Tugas Khusus
Evaluasi Kinerja Raw Juice Heater
Oleh
ALVITA FIKSI AZZAHRA
1915041015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.6 Karbonatasi..........................................................................................................18
2.7 Sulfitasi................................................................................................................19
3.1.1 Tebu............................................................................................................ 20
3.2.2 Flokulan........................................................................................................22
4.7 Packing.................................................................................................................43
5.1.1 Penimbangan...................................................................................................45
5.1.2 Pembongkaran.................................................................................................46
iii
6.1 Produk..................................................................................................................58
7.1 Utilitas..................................................................................................................63
9.3 Ketenagakerjaan...................................................................................................71
BAB X PEMBAHASAN...............................................................................................74
11.1 Kesimpulan.......................................................................................................77
11.2 Saran.................................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................79
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan PT. PSMI berawal pada tahun 1990 berdasarkan Akta Pendirian
No. 164 Tanggal 22 Oktober 1990 yang diperbaharui dengan Akta Pendirian
No. 15 Tanggal 8 Agustus 2008 dan telah terdaftar di Kementrian Hukum dan
HAM No. AHU-72184.AH.01.02 Tahun 2008. Pendirian ini disarankan oleh
Pemerintah Provinsi Lampung agar dapat membangun Kabupaten Lampung
Utara dalam sektor perkebunan tebu dan pabrik gula sebagaimana yang sudah
terlaksana, yaitu berdirinya PT. Gunung Madu Plantations dengan investor
yang sama. Pada awal pembangunan, kegiatan investasi PT. PSMI berjalan
sangat baik dan agresif, tepatnya sejak Gubernur Lampung menerbitkan izin
lokasi Nomor 60/IL/PMDN/BKPMD/90. Namun setelah itu mulai tersendat-
sendat karena munculnya persoalan ketersediaan lahan yang dipandang tidak
begitu efektif lagi untuk sebuah pabrik gula, dimana lahan yang pertama kali
2
disediakan oleh pemerintah yaitu seluas 30,000 hektar ternyata tidak semuanya
dapat digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan sekitar 12,000
hektar lahan yang dicadangkan termasuk ke dalam kawasan hutan register,
sehingga lahan tidak cukup untuk menyediakan bahan baku tebu yang akan
menopang sebuah pabrik gula dengan nilai investasi yang cukup besar.
kemitraan sejak tahun 2008 dengan harapan setahun kemudian sudah bisa
dilakukan proses giling.
Pada tahun 2009 PT. PSMI mulai melakukan penggilingan dengan hasil gula
pertama sebanyak 4.000 ton dengan kualitas premium yang baik. Masyarakat
dan peserta kemitraan mulai ikut merasakan pembagian hasil yang cukup
menarik yang berdampak positif pada tahun berikutnya yaitu dengan
meningkatnya jumlah peserta kemitraan secara pesat. Luas kebun mitra yang
awalnya hanya 150 hektar, sudah menjadi 5,000 hektar pada tahun 2015 yang
hampir sama dengan luas kebun inti sendiri. Selain itu, investasi pabrik mulai
meningkat kembali menjadi lebih besar. Pada tahun 2013, PT. PSMI sudah bisa
memproduksi gula dua kali lipat dari produksi tahun pertama, yaitu 8.200 ton
GKP kualitas premium dengan nilai icumsa di bawah 50. Meskipun jumlah ini
hanya sekitar 30% dari total produksi Indonesia, tapi setidaknya sudah dapat
memenuhi kebutuhan gula wilayah Lampung, Sumsel, Jambi, Riau, Sumbar,
dan Bengkulu, serta sebagian DKI dan Jawa Barat. Walaupun tergolong masih
sangat baru, namun tercatat bahwa produktivitas PT. PSMI merupakan yang
tertinggi pada tahun 2011 dan 2013.
Akhirnya mulai tahun 2012, PT. PSMI mendapat kepercayaan dari pemerintah
untuk mengimport dan memproses Raw Sugar untuk memenuhi kebutuhan
GKP dalam negeri. Kemudian dengan berhasilnya tugas tersebut dilaksanakan,
maka perusahaan ini kembali menunjukkan performa terbaik di antara pabrik-
pabrik yang memproses Raw Sugar dengan tercapainya yield sebesar 95,5%.
Seiring dengan pesatnya perkembangan pabrik, kapasitas PT. PSMI yang
awalnya hanya 4.000 TCD, maka sampai saat ini ditingkatkan menjadi 16.000
TCD dan ditargetkan meningkat menjadi 20.000 TCD.
Selain itu, PT. PSMI juga melaksanakan kegiatan perbaikan jalan umum dan
infrastruktur kampung, serta terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan. Kondisi jalan umum yang sangat memprihatinkan di wilayah
ini menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya dan sumber daya yang cukup
besar untuk memperbaiki dan merawatnya dikarenakan program pemerintah di
4
PT. PSMI mengelola komoditas produk gula, yang dimulai dari penanaman
tebu, pengolahan batang tebu, pengepakan (packaging), hingga penjualan.
Selain produk utama gula, hasil samping dari olahan tebu adalah tetes tebu
(molasses) yang didistribusikan ke perusahaan lain ataupun diekspor ke luar
negeri. Produk samping lainnya berupa blotong hasil dari olah limbah padat
pabrik gula yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik sehingga dapat
meningkatkan kualitas tebu yang ditanam.
Misi:
1. Menciptakan tempat yang nyaman sehingga karyawan terinspirasi untuk
bekerja sebaik mungkin.
2. Menghasilkan produk dengan merek dan kualitas yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen.
3. Membangun tim kerja yang berinovasi tinggi, efisien, dan cepat maju.
yang dapat dikristalkan. Pengolahan tanaman tebu menjadi kristal gula di PT.
PSMI antara lain: Cane Reception, Mill Extraction, Clarification, Evaporation,
Boiling, Curing, dan Packing. Deskripsi umum pembuatan kristal gula di PT.
Pemukasakti Manisindah dapat dilihat pada Gambar 1.1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu berwarna abu-abu hingga hijau tua. Warna tebu tergantung pada
zat-zat yang terkandung di dalamnya. Tebu mengandung sukrosa, selulosa atau
serat-serat kayu, gula reduksi, dan sejumlah bahan lain yang dapat larut dalam
air. Secara morfologi, tanaman tebu dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu
batang, daun, akar, dan bunga. Untuk pembuatan gula, bagian yang digunakan
adalah batang tebu yang kemudian diperas dengan mesin pemeras
(machinepress) di pabrik gula. Nira atau air perasan tebu tersebut disaring,
dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir. Dari proses pengolahan
tebu tersebut akan dihasilkan gula sebanyak 7%-10% dengan hasil samping
berupa ampas tebu sebanyak 30%-33%, tetes (molasses) sebanyak 4,5%-5%,
10
Gula tebu adalah disakarida, gula tersebut dapat dibuat dari gabungan dua gula
yang sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Penggabungan dari
unit-unit karbon monosakarida menjadi C12H22O11 yang selanjutnya dinamakan
sukrosa atau saccharose (Kuswurj, 2011).
Pertumbuhan tebu terbagi menjadi dua yaitu masa vegetatif dan masa
pemasakan. Masa vegetatif merupakan masa pertumbuhan tebu. Sedangkan
masa pemasakan merupakan masa untuk memperbanyak kandungan sukrosa
yang akan disimpan dalam sel-sel penyusun batang. Pada pertumbuhannya,
tebu tidak dapat bertambah panjang lagi sampai tinggi tertentu, sehingga
kandungan sukrosa akan merata diseluruh batang. Hal ini menunjukkan bahwa
tebu sudah tua dan siap ditebang. Umur tebu yang siap tebang berkisar antara 9
bulan sampai 14 bulan bergantung pada varietasnya.
Tebu yang telah ditebang sebaiknya langsung digiling, sebab jika tidak
langsung digiling kandungan sukrosa yang ada didalam tebu akan menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terurainya kandungan sukrosa saat tebang
sampai penggilingan antara lain (Harjono, 1995):
1. Jenis Tebu
2. Umur Tebu
3. Pemeliharaan
4. Iklim atau Musim
13
80 362,2
90 415,7
100 487,2
(Sumber : Sugiarto, 1986)
Sukrosa stabil pada suasana netral dan basa. Akan tetapi sukrosa tidak dapat
berada dalam waktu yang lama pada suasana basa, hal tersebut karena akan
menyebabkan destruksi fruktosa yang menimbulkan warna pada gula,
sehingga kualitas gula menurun karena sukrosanya. Pada suhu tinggi terjadi
pembentukan senyawa berwarna coklat yang rasanya lebih manis dari
sukrosa (proses karamelisasi).
3. Dekomposisi Termal
Kristal sukrosa kering yang dipanaskan pada suhu 1600C akan menyebabkan
kristal sukrosa meleleh menjadi pekat transparan. Jika pemanasan dilakukan
pada waktu yang lama maka sukrosa teruai menjadi glukosa dan levolusana.
Reaksi penguraian tersebut ialah
C12H22O11 → C6H12O6 + C6H12O5 (5)
Sukrosa D-Glukosa Levolusana
Pemanasan pada suhu yang lebih tinggi antara 1900C-2200C akan membuat
penguraian lebih sempurna dan terbentuknya karamel (proses karamelisasi).
Pada pemanasan lebih lanjut akan mengakibatkan gula terurai menjadi CO
dan CO2 (Kuswurj, 2011; Othmer, 2004). Pemanasan larutan sukrosa yang
16
cukup lama pada titik didihnya dan adanya tekanan udara luar juga akan
menyebabkan larutan sukrosa mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa.
Derajat pol atau pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap
100 gram larutan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan
polarimeter secara langsung. Jadi menurut pengertian ini jika pol nira = 15,
berarti dalam 100 gram larutan nira terdapat gula 15 gram. Selebihnya 85 gram
adalah air dan zat terlarut bukan gula. Jika yang dimaksud gula adalah sukrosa
maka pengertian ini kurang tepat. Sebab di dalam pengukuran pol ada
pengaruh dari senyawa gula selain sukrosa yang menimbulkan perbedaan
pengukuran. Jadi jelasnya pol tidak sama dengan sukrosa (Kuswurj, 2011).
18
2.6 Karbonatasi
Karbonatasi merupakan salah satu proses yang terjadi pada pembuatan gula
tepatnya pada unit clarification yang berfungsi untuk mengurangi warna pada
gula. Reaksi karbonatasi adalah reaksi antara susu kapur (milk of lime) dan gas
CO2 dari boiler dimana hasil reaksi tersebut terbentuk endapan calcium
carbonate (CaCO3) dimana calcium carbonate itu akan menangkap impurities
yang terdapat didalam raw liquor. Berikut reaksi karbonatasi:
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O (2.5)
2.7 Sulfitasi
Sulfitasi adalah salah satu proses yang terjadi pada pembuatan gula tepatnya
pada unit clarification. Fungsinya sebagai decolourisasi agent untuk
mengurangi warna pada gula. Selain mengurangi warna pada gula proses
sulfitasi juga berfungsi menetralkan pH liquor menjadi 7. Sisa kapur reaksi
karbonatasi direaksikan dengan SO2 sehingga membentuk CaSO3. Berikut
reaksi sulfitasi:
Ca(OH)2 + SO2 → CaSO3 + H2O (2.6)
Alat yang digunakan untuk proses sulfitasi adalah sulfitator. Di dalam sulfitator
terdapat beberapa plat dimana setiap plat terdapat lubang lubang kecil
berukuran 6 mm untuk tempat kontak antara liquor dan gas SO2. Cara kerjanya
adalah liquor disemprotkan (spray) dari atas sufitator dan akan turun ke bawah,
kemudian gas SO2 dialirkan dari bawah ke atas. Maka akan terjadi pertemuan
antara liquor dan gas SO2 pada lubang atau pori, sehingga terjadi rekasi sulfitasi .
Reduce colour pada sulfitator sekitar 30 %.
20
BAB III
BAHAN BAKU
Dalam proses pembuatan gula di PT. Pemukasakti Manisindah, bahan baku yang
digunakan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu bahan baku utama dan
bahan baku penunjang.
3.1.1 Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan bahan baku utama pembuatan gula
selain bit (beta vurgaris). Bahan baku pati (jagung, ubi kayu, dan lain-lain)
dapat pula digunakan sebagai pemanis yang berupa fruktosa. Tingkat
kemanisan dari fruktosa tidak dapat dikristalkan pada suhu kamar sehingga
hasil produksi berupa cairan (sirup). Gula fruktosa atau sirup lebih sulit dalam
hal pengangkutan dibandingkan padatan sehingga gula fruktosa jarang
diproduksi.
Kandungan sukrosa pada tebu bergantung pada jenis tebu, tingkat kemasakan
tebu (umur tebu), struktur kondisi tanah, iklim/musim, metode penanaman,
pemeliharaan, dan penebangan tebu. Ciri-ciri varietas unggul antara lain :
1. Tingkat produktivitas gula tinggi
2. Produktivitas tanaman stabil
3. Tahan terhadap hama dan penyakit
4. Mempunyai kemampuan yang tinggi untuk dikepras
Jumlah asam organik dalam tebu bergantung pada tingkat kemasakan (umur)
tanaman tebu. Tebu yang melebihi batas kemasakannya akan mengandung
asam organik dan gula reduksi yang tinggi sehingga semakin banyak sukrosa
yang terurai menjadi glukosa dan fruktosa.
Tebu yang digunakan di PT. Pemukasakti Manisindah berasal dari tebu inti
milik sendiri dan tebu mitra mandiri. Varietas tebu yang ditanam oleh PT.
21
Pemukasakti Manisindah antara lain jenis GP 11, GM 19, RGM 1010, RGM
515, RGM612, SS 57, dan RGM 477. Pengadaaan bahan baku tebu dilakukan
24.000 hektar, baik lahan sendiri maupun kemitraan. Pada usia 8 – 9 bulan
3.2.2 Flokulan
Flokulan adalah senyawa poliacrylamid (senyawa hidrokarbon berantai
23
Gas SO2 yang dihasilkan befungsi sebagai penurun warna gula dan penurun pH
liquor agar menjadi 7 - 7,2 yang sebelumnya sebesar 8,4. Apabila pH nira basa,
maka akan terjadi pengerakkan dan timbul zat warna lain yang menyebabkan
warna gula tidak putih. Pada tahap ini gas SO2 akan bereaksi dengan kelebihan
susu kapur yang ada dalam nira membentuk garam kalsium sulfit (CaSO3) yang
mengendap. Pada saat akan mengendap, CaSO3 akan menyerap kotoran-
kotoran lain sehingga akan terjadi gumpalan-gumpalan kotoran yang lebih
besar dan yang mudah mengendap. Berikut reaksinya:
Ca(OH)2 + SO2 → CaSO3 + H2O (3.3)
BAB IV
URAIAN PROSES
Proses pembuatan Gula Kristal Putih pada PT. Pemukasakti Manisindah terdiri dari
beberapa tahapan seperti pada Gambar 4.1, yaitu tahap cane reception, mill
extraction, clarification 1, evaporation, clarification 2, boiling, curing, dan packing.
Berikut bagan proses PT. PSMI:
28
29
1. Brix
31
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr
larutan. Analisis brix dilakukan dengan cara pencacahan tebu hingga
berbentuk seperti ampas kemudian dilakukan proses pengepresan dengan
tekanan 250 kgf/cm2 dalam waktu 60 detik. Pengepresan berfungsi untuk
memisahkan bagase dan niranya. Nira yang telah dipress disaring dan
diambil ± 30 ml kemudian dilakukan pembacaan nilai brix dengan alat
Abbemat.
2. Pol
Pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100 gram
larutan. Analisis pol dilakukan dengan cara pencacahan tebu hingga
berbentuk seperti ampas kemudian dilakukan proses pengepresan untuk
memisahkan bagase dan niranya. Nira yang telah dipress disaring dan
diambil ± 100 ml sample. Sample ditambah dengan zat Pal I dan Pal II
untuk penjernihan pada nira dengan perbandingan Pal I : Pal II adalah 2 gr :
1,3gr. Untuk pencampuran yang sempurna, sample yang telah ditambah
dengan zat Pal I dan II dikocok dengan kecepatan 300 rpm selama 2 menit
dengan alat orbit shaker, kemudian disaring dengan kertas watment 42.
Kemudian pembacaan pol dilakukan dengan alat saccharimeter.
3. pH
Pembacaan pH berfungsi untuk melihat tingkat keasaman yang terkandung
dalam tebu dengan menggunakan pH meter.
4. Purity
Nilai purity pada tebu ditentukan pada pol dan brix yang didapat pada
pambacaan alat sacchari-meter dan Abbemat yang tersambung secara
paralel.
5. Fiber
Penentuan nilai fiber yang terdapat dalam tebu dilakukan dengan cara
penggilingan tebu, pengepresan, pencucian bagase hingga kandungan gula
hilang yang dapat ditandai dengan warna air hasil pemerasan bagasse yang
jernih, penimbangan sample sebanyak 100 gr kemudian di masukkan ke
dalam microwave dengan suhu 105oC dengan waktu 4 jam.
6. Mois
32
Aliran tebu dalam gilingan diawali dengan tebu gilingan pertama sehingga
diperoleh nira dan ampas. Ampas gilingan pertama masuk pada gilingan kedua
setelah terlebih dahulu dibilas dengan nira imbibisi dari nira gilingan ketiga.
Nira gilingan pertama dan kedua yang disebut dengam mixed juice atau nira
mentah langsung ditampung dan dialirkan ke suatu saringan berputar rotary
screen juice untuk menghilangkan sisa ampas. Seterusnya ampas gilingan
kedua dibilas dengan nira hasil perahan gilingan ketiga, ampas gilingan ketiga
34
dibilas dengan nira hasil perahan gilingan keempat, ampas gilingan keempat
dibilas dengan nira gilingan kelima, dan ampas gilingan kelima dibilas dengan
nira gilingan keenam. Juice hasil gilingan akhir dikembalikan ke bagasse dari
gilingan sebelumnya.
Air imbibisi yang ditambahkan adalah sekitar 30% dari jumlah berat tebu yang
digiling air tersebut merupakan air kondensat dari unit evaporator dengan suhu
700C. Penggunaan imbibisi air panas tersebut adalah agar gula yang terbawa
ampas tebu relatif kecil karena kelarutan sukrosa pada suhu tinggi lebih besar
dibandingkan kelarutan sukrosa pada suhu rendah. Disamping itu, pada suhu
tinggi banyak mikroba yang mati sehingga mengurangi inversi (kerusakan)
sukrosa oleh mikroba tetapi kerugiannya ialah bahan-bahan non gula ikut larut
dalam nira (seperti zat lilin) serta terjadinya kerusakan sukrosa yang lebih
besar pada suhu tinggi.
Ampas tebu yang telah diekstrak niranya dikirim ke unit boiler dengan
menggunakan carrier. Sebagian dari jumlah bagasse yang dihasilkan tersebut
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler yang terdiri dari tiga unit dan
sebagian lagi masuk ke dalam ruang penyimpanan bagasse atau bagasse house
sebagai persediaan. Berikut diagram alir proses mill:
memisahkan bahan-bahan non gula baik yang terlarut maupun yang tidak larut
kecuali gula reduksi tanpa merusak gula (zat ini dibutuhkan untuk memisahkan
gua dengan sisa molasses karena gula reduksi bersifatnya mensubsitusi sukrosa
yang akan diikat oleh zat non gula). Tahap ini merupakan tahap yang paling
menentukan kualitas gula yang akan dihasilkan.
Nira hasil perahan pada unit mill berifat keruh, pekat, berwarna coklat
kehijauan karena adanya bahan terlarut maupun yang tidak terlarut seperti
diuraikan pada Tabel 4.1. Proses pemurnian nira yang digunakan PT.
Pemukasakti Manisindah adalah proses defekasi dengan sistem sulfitasi ganda
yaitu penambahan susu kapur (milk of lime). Berikut adalah rangkaian dari
proses pemurnian PT. PSMI:
b. Weigher
Weigher berfungsi untuk menimbang juice yang masuk, agar disesuaikan
dengan jumlah tebu (cane) yang digiling dan air imbibisi. Nantinya dapat
digunakan untuk menentukan mixed juice % cane. Jumlahnya ada empat,
masing masing weigher mampu menampung 3 ton juice.
c. Buffer Tank
Buffer tank fungsinya sebagai tempat penampungan sementara juice seteleh
ditimbang. Kemudian juice dipompa menuju Raw Juice Heater
0
C. Raw Juice Heater IV yang pemanasnya berasal dari uap evaporator #2
dengan suhu 105 0C. Serta Raw Juice Heater V yang pemanasnya berasal dari
uap evaporator #2 dengan suhu 105 0C.
(4.1)
f. Limed Juice Heater
Limed juice heater (LJH) digunakan untuk memanaskan juice. Jumlahnya ada
enam, namun yang digunakan hanya lima (LJH 6 tidak terpakai, untuk
cadangan). Suhu masuk sekitar 75 0C dengan suhu keluar 105 0C. Alasan suhu
105 0C karena merupakan suhu terbaik untuk reaksi pengendapan pada
clarifier dan untuk menghilangkan udara dalam juice memerlukan suhu
>1030C. Jika suhunya lebih tinggi dapat mengakibatkan karamelisasi dan jika
suhu terlalu rendah dapat mengakibatkan pemurnian kurang maksimal.
g. Flash Tank
Juice yang telah dipanaskan masih mengandung gas sisa yang akan
mengganggu pengendapan kotoran non gula dalam clarifier. Proses
penghilangan udara dan gas sisa dilakukan dalam alat ini. Flash tank juga
berfungsi untuk memperlambat laju alir juice, karena jika laju alir terlalu cepat
akan mengganggu pengendapan di clarifier. Prinsipnya hanya tangki
penampungan yang di atasnya terdapat cerobong asap untuk keluarnya gas.
h. Clarifier
38
(4.2)
i. Mud Mixer
Merupakan tempat penampungan mud setelah dari clarifier. Pada mud mixer
terjadi pencampuran mud dengan bagasse halus. Fungsi penambahan bagasse
halus agar mud pada Rotary Vacuum Filter tidak terlalu lengket dan
menyumbat pori, sehingga mudah untuk dipisahkan.
k. DSM Screen
DSM Screen merupakan alat terjadinya proses penyaringan agar memisahkan
bagas halus yang masih tersisa pada juice agar juice lebih jernih. Biasanya
39
bagasse yang tersisa ini mengapung pada permukaan juice. Sehingga terpisah
antara clear juice dengan bagasse halus yang masih tersisa.
n. Reaction Tank
Tempat reaksi penambahan milk of lime ke raw liquor dengan menjaga brix 65
– 70 dan pH 10,2 – 11,0 yang berfungsi untuk proses reaksi pemurnian
selanjutnya ke karbonatasi. Raw liquor adalah A sugar yang ditambahkan air
panas atau sweet water dengan menjaga brix 61 dan pH 6,5 – 7,2.
o. Carbonator
Carbonator adalah tempat reaksi antara susu kapur dan gas CO2 dari boiler.
Hasil reaksi tersebut adalah endapan calcium carbonate, dimana calcium
carbonate tersebut akan menangkap impurities yang terdapat di dalam raw
liquor. Tujuan utama dalam proses ini adalah :
1. Terbentuknya endapan calsium carbonate yang baik.
2. Terjadinya penurunan warna > 50%, impurities akan terikat pada endapan
calcium carbonate yang akan tersaring di dalam filtering station.
Berikut gambar dan reaksi dari proses karbonatasi:
40
Pada saat akan mengendap CaSO3 akan menyerap kotoran-kotoran lain yang
melayang (koloid) sehingga akan terjadi gumpalan-gumpalan kotoran yang
lebih besar yang mudah mengendap. Reaksi yang terjadi antara larutan
Ca(OH)2 dengan gas SO2 pada proses sulfitasi, reaksinya sebagai berikut.
Ca(OH)2 + SO2 → CaSO3 + H2O (4.3)
4. Sluicing
Pencucian kain/cloth dengan air panas untuk menghilangkan kotoran yang
menempel dalam kain. Air cucian dinamakan sludge, dimana sludge
tersebut akan difiltering lagi pada filter press menjadi sweet water dan
sludge cake.
Berikut gambar dari rotary leaf filter:
Raw syrup merupakan hasil penguapan dari evaporator yang memiliki nilai
brix sekitar 65% untuk bahan masakan A (A Massecuite) pada proses boiling.
zat-zat bukan gula. Sukrosa yang terkandung sekalipun tidak dapat seluruhnya
menjadi kristal pada satu proses pemasakan, tetapi harus dilaksanakan dalam
beberapa kali tingkat pemasakan yang biasa disebut masakan A, B, C, R1, R2.
Terdapat dua jenis pan yang digunakan dalam unit boiling yaitu Batch Vacum
Pan (BVP) yang digunakan untuk R1 massecuite dan R2 massecuite dan
Continous Vacum Pan (CVP) yang digunakan untuk A, B, dan C massecuite.
Bedanya jika BVP terdapat waktu tinggal masakan, jadi hasil masakan lebih
bisa dikontrol akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dari CVP.
Untuk CVP masakan berjalan terus menerus secara otomatis, keuntungannya
waktu yang digunakan lebih cepat dari BVP namun hasil dari masakan tidak
sebaik BVP karena tidak dapat dikontrol.
4.6 Unit Curing
Unit Curing bertugas untuk memisahan antara kristal gula dengan molasses
yang terdapat pada massecuite, alat yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan ini adalah mesin centrifugal. Suatu mesin pemutar gula terutama
terdiri dari basket atau drum yang terbuat dari perforated sheet (berlubang-
lubang) yang diputar oleh motor listrik, dimana di dalamnya dimasukkan
massecuite. Dengan diputarnya basket, terjadilah gaya centrifugal mendorong
zat cair pekat yang melekat terpisah dari butir-butir kristal gula melalui lubang-
lubang saringan yang terpasang dibagian dalam basket.
Mesin centrifugal yang digunakan dalam untuk pemisahan antara kristal gula
dan molasses di PT. PSMI dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Batch Centrifugal (BC)
44
4.7 Packing
Proses penyelesaian meliputi pendinginan gula produk yang turun dari curing,
packing, dan penyimpanan. Setelah gula turun dari centrifugal, gula masuk ke
vibrating dan dinaikkan ke wet sugar bucket elevator, kemudian ke short belt
conveyor, kemudian gula dinaikan ke dry bucket elevator, setelah itu masuk ke
sugar gradder fungsinya untuk memisahkan ukuran gula antara gula produk,
over size dan under size. Kemudian gula dibawa dengan sugar conveyor
menuju sugar bin untuk selanjutnya dikemas dalam karung dengan berat
penimbangan sebesar 50 kg/bag dan dalam kemasan 0,5 kg dan 1 kg.
1. Operasi Penyelesaian
Operasi penyelesaian dilakukan dengan mendinginkan gula secara alami.
Suhu gula dapat turun dikarenakan cukup panjangnya jarak dari gula turun
menuju tempat pengemasan, dengan kondisi ruang terbuka. Sehingga suhu
gula adalah kurang dari 400C.
2. Operasi Pengemasan
Gula produksi hasil putaran R1 dengan rangkaian sugar line dikirim menuju
unit pengepakan. Gula yang memenenuhi standar pengeringan dan ukuran
kristalnya, ditampung di dalam sugar bin, temperatur gula yang masuk ke
dalam karung pengepakan harus kurang dari 400C. Bila temperatur terlalu
tinggi akan menyebabkan perubahan kualitas gula selama dalam
penyimpanan. Pada pengemasan gula dibagi menjadi tiga ukuran produk.
Untuk produk 50 kg dilakukan dengan cara manual, sedangkan produk 0,5
kg dan 1 kg dilakukan secara otomatis.
45
BAB V
PERALATAN DAN INSTRUMENTASI ALAT
5.1.1 Penimbangan
Tebu yang diangkut dari pabrik ditimbang agar dapat diketahui jumlahnya.
Timbangan yang digunakan oleh PT. Pemuka Sakti Manis Indah terdiri dari
jenis timbangan yaitu timbangan isi (incoming cane weight bridge) dan
timbangan kosong (outcoming cane weight bridge).
a. Incoming Cane Weight Bridge
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 50 ton per buah
Panjang : 8 meter
Lebar : 3 meter
Fungsi : menimbang tebu yang masuk ke cane yard bersama
dengan alat angkutnya
b. Outcoming Cane Weight Bridge
Jumlah : 2 buah
46
5.1.2 Pembongkaran
Truk pengangkut tebu yang telah ditimbang selanjutnya dibawa ke cane yard
untuk dibongkar muatannya.
a. Truck Tripper
Jumlah : 9 buah
Fungsi : membongkar tebu lepas
Prinsip Kerja : truk dirantai pada tripper kemudian dimiringkan
dengan sudut kemiringan 420 hingga tebu jatuh
seluruhnya ke cross carrier #1 dan feeding table
b. Side Unloader
Jumlah : 3 buah
Fungsi : membongkar tebu lepas
Prinsip Kerja : membongkar tebu pada trailer dengan cara menarik
secara vertikal rantai trailer yang menghubungkan
seluruh badan trailer
c. Shovel
Jumlah : 6 buah dengan perincian :
1. Merk Comatsu, jumlah 1 buah
2. Merk Caterpillar, tipe 96, jumlah 5 buah
Fungsi : membongkar tebu ikat dari truk pengangkut dan
sebagai pengumpan main carrier
Prinsip Kerja : mencengkram tebu yang ada di cane yard dengan
cara mendorong ke main carrier
Power : 90 Kw
Kecepatan putaran : 5 – 11 rpm
Speed : 10,9 m/menit
Fungsi : membawa tebu ke mill.
b. Main Cane Carrier
Jumlah : 2 buah
Power : 75 Kw
Kecepatan : 5,4 rpm
Fungsi : membawa tebu ke gilingan.
Prinsip kerja : conveyor di atas roda besi digerakkan motor
Kecepatan conveyor : 16 m/menit
c. Cane Leveller
Jumlah : 2 buah
Power : 75 kW
Kecepatan : 42,3 rpm
Fungsi : untuk meratakan tebu pada main cane carrier II
d. Cane Kicker
Kecepatan : 150 rpm
Power : 75 kW
Fungsi : Membantu feeding tebu jatuh ke shredder
e. Cane Cutter (Knives)
Jumlah : 4 buah, dengan perincian:
1. Cane cutter 1
Jumlah : 1 buah
Power : 450 kW
Jumlah pisau : 46 buah
Kecepatan : 600 rpm
Letak : Main cane carrier I
Fungsi : memotong batang tebu
Prinsip kerja : pisau tersusun pada poros yang diputar oleh motor
2. Cane Cutter 2
Jumlah : 1 buah
48
Power : 900 kW
Jumlah pisau : 62 buah
Kecepatan : 600 rpm
Letak : Main cane carrier I
Fungsi : memotong batang tebu
Prinsip kerja : pisau tersusun pada poros yang diputar oleh motor
3. Cane Cutter 3
Jumlah : 1 buah
Power : 900 kW
Jumlah pisau : 90 buah
Kecepatan : 600 rpm
Letak : Main cane carrier II
Fungsi : memotong batang tebu
Prinsip kerja : pisau tersusun pada poros yang diputar oleh motor
4. Cane Cutter 4
Jumlah : 1 buah
Power : 900 kW
Jumlah pisau : 90 buah
Kecepatan : 600 rpm
Letak : Main cane carrier II
Fungsi : memotong batang tebu
Prinsip kerja : pisau tersusun pada poros yang diputar oleh motor
e. Turbin Cane Cutter
Jumlah : 4 buah (Turbin Cane Cutter 1, 2, 3, dan 4)
Power : 1500 HP
Kecepatan : 4400 rpm
Steam Pressure : 27,5 kgs/cm2g.
Temperatur steam : 330 - 350 oC
Tekanan exhaust : 1,5 kgs/cm2g
Prinsip kerja : memutar cane cutter
f. Shredder Hammer
Jumlah : 1 buah
49
Kecepatan : 8 - 11 rpm
Diameter Hole Screen : 0,5 mm
Fungsi : menyaring ampas dengan nira hasil gilingan
Prinsip kerja : menyaring ampas dan nira dengan cara berputar
c. Pompa Mixed Juice
Jumlah : 2 buah
Kecepatan : 920 rpm
Fungsi : memompa nira dari gilingan
d. Turbin Mill 1, 2, dan 3
Jumlah : 3 buah
Kecepatan rotasi : 4200 rpm
Fungsi : menggiling serpihan tebu
Prinsip kerja : 3 buah rol bergerak berlawanan menggiling tebu
e. Turbin Mill 4, 5, dan 6
Jumlah : 3 buah
Kecepatan rotasi : 4400 rpm
Fungsi : menggiling serpihan tebu
Prinsip kerja : 3 buah rol bergerak berlawanan menggiling tebu
Jumlah : 2 buah
Diameter badan : 8150 mm
Volume : 550 tons juice/hr
Rotasi stirer : 0,067 rpm
Power stirer : 4 kW x 4P , Geared
Fungsi : mengendapkan kotoran dalam mixed juice.
Prinsip kerja : pengendapan kotoran dengan penambahan flokulan
yang dapat memperbesar diameter partikel
pengotor sehingga akan mudah mengendap
g. Rotary Vaccum Filter
Jumlah : 4 buah
Diameter badan : 3050 mm
Panjang badan : 9000 mm
Kec. Rotasi : Drum – 3kW x 4P , GM
Agitator – 2,2 kW x 4P , GM
Fungsi : menghisap filtrat juice pada mud
Prinsip kerja : mud di-press dalam rotary vaccum filter yang
berputar sehingga terpisah antara filtrat dan
blotong (filter cake)
BAB VI
PRODUK DAN PENGENDALIAN MUTU
6.1 Produk
PT. Pemukasakti Manisindah menghasilkan dua jenis produk, yaitu produk
utama dan produk samping.
Dalam pemilihan bahan baku terdapat standar purity pada tebu, yaitu sebesar
74%. Apabila purity di bawah 74% namun masih di dalam range 70% - 74%
maka pemasok tebu akan terkena pinalty atau pemotongan harga tebu. Namun
jika purity tebu < 70% maka tebu tidak diterima.
3. Nira gilingan terakhir (Last Expressed Juice), yaitu analisa pol, brix, dan
pH.
b. Pemeriksaan di unit pemurnian
1. Bagasses dan filter cake, yaitu analisa pol dan kadar air.
2. Mixed juice dan clear juice, yaitu analisa brix dan pH.
3. Raw syrup dan filtrat, yaitu analisa brix, purity, dan pH.
4. Limed juice dan mud, yaitu analisa pH.
c. Pemeriksaan pada unit pengkristalan (pemasakan)
1. Masakan A, B, C, R1, dan R2, yaitu analisa pol, brix larutan, dan colour.
2. Final molasses, yaitu analisa brix dan pol
3. Unit curing, yaitu analisa warna gula yang dihasilkan dan tebal tipisnya
masakan yang harus dipisahkan.
Sumber: Lembar Hasil Uji (LHU) Gula Premium PT. PSMI, 2022
BAB VII
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
7.1 Utilitas
Utilitas merupakan unit pembantu yang sangat penting dalam keberlangsungan
proses produksi di PT. Pemukasakti Manisindah yang berjumlah 6 unit, yaitu:
1. Unit Penyediaan Air dan Pengelohannya (Water Station)
2. Unit Penyediaan Uap (Boiler Station)
3. Unit Penyediaan Tenaga Listrik (Power House)
4. Unit Pengontrolan (Instrumentasi)
5. Unit Pemeliharaan Alat (Workshop)
6. Unit Penyediaan Bahan Kimia (Chemical Store)
Air umpan untuk boiler diperoleh dari air tanah dan air kondensat. Pada saat
mulai giling, seluruh kebutuhan air di unit boiler dipenuhi oleh water station.
Tetapi pada saat musim giling kebutuhan air diperoleh dari 20% air baku dan
80% air embun (kondensat) yang berasal dari evaporator dan pan masakan.
Sebelum masuk ke boiler air harus dilewatkan dahulu di deaerator. Fungsi dari
deaerator adalah untuk menghilangkan gas-gas yang mungkin terdapat di
dalam air, yang dapat menyebabkan korosi. Gas-gas tersebut dihilangkan dari
air dengan cara memanaskannya pada temperatur 105-1100C. Dari deaerator,
air diumpankan ke boiler. Air umpan boiler harus mempunyai pH 10.8-11.3
dan konduktivitas di bawah 2800 mikroOhm/cm. Untuk mendapatkan air
dengan ketentuan di atas maka dilakukan pengolahan air dengan menggunakan
65
zat kimia (chemical treatment) seperti D130 untuk menaikkan pH, D104 untuk
mengurangi korosi, D301 untuk melapisi pipa steam dan D152 untuk
mengurangi kadar O2.
Boiler yang di gunakan oleh PT. Pemukasakti Manisindah adalah jenis water
tube boiler, yang menggunakan bagasse sebagai bahan bakar. Bila terjadi
kerusakan pada unit penggilingan dan produksi ampas kurang, maka digunakan
bahan bakar solar. Pemakaian solar ditekan serendah mungkin untuk
menghemat biaya. Untuk meratakan bagasse dan memperoleh hasil
pembakaran yang baik diperlukan udara yang sebelumnya telah dilewatkan
pada air heater. Asap hasil pembakaran dihisap oleh IDF, sebagian digunakan
sebagai pemanas lanjut (super heated) dari steam sebelum disuplai ke power
house.
pembuangan gas dari boiler 4 telah dilengkapi dengan teknologi ESP (Electro
Static Precipitator) yang menghasilkan keluaran gas yang lebih bersih
sehingga mengurangi polusi udara. Adapun standar kandungan zat yang keluar
bersama gas sudah disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Lingkungan
Hidup No. 7 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No. 21
Tahun 2008. Sementara itu kualitas udara disekitar perumahan dan perkantoran
juga dicek setiap 2 kali dalam setahun oleh Laboratorium Baristand.
70
BAB VIII
LOKASI PABRIK
8.1 Lokasi
PT. Pemukasakti Manisindah berada di beberapa lokasi, yaitu kantor direksi
berada di Jakarta, kantor cabang dan instalasi tetes berada di Panjang, Bandar
Lampung, serta factory dan plantation berada di Kabupaten Way Kanan. Untuk
perkebunan dan pabrik tepatnya terletak di Desa Gunung Waras, Kecamatan
Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, yaitu sekitar 230 km
dari Kota Bandar Lampung.
BAB IX
ORGANISASI DAN SEGI EKONOMI PERUSAHAAN
nira, memasak, mengepak dan menyimpan gula dalam gudang atau “sugar
warehouse”. Technical Engineering Manager bertugas untuk melakukan
perawatan terhadap alat-alat proses, penyediaan bagian-bagian alat proses,
dan bertanggung jawab penuh pada penyediaan energi listrik
4. Finance Manager
Bertanggung jawab dengan pembukuan Gudang IT, pembukuan, dan
keuangan.
5. Service
Bertanggung jawab atas pihak luar, fasilitas umum, keamanan, pengadaan
barang dan pemasaran gula.
6. HRD
Bertanggung jawab atas administrasi, personalia, dan kesehatan pegawai.
7. Product and Development Manager
Bertugas dan bertanggung jawab di bagian QC laboratorium, timbangan,
riset, monitoring kebun tebu semua aspek yang diperlukan pada areal
perkebunan dan pengembangan gula.
8. Mitra mandiri departemen
Bertugas untuk mengatur kemitraan yang ada di PT PSMI.
9.3 Ketenagakerjaan
Pabrik gula PT. Pemukasakti Manisindah mempunyai dua kriteria tenaga kerja,
yaitu karyawan tetap yang terdiri dari staf dan non staf serta karyawan tidak
tetap (harian).
BAB X
PEMBAHASAN
Bahan baku pembuatan gula di PT. Pemukasakti Manisindah adalah tebu hijau
yang melalui tahap core sample untuk ditimbang dan dianalisa kandungan pol
nya, kemudian dibawa ke cane yard untuk bergiliran dicacah pada unit cane
reception, lalu digiling dengan menggunakan enam unit mill. Hasil ekstraksi
dari unit gilingan di PT. Pemukasakti Manisindah berupa nira mentah (mixed
juice) harus memiliki nilai derajat pol juice minimal 120 agar pemprosesan nira
mentah menjadi gula dapat sebaik mungkin dilakukan pada unit clarification
dan boiling. Mixed juice tersebut akan ditambahkan fosfat kemudian
dimasukkan ke unit pemurnian (clarification 1) yang terdiri dari Raw Juice
Heater, penambahan kapur dengan Inlet Pump Limed Juice, Limed Juice
Heater, Clarifier, dan berakhir pada Clear Juice Heater untuk diumpankan ke
evaporator kemudian dimasak pada unit pemasakan dengan Vacuum Pan.
76
Terdapat dua produk yang dihasilkan melalui proses produksi PT. Pemukasakti
Manisindah, yaitu produk utama dan produk samping. Produk utama
merupakan gula dengan jenis kristal putih (GKP) dengan kadar pol sekitar
99,98% dan besar butiran kristal antara 0,8-1,2 mm. Hasil produk samping
berupa molasses yang dijual langsung ke sejumlah pembeli di luar negeri.
Selain itu pula terdapat produk samping berupa bagasse dan filter cake.
Bagasse dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan bakar boiler yang
menghasilkan uap untuk tenaga penggerak dan pembangkit listrik yang dapat
memenuhi kebutuhan pabrik, perumahan, dan perkebunan perusahaan.
Sedangkan filter cake seluruhnya dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik
di kebun tebu. Filter cake yang diperoleh merupakan campuran antara limbah
padat (bagasse) halus hasil pengillingan tebu pada unit gilingan dengan mud
(nira kotor). Sedangkan bagasse yang berukuran kasar dijadikan sebagai bahan
bakar boiler. Bagasse yang dijadikan bahan bakar boiler sebaiknya memiliki
nilai moisture bagasse minimal 50% dan maksimal 52%.
BAB XI
KESIMPULAN DAN SARAN
11.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan Kerja Praktek di PT. Pemukasakti Manisindah
penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu:
1. PT. Pemukasakti Manisindah merupakan salah satu pabrik gula di luar jawa
yang berada di Kabupaten Way Kanan yang bergerak dalam bidang
perkebunan tebu dan pabrik gula yang berupaya turut serta dalam usaha
mewujudkan swasembada gula dengan kapasitas tebu giling 16.000 TCD.
2. PT. Pemukasakti Manisindah 2 produk yaitu produk utama berupa gula kristal
putih (GKP) yang memiliki kadar pol 99,98 % dan produk samping berupa
tetes (molasses), ampas tebu (bagasse), blotong, dan abu, dimana produk
samping ini sebagian untuk mencukupi kebutuhan pabrik sendiri dan
sisanya dijual ke industri lain yang memerlukan. Produk gula yang
dihasilkan memiliki warna larutan (ICUMSA) 81,5 IU dengan standar SNI
untuk GKP I sebesar 81 – 200 dan GKP II sebesar 201 – 300, ukuran kristal
0,82 mm dengan standar SNI 0,8 mm – 1,2 mm. Produk gula PT. PSMI juga
mendapatkan predikat gula terbaik se-Indonesia oleh badan SNI sejak 2016
dan mendapatkan nilai A oleh Lembaga MUI.
3. PT. Pemukasakti Manisindah terdiri dari tujuh stasiun utama proses
pengolahan, yaitu stasiun persiapan (Cane Reception), stasiun penggilingan
(Mill Extraction), stasiun pemurnian (Clarification), stasiun penguapan
(Evaporation), stasiun pemasakan (Boiling), stasiun pemisahan (Curing),
dan pengemasan (Packing).
4. PT. Pemukasakti Manisindah memiliki stasiun pendukung dan utilitas yang
ada di terdiri dari enam stasiun yaitu Water Station, Boiler Station, Power
House, Instrumentasi, Workshop, dan Chemical Store.
5. PT. Pemukasakti Manisindah melakukan pengolahan limbah cair, limbah
padat, dan limbah gas. Limbah cair yang berasal dari unit proses dan
aktivitas pabrik lainnya diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) yang terdiri dari proses aerob dan anaerob.
79
11.2 Saran
Melihat permasalahan yang terjadi di pabrik selama kerja praktek berlangsung,
beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Maintenance secara berkala harus selalu dilakukan agar tidak terdapat
gangguan dalam pelaksaan proses.
2. Diperlukan perbaikan jalan yang lebih baik lagi agar memudahkan
perjalanan menuju perusahaan maupun angkutan barang.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, J.C., & Chou, C.C. (1993). Cane Sugar Handbook: A Manual for Cane
Sugar Manufacturer and Chemists. New York: John Willey and Sons, Inc.