Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

ACARA I
“NATA DE COCO”

DISUSUN OLEH:

Refi A. Rahmadina
1804020017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
Senin, 29 Maret 2021

ACARA I
“NATA DE COCO”

I. Tujuan
1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pembuatan nata de coco.
2. Dapat mengetahui peran mikrobakter dalam pembuatan nata de coco.
3. Dapat mengetahui pengaruh konsentrasi gula yang diberikan pada saat
membuat nata de coco.
4. Dapat mengetahui tujuan pemberian ZA dalam komposisi pembuatan
nata de coco.
5. Dapat mengatahui jenis-jenis nata de coco.
II. Dasar Teori
Di Negara Indonesia pemanfaatan air kelapa masih sangat jarang sekali
digunakan dan menjadi banyak sekali yang terbuang dengan sangat percuma.
Tetapi akhir-akhir ini sudah ada usaha yag dilakukan untuk melakuakn
pengolahan air kelapa menjadi salah satu makanan ataupun minuman ringan.
Berbeda kasus lagi dengan yang ada di Negara Filipina yang sudah
memanfaatkan air kelapa untuk berbagai macam jenis produk-produk, seperti
contohnya jenis minuman ringan seperti jelly, alkohol, anggur, cuka dan juga
produk pangan yang lain-lainnya (Palungkun, 1992). Limbah air kelapa
cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata De Coco. Dalam
airkelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteripenghasil
Nata De Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain: sukrosa
1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l serta
menurut Lapus (Lapus et al., 1967) adanya faktor pendukung pertumbuhan
(growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan
pertumbuhanbakteri penghasil nata (A.xylinum) (Misgiyarta, 2007).
Air kelapa (Cocos nucifera) seringkali terbuang dan menimbulkan
masalah akibat aromanya yang kuat setelah beberapa waktu dibuang ke
lingkungan. Jumlah limbah air kelapa setiap hari jauh lebih besar dibanding
jumlah yang dimanfaatkan. Pengolahan limbah air kelapa dapat dilakukan
secara sederhana melalui pembuatannata decoco. Pembuatan produk ini dapat
membantu mengatasi timbulnya pencemaran limbah air kelapa (Djajanegara,
2010).
Nata de cocoadalah makanan fungsionalyang merupakan dietary fiber.
Nata merupakan polisakarida yang menyerupai gel yang terapung di
permukaan yang dihasilkan oleh bakteri A.xylinum. Pertumbuhan Acetobacter
xylinum dalam medium yang cocok seperti air kelapa menghasilkan massa
berupa selaput tebal pada permukaan medium. Selaput tersebut mengandung
35-62 %sellulosa. Lapisan tebal pada permukaan medium tersebut merupakan
hasil akumulasi polisakaridaekstraselluler (Nata). Nata tersusun oleh jaringan
mikrofibril/pelikel yang merupakan tipe sellulosa yang mempunyai struktur
kimia seperti sellulosa yang dibentuk oleh tumbuhan tingkat tinggi (Iguchi et
al., 2000, Collado, 1986).
Nata De Coco dihasilkan oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan
cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun
selama ini yang paling banyak digunakan adalah Acetobacter xylinum.
Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley & Frateur,
1974). Bakteri Acetobacter xylinum bersifat gram negatif, aerob, berbentuk
batang pendek atau kokus (Forng et al., 1989). Acetobacter xylinum yang
merupakan bakteri penghasil nata, memerlukan sumber nutrisi Carbon,
Hidrogen dan Nitrogen serta mineral untuk pertumbuhannya (Keshk, 2014).
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter
xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk menghasilkan
senyawa metabolit di antaranya adalah selulosa yang menghasilkan Nata De
Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor)
akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam
substrat akan membantu meningkatkan aktivitas enzim kinase dalam
metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa
(Misgiyarta, 2007).
Nata merupakan salah satu jenis produk makanan jenis organik yang
mengandung kandungan serat tinggi yang melewati fermentasi air kelapa oleh
bakteri A. xylinum. Nata mempunyai kandungan kadar selulosa yang tinggi,
serta tidak mempunyai kandungan kolesterol, dan juga memiliki kandungan
lemak yang rendah sehingga produk nata termasuk kedalam kategori dietary
fiber. Nata telah diakui dapat mengendalikan obesitas atau berat badan dan
juga dapat melindungi tubuh dari penyakit divertikulosis, penyakit rectum
dan juga penyakit kanker usus (Mesomya, 2006). Nata merupakan jenis
makanan yang memiliki bentuk gel dengan tekstur yang kenyal, padat,
berwarna putih, dan sedikit transparan. Nata biasanya digunakan sebagai
makanan pencuci mulut maupun sebagai makanan kaleng yang dicampur
dengan buah-buahan segar (Majesty et al., 2015).
Nata de coco merupakan cellulose yang merupakan hasil dari aktifitas
bakteri Acetobacter xylinum. Sebenarnya, nata merupakan lapisan
polisakarida ekstraseluler (cellulose) yang dibentuk oleh mikroba pembentuk
kapsul. Nata mempunyai bentuk yang padat, berwarna putih, transparan,
bertekstur kenyal, menyerupai gel dan mengapung pada bagian permukaan
cairan (Iguchi, Yamanaka et al. 2000). Cellulose hanya dihasilkan oleh
bakteri di atas permukaan yang kontak dengan udara sebab sifat dari
Acetobacter adalah aerob. Selama proses inkubasi dijaga agar cairan nata
tidak goyang, maka lapisan gel yang mengapung akan menjadi semakin tebal
permukaannya dan bakteri akan mendapatkan pasokan udara melalui proses
difusi yang ada di lapisan nata tersebut (Budhiono, Rosidi et al. 1999).
Di dalam proses pertumbuhannya, Acetobacter xylinum membutuhkan
sumber nutrisi C, H, dan juga N serta mineral dan dilakukan dalam proses
yang terkontrol didalam medium air kelapa. Air kelapa mengandung sebagian
sumber nutrisi yang dibutuhkan akan tetapi kebutuhan akan substrate makro
seperti sumber C dan N masih harus tetap ditambah agar hasil nata yang
dihasilkan optimal, sehingga kekurangan nutrisi yang diperlukan harus
ditambahkan dalam proses fermentasi. Sebagai sumber carbon dapat
ditambahkan sukrosa, glukosa, fruktosa, dan tepung (Iguchi et al., 2000)
sedangkan sumber nitrogen dapat ditambahkan urea, ZA dan yeast ekstrak
(Hamad dan Kristiono, 2013). Sumber karbon fruktosa memberikan hasil
yang terbaik sebagai sumber carbon sebanyak 17.5 gram dalam 500ml air
kelapa (Hamad et al., 2011, Hamad et al., 2012). Sedangkan sebagai sumber
nitrogen dapat ditambahkan urea, ZA atau ammonium sulfat serta ekstrak
yeast (khamir) (Iguchi et al., 2000).
Proses fermentasi pembuatan nata de coco umumnya melibatkan peran
mikroorganisme Acetobacter xylinum. Namun, penggunaan Acetobacter
xylinum dapat digantikan dengan alternatif mikroorganisme lain seperti
Acetobacter sp. Kedua mikroorganisme tersebut memiliki genus yang sama
yaitu Acetobacter, yang membedakan hanya spesiesnya. Kedua
mikroorganisme tersebut merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerob, dan
dapat mensintesis selulosa secara ekstraseluler. Menurut Melliawati dan
Djohan (2013), Acetobacter sp. merupakan bakteri lokal yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan dan digunakan sebagai inokulum yang mampu
menghasilkan serat selulosa yang relatif banyak. Mekanisme fermentasi pada
Acetobacter xylinum dan Acetobacter sp. secara umum sama karena berasal
dari genus yang sama.
Lapuz (1967) menjelaskan penambahan sumber nitrogen anorganik atau
organik akan meningkatkan aktivitas Acetobacter xylinum dalam produksi
nata. Pertumbuhan Acetobacter xylinum memerlukan vitamin-vitamin tertentu
dan vitamin B kompleks. Bahan-bahan bisa didapatkan melalui penambahan
sumber nitrogen dari luar, dalam hal ini adalah ammonium fosfat.
Acetobacter xylinum membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, propil
alkohol dan glikol, serta mengoksidasi asam asetat menjadi gas CO2 dan
H2O. Komponen selulosa ini akan membentuk jalinan mikrofibil yang
panjang dalam cairan fermentasi. Gelembung-gelembung gas CO2 yang
dihasilkan selama fermentasi mempunyai kecenderungan melekat pada
jaringan selulosa ini, sehingga menyebabkan jaringan tersebut terangkat ke
permukaan cairan. Bakteri Acetobacter xylinum beraktivitas dapat memecah
gula untuk mensintesis selulosa ekstraseluler (Rahayu, 1993).
III. Alat dan Bahan
1. Alat

a. Panci h. Kain bersih


b. Saringan i. Karet gelang
c. Gelas ukur j. Neraca
d. Pemanas 2 tungku k. Kertas ph
e. Nampan plastic l. Alat tulis
f. Sendok m. Logbook
g. Sendok sayur n. Handphone

2. Bahan
a. Air kelapa 1000ml
b. Pupuk ZA 0,5%
c. Bibit 10%
d. Gula pasir 7,5%-10%
IV. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat melakukan
percobaan.
2. Menyaring 1000ml air kelapa dan memanaskannya dengan api kecil
selama 15 menit.
3. Menambahkan 7,5% gula pasir dan kemudian mengaduknya sampai larut.
4. Setelah itu, mematikan kompor dan kemudian menambahlkan pupuk ZA
0,5% lalu mengaduknya hingga merata dan larut.
5. Mengukur Ph campuran air kelapa tadi sampai Phnya 4,5-5
6. Menuangkan campuran air kelapa tadi kedalam wadah nampan yang
sudah streril, kemudian mendiamkannya hingga dingin.
7. Menutup wadah hingga rapat untuk menghindari kontaminasi.
8. Setelah dingin, menambahkan 10% nata de coco starter, kemudian
menginkubasinya selama satu minggu ditempat yang rata permukaannya
dan terbebas dari cahaya matahari.
9. Setelah proses menginkubasi selesai, selanjutnya memindahkan nata de
coco dan mencucinya hingga bersih dan tidak berlendir.
10. Mengukur ketebalan dan berat nata dan kemudian memotong dadu nata
dan merendamnya denghan menggunakan air bersih.
11. Memasak nata de coco dengan menambahkan syrup.

V. Hasil Pengamatan
a. Pengamatan Hari Ke-1

Kelompo Kons. Gula Berat Nata Panjang Tebal


k Pasir (gr) Nata Nata
0 0 0
5 5%
(gagal) (gagal) (gagal)
6 6% 850gr 29,5cm 1,2cm
7 7% 850gr 28,5cm 1,2cm
8 8% 800gr 27cm 0,8cm

b. Pengamatan Hari Ke-2 (Uji Organoleptik)

Kelompo
Kekompakan Aroma Warna Rasa
k
5 - - - -
Agak
Kompak Bau khas
6 Putih asam/tidak
(3) nata de coco
asam
Agak
Kompak Bau khas
7 Putih asam/tidak
(3) nata de coco
asam
Agak
Kompak Bau khas
8 Putih asam/tidak
(3) nata de coco
asam

VI. Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan pada acara kali ini yaitu percobaan
membuat nata de coco. Nata de coco merupakan produk makanan yang
berasal dari hasil fermentasi air kelapa dengan dibantu baketri Acetobacter
xylinum. Nata merupakan suatu bahan menyerupai gel atau agar- agar yang
mengapung pada medium yang memiliki kandungan gula dan juga
kandungan asam yang mana merupakan hasil bentukan mikroorganisme A.
xylinum. Pada dasarnya nata merupakan selulosa (Sutarminingsih, 2004).
Langkah awal sebellum melakukan percobaan pembuatan nata de coco
yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan-bahan yang
dibutuhkan dlam melkaukan percobaan pembuatan nata de coco diantaranya
air kelapa 1000ml, Pupuk ZA 0,5%, bibit 10%, dan gula pasir 50gr. Setelah
menyiapkan bahan, kemudian memanaskan 1000 ml air kelapa yang sudah
disaring. Sebelum dilakukannya pemanasan air kelapa, terlebih dahulu
disaring agar semua kotoran tidak terikut. Kemudian memanaskannya selama
15 menit. Masing-masing kelonpok memiliki konsentrasi gula yang berbeda
tiap-tiap kelompoknya yairu50gr, 60gr, 70gr dan 80gr.
Setelah itu, angkat air kelapa yang sudah dipanaskan dan kemudian
menambahkan pupuk ZA sebnayak0,5%. Pemberian pupuk ZA (ammonium
sulfat) atau urea bertujuan sebagai sumber nitrogen bakteri Acetobacter
xylinum. Penambahan kandungan unsur nitrogen didalam proses fermentasi
nata de coco dapat mmebantu meningkatkan produktifitas bakteri
Acetobacter xylinum dalam proses memproduksi selulosa (Edria et al., 2008).
Pemakaian dosis yang diberikan juga sangatlah kecil yaitu 0,5%, aritnya dosis
tersebut dikategorikan aman karena tidak melebihi ambang batas maksimum
dari seluruh bahan (Widiyaningrum dkk., 2017).
Kemudian, air kelapa yang sudah dicampur dengan pupuk ZA 0,5%
dituangkan kedalam wadah yang steril. Setelah itu, ukur ph air kelapa hingga
phnya 4,5-5. Larutan air kelapa yang sudah tidak panas lagi kemudain diatur
diatur pH nya hingga mencapai sekitar ph 4.5 (Jagannath et al., 2008). Ph 4,5-
5 merupakan ph yang optimum didalaam proses pembuatan nata de coco
karena pada ph tersebut tingkat keasamaan atau pH bertujuan untuk
menyesuaikan dengan karakteristik bakteri, apabila tingkat keasamannya
sesuai maka bakteri akan tumbuh dengan optimum dan menghasilkan produk
nata dengan maksimal (Sherly et al, 2021).
Setelah itu, menuanagkan air kelapa tadi kedalam wadah nampan plastic
dan setelah itu menambahkan starter nata de coco. Saat menggoyang wadah,
jangan sampai ada larutan yang terkena kain untuk menghidnari terjadinya
kontaminasi dengan udara dan bakteri yang ada diluar. Kemudian lakukan
fermentasi (Budhiono et al., 1999).
Selanjutnya setelah proses fermentasi nata de coco selesai, inkubasi
dihentikan. Kemudian ambil nata yang sudah jadi dan kemudian mencuci
bersih hingga tidak ada lendirnya lagi dan agar bau asamnya hilang.
Kemudian setelah itu potong dan meninmbang nata kemudian merendamnya
kembali selama beberapa hari dan setelah itu siap untuk disajikan. Nata dalam
larutan gula dibiarkan semalam, selanjutnya nata siap dikonsumsi
(Palungkun, 1992).
Pada hasil pengamatan percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok
kami (kelompok 5) didapatkan hasil yaitu tidak berhasil dikarenakan nata de
coco masih berbentuk cair, berwarna krem/agak kekuningan, serta padatan
pada nata de coco tidak terbetnuk. Ketidak berhasilan dalam pembuatan nata
dapat dipengaruhi juga oleh kontaminasi antara starter dengan udara luar.
Kegagalan yang seringkali terjadi pada saat membuat nata de coco yaitu tidak
terbentuknya lapisan, adanya kontaminasi dengan mikroba lain, atau tidak
sterilnya proses selama proses inkubasi berjalan (Widyaningrum, et al, 2017).
Sedangkan pada percobaan pembuatan nata de coco yang dilakukan oleh
kelompok 6,7,dan 8 didapatkan hasil yaitu berhasil. Pada kelompok 6 dengan
konesntrasi gula pasir 6% didapatkan hasil berat 850gr, panjang 29,5cm, dan
tebalnya 1,2cm. Pada kelompok 7 dengan konsentrasi gula pasir 7%
didapatkan hasil berat 850gr, panjang 28,5cm, dan tebal 1,5cm. Dan pada
kelompok 8 dengan konsentrasi gula pasir 8%, berat 800gr, panjang 27cm,
dan tebalnya 0,8cm. Konsentrasi gula yang berbeda-beda bertujuan untuk
dapat melihat perbedaan kekenyalan dan kekerasan nata. Semakin tingginya
kadar gula yang diberikan didalam media, maka kekerasan nata menjadi
rendah sedangkan kekenyalannya meningkat (Daniel, 2002).
Pada hasil uji organoleptic kelompok 6,7,dan 8, hasil yang diperoleh
semuanya sama. Yaitu pada indicator kekompakan, ketiga kelompok pada
nata yang terbentuk mendapatkan hasil kompak, pada aroma yaitu bau khas
nata de coco, pada warna yaitu warna khas nata de coco yaitu warna putih,
sedangkan pada rasa yaitu agak asam atau tidak asam.
Berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munawwaro
(2009) warna nata de coco berhubungan dengan ketebalan nata. Semakin
tebal nata maka warna nata akan semakin gelap. Semakin tebal nata maka
pembentukan selulosa akan semakin banyak dan memiliki jalinan yang lebih
rapat sehingga membuat warna nata semakin gelap.

VII. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan nata de
coco diantaranya yaitu diantaranya yaitu terjadinya kontaminasi oleh
mikroba lain, atau wadah tempat nata de coco tidak steril pada saat proses
selama inkubasi sehingga terkontaminasi mikroba lain dari lingkungan.
2. Peran mikrobakter dalam pembuatan nata de coco yaitu sebagai perombak
gula. Acetobacter xylinum diyakini dapat bermanfaat untuk merombak gula
menjadi asam asetat dan juga nata sebagai metabolit sekundernya.
3. Pengaruh konsentrasi gula yang diberikan pada saat membuat nata de coco
yaitu berpengaruh pada tingkat kekenyalan dan ketebalan nata yang
terbentuk.
4. Pemberian ZA dalam komposisi pembuatan nata de coco bertujuan untuk
pasokan nitrogen untuk mikroba Acetobacter xylinum.
5. Jenis-jenis nata diantaranya ada nata de coco yang berbahan dasar dari air
kelapa yang difermentasi, kemudian ada nata de pina yang menggunakan
air buah nanas sebagai media pertumbuhan bakterinya, dan juga ada nata de
soya yang berbahan dasar dari limbah tahu cair.
VIII. Daftar Pustaka

Budhiono, A., Rosidi, B., Taher, H. & Iguchi, M. 1999. Kinetic Aspects Of
Bacterial Cellulose Formation In Nata De Coco Culture System.
Carbohydrate Polymer, 40, 137 - 143.
Collado, L. S. Processing And Problem Of The Industry In The Philipines.
Traditional Food And Their Processing In Asia, November, 13 - 15 1986
Tokyo.
Daniel, C. H. V. (2002). Efektifitas Umur dan Konsentrasi. Starter A.
Xylinum dalam Pembentukan Pelikel Nata de Soya. Malang: FTP
UNIBRA.
Djajanegara, I. 2010. Pemanfaatan limbah buah pisang dan air kelapa sebagai
bahan media kultur jaringan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tipe
229. Jurnal Teknologi Lingkungan 11(3): 373-380.
Edria, D., Wibowo, M. & Elvita, K. 2008. Pengaruh Penambahan Kadar
Gula Dan Kadar Nitrogen Terhadap Ketebalan, Tekstur Dan Warna Nata
De Coco. Bogor: Jurusan Ilmu Dan Teknologi Pangan, IPB.
Forng, E.R., S.M. Anderson & R.E. Cannon. 1989. Synthetic Medium for
Acetobacter Xylinum that can be Used for Isolation of Auxotrophic Mutan
and Study of Cellulose Biosynthesis. App. and Environ. Microbiol.
Hamad, A. & Kristiono. 2013 Pengaruh penambahan sumber nitrogen
terhadap hasil fermentasi nata de coco, Momentum, 9 (1) : 62-65.
Hamad, A., Andriyani, N. A., Wibisono, H. & Sutopo, H. 2011. Pengaruh
Penambahan Sumber Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata De Coco.
Techno, Jurnal Ilmu Teknik, 12.
Hamad, A., Indriyani, N., Mulyadi, A. H. & Puspawiningtyas, E. Optimasi
Proses Pembuatan Nata De Coco Dari Fermentasi Air Kelapa
Menggunakan Response Surface Method. Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia 2012, 20 - 24 September 2012 2012 Fakultas Teknik
Universitas Indonesia Depok. Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia
Indonesia.
Iguchi, M., Yamanaka, S. & Budhiono, A. 2000. Bacterial Cellulose A
Masterpiece Of Nature's Arts. Journal Of Material Science 35 261 - 270.
Jagannath, A., Kalaiselvan, A., Manjunatha, S. S., Raju, P. S. & Bawa, A. S.
2008. The Effect Of Ph, Sucrose And Ammonium Sulphate
Concentrations On The Production Of Bacterial Cellulose (Nata-De-Coco)
By Acetobacter Xylinum. World J Microbiol Biotechnol , 24, 2593 - 2599.
Keshk, S.M. 2014. Bacterial Cellulose Production and its Industrial
Applications, J Bioproces Biotechniq.4 (2) : 2-10.
Lapuz, et al (1967) “The Natta Organism Cultural Requirements,
Characteristics and Identity”. Philipp J Sci. 96.291-108.
Lapuz, M. M., E.G., Gallardo dan Palo, M.A. 1967. The nata organism
cultural. Requirements characteristic and identity. The Phillippine Journal
of Sceince Vol. 96.
Ley, J.D., & Frateur, J. 1974. Genus Acetobacter. Bejering. In R.E. Buchanan
& N.E. Gibson (Ed). Bergeys Manual of Determinatif Bacteriology, Eight
Edition. Baltimore: The Williams & Wilkins Co.
Majesty, J., Argo, B. D., & Nugroho, W. A. 2015. Pengaruh Penambahan
Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata dari Sari Nanas
(Nata de Pina). Jurnal Leteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 3(1):
80-85.
Melliawati, R., & Djohan, A. C. (2013). Analisis Karboksimetil Selulosa dari
Bakteri Acetobacter xylinum dan Acetobacter sp. RMG-2. Berita Biologi
12(3): 335-344.
Mesomya, W., Pakpeankitvatana, V., KOmindr, S., Leelahakul, P., Cuptapun,
Y., Hengsawadi, D., Tammarate, P., & Tangkanakul, P. 2006. Effect of
Health Food from Cereal and Nata de Coco on Serum Lipids in Human.
Journal of Nutraceutical and Fumetional Food 28(1): 23-28.
Misgiyarta. 2007. Teknologi Pembuatan Nata De Coco. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan Ketujuh.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Penerbit Ui-
Press.
Rahayu, E.S., 1993. Bahan Pangan Hasil Fermentasi. Yogyakarta : Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM.
Sherly N. Y. P., Wahyu F. S., Cindy V. B. U., Dyah R. S., Zahra N. A., Zulfa
S. P., Anjar R. S. 2021. Pengaruh Mikroorganisme, Bahan Baku, Dan
Waktu Inkubasi Pada Karakter Nata: Review. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian. 14(1), 62-74.
Sutarminingsih, L. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco . Kanisius.
Yogyakarta.
Widiyaningrum, P., Mustikaningtyas, D., & Priyono, B. (2017). Evaluasi
Sifat Fisik Nata de Coco dengan Ekstrak Kecambah Sebagai Sumber
Nitrogen. Seminar Nasional Pendidikan, Sains, dan Teknologi: 234-239.
Widyaningrum, P., Mustikamungtyas, D. dan Prayono, B., 2017. Evaluasi
Sifat Fisik Nata De Coco dengan EkstrakKecambah sebagai Sumber
Nitrogen, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains dan Teknologi
FMIPA. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Munawwaro, S. (2009). Pengaruh pH Media dan Lama Fermentasi
Terhadap Hasil Nata De Coco (Doctoral dissertation).

Anda mungkin juga menyukai