisau). Mengukur ketebalan dan berat nata yang
diperoleh
7. Memotong nata sebesar dadu, merendam dalam air bersih selama beberapa hari
hingga bau asamnya hilang. Setiap hari air rendamannya
8. Memasak nata dengan sirup menurut selera
9. Menyajikan nata untuk dikonsumsi
10. Melakukan pengamatan setelah 7 hari kemudian dengan uji organoleptik
11. Mendokumentasi segala kegiatan praktikum
E. Hasil Pengamatan
F. PEMBAHASAN
Praktikum kali yaitu pembuatan nata de coco yang di lakukan di laboratorium
Gedung F Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pembuatan nata de coco ini
menggunakan cara pembuatan nata pada umumnya dengan menggunakan air kelapa yang
di fermentasi menggunakan bantuan bakteri Asetobakter Xylinum. Cara pembuatannya
cukup sederhana dengan cara menyaringan air kepala, perebusan ,pencamppuran pupuk
ZA serta gula, dan juga penambahan starter.
Dengan menggunakan air kelapa dan konsentrasi gula tiap kelompok yang berbeda –
beda konsentrasi pada kelompok 1 itu 5%, kelompok 2 itu 6%, pada kelompok 3 itu 7%,
pada kelompok 4 itu 8%. Pengujian ini antara lain berat nata, panjang nata, tebal nata,
selain itu, Hasil praktikum kali ini juga dibahas pada uji organoleptik dengan indikator
kekompakkan, warna, aroma, dan rasa dibahas sebagai berikut :
Pada praktikum kali ini untuk kloter satu tidak berhasil karena menghasilkan nata de
coco dengan kekompakan yang tidak kompak, memiliki aroma busuk sehingga tidak bisa
melaksanakan uji organoleptik rasa.
Jadi, pembuatan nata de coco pada kelompok kami gagal karena, telat dalam
pemberian starter, Keberadaan starter bakteri A.xylinum sangat dipenting dalam
pembuatan nata. Tanpa adanya bakteri maka lapisan nata tidak dapat terbentuk. Volume
larutan induk (starter) besar sekali pengaruhnya terhadap ketebalan nata yang dihasilkan.
Semakin besar volume larutan induk, maka semakin banyak jumlah bakteri A.xylinum
yang ada. Pada nata de coco semakin tinggi konsentrasi gula maka dapat mengurangi air
yang ada pada nata de coco berkurang dan semakin tinggi pula tingkat kekenyalan dan
kekompakkannya. Menurut Arsatmojo (1996) kekenyalan nata disebabkan oleh adanya
komponen serat yang terdapat dalam nata. Struktur fibril dan serat yang membentuk
jarring – jarring akan memperangkap air dan menyebabkan struktur nata menjadi seperti
agar. Kandungan mineral yang terdapat dalam medium turut menentukan tingkat
kekenyalan. Aroma nata yang masih asam dapat disebabkan karena proses pencucian nata
yang tidak maksimal saat dilakukan pemanenan nata
Hal yang dapat mempengaruhi nata de coco seperti suhu dan kadar air. Jika suhu
terlalu panas maka bakteri akan langsung mati oleh sebab itu stater bakteri di berikan pada
saat air kelapa yang telah direbus di tunggu hingga dingin agar bakteri dapat berkembang
dan proses fermentasi berjalan dengan baik, kadar air yang terl alu banyak akan
menyebabkan nata menjadi sangat lembek begitu pun jika sebalik.
Menurut Warisno (2004) proses pembuatan nata de coco sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Hal ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi acetibacter
xylium sebagai bakteri untuk proses fermentasi air kelapa. Pertumbunan acetibacter
xylium tersebut dipengaruhi oleh oksigen, pH, suhu, dan nutrisi. Faktor-faktor inilah yang
harus diperhatikan untuk memperoleh nata de coco yang berkualitas baik. Di samping itu,
dalam pembuatannya sangat memerlukan ketelitian dan sterilitas alat. Layaknya proses
fermentasi yang lain, maka keberhasilan pembuatan nata de coco sangat tergantung pada
kebersihan dan sanitasi peralatan yang digunakan, dan penggunaan bahan yang tepat
G. KESIMPUNAN
1. Dalam proses fermentasi ini membutuh kan bantuan dari baktri yaitu bakteri
Asetobakter Xylinum.
2. Pada nata de coco semakin tinggi konsentrasi gula maka dapat mengurangi
air yang ada pada nata de coco berkurang dan semakin tinggi pula tingkat
kekenyalan dan kekompakkannya
3. Ada beberapa jenis nata yang dikenal masyarakat, antara lain Nata de coco :
nata yang dihasilkan dengan memanfaatkan limbah air kelapa untuk media
pertumbuhan bakteri. Nata de pina : nata yang dibuat menggunakansari buah
nanas untuk media pertumbuhan bakteri.Nata de soya : nata yang diperoleh
dari pemanfaatan limbah tahu cair sebagai media pertumbuhan bakteri.
4. Hasil dari frementasi pada praktikum gagal karena karena, telat dalam
pemberian starter, Keberadaan starter bakteri A.xylinum sangat diperlukan
dalam pembuatan nata. Tanpa adanya bakteri ini, lapisan nata tidak dapat
terbentuk. Volume larutan induk (starter) besar sekali pengaruhnya terhadap
ketebalan nata yang dihasilkan.
5. Cara pembuatan nata anatra lain : Menyiapkan alat dan bahan , Menyaring
air kelapa, tambahkan kedalamnya gula pasir, Mencampur dan mendidihkan
selama 15 menit, mengangkat dari kompor, menambahkan pupuk ZA
sebanyak 0,5%, mengaduk – aduk dengan pengaduk bersih. Menuangkan
pada nampan plastic yang telah disterilkan menggunakan air panas.
Mengukur pHnya dan membiarkan hingga dingin. Selama pendinginan
tutuplah napan untuk menghindari mikroba kontaminasi dari ruangan,
Memasukkan starter (nata de coco), Menginkubasi campuran selama 7 – 14
hari ditempat yang tidak mudah goyang, dan hindari cahaya matahari,
Menghentikan inkubasi jika cairan sudah tidak nampak lagi. Mengambil nata
yang terbentuk, mencuci dengan air bersih hingga lender pada permukaan
nata hilang (lender dikerok dengan pisau). Mengukur ketebalan dan berat
nata yang diperoleh, Memotong nata sebesar dadu, merendam dalam air
bersih selama beberapa hari hingga bau asamnya hilang. Setiap hari air
rendamannya, Memasak nata dengan sirup menurut selera, Menyajikan nata
untuk dikonsumsi
DAFTAR PUSTAKA
Arsatmojo E. 1996. Formulasi pembuatan nata de pina. Skripsi S1. Insitut Pertanian Bogor.
(dipublikasikan).
Bashaiwoldu, A.B., Podczeck, F. & Newton, J.M. 2004. A study on the effect of drying
techniques on the mechanical properties of pellets and compacted pellets. European
Journal of Pharmaceutical Sciences 21(2-3): 119-129.
Chawla, P.R., Bajaj, I.B., Survase, S.A. & Singhal, R.S. 2009. Microbial cellulose:
Fermentative production and applications. Food Technol. Biotechnol. 47(2): 107-124.
Daulay, H. 2006. Pemberdayaan perempuan (Studi kasus pedagang jamu di Gedung Johor
Medan). Jurnal Harmoni Sosial 1(1): 7-14.
Djajanegara, I. 2010. Pemanfaatan limbah buah pisang dan air kelapa sebagai bahan media
kultur jaringan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tipe 229. Jurnal Teknologi
Lingkungan 11(3): 373-380.
Hamad, A., Andriyani, N. A., Wibisono, H. & Sutopo, H. 2011. Pengaruh Penambahan
Sumber Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata De Coco. Techno, Jurnal Ilmu Teknik,
12.
Hamad, A., Indriyani, N., Mulyadi, A. H. & Puspawiningtyas, E. Optimasi Proses Pembuatan
Nata De Coco Dari Fermentasi Air Kelapa Menggunakan Response Surface Method.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2012, 20 - 24 September 2012 2012
Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok. Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik
Kimia Indonesia. Hamad, A., Andriyani, N. A., Wibisono, H. & Sutopo, H. 2014.
Pengaruh Penambahan Sumber Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata De Coco.
Techno, Jurnal Ilmu Teknik, 12.
Iuliana, M.J., Anicuta, S.G. & Marta, S. 2012. Controlled release of sorbic acid from bacterial
cellulose based mono and multilayer antimicrobial films. LWT - Food Science and
Technology 47: 400-406.
Jagannath, A., Raju, P.S. & Bawa, A.S. 2010. Comparative evaluation of bacterial cellulose
(Nata) as a cryoprotectant and carrier support during the freeze drying of probiotic
lactic acid bacteria. LWT - Food Science and Technology 43: 1197-1203.
Okiyama, A., Shirae, H., Kano, H. & Yamanaka, S. 1992. Bacterial cellulose: Two-stage
fermentation process for cellulose production by Acetobacter aceti. Food
Hydrocolloids 6: 471-477.
Sanita, S. 2006. Perkembangan Acetobacter xylinum Pada Starter Nata de Coco Dalam
Kombinasi dosis Gula dan Nilai pH (Skripsi). Padang: Universitas Andalas.
Sari, M.T.I.P. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun dan Bubuk Teh, Kopi dan Coklat
Terhadap Fermentasi Nata de Coco. Jurnal Biologi Universitas Andalas 3(3): 202-
206.
Sheng, C.W. & Ying, K.L. 2008. Application of bacterial cellulose pellets in enzyme
immobilization. Journal of Molecular Catalyst B: Enzymatic 54: 103-108.
Sheu, F., Wang, C.L. & Shyu, Y.T. 2000. Fermentation of Monascus purpureus on bacterial
cellulose-nata and the color stability of Monascus-nata complex. Journal of Food
Science (Food Microbiology and Safety) 65(2): 342-345.
Suarsini, Endang. 2010. Bioremediasi Limbah Air Tempe Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Nata de soya. FMIPA UM. Malang
Warisno.2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata De Coco, Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Zhang, C., Wang, L., Zhao, J. & Zhu, P. 2011. Effect of drying methods on structure and
mechanical properties of bacterial cellulose films. Advanced Materials Research 239-
242: 2667-2670.
LAMPIRAN
Sterilisasi meja memasak air kelapa menyimpan pada suhu ruang selama 7- 14 h