Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Plastik merupakan produk yang terdiri dari polimer seperti polyethylene,
polystyrene, polyurethane, dan nylon hal inilah yang membuat plastik sulit untuk
terurai sehingga penggunaannya dapat memberikan dampak buruk bagi
lingkungan jika tidak segera diatasi (Srimurni,2021). Sampah plastik menjadi
salah satu masalah terbesar dunia karena penggunaannya yang berlebihan, sulit
diuraikan, dan total massa yang sangat besar, membawa dampak buruk bagi
lingkungan. terutama plastik sekali pakai yang biasa digunakan untuk kemasan
makanan dan hanya dapat digunakan satu kali sebelum dibuang. Penggunaan
plastik sebagai kemasan diperkirakan menempati proporsi terbesar dengan jumlah
49-70% dari total aplikasi plastik hingga tahun 2020. Maka dari itu, inisiatif
pembuatan plastik yang dapat terurai (biodegradable) atau biasa disebut sebagai
bioplastik semakin menyemarak (Ramadhan, 2021).

II.1.1 Bioplastik
Bioplastik adalah plastik yang berasal dari sumber biomassa terbarukan,
diantaranya seperti lemak nabati dan minyak, tepung jagung atau mikrobiota.
Bioplastik biodegradable dapat rusak di lingkungan anaerobik atau aerobik,
tergantung pada bagaimana mereka diproduksi. Bahan baku bioplastik diantaranya
pati, selulosa, biopolimer dan berbagai bahan lainnya (Melani, 2017). Umumnya,
bioplastik dapat terdegradasi dengan mudah karena struktur molekul bahan
bakunya yang berbentuk kristal sehingga lebih rapuh dan lebih mudah
terdegradasi dari plastik konvensional. Menurut Srikanth Pilla, bioplastik dapat
dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan bahan baku dan garis besar proses
pembuatannya, yaitu Kategori I yang didapatkan melalui ekstraksi atau isolasi
langsung dari biomassa, Kategori II yang didapatkan dari sintesis kimia
monomer-monomer yang terbarukan (renewable) dan berasal dari biomassa (bio-
based), serta Kategori III yang diproduksi dari proses hidup mikroorganisme
alami maupun mikroorganisme yang telah dimanipulasi secara genetik. Menurut
Harald Kaeb, Sekretaris Jendral dari European Bioplastics ada sekurang-
kurangnya 4 jenis plastik yang memenuhi kriteria sebagai bio-degradeable
bioplastik, yaitu starch-based plastics/thermoplastic starch, cellulose-based
plastics, PLA (polylactic acid), dan PHA (polyhydroxylalkanoates). Jika keempat
jenis plastik tersebut diklasifikasikan ke dalam klasifikasi yang dibuat oleh
Srikanth Pilla, maka starch based-plastics dan cellulose-based plastics termasuk
ke dalam Kategori I, PLA termasuk ke dalam Kategori II, dan PHA termasuk ke
dalam Kategori III (Wijayanti, 2016).

II.1.2 Kandungan Biji Buah Alpukat


Alpukat merupakan salah satu produk hasil pertanian yang banyak
dihasilkan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, produksi
alpukat di indonesia mencapai 201.818 ton pertahun dan Aceh menghasilkan
alpukat sebanyak 4.331 ton pertahun. Selama ini masyarakat hanya mengolah
daging buah alpukat sedangkan biji alpukat dibuang sebagai limbah karena
dianggap tidak memiliki nilai ekonomis padahal biji alpukat mengandung
kandungan gizi yang baik bagi tubuh, dalam 100 g biji alpukat mengandung
48,11% karbohidrat, 3,10% serat, 17,94% protein, dan 16,48% lemak. Kandungan
pati pada biji alpukat cukup tinggi yaitu 79,45% dengan kandungan amilosa
sebesar 29,55% dan amilopektin 49,90%. Biji alpukat mengandung polifenol,
flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tannin, monoterpenoid dan
seskuiterpenoid. Kandungan zat pati yang cukup tinggi pada biji alpukat
memungkinkan biji alpukat sebagai salah satu sumber pati alternatif (Lukman,
2022).

II.1.3 Pati
Pati merupakan polisakarida yang ditemukan dalam sel tumbuhan dan
beberapa mikroorganisme. Pati yang terdapat dalam sel tumbuhan berbentuk
granula (butiran) dengan diameter beberapa mikron. Granula pati mengandung
campuran dari dua polisakarida berbeda, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
dalam pati bergabung dengan lipid dari struktur kristal yang lemah dan
memperkuat granula tersebut. Sementara amilopektin larut dalam air, amilosa dan
granula pati sendiri tidak larut dalam air dingin. Hal ini menyebabkan relatif
mudah untuk mengekstrak granula pati dari sumber tanaman. Ketika suspensi pati
dalam air dipanaskan, butiran pertama membengkak sampai tercapai suatu titik di
mana terjadinya pembengkakan ireversibel (Devi,2021).

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik.Pati


disusun oleh unit Dglukopiranosa.Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas.Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak
terlarut disebut amilopektin. Amilosa memiliki struktrur lurus yang dominan
dengan ikatan α-(1,4)-Dglukosa, sedangkan amilopektin mempunyai cabang
dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosa. Sifat fungsional pati yang penting
adalahkemampuan mengentalkan dan membentuk gel.Sifat pengental pati
ditunjukkan dengan kemampuan pati mencapai viskositas tinggi, yang mampu
dibentuk oleh pati selama pemanasan. Molekul pati mempunyai dua ujung
berbeda, yakni ujung non-pereduksi dengan gugus OH bebas yang terikat pada
atom karbon nomor empat dan ujung pereduksi dengan gugus OH bebas
anomerik. Gugus hidroksil dari polimer berantai lurus atau bagian lurus dari
struktur berbentuk cabang yang terletak sejajar akan berasosiasi melalui ikatan
hidrogen yang mendorong pembentukan kristal pati (Yuliansar,2020).

II.1.4 Filler
Bioplastik memiliki karakteristik mekanik yang cukup rendah, sehingga
dibutuhkan komponen-komponen lainnya untuk memperkuat karakteristik
mekanik yang ada pada bioplastik. Komponen yang dapat ditambahkan dalam
pembuatan bioplastik yaitu bahan pengisi atau filler. Filler merupakan sebuah
bahan pengisi pada suatu bahan material, yang bertujuan untuk meningkatkan atau
merubah karakteristik suatu material. Filler merupakan bahan yang seringkali
digunakan dalam pembuatan bioplastik, karena filler memiliki properti-properti
yang dibutuhkan oleh bioplastik untuk meningkatkan kualitasnya. Untuk
meningkatkan sifat-sifat yang ada, bioplastik ditambahkan suatu elemen penguat
atau filler. Pemakaian filler pada pembuatan bioplastik dikarenakan filler
memiliki sifat yang terbarukan, memiliki sifat biodegradabilitas yang baik, dan
ketersediaa nya yang melimpah. Penambahan filler pada bioplastik dapat
meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti kekakuan, kekuatan, ketahanan gas,
ketahanan leleh, kestabilan thermal, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis filler
yang sering digunakan untuk pembuatan bioplastik sebagai berikut

II.1.4.1 Kitosan
Kitosan adalah polisakarida yang banyak terdapat di alam setelah
selulosa. Kitosan merupakan suatu senyawa poli (Namino-2 deoksi β-D-
glukopiranosa) atau glukosamin hasil deasetilasi kitin (N-asetil-2 amino-2-
deoksi β-D glukopiranosa) yang diproduksi dalam jumlah besar di alam,
yaitu terdapat pada limbah udang dan kepiting. Pemanfaatan kitosan
sebagai bahan tambahan pada pembuatan film plastik berfungsi untuk
memperbaiki transparasi film plastik yang dihasilkan. Semakin banyak
kitosan yang digunakan maka sifat mekanik dan ketahanan terhadap air
dari produk bioplastik yang dihasilkan semakin baik.

II.1.4.2 Selulosa
Selulosa dengan formula (C6H10O5)n adalah polimer alami
dengan rantai panjang yang terbentuk dari molekul-molekul kecil yang
saling terhubung. Rantai selulosa mengandung gula, ß-D-glukosa. Gula
saling terhubung dengan menghilangkan kandungan air. Penghilangan
kadar air dilakukan dengan menggabungkan grup H dan –OH. Gula yang
saling terhubung menghasilkan disakarida yang dikenal sebagai cellobiose.
Selulosa merupakan substansi yang tidak larut dalam air yang terdapa di
dalam dinding sel tanaman terutama dari bagian batang, tangkai dan semua
bagian yang mengandung kayu. Selulosa merupakan hompolisakarida
yang mempunyai molekul berbentuk linear. Struktur yang linear
menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut. Selulosa
tidak mudah didegradasi secara kimia maupun mekanis. Di alam, selulosa
berasosiasi dengan polisakarida lain seperti hemiselulosa dan lignin
membentuk kerangka utama dinding sel tumbuhan (Gian, 2017).
II.1.5 Gelatinisasi
Gelatinisasi merupakan suatu proses ketika granula pati dipanaskan
dengan air yang cukup sehingga terjadi pengembangan granula pati dan
menghasilkan cairan yang kental untuk memberikan kualitas produk yang
diinginkan. Proses ini terjadi pemecahan ikatan intermolekuler dari pati dengan
adanya panas dan air yang digunakan dalam proses gelatinisasi menyebabkan
pembengkakan granula yang tinggi dan amilosa mampu berdifusi keluar dari
granula(Dwi,2019).
II.1.6 Plasticizer
Plasticizer (bahan pelembut) adalah bahan organik dengan berat molekul
rendah yang ditambahkan pada suatu produk dengan tujuan untuk menurunkan
kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas
polimer. Pada pembuatan biodegradable plastik ini sangat diperlukan sekali
adanya plasticizer untuk memperoleh sifat film yang khusus
Interaksi antara polimer dengan pemlastis dipengaruhi oleh sifat afinitas
kedua komponen, apabila afinitas polimer pemlastis tidak kuat maka akan terjadi
plastisasi antara struktur (Molekul pemlastis hanya terdistribusi diantara struktur).
Plastisasi ini hanya mempengaruhi gerakan dan mobilitas struktur. Jika terjadi
interaksi polimer- polimer cukup kuat, maka molekul pemlastis akan terdifusi ke
dalam rantai polimer. (Anita, 2013). Dalam penelitian ini jenis plasticiezer yang
digunakan adalah sebagai berikut.

II.1.6.1 Sorbitol
Sorbitol adalah salah satu pemanis alternatif lain yang sering
digunakan dalam makanan. Sorbitol ditemukan pada tahun 1872, dalam
berbagai buah-buahan dan berries. Saat ini sorbitol dapat disintesis dengan
hidrogenasi glukosa. Sorbitol memiliki struktur gula alkohol (poliol)
dengan enam atom karbon (heksitol), merupakan bentuk tereduksi dari
fruktosa. Rasa manisnya sekitar 60% dari sukrosa, dengan kalori lebih
kecil dari kalori sukrosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa menghasilkan
4 kalori per 1 gram, sedangkan sorbitol menghasilkan sekitar 2.6 kalori per
1 gram. Sorbitol merupakan plasticiezer yang lebih efektif yaitu memiliki
kelebihan untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan
intermolekuler sehingga baik untuk menghambat penguapan air dari
produk, dapat larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan
mempermudah gerakan molekul polimer, sifat permeabilitas O2 yang lebih
rendah, tersedia dalam jumlah yang banyak, harganya murah.

II.1.6.2 Gliserol
Gliserol adalah sebuah komponen utama dari semua lemak dan
minyak, dalam bentuk ester yang disebut gliserida. Molekul trigliserida
terdiri dari satu molekul gliserol dikombinasikan dengan tiga molekul
asam lemak. Gliserol memiliki berbagai macam kegunaan dalam
pembuatan berbagai produk dalam negeri, industri, dan farmasi. Saat ini,
nama gliserol mengacu pada senyawa kimia murni dan komersial dikenal
sebagai gliserin (Melani, 2017).

II.1.6.3 Polivinyl Alkohol


Selama ini, polivinil alkohol sering digunakan dalam pembuatan
bioplastik sebagai bahan filler untuk reinforcement sifat mekanis
bioplastik. Polivinil alkohol memiliki sifat dapat membentuk film dengan
baik, tidak beracun, biokompatibel dan biodegradable. Biasanya Polivinil
alkohol difungsikan sebagai plasticizer guna meningkatkan kekuatan
elongasi bioplastik sehingga menjadikan bioplasik lebih elastis dan tidak
mudah sobek. Polivinil alkohol memiliki sifat larut air panas dengan batas
konsentrasi <20%. PVA terhidrohilisis Sebagian memiliki titik leleh 150-
190oC dan terhidrolisis penuh pada suhu 228-256 oC. Polivinil Alkohol

terdegradasi secara lambat pada suhu 110oC dan terdegradasi cepat pada

suhu 200 oC (Purnavita,2021).

II.1.6.4 Etilen Glikol


Etilen glikol merupakan cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau,
berasa manis dan larut sempurna dalam air. Secara komersial, etilen glikol
di Indonesia digunakan sebagai bahan baku industri poliester (tekstil)
sebesar 97,34%. Sedangkan sisanya sebesar 2,66% digunakan sebagai
bahan baku tambahan pada pembuatan cat, minyak rem, solven, alkil resin,
tinta cetak, tinta ballpoint, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku
(anti freeze). Etilen glikol itu sendiri Sebagian besar digunakan sebagai
bahan industry poliester.Poliester yang merupakan senyawa polimer
jenis termoplastik dimana digunakan sebagai bahan baku industry tekstil
dan plastik. (elert, 2007)

II.1.6.5 Propilen Glikol


Propilen glikol digunakan sebagai pengawet antimikroba,
humektan, pelarut, agen stabilisasi. Deskripsi propilen glikol yaitu tidak
berwarna, kental, cair, dengan rasa manis, sedikit pedas mirip gliserin.
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil tetapi pada suhu tinggi dan di
tempat terbuka cenderung sebagai pengoksidasi, sehingga menimbulkan
produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat
(Weller, 2009).

II.1.7 Macam Proses Pembuatan Biodegradable Foam (Biofoam)


1. Metode Ekstrusi
Metode ekstrusi memanfaatkan kemampuan pati untuk mengembang atau
berekspansi karena adanya pengaruh panas dan gesekan selama proses
ekstrusi. Metode ekstrusi banyak digunakan untuk pembuatan berbagai
produk baik pangan maupun non pangan. Fungsi dari ekstrusi adalah
pengadukan, pembentukan dan pemasakan sehingga bahan dapat
tercampur secara homogen dan terdispersi dengan baik. Metode ekstrusi
menggunakan suhu tinggi dan gesekan dengan waktu singkat yang
menyebabkan pati dan bahan campuran lainya mengalami perubahan
fisokimia seperti mengubah pati dan serat menjadi bahan yang elastic.
Bahan ini selanjutnya akan mengembang dan mengeras membentuk
partikel padat berbentuk busa atau foam. Biodegradable foam yang
dihasilkan melalui proses ekstrusi sudah memiliki sifat mekanik yang
cukup baik namun kelemahan metode ini adalah produk sulit dibentuk
sesuai keinginan (Iriani, 2011).

2. Metode Thermopressing
Thermopressing atau proses pembakaran dan diikuti dengan pencetakan
merupakan salah satu metode yang digunakan dalam proses pembuatan
biodegradable foam berbahan baku pati. Metode ini digunakan dengan
cara memanfaatkan panas dan tekanan yang dihasilkan dari alat
thermopressing. Metode ini digunakan untuk mengatasi masalah yang
ditimbulkan oleh metode ekstruksi yaitu sulitnya membentuk adonan
menjadi produk biofoam. Prinsip dasar dari proses thermopressing adalah
pembuatan biofoam dengan memanaskan dan menekan adonan. Adonan
dengan kelembaban 70-80% diletakkan dalam cetakan panas. Uap
dihasilkan kemudian menjadi blowing agent untuk membentuk foam.
Produk biofoam yang dihasilkan berupa tray berbobot ringan dan memiliki
kemampuan menahan panas yang baik (Iriani, 2011).
3. Metode Puffing dan Popping
Metode lain yang dapat digunakan untuk membuat biodegradable foam
adalah proses pemanasan dengan menggunakan bahan baku pati dengan
kelembaban rendah. Proses ini sama halnya dengan membuat popcorn.
Proses puffing dengan sistem eksplosi berlanjut dikembangkan untuk biji-
bijian yang tidak bisa mengembang secara alami saat dipanaskan. Eksplosi
puffing dapat menghasilkan foam based starch berdensitas rendah dalam
beberapa detik saja namun kurang sesuai untuk membuat produk yang
dibentuk (Iriani, 2011).
4. Metode Pemanggangan (Baking Process)
Proses yang dikenal sebagai baking process pada pembuatan foam
mencakup dua langkah yakni yang pertama gelatinisasi pati, memperluas
campuran serta membentuk foam dan pada langkah kedua yaitu
pengeringan foam. Kerugian bahan yang dihasilkan adalah kerapuhan dan
afinitasnya yang tinggi terhadap air. Untuk meningkatkan sifat-sifat ini,
yaitu penambahan bahan-bahan pati yang dimodifikasi atau setelah
penambahan plasticizer, polimer, serat dan aditif lainnya (Salgado, 2007).
Pada dasarnya, proses memanggang dalam oven dikendalikan dengan
memodifikasi waktu dan suhu. Suhu operasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan warna gelap dan merusak komponen bahan. Namun, suhu
operasi yang terlalu rendah akan menyebabkan tekstur permukaan yang
kurang baik (Sani, 2014).

II.1.8 Thermopressing
Proses thermopressing dipilih karena pada penggunaan proses tersebut
dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran yang dibutuhkan. Pada pembuatan
biofoam, tidak dapat diterapkan proses termoplastisasi karena proses foaming
akan terhambat (Sumardiono, 2020). Teknologi dalam pembuatan Biofoam selalu
berkembang akibat dari kebutuhan hidup. Thermopressing merupakan salah satu
proses dari pembuatan Biofoam dimana teknologi ini menggunakan prinsip
pembuatan wafer. Adonan dicetak pada suhu dan tekanan tertentu. Kadar air yang
terdapat dalam adonan akan menguap karena adanya panas yang berfungsi
sebagai blowing agent. Dimana uap air akan mendorong proses ekspansi dari
adonan pati hingga membentuk Biofoam sesuai dengan bentuk yang diinginkan
(Shogren,2002).

Gambar II.1 Alat Thermopressing


Mesin hidrolik dengan dua pelat berpemanas dikendalikan oleh pengontrol
PID digunakan untuk proses termopres. Cetakan dipanaskan dan disimpan pada
160°C di antara kedua pelat. Ukuran rongga cetakan adalah panjang 159 mm,
Lebar 109 mm dan tebal 9,8 mm. Adonan ditempatkan di tengah cetakan dan
ditekan. Tekanan 0,36 MPa dilakukan pada cetakan selama 3 menit selama proses
thermopress. Selama proses pemanasan terjadi penguapan air dari adonan dan uap
air yang dihasilkan akan membantu proses ekspansi (Schmidt,2010).

II.1.9 Standar Mutu Biodegradable Foam


Kriteria ambang batas pada bioplastik pun diterapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional untuk menetapkan persyaratan lingkungan yang harus
dipenuhi sebagai produk yang ramah lingkungan. Berikut ini data Standarisasi
Nasional Indonesia pada bioplastik:

Tabel 1. Kriteria, Ambang Batas dan Metode Uji/ Verifikasi Bioplastik

Tabel 2 . Sifat Mekanik Plastik Sesuai (SNI)

(Melani,2017)
II.2 Faktor yang Mempengaruhi
1. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pembuatan biodegradable foam, dimana pati memerlukan air untuk dapat
mengembang. Akan tetapi, semakin tinggi kandungan air akan membuat
produk menjadi lebih lunak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
(Saleh,2014) Semakin tinggi kadar air maka waktu thermopressing yang
diperlukan juga semakin lama.
2. Penambahan Selulosa
Penambahan selulosa dapat meningkatkan densitas dan
menurunkan porositas dari biofoam. Penambahan selulosa akan mengisi
rongga dari biofoam ketika proses ekspansi, jadi porositas akan mengecil
yang mengakibatkan air yang terserap mengisi rongga semakin sedikit.
3. Penambahan PVA
Penambahan dari PVA dapat meningkatkan sifat mekanis dari
biofoam , dimana pati dan PVA masing-masing memiliki gugus hidroksil
yang besar dan akan saling berinteraksi melalui ikatan hydrogen . Adanya
PVA akan memperkuat struktur yang lemah dari Pati serta meningkatkan
ketahanan terhadap suhu proses yang tinggi. Penambahan PVA 10 wt %
ke senyawa pati dapat menaikkan kekuatan Tarik sebesar 2,2 MPa
(Rahmat,2009). 40% polivinil alkohol (PVOH) dari berat pati dimasukkan
dalam satu wadah kemudian dilakukkan pengadukan cepat menggunakkan
mixer selama 20 menit hingga terbentuk adonan yang homogen dengan
penambahan air sedikit demi sedikit (Hendrawati,2019).
4. Ukuran Selulosa
Ukuran selulosa berpengaruh terhadap kemampuannya untuk
meningkatkan sifat mekanik biofoam. Dimana semakin Panjang serat
akan menyulitkan dalam proses pendispersian. Serat dengan ukuran 15
mm merupakan nilai kirtis, semakin Panjang ukuran serat tidak mampu
memperbaiki kuat tekan dari biofoam (Capela,2017).
5. Suhu
Suhu merupakan faktor penting dari pembuatan biofoam, dimana
suhu berperan dalam proses pembentukan foam akibat mengembangnya
pati. Penentuan suhu proses dilakukan pada suhu antara 140-180 oC dipilih
berdasarkan sifat termal bahan baku yang umumnya berada dikisaran 95-
150oC (Iriani, 2013).
6. Tekanan
Tekanan berpengaruh pada biofoam yang dihasilkan dimana
dengan penambahan tekanan biofoam yang dihasilkan akan lebih padat
dan lebih kuat. Menurut (Schmidt,2010) besar tekanan pada saat proses
thermopressing sebesar 0,36 MPa dilakukan pada cetakan selama 3 menit
atau menurut (Saleh, 2014) dengan memberikan tekanan yang setara
dengan bobot 5 kg

II.3 Hipotesa
Bioplastik dapat dibuat dari pati biji alpukat dengan variasi plasticizer yaitu
Sorbitol, Gliserol, Polivinil Alkohol, Propilen Glikol, dan Trietilen Glikol.
Perbedaan variasi jenis dan volume plasticizer dapat mempengaruhi densitas dari
Bioplastik. Semakin Tinggi nilai densitasnya semakin kuat dan elastisitas dari
Bioplastic Tersebut. Sifat Bioplastik dapat diketahui melalui analisis gugus fungsi
dan gugus morfologi serta uji ketahanan air dan uji biodegradabilitas

Anda mungkin juga menyukai