TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pati Sagu
Sagu (Metroxylon Sagu Rottb) merupakan tanaman asli asia tenggara.
penyebarannya meliputi melanesia barat sampai india timur dan dari
Mindanao Utara sampai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara bagian selatan. Sekitar
50% tanaman sagu dunia atau 1.128 juta ha tumbuh di Indonesia (Flach, 1983
dalam Limbongan 2007), dan 90% dari jumlah tersebut atau 1.015 juta ha
berkembang di Provinsi Papua dan Maluku (Lakuy, 2003 dalam Limbongan
2007). Produk ini digunakan untuk pengolahan makanan, pakan, kosmetika,
industri kimia dan pengolahan kayu (Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Industri Sumatera Barat, 2001). Salah satu hasil perkebunan yang banyak terdapat
di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah sagu. Batang sagu merupakan
gudang penyimpanan pati atau karbohidrat, yang lingkup pemanfaatannya dalam
industri sangat luas, seperti industri pangan, pakan, alkohol, dan bermacam-
macam industri kimia lainnya (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Komposisi komponen yang terkandung didalam pati sagu secara
mikroskopis struktur batang sagu dari arah luar terdiri dari lapisan sisa-sisa
pelepah daun, lapisan kulit luar yang tipis dan berwarna kemerah-merahan,
lapisan kulit dalam yang keras dan padat berwarna coklat kehitam-hitaman,
kemudian lapisan serat dan akhirnya empelur yang mengandung pati dan serat-
serat (Haryanto dan Pangloli, 1992). Sifat atau kualitas pati sagu dipengaruhi oleh
faktor genetik serta proses ekstraksinya, seperti peralatan dan air yang digunakan,
cara penyimpanan potongan batang sagu dan penyaringan (Flach, 1983 dalam
Limbongan 2007). Pati sagu umumnya berwarna putih. Menurut Purwani dkk
(2006), derajat putih pati sagu bervariasi dan dapat berubah selama penyimpanan.
Menurut Knight (1986) suhu gelatinasi pati sagu sekitar 60-72 ⁰C, tetapi
menurut Wirakartakusumah (1986) sekitar 72-90 ⁰C (Hasibuan, 2009). Pati sagu
atau yang biasa disebut tepung sagu oleh masyarakat, selama ini hanya
digunakan
5
6
sebagai bahan makanan sumber energi dan belum diketahui manfaat lainnya.
Konsentrasi pati terhadap air akan mempengaruhi kekentalan larutan pembentuk
lapisan plastik dan ketebalan dari film yang terbentuk. Semakin kental larutan pati
semakin tebal lapisan film yang terbentuk. Semakin tebal lapisan yang terbentuk
menghasilkan lebih banyak gugus hidrofilik yang sangat mudah untuk
berinteraksi dengan air. Dalam aplikasinya didalam plastik biodegradable, pati
dicampurkan dengan butiran alaminya yang dijaga tetap utuh, atau dilelehkan dan
dicampur didalam sebuah level molekular dengan polimer yang sesuai. Sehingga
penelitian ini difokuskan untuk membuat atau mencari sifat lain dari pati sagu
tersebut, selain sebagai sumber energi. Komposisi kimia pati sagu tertera pada
Tabel 2.1.
pati akan membengkak. Granula pati dapat membengkak dan pecah sehingga
tidak dapat kembali pada kondisi semula. Perubahan sifat inilah yang disebut
gelatinasi. Untuk lebih meningkatkan nilai ekonomi dari batang sagu, pati sagu
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable.
2.2 Komposit
Komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat
dengan serat yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan-bahan
pembentuknya. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat
(fiber) sebagai pengisi dan bahan pengikat serat yang disebut matrik. Didalam
komposit unsur utamanya serat, sedangkan bahan pengikatnya polimer yang
mudah dibentuk. Penggunaan serat sendiri yang utama adalah menentukan
karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat mekanik
lainnya. Sebagai bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan gaya yang
bekerja pada bahan komposit, matrik berfungsi melindungi dan mengikat serat
agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu
untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan
matrik dipilih bahan-bahan yang lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.
Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau
gabungan. komposit ini berasal dari kata kerja to compose yang berarti menyusun
atau menggabungkan. Jadi definisi komposit dalam lingkup ilmu material adalah
gabungan dua buah material atau lebih yang digabung pada skala makroskopis
untuk membentuk material baru yang lebih bermanfaat, ini berbeda dengan alloy
atau paduan yang digabung secara mikroskopis. Pada material komposit sifat
unsur pendukungnya masih terlihat dengan jelas, sedangkan pada alloy atau
/paduan sudah tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungya. Sebagai contoh
baja, baja adalah alloy atau paduan antara Fe dengan C serta sedikit unsur lainnya.
Pada baja sudah tidak terlihat mana Fe maupun mana yang C (karbon). Tetapi ini
tidak berlaku pada komposit, pada material ini penyusunnya akan terlihat jelas
baik itu serat maupun matriknya (Gibson, 1994).
11
Secara prinsip, komposit dapat tersusun dari berbagai kombinasi dua atau
lebih material, baik material logam, material organik, maupun material non
organik. Namun demikian bentuk dari unsur-unsur pokok material komposit
adalah fibers, particles, leminae, flakes dan matrix. Secara garis besar komposit
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu, material komposit serat (Fibers
Composites), material komposit partikel (Particulate Composites) dan material
komposit lapis (Laminates Composites). Dalam penelitian ini jenis komposit
yang dibuat yaitu material komposit serat.
pendek/acak).
Gambar 2.5 Chopped fiber composite
Gambar 2.5 Chopped fiber composite (Gibson, 1994)
2.2.2 Matrik
Matrik adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matrik mempunyai fungsi untuk mentransfer
tegangan ke serat secara merata, melindungi serat dari gesekan mekanik,
memegang dan mempertahankan serat pada posisinya, melindungi dari
lingkungan yang merugikan, tetap stabil setelah proses manufaktur.
Sifat-sifat matrik:
1. Sifat mekanis yang baik.
16
2.3 Biokomposit
Komposit terdiri dari dua penyusun utama yaitu reinforcement dan matriks.
Biokomposit adalah material komposit dengan salah satu penyusunnya bersifat
natural, misalnya menggunnakan reinforcement serat alam atau matriks alam.
Komposit dari serat alam merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk tetap
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Komposit serat alam diharapkan menjadi
suatu material yang bersifat dapat diperbaharui sehingga mengurangi dan
mencegah dampak kerusakan lingkungan dari bahan polimer seperti plastik yang
tidak dapat diperbaharui. Disamping itu, komposit dari serat alam juga bertujuan
untuk memanfaatkan limbah dari bahan serat alam seperti serat dari serbuk kayu.
Material biokomposit tentu memiliki beberapa keunggulan apabila
dibandingkan dengan material dasar seperti logam, keramik dan polimer atau
material komposit lainnnya. Keunggulan tersebut antara lain:
1. Mengurangi berat.
2. Dapat didaur ulang.
3. Merupakan material yang berfungsi sebagai langkah untuk bumi hijau
(green movement).
4. Biaya produksi yang lebih kompetitif.
5. Sifat material yang lebih baik.
6. Mudah dibentuk.
7. Konsumsi energi pembuatan yang rendah.
8. Terbuat dari bahan yang dapat diperbarui.
Oleh karena biokomposit memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan material lainnya, maka pada saat ini penggunaan material biokomposit
19
0°C dapat dihilangkan dengan penggunaan bahan pengisi dengan bantuan pengisi
dan penguat akan terdapat adhesi yang baik.
Polimer yang memiliki konduktivitas panas rendah seperti polipropilena
(konduktivitas = 0,12 W/m) kristalinitasnya sangat rentan terhadap laju
pendinginan. Misalnya dalam suatu proses pencetakan termoplastik membentuk
barang jadi yang tebal dan luas, bagian tengah akan menjadi dingin lebih lambat
daripada bagian luar yang bersentuhan langsung dengan cetakan. Akibatnya akan
terjadi perbedaan derajat kristalinitas pada permukaan dengan bagian tengahnya.
Polipropilena mempunyai tegangan (tensile) yang rendah, kekuatan benturan
(impact strength) yang tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap pelarut organik.
Polipropilena juga mempunyai sifat isolator yang baik mudah diproses dan sangat
tahan terhadap air karena sedikit menyerap air dan sifat kekakuan yang tinggi.
Seperti polyolefin lain, polipropilena juga mempunyai ketahanan yang sangat baik
terhadap bahan kimia anorganik non pengoksidasi, deterjen, alkohol dan
sebagainya. Tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti
asam nitrat dan hidrogen peroksida.
2.6 Termoplastik
Termoplastik membutuhkan panas untuk membuatnya menjadi dapat
terbentuk dan setelah pendinginan akan berubah kembali kepada bentuk semula.
Bahan-bahan ini dapat dipanaskan ulang dan membentuk bentuk baru beberapa
kali tanpa adanya perubahan yang berarti pada sifatnya. Perilaku ini adalah akibat
ketidakhadiran crosslink kimia pada polimer ini, bahkan setelah dilelehkan. Film
didefinisikan sebagai lembaran yang fleksibel yang tidak megandung bahan
metalik, dengan ketebalan tidak lebih dari 0.01 inchi atau 250 mikron. Film
terbuat dari turunan selulosa dan sejumlah resin termoplastik, terdapat dalam
bentuk gulungan lembaran dan tabung yang dapat digunakan sebagai
pembungkus, kantong, tas dan sampul (Wiwik dkk, 2012). Film dari campuran
pati dan plasticizer dapat digunakan sebagai kemasan, namun harus memenuhi
standar sifat mekanik tertentu. Sifat fisik dan mekanik dari beberapa jenis plastik
berdasarkan ASTM D638 diperlihatkan pada Tabel 2.4.
23
Tabel 2.4 Sifat Fisik dan Mekanik dari Beberapa Jenis Plastik
kelemahan dari bahan pati yaitu sifat mekanis yang buruk dan sensitifitas terhadap
air. Hasil penelitian menunjukkan pati gliserol terplastisasi dapat dicampur
dengan PU berbasis minyak lobak pada kandungan PU dibawah 20% dan terjadi
pemisahan fasa ketika kandungan PU meningkat. Penambahan PU kedalam
matrik pati juga meningkatkan resistensi film terhadap air (Lu et al, 2005).
Wu et al, 2008 mensintesa TPS termodifikasi menggunakan pati jagung
dengan PU yang dibuat dari Difenilmetana Diisosianat dan Poliol yang berasal
dari minyak jarak. Modifikasi ini menghasilkan bahan pengisi yang membentuk
mikropartikel sehingga diperoleh bahan mirokomposit pati jagung. Proses yang
dilakukan oleh Wu adalah memperkuat termoplastik pati jagung dengan
menggunakan PU yang berikatan dengan matrik pati melalui ikatan uretan. PU
dicampurkan kedalam matrik pati sebagai pengisi dan pada keadaan tersintesa
secara terpisah (Wu et al, 2008). Pembuatan kemasan makanan dari polimer
nanokomposit berbasis polimer termoplastik (Polietilen, PE dan Polipropilen, PP)
dengan filler CaCO dan tapioka berukuran nanopartikel dengan penambahan
plasticizer dan aditif telah dilakukan. Pembuatan kemasan berupa kantong plastik
dilakukan dengan metoda ekstrusi blow molding. Hasil analisa yang meliputi uji
sifat fisik/mekanik, sifat barrier, biodegradabilitas dan keamanan pangan
menunjukkan polimer yang dihasilkan telah memenuhi syarat (Wiwik dkk, 2012).
NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan
termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Basa adalah zat yang
dalam air menghasilkan ion OH negatif dan ion positif. Larutan basa memiliki
sifat rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin (seperti sabun). Sifat licin
terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa.
Perlakuan alkali yang biasa dikenal dengan nama merserisasi merupakan
salah satu perlakuan kimia yang banyak digunakan pada serat alam apabila serat
akan digunakan sebagai penguat pada matriks, baik matriks termoplastik maupun
thermoset. Modifikasi perlakuan alkali akan membuka ikatan hidrogen sehingga
akan membuat permukaan serat menjadi lebih kasar. Adanya perlakuan alkali
pada serat akan menghilangkan sejumlah lignin, lilin, maupun kotoran-kotoran
lainnya yang terdapat pada permukaan serat, sehingga terjadi depolimerisasi pada
selulosa dan membuat rantai selulosa pada serat menjadi lebih pendek. Dalam hal
ini penambahan NaOH akan membuat ionisasi gugus OH pada serat sehingga
akan menjadi alkalisasi. Dalam komposit polimer, metode perlakuan alkali pada
serat selulosa merupakan modifikasi kimia yang telah dilakukan untuk
meningkatkan adhesi antara permukaan serat selulosa dan matriks polimer karena
menghasilkan ikatan yang baik.
Perlakuan alkali pada serat akan memberikan dua efek terhadap serat yaitu:
1. Meningkatkan kekasaran permukaan serat sehingga akan menghasilkan
interlocking yang lebih baik.
2. Meningkatkan jumlah selulosa yang terlepas
Perlakuan NaOH ini bertujuan untuk melarutkan lapisan yang menyerupai
lilin di permukaan serat, lignin, dan kotoran lainnya. Dengan hilangnya lapisan
lilin ini maka ikatan antara serat dan matriks menjadi lebih kuat, sehingga
kekuatan tarik komposit menjadi lebih tinggi. Namun demikian, perlakuan NaOH
yang lebih lama dapat menyebabkan kerusakan pada unsur selulosa. Padahal,
selulosa itu sendiri sebagai unsur utama pendukung kekuatan serat. Akibatnya,
serat yang dikenal perlakuan alkali terlalu lama mengalami degradasi kekuatan
yang signifikan. Sebagai akibatnya, komposit yang diperkuat serat dengan
perlakuan alkali yang lebih lama memiliki kekuatan yang lebih rendah.
26
2.9 Plasticizer
Plasticizer merupakan jenis bahan organik yang memiliki berat molekul
yang rendah. Plasticizer biasa dikenal dengan bahan pemlastis yang digunakan
untuk meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas suatu polimer. Plasticizer bersifat
tidak menguap akan tetapi hanya menjaga fleksibilitas dan daya rekat dari selulosa
film dari pernis atau fleksibilitas lembar plastik dan film. Plasticizer berfungsi
27
pada polimer polar untuk mengurangi ikatan hidrogen. Plasticizer yang sering
digunakan yaitu gliserol dan sorbitol. Pada penelitian ini menggunakan gliserol
sebagai plasticizernya (David, 1982)
2.9.1 Gliserol
Salah satu alkil trihidrat yang penting adalah gliserol (propa- 1,2,3 -triol)
CH2OHCHOHCH2OH. Senyawa ini kebanyakan ditemui hampir semua lemak
hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat
(Austin, 1985). Gliserin atau juga sering dikenal sebagai gliserol, merupakan
unsur kimiawi yang bersifat organik. Gliserin dapat larut sempurna dalam air dan
alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya, banyak zat dapat lebih mudah
larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserin
merupakan jenis pelarut yang baik (Yusmarlela, 2009).
Gliserol efektif digunakan sebagai plasticizer pada film hidrofilik, seperti
film berbahan dasar pati, gelatin, pektin, dan karbohidrat lainnya termasuk
kitosan. Penambahan gliserol akan menghasilkan film yang lebih fleksibel dan
halus. Gliserol adalah molekul hidrofilik yang relatif kecil dan dapat dengan
mudah disisipkan di antara rantai protein dan membentuk ikatan hidrogen dengan
amida. Gliserol dapat meningkatkan pengikatan air pada edible film. Gliserol
merupakan cairan yang memiliki kelarutan tinggi, yaitu 71/ 100 g air pada suhu
25°C. Biasanya digunakan untuk mengatur kandungan air dalam makanan dan
mencegah kekeringan pada makanan.
Gliserol merupakan plasticizer yang bersifat hidrofilik dan dapat
meningkatkan penyerapan molekul polar seperti air. Peran gliserol sebagai
plasticizer dan konsentrasinya dapat meningkatkan fleksibilitas film (Austin, 1985
dalam Ginting, 2012). Bertambahnya jumlah gliserol dalam campuran pati-air
mengurangi nilai tegangan dan perpanjangan (elongation). Kandungan gliserol
yang rendah juga mengurangi kuat tarik film (Larotonda, et., all. 2004).
2.10 Polyurethane
28
biokomposit
dipengaruhi oleh
komposisi filler
yang dimasukkan,
semakin tinggi
konsentrasinya
filler maka tingkat
biodegradabilitas
yang lebih baik
diperoleh. Tingkat
biodegradabilitas
tertinggi 88,57%
selama 30 hari
penguburan
diperoleh 40%
filler dengan
perbandingan TPS:
PP 1: 0,5.
10% memiliki
karakteristik yang
sesuai dengan
plastik komersial
dan dapat
didegradasi lebih
mudah.
4. Tumpal Analisis Fraksi2. 1. perbandingan1. kekuatan tarik yang
Ojahan dkk, Volume Serat berat 100:1 paling optimal
(2017) Pelepah Batang Resin polyester terdapat pada
Pisang dengan katalis. volume fraksi 28%
Bermatriks 2. Fraksi fiber : 72% matriks
Unsaturated Volume Serat dengan gaya
Resin Polyester Pelepah Batang maksimum 2327,9
(UPR) Terhadap Pisang 10%, N, tegangan tarik
Kekuatan Tarik 16%, 22%, 67,2065 N/mm2 ,
dan SEM 28%, 34% regangan 2,7477%
serta modulus
elastisitas 3441,82
N/mm2 . Pada
pengamatan SEM
fraksi volume 28%
filler : 72% matriks
paling optimal
karena adanya
ikatan matriks dan
serat menyatu
dengan sempurna.
5. Izaak,dkk, Analisis Sifat Fraksi volume 1. Untuk pengujian
(2013) Mekanik Dan epoksi yang tarik didapatkan
Daya Serap Air digunakan nilai maksimal
Material adalah: 10, yaitu 197,505
Komposit Serat 20,30,40, 50, N/mm². pada fraksi
Rotan 60, 70, 80 dan volume 30 %
90% dan epoxy : 70 % serat
volume serat terhadap tegangan
rotan adalah (σ), regangan (ε),
70% dan modulus
elastisitas (E)
artinya dari hasil
penelitian diatas
maka dapat
disimpulkan bahwa
nilai kekuatan tarik
komposit
berpenguat serat
33
rotan dengan
matriks epoxy
lebih tinggi dari
standart BKI yaitu
10 N/mm².
2. Untuk pengujian
daya serap air
Komposit serat
rotan epoxy
didapatkan nilai
maksimal 2,71
gram pada fraksi
volume 90% epoxy
: 10% serat dalam
pengujian daya
serap air. Yang
artinya komposit
tersebut lebih
sedikit dalam
menyerap air.