ACARA VI
“EKSTRAKSI DNA DAN ELEKTROFORESIS”
REFI A. RAHMADINA
1804020017
2021
Rabu, 28 April 2021
ACARA VI
EKSTRAKSI DNA DAN ELEKTROFORESIS
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil akhir yang diperoleh dari praktikum ektraksi
DNA.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan elektrolit buffer pada gel
elektroforesis.
3. Untuk mengetahui kualitas DNA yang baik pada saat dilakukannya
elektroforesis DNA.
II. Dasar Teori
DNA merupakan asam nukleat yang mengandung materi genetik yang
mempunyai fungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk
kehidupan secara seluler. DNA berada pada nukleus, mitikondria, dan kloroplas.
Ketiganya memiliki perbedaan adalah DNA nukleus mempunyai bentuk yaitu
linier dan berasosiasi sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA
mitokondria dan kloroplas mempunyai bentuk yaitu sirkular dan tidak berasosiasi
dengan protein histon. Selain itu DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri
khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Sedangkan
DNA nukleus memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. Dilihat dari
organismenya, struktur DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan
berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linier dan memiliki
protein histon (Krizman, 2006).
DNA adalah senyawa yang terkandung informasi genetik makhluk hidup
dari satu generasi ke generasi selanjutnya. DNA keseluruhan dalam suatu sel akan
membentuk genom. Genom tersebut meliputi bagian gen yang fungsional maupun
non-fungsional dalam sel organisme. DNA genom meliputi gen dan intergen.
Deoxyribonucleic acid atau DNA ialah senyawa kimia yang sangat penting dalam
makhluk hidup. (Suryo, 2004).
Kualitas DNA yang baik yang diperoleh dari hasil ekstraksi termasuk syarat
dasar dalam studi molekuler yang harus dipenuhi, terutama dalam penandaan sidik
jari DNA. CTAB (Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide) adalah salah satu
metode yang umum digunakan dalam mengekstraksi DNA tanaman yang banyak
mengandung polisakarida dan senyawa polifenol (Lumaret et al., 1998; Jose dan
Usha, 2000). Terdapat tiga langkah utama dalam proses ekstraksi DNA, yaitu
seperti perusakan dinding sel (lisis), pemisahan DNA dari bahan padat seperti
selulosa dan protein, serta pemurnian DNA (Nicholl, 1993; Surzycki, 2000).
Ekstraksi DNA adalah salah satu tahap penting dalam kegiatan pemuliaan
berbasis molekuler (Kristianto, 2016). Dalam kegiatan pemuliaan berbasis
molekuler, ekstraksi DNA merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan
tahapan selanjutnya (Fulton et al., 1995). DNA diperlukan dengan kualitas dan
kuantitas yang memadai untuk kegiatan berbasis molekuler seperti Polymerase
Chain Reaction (PCR), Southern blotting, konstruksi pustaka genomik, hingga
sekuensing (Ibrahim, 2010). Adanya senyawa kontaminan seperti polisakarida dan
polifenol yang ikut terekstraksi yang dapat menghambat kerja enzim tertentu
sehingga hal tersebut harus dihindari (Hoarau et al., 2007). Oleh karena itu,
dibutuhkannya metode ekstraksi yang mampu menghasilkan DNA dengan
kuantitas dan kualitas yang baik.
Terdapat berbagai macam metode isolasi DNA tanaman. Metode-metode
tersebut menggunakan CTAB dan SDS dalam ekstraksi DNA (Ribeiro et al.
2007). Beberapa metode isolasi DNA juga menggunakan nitrogen cair pada tahap
awal ekstraksi untuk menghasilkan kualitas DNA terbaik. Protokol Doyle &
Doyle (1999) sering digunakan untuk ekstraksi DNA tanaman (Ribeiro et al.
2007). Menurut Dellaporta et al. (1983), Jobes et al. (1995), Zheng et al. (1995)
menyatakan bahwa masih banyak lagi metode-metode lainnya dalam ekstrasi
DNA. Namun, tidak semua protokol-protokol tersebut cocok untuk semua jenis
tanaman.
Isolasi DNA salah satu langkah dalam mempelajari DNA. Salah satu prinsip
dalam isolasi DNA yaitu sentrifugasi. Sentrifugasi yaitu teknik untuk memisahkan
campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai
berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan
berada pada bagian atas tabung . Hasil sentrifugasi dapat menunjukkan 2 macam
fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelle atau natan pada
bagian bawah. Prinsip dasar dalam ekstraksi DNA yaitu menghancurkan dinding
serta membran sel tanaman lalu mengeluarkan DNA yang terdapat dalam nukleus
tanpa menyebabkan kerusakan pada DNA tersebut (Sharma et al. 2010).
Sementara menurut Chi et al. (2009), menyatakan bahwa proses ekstraksi DNA
secara umum terbagi menjadi beberapa tahap yaitu persiapan materi yang akan
digunakan, proses penghancuran sel, penghilangan senyawa kontaminan, dan
pengumpulan DNA. Menurut Ogunkanmi et al. (2011), menyatakan bahwa DNA
yang diekstrak harus terbebas dari senyawa kontaminan seperti polisakarida,
polifenol, dan tanin yang biasanya ikut terbawa dan menyebabkan terhambatnya
kerja dari beberapa enzim dalam kegiatan molekuler.
Electrophoresis DNA adalah suatu cara dalam analisis kimiawi yang
berdasarkan pada pergerakan molekul-molekul bermuatan di dalam medan listrik
(titik isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik tersebut dipengaruhi
oleh bentuk, ukuran, dan besar muatan dari molekul (Titrawani, 1996). Metode
pemisahan Gel Electrophoresis System yaitu salah satu metode yang murah dan
mudah dikembangkan. Metode ini biasanya digunakan dalam pemisahan DNA
dan protein. Faktor yang mempengaruhi pergerakan molekul yaitu massa, bentuk
molekul dan suhu, porositas dan viskositas media. Larutan elektrolit sangat
diperlukan dalam metode elektroforesis gel. Larutan elektrolit mempunyai fungsi
sebagai penghantar arus listrik dalam proses elektroforesis DNA. Larutan
elektrolit yang biasa digunakan adalah buffer (Atik, 2016). Metode elektroforesis
dibagi menjadi beberapa jenis yang berdasarkan media yang akan digunakan
dalam proses elektroforesis yaitu elektroforesis kertas, gel elektroforesis dan
elektroforesis kapiler. Metode elektroforesis yang seringkali digunakan adalah gel
elektroforesis. Gel elektroforesis seringkali digunakan sebagai penentuan suatu
protein serta asam amino (Mckee, 2012). Gel elektroforesis menggunakan
matrik/gel yang mempunyai fungsi dalam meminimalisir konveksi sebagai tempat
bergeraknya molekul dan penyaring ukuran molekul (Holde, 2006). Gel
elektroforesis mempunyai keuntungan yaitu harga yang relatif murah dan dalam
satu kali analisis bisa digunakan untuk beberapa sampel tergantung dari ukuran
lebar gel yang digunakan.
III.Alat dan Bahan
1. Alat
a. Ektraksi DNA
b. Elektroforesis
2. Bahan
a. Ekstraksi DNA
- CTAB buffer - Ethanol absolute
- Alkohol 70% - 7.5 M ammonium acetate
- Daun kelapa kopyor - Ethanol 70%
- Nitrogen cair - TE buffer
- CIAA (chloroform isoamyl
alkohol 24:1)
b. Elektroforesis
- TBE buffer - Loading buffer
- DNA kelapa - Ethidium bromida
- Agarose
VII. Kesimpulan
1. Hasil akhir dari ekstraksi DNA dengan terlihat bagian berwarna putih, bagian
putih tersebut merupakan bukti bahwa ekstraksi yang telah dilakukan berhasil.
Karena terdapat gumpalan berwarna putih yang mana gumpalan tersebut
merupakan DNAnya.
2. Gel elektroforesis membutuhkan larutan elektrolit yang fungsinya sebagai
penghantar arus listrik dalam elektroforesis. Larutan elektrolit yang biasa
dipakai merupakan buffer/penyangga.
3. Kualitas DNA yang baik dapat dilihat dengan tingginya intensitas pita DNA
yang dihasilkan dan rendahnya intensitas smear. DNA dengan kualitas baik
diperlihatkan dari hasil elektroforesis yang bagus yang memperlihatkan pita
DNA yang utuh, tidak smear dan bersih dari zat-zat pengotor (protein,
polisakarida, polifenol). DNA yang baik diperlihatkan dari tidak adanya DNA
yang terdegradasi saat elektroforesis.
VIII. Daftar Pustaka
Chan, Cheong-Xin , Chai-Ling Ho, Othman, RY., Siew-Moi Phang. 2004. Total
RNA Extraction for the Red Seaweed Gracilaria changii
(Gracilariales,Rhodophy ta): Malaysia.
Doyle JJ, Doyle JL. 1990. Isolation of plant DNA from fresh tissue. Focus. 12: 13-
15.
Fatchiyah. 2011. Uji kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. p. 33-
37.
Fulton TM, Chunwongse J, Tanksley SD. 1995. Microprep protocol of extraction
DNA from tomato and other herbaceous plants. Plant Molecular Biology
Reporter. 13(3):207–209.
Hoarau G, Coyer JA, Stam WT, Olsen JL. 2007. A fast and inexpensive DNA
extraction/purification protocol for brown macroalgae. Molecular Ecology
Notes 7:191–193.
Holde, K. E. v., Johnson, W. C. & Ho, P. S., 2006. Principles of Physycal
Biochemistry. 2nd penyunt. USA: Pearson Education,Inc.
Ibrahim RIH. 2010. A modified CTAB protocol for DNA extraction from young
flower petals of some medicinal plant species. Geneconserve 10(40):165–
182.
Jobes DV, Hurley DL, Thien LB. 1995. Plant DNA isolation:a method to
efficiently remove polyphenolics, polysccharides, and RNA. Taxon 44:
349-386.
Jose, J. and R. Usha. 2000. Extraction of Geminiviral DNA from a Aighly
Mucilaginous Plant (Abelmoschus esculentus). Plant Mol. Biol. Rep. 18:
349-355.
Komalasari, K. 2009. Pengaruh perbandingan volume darah dan lisis buffer serta
kecepatan sentrifugasi terhadap kualitas produk DNA pada sapi Frensian
Holstein (FH). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kristianto. N, Rerenstradika. T. T, Habib. R dan Puji. L. 2016. Metode Ekstraksi
DNA Pada Jatropha spp Tanpa Menggunakan Nitrogen Cair. Jurnal Litri,
22(4) :159-166. ISSN 0853-8212.
Kumar, A., & Anandaraj, M. (2006). Method for isolation of soil DNA and PCR
based detection of ginger wilt pathogen , Ralstonia solanacearum,
59(1701), 154–160.
Kusumaningrum, H.P. (2014). Desain Alat Elektroforesis Untuk Optimasi
Visualisasi Dan Konsentrasi DNA Menggunakan Software. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 10(2), Hal.194-202.
Lumaret, R., H. Michaud, J.P. Ripoll, and L. Toumi. 1998. Chloroplast DNA
extraction procedure for species high in phenolics and polysaccharides. p.
15-17. In A. Karp, P.G. Isaac, and D.S. Ingram (Eds.). Molecular Tool for
Screening Biodiversity. Chapman and Hall, London.
McKee, T. & McKee, J. S., 2012. Biochemistry : The Molecular Basis of Life. 5th
penyunt. New Yok: Oxford University Press.
Mulyani Y, Purwanto A, Nurruhwati I, 2011. Perbandingan Beberapa Metode
Isolasi DNA untuk Deteksi Dini Koi Herpes Virus (KHV) pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). Jatinangor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran. Jurnal Akuatika, 8(11): 1-16.
Nicholl, D. S. T. 1993. An Introduction to Genetic Engineering. Department of
Biological Science, University of Praisly.
Potin, P., Richard, C., Rochas., and Kloareg, B. 1993. Purification and
characterization of the αagarase from Alteromonas agarlyticus (Cataldi)
comb. nov., strain GJ1B, European Journal of Biochemistry 214. 2: 599–
607.
Ribeiro RA, Lovato MB. 2007. Comparative analysis of different DNA extraction
protocols in fresh and herbarium specimens of the genus Dalbergia.
Genet. Mol. Res. 6: 173-187.
Syafaruddin dan T.J. Santoso. 2011. Optimasi teknik isolasi dan purifikasi DNA
yang efisien dan efektif pada kemiri sunan (Reutalis trisperma (Blanco)
Airy Shaw). Jurnal Littri. 17(1): 11-17
Tenriulo AE, Suryati, Parenrengi A, Rosmiat, 2001. Ekstraksi DNA Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii Dengan Metode Fenol Kloroform. Marina
Chimica Acta, 2(2): 6-10.
Titrawani. 1996. Biodiversiti Kodok Genus Rana Ditinjau dari Morfologi,
Kariotip dan Pola Protein di Kodya Sawahlunto. Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Wery Aslinda & Ahyar Ahmad. 2016. Isolasi dan Karakterikasi Agarosa dari
Makroalga Merah Euchema Cottoni untuk Pemisahaan Fragmen DNA.
Online Journal of Natural Science, 5(3) :307-317.
Westermeier. 2004 . Electrophoresis in practice : a guide to theory and practice.
John Wiley & Sons Inc., New Jersey.
Wicaksono BD, Yohana AH, Enos T, Irawan W, Dina Y, Aldrin N,Ferry S. 2009.
Antiproliferative effect of the methanol extract of Piper crocatum ruiz
&pav leaves on human breast ( T47D)cells In- vitro. Trop J Pharm Res
8:345-352
Yuwono, T., 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Penerbit
Andi.Yogyakarta
IX. Lampiran
Terlampir