Anda di halaman 1dari 9

PEMBUATAN FILM PLASTIK BIODEGREDABEL DARI

PATI JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN DAN


PEMPLASTIS GLISEROL
Pamilia Coniwanti * , Linda Laila, Mardiyah Rizka Alfira
*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662
Phone: +62 711 580169

Abstrak

Penelitian pemanfaatan sintesis plastik biodegaradabel telah dikembangkan karena bersifat ramah
lingkungan dan terbarukan. Dalam penelitian ini, plastik biodegradabel disintesis dari pati jagung dengan
komposit kitosan dengan gliserol sebagai plastisiser. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
dan pengaruh variasi komposisi bahan terhadap kinerja edible film. Plastik biodegradabel disintesis
dengan metode inversi fasa atau melt intercalation dengan variasi konsentrasi kitosan 0 (%w/w), 7,6
(%w/w), 14,2 (%w/w), 20 (%w/w), 25 (%w/w), 29,4 (%w/w), and variasi konsentrasi gliserol 0,7 (%v/v),
1,3 (%v/v), 2 (%v/v), 2,7 (%v/v), 3,3 (%v/v), 4 (%v/v). Karakteristik biodegradabel ditandai dengan
adanya uji biodegradasi, ketahanan air, uji kuat tarik dan elongasi dan analisa morfologi optimum plastik
biodegradabel menunjukkan sifat mekanik yang optimal dengan menggunakan Mikroskop Machine
ASTM 6 - LM. Hasil karakterisasi plastik biodegradabel dengan kinerja yang optimal adalah 26,78 %
untuk persentase ketahanan air, untuk kuat tarik 3,92 mpa, untuk elongasi 37,92 % dan positif terhadap
uji biodegradasi .

Kata kunci : Pati jagung, pemplastis, kitosan, gliserol, plastik biodegradabel

Abstract

The research of natural material utilization in biodegradable plastics synthesize have been developed,
because enviromental friendliness, and renewable properties. In this research, biodegradable plastics from
corn starch chitosan composite with glycerol as plasticizer was synthesized. The purposes of this research
are to study and the influence of the variation of material composition towards edible film performance.
The biodegredable plastics was synthesized by phase inversion method or melt intercalation with
variation of chitosan concentrations 0 (%w/w), 7.6 (%w/w), 14.2 (%w/w), 20 (%w/w), 25 (%w/w), 29.4
(%w/w), and glycerol concentrations 0.7 (%v/v), 1.3 (%v/v), 2 (%v/v), 2.7 (%v/v), 3.3 (%v/v), 4 (%v/v).
Biodegradable was characterized by the biodegradation test, swelling test, and endurance to water, and
tensile strength test and elongation, analysis the morphology of optimum biodegradable plastics showing
optimum mechanical properties using Measuring Microscope Machine ASTM 6-LM. The result of
biodegradable plastics characterization with optimum performance are 26.78 % for swelling percentage,
for stress 3.92 mpa, for elongation 37.92% and positive toward biodegradation test.

Key words : Corn starch, plasticizer, chitosan, glicerol, biodegradable plastics

1. PENDAHULUAN monomernya, sehingga berdampak terhadap


keamanan dan kesehatan konsumen. Selain itu,
Plastik sintetis merupakan bahan yang kelemahan plastik yang lainnya adalah tidak dapat
sangat diperlukan bagi kehidupan manusia dan dihancurkan secara alami (non-biodegradable)
telah berkembang menjadi industri besar. Bahan sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.
kemasan yang berasal dari polimer petrokimia Karenanya, bahan kemasan plastik tidak dapat
yakni plastik sangat populer digunakan karena dipertahankan penggunaannya secara luas karena
memiliki beberapa keunggulan, yakni fleksibel akan menambahkan persoalan dan kesehatan di
(mengikuti bentuk produk), transparan, tidak waktu mendatang.
mudah pecah, dapat dikombinasikan dengan Alasan penggunaan plastik sintetis yang
kemasan lain, dan tidak korosif. Namun, polimer meluas, dikarenakan sifatnya yang kuat, tidak
plastik tidak tahan terhadap panas dan dapat mudah rapuh, dan stabil. Namun ternyata, polimer
mencemari produk dengan migrasi komponen plastik juga mempunyai berbagai kelemahan,

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 22


antara lain sifatnya yang tidak tahan panas, mudah ekonomis. Saat ini, biopolimer banyak diteliti
rusak dan dapat menyebabkan kontaminasi melalui untuk menghasilkan film (plastik) yang dapat
transmisi monomernya ke bahan yang dikemas. menggantikan keberadaan plastik sintetik.
Kelemahan lain adalah sifatnya yang tidak dapat Terdapat tiga kelompok biopolimer yang menjadi
dihancurkan secara alami (non -biodegradable), bahan dasar dalam pembuatan film kemasan
Sampah plastik bekas pakai tidak akan biodegradable, yaitu :
hancur meskipun telah ditimbun dalam waktu a) Campuran biopolimer dengan polimer sintetis :
lama, sehingga mengakibatkan penumpukan film jenis ini dibuat dari campuran granula pati
sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran (5 – 20 %) dan polimer sintetis serta bahan
dan kerusakan bagi lingkungan hidup. Untuk tambahan (prooksidan dan autooksidan).
mengurangi terjadinya penimbunan sampah plastik Komponen ini memiliki angka biodegradabilitas
maka dilakukan penelitian pembuatan plastik yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas.
biodegradabel dengan menggunakan bahan alami b) Polimer mikrobiologi (poliester): Biopolimer ini
yang dapat diperbaharui. Salah satu bahan alami dihasilkan secara bioteknologis atau fermentasi
tersebut yaitu pati jagung. Tapi karena pati jagung dengan mikroba genus Alcaligenes. Berbagai
memiliki sifat yang kaku dan mudah rapuh, maka jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB),
digunakan gliserol sebagai pemplastis dan kitosan polihidroksi valerat (PHV), asam polilaktat dan
sebagai penguat dari plastik biodegradabel. asam poliglikolat. Bahan ini dapat terdegradasi
Penambahan ini bertujuan untuk memperbaiki sifat secara penuh oleh bakteri, jamur dan alga.
fisik, sifat mekanik dan melindungi Film Plastik Tetapi karena proses produksi bahan dasarnya
dari Mikroorganisme yang dapat merusak Film yang rumit mengakibatkan harga kemasan
Plastik. biodegradable ini relatif mahal.
Polimer adalah salah satu bahan rekayasa c) Polimer pertanian: biopolimer ini tidak
bukan logam (non-metalic material) yang penting. dicampur dengan bahan sintetis dan diperoleh
Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan secara murni dari hasil pertanian. Polimer
sebagai bahan substitusi untuk logam terutama pertanian ini diantaranya selulosa (bagian dari
karena sifatnya yang cenderung ringan, tahan dinding sel tanaman), kitin (pada kulit
terhadap korosi dan bahan kimia, serta murah, Crustaceae) dan pullulan (hasil fermentasi pati
terutama untuk pengaplikasian pada temperatur oleh Pullularia pullulans). Polimer ini memiliki
rendah. Selain itu karena daya hantar listrik dan sifat termoplastik, yaitu mempunyai kemampuan
panas yang sangat rendah, kemampuannya dalam untuk dibentuk atau dicetak menjadi film
meredam kebisingan, variasi pada warna dan kemasan. Kelebihan dari polimer jenis ini
tingkat transparansi, serta kesesuaian desain dan adalah ketersediaan sepanjang tahun
manufaktur. (renewable) dan mudah hancur secara alami
Proses pembentukan rantai molekul raksasa (biodegradable). Polimer pertanian yang
polimer dari unit-unit molekul terkecilnya (mer potensial untuk dikembangkan antara lain adalah
atau meros) melibatkan reaksi yang sangat pati gandum, pati jagung, kentang, casein, zein,
kompleks. Proses polimerisasi tersebut secara consentrate whey dan soy protein.
umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis Plastik biodegradabel merupakan plastik
reaksi, yaitu: (1) polimerisasi adisi, dan (2) yang dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme
polimerisasi kondensasi. Reaksi adisi, seperti yang pengurai. Plastik biodegradabel memiliki
terjadi pada proses pembentukan makro molekul kegunaan yang sama seperti plastik sintetis atau
polyethylene dari molekul-molekul etilen, terjadi plastik konvensional. Plastik biodegradabel
secara cepat dan tepat tanpa produk samping biasanya disebut dengan bioplastik, yaitu plastik
sehingga sering disebut pula sebagai Pertumbuhan yang seluruh atau hampir seluruh komponennya
Rantai (Chain Growth). Sedangkan, polimerisasi berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui.
kondensasi, misalnya terjadi pada pembentukan Plastik biodegradabel merupakan bahan plastik
bakelit dari dua buah mer berbeda, berlangsung yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya
tahap demi tahap (Step Growth) dengan yang dapat kembali ke alam. Umumnya, kemasan
menghasilkan produk samping, seperti molekul air biodegradabel diartikan sebagai film kemasan
yang dikondensasikan keluar. yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan
Polimer alami adalah polimer yang secara alami. Plastik biodegredabel dapat berubah
dihasilkan dari monomer organik seperti pati, struktur kimianya.
karet, kitosan, selulosa, protein dan lignin. Plastisizer menurunkan kekuatan inter dan
Biopolimer banyak diminatioleh industri karena intra molekular dan meningkatkan mobilitas dan
berasal dari sumber daya alam yang dapat fleksibilatas film (Sanchez et al., 1998). Semakin
diperbarui, biodegradable (dapat diuraikan), banyak penggunaan plastisizer maka akan
mempunyai sifat mekanis yang baik, dan meningkatkan kelarutan. Begitu pula dengan

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 23


penggunaan plastisizer yang bersifat hidrofilik termometer, neraca analitik, oven, cetakan kaca
juga akan meningkatkan kelarutannya di dalam air. 20x20cm.
Penggunaan gliserol memberikan kelarutan yang
lebih tinggi dibandingkan sorbitol pada edible film C. Prosedur Penelitian
berbasis pati (Bourtoom, 2007). Jenis dan 1) Pembuatan Bahan Baku
konsentrasi dari plasticizer akan berpengaruh Dipisahkan biji jagung dari tongkol dan
terhadap kelarutan dari film berbasis pati. kulitnya dengan menggunakan pisau kemudian
Semakin banyak penggunaan plasticizer, cuci hingga bersih. Kemudian dihaluskan biji
kelarutan juga akan semakin meningkat. Demikian jagung dan air dengan menggunakan blender
pula dengan penggunaan plasticizer yang bersifat dengan perbandingan 500 gr jagung : 250 ml air.
hidrofilik juga akan meningkatkan kelarutannya Lalu disaring biji jagung yang telah dihaluskan
dalam air. Peningkatan suhu pemanasan juga akan menggunakan kain kasa sampai diperoleh ampas
menurunkan persentase pemanjangan dari edible dan filtrat. Diekstraksi kembali ampas yang
film. Permeabilitas terhadap kelarutan dan uap air diperoleh dari proses penyaringan dengan
akan cenderung menurun seiring dengan naiknya penambahan air (500 gr ampas : 250 ml air). Filtrat
suhu pemanasan (Bourtoom, 2007). pati yang diperoleh dari penyaringan pertama dan
Interaksi antara polimer dengan pemlastis kedua kemudian dimasukkan ke dalam wadah
dipengaruhi oleh sifat affinitas kedua komponen, plastik. Diendapkan filtrat hasil saringan selama 24
apabila affinitas polimer pemlastis tidak kuat maka jam untuk mengendapkan pati, setelah 24 jam
akan terjadi plastisasi antara struktur (molekul terbentuk dua lapisan yaitu endapan pati dan air
pemlastis hanya terdistribusi diantara struktur). hasil pengendapan. Air hasil pengendapan dibuang
Plastisasi ini hanya mempengaruhi gerakan dan sehingga diperoleh endapan pati basah. Dicuci
mobilitas struktur. Jika terjadi interaksi polimer- endapan pati dengan air sampai air cucian jernih
polimer cukup kuat, maka molekul pemplastis kemudian diendapkan lagi untuk memperoleh pati
akan terdifusi kedalam rantai polimer (rantai bersih. Dikeringkan pati dengan cara menjemurnya
polimer amorf membentuk satuan struktur globular dibawah sinar matahari selama dua hari untuk
yang disebut bundle) menghasilkan plastisasi mendapatkan pati kering lalu dihaluskan pati
infrastruktur intra bundle. kering dengan mortal sampai halus kemudian pati
Gelatinisasi adalah perubahan yang terjadi yang telah halus diayak dengan menggunakan
pada granula pada waktu mengalami kenaikan ayakan 100 mesh.
yang luar biasa dan tidak dapat kembali ke bentuk
semula (Winarno, 2002). Gelatinisasi juga disebut 2) Pembuatan Kitosan
sebagai peristiwa koagulasi koloid dengan ikatan Dipisahkan udang dan kulitnya kemudian
rantai polimer atau penyerapan zat terlarut yang cuci bersih dan dikeringkan. Kulit udang yang
membentuk jaringan tiga dimensi yang tidak dikeringkan kemudian dihaluskan hingga
terputus sehingga dapat mengakibatkan berbentuk powder. Ditimbang bubuk kulit udang
terperangkapnya air dan terhentinya aliran zat cair sebanyak 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam beker
yang ada di sekelilingnya kemudian mengalami gelas yang berisi 300 ml aqudest. Ditambahkan 3
proses pengorientasian partikel (Meyer, 1973). ml HCl ke dalam larutan. Selanjutnya larutan kulit
Suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat udang tadi dipanaskan selama 2 menit, kemudian
granula pati pecah dan berbeda-beda bagi tiap jenis didiamkan sebentar. Larutan kemudian disaring
pati serta merupakan suatu kisaran. Viskometer dengan kertas saring, slurry kulit udang
suhu gelatinisasi dapat ditentukan, misalnya pada dimasukkan dalam beker gelas kemudian dicuci
jagung 62-70°C, beras 68-78°C gandum 54,5- serta disaring kembali. Hasil saringan ini
64°C, kentang 58-66°C, dan tapioka 52-64°C ditambahkan ke dalam beker gelas yang berisi 300
(Winarno, 2002). ml aquadest. Kemudian dipanaskan selama 2
menit dan disaring. Hasil saringan ditambahkan
2. METODE PENELITIAN NaOH sebanyak 3 ml, selanjutnya diukur pH
A. Bahan Penelitian dengan menggunakan pH meter. Kemudian saring
Bahan yang digunakan pada penelitian ini kembali dan dikeringkan.
adalah jagung, air, aquadest, kulit udang NaOH
1M , HCl 1M, asam asetat 1%, gliserol. 3) Pembuatan Bioplastik
Pembuatan bioplastik menggunakan metode
B. Alat Penelitian pembuatan film plastik biodegradabel yaitu melt
Alat yang digunakan dalam penelitian ini intercalation yaitu teknik inversi fasa dengan
adalah blender, wadah plastik, pisau, ayakan, penguapan pelarut setelah proses pencetakkan
water bath, peralatan gelas , magnetic stirrer, yang dilakukan pada plat kaca. Metode pembuatan
film plastik biodegradabel ini didasarkan pada

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 24


prinsip termodinamika larutan dimana keadaan Setelah didiamkan selama 24 jam.
awal larutan stabil kemudian mengalami Selanjutnya dilakukan proses pencetakkan film
ketidakstabilan pada proses perubahan fase plastik biodegredabel. Proses pencetakkan larutan
(demixing), dari cair menjadi padat. Proses film plastik dilakukan dengan cara menuang
pemadatannya (solidifikasi) diawali transisi fase larutan film plastik diatas plat kaca berukuran
cair satu ke fase dua cairan (liquid-liquid 20x20 cm yang telah dibersihkan dengan
demixing) sehingga pada tahap tertentu fase menggunakan alkohol 96% yang kedua sisinya
(polimer konsentrasi tinggi) akan membentuk diberi selotip. Kemudian film plastik dikeringkan
padatan. di dalam oven selama 6 jam pada suhu 83°C
Pembuatan film plastik biodegradabel setelah proses pencetakan dan pengeringan di
dilakukan tanpa menggunakan kitosan dan dengan dalam oven selesai. Setelah itu didiamkan pada
penguat kitosan. Pada pembuatan film plastik suhu kamar dan dilepaskan dari plat kaca secara
tanpa penguat kitosan dilakukan dengan perlahan, lalu disimpan didalam desikator.
melarutkan pati jagung terlebih dahulu kedalam
asam asetat 1%. Kemudian dilakukan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengadukkan dengan menggunakan stirrer. Pada pembahasan ini meliputi hasil
Gliserol kemudian ditambahkan ke dalam analisa yang dilakukan di dalam penelitian
campuran pati jagung dan asam asetat 1% setelah pembuatan film plastik. Analisa tersebut meliputi
pati jagung tergelatinisasi. Pati jagung analisa mekanik yang terdiri dari analisa kuat tarik
tergelatinisasi pada suhu 70°C-83°C dan lama dan analisa elongasi, analisa morfologi, analisa
waktu glatinisasi adalah 22 menit. Setelah itu biodegredasi dan analisa ketahanan air.
larutan tersebut divakum selama 20 menit untuk
menghilangkan gelembung udara yang tersisa, lalu Pengaruh Variasi Kitosan dan Gliserol
dicetak diatas plat kaca berukuran 20x20 cm. Terhadap Kuat Tarik Film Plastik
Kemudian dikeringkan dengan oven selama 6 jam Biodegradabel
dengan suhu 83°C.
Pembuatan film plastik biodegradabel Tujuan dari analisa ini yaitu untuk
dengan penguat kitosan dilakukan dengan mengetahui pengaruh variasi kitosan dan gliserol
melarutkan kitosan terlebih dahulu ke dalam asam terhadap nilai kuat tarik analisa kuat tarik di
asetat 1 %. Kitosan larut dengan sempurna di lakukan dengan menggunakan alat tensile strenght.
dalam asam asetat 1 % dengan pengadukan
menggunakan stirrer selama 30 menit. Larutan
kitosan yang diperoleh berwarna putih bening dan
terdapat gelembung-gelembung udara akibat
pengadukkan.
Setelah kitosan larut ditambahkan pati
jagung yang telah dilarutkan dengan asam asetat
1% pada suhu 70°C-83°C. Hal ini karena suhu
gelatinisasi dari pati jagung adalah 70°C-83°C dan
lama waktu 22 menit. Campuran harus selalu
dijaga suhu gelatinisasinya dengan pengukuran
menggunakan termometer agar tidak terjadi pecah
granula pati. Kemudian ditambahkan gliserol
sebagai pemplastis. Setelah semua bahan
Gambar 1. Pengaruh Variasi Kitosan dan
tercampur, dilakukan pengadukan selama 1 jam
Gliserol Terhadap Kuat Tarik (Mpa) dari Film
agar larutan homogen.
Plastik Biodegradabel
Setelah homogen larutan didiamkan pada
suhu kamar, kemudian di vakum selama 20 menit
Melalui grafik diatas dapat dilihat bahwa
untuk menghilangkan kandungan air dan oksigen
penambahan konsentrasi kitosan memberikan
yang masih tersisa. Sebelum campuran Film
pengaruh yang berbeda pada nilai kuat tarik film
plastik ini dicetak di atas plat kaca, larutan tersebut
plastik biodegradabel yang dihasilkan.
harus didiamkan selama 24 jam untuk
Meningkatnya konsentrasi kitosan hingga 29,4%
menghilangkan gelembung udara yang masih
menyebabkan naiknya kuat tarik dari film plastik
tersisa. Jika gelembung udara tersebut tidak
yang dihasilkan. Tapi dengan bertambahnya
dihilangkan maka lapisan yang terbentuk akan
konsentrasi dari gliserol akan menurunkan nilai
mudah terdeformasi (rusak) karena terdapat
kuat tarik dari film plastik. Perubahan sifat
pinhole di dalam lapisan.
mekanik ini berhubungan dengan interaksi antara

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 25


kitosan pati dan gliserol. Semakin besar Secara umum, dengan Penambahan Gliserol
konsentrasi kitosan maka akan semakin banyak sebagai Plastisizer molekul-molekul di dalam
ikatan hidrogen yang terdapat di dalam film plastik larutan tersebut terletak diantara rantai ikatan
sehingga ikatan kimia dari plastik akan semakin biopolimer dan dapat berinteraksi dengan
kuat dan sulit untuk diputus, karena memerlukan membentuk ikatan hidrogen dalam rantai ikatan
energi yang besar untuk memutuskan ikatan antara polimer sehingga menyebabkan interaksi
tersebut. Hal itu disebabkan oleh partikel antar molekul biopolimer menjadi semakin
bioplastik banyak mengalami perubahan fisika. berkurang. Hal ini menyebabkan berkurangnya
Sehingga plastik semakin homogen dan kuat tarik film dengan adanya penambahan
strukturnya rapat, dengan karakteristik tersebut Plastisizer.
tentunya kuat tarik semakin besar dan persentase Plastik Biodegradabel dari kitosan
elongasinya juga semakin besar. diharapkan memenuhi sifat mekanik yang
Plastik Biodegradabel dari kitosan memenuhi golongan Moderate Properties untuk
diharapkan memenuhi sifat mekanik yang nilai Elongasi yaitu 10-20% (Ani, 2010). Dalam
memenuhi golongan Moderate Properties untuk Penelitian ini nilai Elongasi dari Plastik
nilai kuat tarik yaitu 1-10 MPA (Ani, 2010). Biodegredabel telah memenuhi golongan tersebut.
Dalam Penelitian ini nilai Kuat Tarik dari Plastik Dalam standar plastik internasional (ASTM 5336)
Biodegredabel telah memenuhi golongan tersebut. besarnya persentase pemanjangan (elongasi) untuk
plastik PLA dari Jepang mencapai 9% dan plastik
Pengaruh Variasi Kitosan dan Gliserol PCL dari Inggris mencapai lebih dari 500 %
Terhadap Elongasi Film Plastik Biodegadabel (Arief, 2013). Di dalam Penelitian ini Elongasi
yang dihasilkan sudah memenuhi criteria plastic
PLA dari Jepang tapi belum memenuhi plastik
PCL dari Inggris.

Pengaruh Waktu Degredasi di dalam Tanah


Terhadap Berat Sampel Film Plastik
Biodegradabel dengan Variasi Kitosan

Gambar 2. Pengaruh Variasi Kitosan dan


Gliserol Terhadap Elongasi Film Plastik
Biodegradabel

Melalui grafik di atas dapat dilihat bahwa


peningkatan elongasi terjadi dengan adanya
peningkatan konsentrasi gliserol. Hal itu Gambar 3. Pengaruh Waktu Degredasi di
menyatakan bahwa semakin banyak gliserol yang dalam Tanah Terhadap Berat Sampel Film Plastik
ditambahkan kedalam film plastik biodegradabel Biodegredabel dengan Variasi Kitosan dan
maka film plastik yang dihasilkan akan semakin Gliserol 0,7 (%v/v)
elastis.
Tapi pesentase elongasi berbanding terbalik Melalui grafik di atas dapat dilihat bahwa
dengan kuat tarik. Semakin banyak kitosan yang waktu degredasi mempengaruhi berat dari sampel
ditambahkan ke dalam film plastik, maka elongasi film plastik dengan variasi kitosan. Perbedaan
akan menurun tapi kuat tarik akan meningkat. konsentrasi penguat kitosan mempengaruhi berat
Penurunan elastisitas ini disebabkan oleh semakin sampel yang terdegredasi. Pada grafik diatas dapat
menurunnya jarak ikatan antarmolekulernya, dilihat bahwa sampel plastik yang dianalisa, terdiri
karena titik jenuh telah terlampaui sehingga dari film plastik tanpa penguat kitosan dan dengan
molekul-molekul pemplastis yang berlebih berada penguat kitosan yang memiliki konsentrasi 14,2
di dalam fase tersendiri di luar fase polimer dan (%w/w) dan 25 (%w/w). Ketiga film plastik yang
akan menurunkan gaya intermolekul antar rantai, dianalisa mengandung konsentrasi gliserol yang
menyebabkan gerakan rantai lebih bebas sehingga sama yaitu 0,7 (%v/v). Pada grafik diatas dapat
fleksibilitas mengalami peningkatan (semakin dilihat bahwa sampel film plastik tanpa penguat
elastis).

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 26


kitosan lebih mudah terdegredasi dibandingkan terdegredasi dibandingkan film plastik dengan
sampel film plastik dengan penguat kitosan. konsentrasi gliserol 0,7 (%v/v).
Melalui Grafik dapat dilihat bahwa semakin Pada grafik dapat dilihat semakin
meningkatnya Konsentrasi Kitosan maka Sampel meningkatnya konsentrasi gliserol, maka semakin
Film Plastik akan lebih sulit untuk didegredasi. Hal mudah dan cepat sampel film plastik untuk
tersebut disebabkan oleh Kitosan sebagai Penguat didegredasi. Gliserol dengan konsentrasi 2 (%v/v)
alami memiliki sifat hidrofobik yaitu sukar larut di mengalami proses degredasi yang meningkat
dalam air yang terkadung di dalam ditanah. sangat cepat dibandingkan sampel yang memiliki
Penyebab lainnya yaitu karena kitosan memiliki konsentrasi gliserol yang sedikit. Hal itu
sifat yang tahan terhadap serangan disebabkan karena pengaruh dari gliserol yang
mikroorganisme pengurai yang terkandung di mempercepat waktu degredasi dan penurunan
dalam tanah. berat sampel. Gliserol memiliki sifat hidrofilik
Menurut standar Internasional (ASTM yaitu mudah larut didalam air. Gliserol memiliki
5336) lamanya Film Plastik terdegradasi sifat yang berbeda dengan kitosan. Gliserol
(biodegradasi) untuk plastik PLA dari Jepang dan menyerap air yang terkandung di dalam tanah. Hal
PCL dari Inggris membutuhkan waktu 60 hari itu mempengaruhi proses degredasi dari film
untuk dapat terurai secara keseluruhan (100%) plastik.
(Arief,2013). Lamanya terdegradasi (biodegradasi)
yang dihasilkan dari penelitian ini adalah dalam Pengaruh Variasi Kitosan dan Gliserol
waktu 20 hari untuk dapat terurai hampir Terhadap Ketahanan air (Swelling %) dari
keseluruhan (80%). Hal itu membuktikan bahwa Film Plastik Biodegradabel
Hasil Penelitian kami memenuhi criteria degredasi
dari Film Plastik.

Pengaruh Waktu Degredasi di dalam Tanah


Terhadap Berat Sampel Film Plastik
Biodegradabel dengan Variasi Gliserol

Gambar 5. Pengaruh Variasi Kitosan serta


Gliserol Terhadap Ketahanan Air (% Swelling)
dari Film Plastik Biodegradabel

Gambar 4. Pengaruh Waktu Degredasi di Melalui grafik di atas dapat dilihat sifat
dalam Tanah Terhadap Berat Sampel Film Plastik ketahanan film plastik terhadap air. Analisa ini
Biodegredabel dengan Variasi Gliserol dan dilakukan untuk mengetahui terjadinya ikatan
Kitosan 0 (%w/w) dalam polimer serta tingkatan atau keteraturan
ikatan dalam polimer yang ditentukan melalui
Melalui grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase penambahan berat polimer setelah
waktu degredasi mempengaruhi berat dari sampel terjadi penyerapan air.
film plastik dengan variasi gliserol. Perbedaan Sifat ketahanan film plastik terhadap air
konsentrasi gliserol mempengaruhi berat sampel ditentukan dengan uji swelling, yaitu persentase
yang terdegredasi. Pada grafik diatas dapat dilihat penggembungan film oleh adanya air. Hubungan
bahwa sampel plastik yang dianalisa, terdiri dari antara konsentrasi kitosan dan gliserol dengan %
film plastik tanpa penguat kitosan dengan swelling dari masing-masing sampel dapat dilihat
konsentrasi gliserol 0,7 (%v/v) dan 2 (%v/v) dan pada grafik diatas.
3,3 (%v/v). Ketiga film plastik yang dianalisa tidak Hal ini dikarenakan kitosan yang memiliki
mengandung kitosan. Pada grafik diatas dapat sifat hidrofobik dan tak larut di dalam air. Jadi
dilihat bahwa sampel film plastik dengan semakin besar konsentrasi kitosan, maka %
konsentrasi gliserol 2 (%v/v) lebih mudah swellingnya semakin kecil disbanding variabel
kitosan lainnya. Sifat menyerap air pada film

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 27


plastik juga dapat terlihat pada struktur morfologi gelembung yang terdapat pada permukaan film
dari film plastik yang memiliki banyak rongga akan semakin sedikit dan rongga gelembung akan
yang berfungsi untuk menyerap kandungan air. semakin membesar. Hal ini dikarenakan gliserol
Pada grafik terlihat % swelling yang paling baik mempunyai sifat hidrofilik yaitu dapat menyerap
pada variasi kitosan 41,7 (%w/w) dan gliserol 0,7 air sehingga kelarutan gliserol juga semakin
(%v/v) yaitu besar 26,76%. Semakin banyak meningkat. Gelembung yang semakin sedikit dan
kitosan maka nilai swelling nya akan semakin rongga gelembung yang semakin membesar
kecil, tapi dengan penambahan gliserol akan menyebabkan permukaan film yang semakin halus.
memperbesar uji swelling-nya. Namun, meningkatnya konsentrasi dari gliserol
menyebabkan film plastik mudah rapuh. Karena
Pengaruh Penambahan Gliserol Terhadap rongga yang terdapat pada permukaan yang
Struktur Morfologi Film Plastik Biodegredabel semakin membesar. Hal ini dibuktikan dari analisa
kuat tarik di atas. Meningkatnya konsentrasi
gliserol menyebabkan kuat tarik film plastik
semakin menurun.

Pengaruh Penambahan Variasi Kitosan


Terhadap Struktur Morfologi Film Plastik
Biodegredabel

(a) (b) (c)

Gambar 6. Struktur Morfologi Film Plastik


Biodegredabel Tanpa Kitosan dengan Variasi
Gliserol (a) 0,7 (%v/v), (b) 2 (%v/v), (c) 3,3
(%v/v)

Melalui gambar di atas dapat dilihat


(a) (b) (c)
struktur morfologi dari film plastik biodegredabel.
Gambar menunjukkan struktur permukaan plastik
Gambar 7. Struktur Morfologi Film Plastik
yang tidak memiliki titik-titik putih karena pati
Biodegredabel dengan Variasi Gliserol 0,7 (%v/v)
larut dengan sempurna. Pada gambar (a) terlihat
dan (a) Kitosan 0 (%w/w), (b) Kitosan 14,2
adanya gelembung-gelembung kecil yang tersebar
(%w/w), (c) Kitosan 25 (%w/w)
pada permukaan Film.
Hal ini menunjukkan penyebaran gliserol
Melalui gambar di atas dapat dilihat
yang tidak merata pada permukaan film plastik.
struktur morfologi dari permukaan sampel film
Gelembung yang tersebar pada permukaan film
plastik biodegredabel. Pada gambar (a) struktur
sangat banyak. Gelembung tersebut menyebabkan
morfologi tanpa penguat kitosan terlihat tidak
permukaan Film menjadi tidak halus. Pada gambar
adanya titik-titik putih karena pati larut dengan
(b) terlihat gelembung yang mulai sedikit
sempurna. Sedangkan pada gambar (b) dan (c)
berkurang tapi rongga yang terdapat pada
titik-titik putih yang terlihat pada gambar dengan
permukaan plastik sedikit membesar. Hal ini
penguat kitosan menggambarkan distribusi ukuran
dikarenakan penyebaran gliserol yang cukup
partikel kitosan. Pada gambar (b) terdapat
merata. Penyebaran gliserol yang cukup merata
gumpalan putih agak besar. Hal ini
menyebabkan permukaan film plastik menjadi
mengindikasikan bahwa partikel kitosan
lebih halus dibandingkan Permukaan plastik pada
mengalami aglomerasi mengelompok sehingga
gambar (a). Pada gambar (c) dapat dilihat
menyebabkan distribusi kitosan di dalam lapisan
penyebaran Gliserol yang merata. Hal ini
film tidak tersebar secara merata.
ditunjukkan oleh permukaan film plastik yang
Hal tersebut disebabkan tidak adanya
halus dan gelembung yang semakin berkurang tapi
tenaga yang cukup kuat seperti proses pemanasan
rongga dari permukaan film plastik yang semakin
dan pengadukan antara kitosan dan pati yang
membesar.
menyebabkan penyebaran kitosan tidak merata.
Pada gambar (a), (b), (c), dapat dilihat
Jika terdapat tenaga yang kuat seperti pengadukan
penyebaran gliserol pada permukaan film plastik.
yang baik selama proses pencampuran pada suhu
Semakin meningkatnya konsentrasi gliserol, maka
gelatinisasi dan transisi glass akan dengan mudah

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 28


menggabungkan partikel-partikel kitosan yang DAFTAR PUSTAKA
tidak saling larut ke dalam pati sehingga
menghasilkan distribusi kitosan yang tersebar Agra.1973.HidrolisisPati.www.februadi.com/hidro
dengan baik. Pada gambar (c) tidak terdapat lisis/987/. Diakses tanggal 15 November
gumpalan putih seperti pada gambar (b). Hal ini 2013, pukul : 19.30 WIB.
menunjukan penyebaran kitosan yang merata Abu, Bakar. 2009. Biodegradasi Bahan Komposit
dikarenakan pengadukan yang merata dan Polipropilena Dengan Pengisi Serat
pemanasan yang merata pada lapisan film plastik. Limbah Padat (Fibre Recovery) Dari
Suhu ini yang akan memecah ikatan hidrogen pada Pabrik Pulp Dan Kertas: Universitas
pati jagung sehingga terdapat distribusi kitosan Sumatera Utara
yang baik. Pada gambar (a) dan (b) terdapat Akbar, Fauzi, dkk.2013. Pengaruh waktu simpan
rongga yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan film plastik biodegradasi dari pati kulit
penyebaran kitosan yang kurang baik. Pada singkong terhadap sifat mekanikalnya :
gambar (c) rongga yang terdapat di dalam film Universitas Sumatera Utara
plastik sedikit dikarenakan penyebaran kitosan Akmaliah, P. 2003. Pengaruh Konsentrasi
yang merata. Dengan meningkatnya konsentrasi Pemlastis Dimetil Ftalat Terhadap
kitosan, akan menyebabkan rongga-rongga pada Karakteristik Bioplastik Dari
lapisan film plastik semakin sedikit, sehingga akan Polyhydroxyalkanoates (PHA) yang
memperkuat film plastik. Hal tersebut dibuktikan dihasilkan Ralstonia Eutropha Pada
pada analisa kuat tarik diatas. Semakin Substrat Hidrolisat Minyak Sawit. Skripsi.
meningkatnya konsentrasi kitosan, maka akan Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
meningkatkan nilai kuat tarik dari film plastik. Apryani, Farida. 2009. Peranan Gliserol sebagai
Plastisiser dalam Film Pati Jagung dengan
4. KESIMPULAN DAN SARAN Pengisi Serbuk Halus Tongkol Jagun
:Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Kesimpulan Sumatera Utara
Semakin tinggi konsentrasi dari variasi Anonim.2010.Bioplastik.http://id.wikipedia.org/wi
kitosan, maka akan meningkatkan nilai kuat tarik ki/Bioplastik . Diakses Pada Tanggal 16
dari film plastik biodegredabel, sebaliknya nilai November 2013, Pukul: 20.15 WIB
elongasi akan semakin menurun. Pada film plastik Anonim.2010.Plastik.http:?/id.wikipedia.org/wiki/
dengan penguat kitosan terdapat distribusi yang Plastik. Diakses Pada Tanggal 16
tidak merata pada permukaan sehingga November 2013, Pukul : 20.20 WIB
memperlihatkan gumpalan-gumpalan. Semakin Agung,Ismail.2010.Membuat Bioplastik
tinggi konsentrasi kitosan, maka akan Sederhana.http://agungsmail.wordpress.co
meningkatkan ketahanan air film plastik tapi m/about/: Diakses Pada Tanggal 25
dengan meningkatnya konsentrasi gliserol maka November 2013 Pukul : 21.00 WIB
akan menurunkan ketahanan air dari film plastik Arief,Wahyu,dkk.2013. Effect of Temperature and
sehingga film plastik. Semakin tinggi konsentrasi Drying Duration toward
variasi kitosan dan gliserol terhadap waktu Psychochemical Characteristic of
degredasi maka akan meningkatkan kemampuan Biodegradable Plastic from Starch
degredasi film plastik di dalam tanah. Pada analisa Composite of Aloevera–
morfologi dapat dilihat rongga-rongga pada film Chitosan:Universitas Brawijaya
plastik. Semakin tinggi konsentrasi kitosan akan Atifah, N. 2006. Pemanfaatan Hidrolisat PatiSagu
menyebabkan rongga-rongga film plastik semakin Sebagai Sumber Karbon Pada Produksi
sedikit sehingga akan memperkuat film plastik. Bioplastik Polihidroksialkanoat Secara
FedBatch oleh Ralstonia eutropha. :
Saran Sekolah Pascasarjana IPB.
Disarankan pada penelitian selanjutnya ASTM D 368 M-III. 1998. Standard Test Method
dilakukan penambahan zat kimia lain agar film for Tensile Properties of Thin Plastic
plastik menjadi bening. Sebaiknya dilakukan Sheeting. West Conshohocken, PA.
pengujian uji gizi dan uji toksinitas untuk Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji
membuktikan bahwa pembungkus layak untuk Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-
dimakan. Sebaiknya digunakan jenis pemplastis 1992.
lain agar hasil pengujian mekanik lebih baik lagi. Christin, Siantika.2013. Pengaruh Konsentrasi
Plasticizer terhadap Karakteristik Material
Bioplastik dan Uji Biodegradabilitas nya:
Institut Teknologi Bandung

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 29


Darni, Yuli, dkk.2008. Sintesa bioplastik dari pati Miksusanti.2010. Studi biodegradasi blend PVC-
pisang dan gelatin dengan plasticizer minyak nabati epoksi Sebagai salah satu
gliserol : Universitas Lampung upaya mengurangi pencemaran lingkungan
Desnelli, 1998.Pemanfaatan Minyak Biji Karet oleh limbah plastik:Jurusan Kimia FMIPA
Sebagai Pemlastis PVC : Prosiding seminar Universitas Sriwijaya
Hasil penelitian Pusat Penelitian Praptowidodo, V Susilowati.2000. Plastik
Universitas Sriwijaya biodegradable poliasamlaktat Inovasi
Disha,Yayak,dkk.2012.Production of proses polimerisasi.: Institut Teknologi
Biodegradable Plastic from Waste Using Bandung
Microbial Technology: Central University Pratomo,Heru.2012. Pembuatan bioplastik dari
Of Gujarat limbah rumah tangga sebagai bahan edible
Dirgantara,Made,dkk.2010. Karakterisas Mekanik film ramah lingkungan:Lembaga Penelitian
Biokomposit Klobot Jagung dan Pengamdian Masyarakat
Sebagai Bahan Dasar Plastik Purwanti, Ani. 2010. Analysis Of Strong Pull And
Biodegradable:Intitut Pertanian Bogor Plastic Elongation Chitosan Terplastisasi
Ervan, Ahmad. 2012.Sintesis Bioplastik dari Pati Sorbitol : Institute of Science &
Ubi Jalar menggunakan Penguat Logam Technology AKPRIND Yogyakarta
Zno dan Penguat alami Kitosan Rabek JF. 1983. Experimental Methods in Polymer
:Universitas Indonesia Chemistry, Physical Principles and
Firman, Harry.1991.Kimia Polimer.Intitut Applications. New York : A Wiley-
Teknologi Bandung Interscience Publication.
Hatakeyama, H. 1998. Biodegradable Rahmawati,Fajar.2012.Pemanfaatan iradiasi
Polyurethanes from Natural Resources gelombang mikro untukMemaksimalkan
:Fukui Institute, Japan. untuk proses pretreatment Degradasi lignin
Hardaning, P. 2001 Pengembangan Bahan Plastik jerami padi (pada produksi bioetanol):
Biodegradabel Berbahan Baku Pati Tropis. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Badan Pengkajian dan Penerapan Brawijaya
Teknologi-BPPT. Jakarta. Riani, Fina. 2013.Pencirian Film Bioplastik dari
Herti, Utami.2010. Studi Pembuatan dan Tepung Tapioca Terplastisasi gliserol
Karakteristik Sifat Mekanik dan dengan penambahan Kitosan: Institut
Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Pertanian Bogor
Sorgum:Universitas Lampung Rizqonia, Laras, dkk.2011. Pembuatan dan
Indah, Yuliasih.2010. Pembuatan Bioplastik Untuk Karakterisasi Bioplastik dari Komposit
Kemasan Pangan Berbasis Onggok yang Kitosan Pati Singkong-Selulosa Diasetat
Terrdegradasi Bulan. dari Serat Batang Pisang Kepok (Musa
http://www.litbang.deptan.go.id/ks/one/513 Paradisiaca normalis) dengan Plasticizer
/file/96-97-Pembuatan Bioplastik.pdf. Asam Stearat: Universitas Airlangga
Diakses Pada Tanggal 21 November 2013 Surabaya
Pukul: 22.00 WIB Rohaeti, Eli. 2009. Karakteristik Degredasi
Iqbal, Abdurrahman.2012. Pemanfaatan Selulosa Polimer: Prosiding Seminar Nasional
Dari Kulit Jagung (Zea mays) Untuk Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
Pembuatan Plastik Biodegradable: MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Politeknik Negeri Bandung Yogyakarta,
Juari.2006. Pembuatan dan karakterisasi Sanjaya, Gede dan Tyas Puspita. 2007. Pengaruh
bioplastik dari Poly-3-hidroksialkanoat Penambahan Khitosan dan Plasticizer
(PHA) yang dihasilkan ralstonia Eutropha Gliserol Pada Karakteristik Plastik
pada hidrolisat pati sagu dengan Biodegradable dari Pati Limbah Kulit
Penambahan dimetil ftalat (DMF): Institut Singkong: Institut Teknologi Sepuluh
Pertanian Bogor November
Liantika.2011. Pembuatan Film Plastik dari Sadi, S. dan Purboyo G. 1996. Konsep
Limbah Ubi Kayu dengan Pemplastis Agroindustri untuk Produksi Plasticizer
Gliserol: Universitas Sriwijaya dari Minyak secara Terpadu. Warta PPKS,
Mugnozza, Scarascia. 2011.Plastic materials in Vol 4(2): 75-83.
european agriculture: actual use and
perspectives.http://www.agroengineering.or
g/jae/article/view/jae.2011.3.15/26: Diakses
Pada tanggal 20 November 2013 Pukul :
21.00 WIB

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 30

Anda mungkin juga menyukai