SKRIPSI
Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
1
DAFTAR ISI
Halaman
COVER JUDUL..................................................................................................... i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
I.1. Latar Belakang......................................................................................1
I.2. Perumusan Masalah...............................................................................2
I.3. Pendekatan Masalah..............................................................................4
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................5
I.4.1. Tujuan Penelitian...........................................................................6
I.4.2. Manfaat Penelitian ........................................................................6
I.5. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................6
ii
III.3.2.2..................................................................Alat Pengujian Produk
...................................................................................................23
III.4...................................................................................Metode Penelitian
.............................................................................................................24
III.4.1. Prosedur Pembuatan Rusip..........................................................24
III.4.2. Analisis Laboratorium..................................................................26
III.4.2.1...............Metode Pengujian Kadar Asam Glutamat (BSN, 1995)
...................................................................................................26
III.4.2.2............................Metode Pengujian Total Bakteri Asam Laktat
(Fardiaz, 1993)...........................................................................27
III.4.2.3.................................Metode Pengujian Derajat Keasaman (pH)
(BSN, 2004)...............................................................................28
III.4.2.4........Metode Pengujian Kadar Protein (SNI 01- 02354.4, 2006 )
...................................................................................................28
III.4.2.5...............................Metode Pengujian Kadar Air (AOAC, 2005)
...................................................................................................29
III.4.2.6.................Metode Pengujian Aktivitas Air (Aw) (AOAC, 2005)
...................................................................................................29
III.4.2.7...................Metode Pengujian Mutu Sensori(Pudjirahaju, 2018)
...................................................................................................30
III.4.3. Rancangan Percobaan...................................................................30
III.4.4. Analisis Data.................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63
LAMPIRAN..........................................................................................................70
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Bahan yang Digunakan dalam Proses Pembuatan Rusip.........................22
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah ..................................................................7
Rusip.....................................................................................................54
Rusip.....................................................................................................57
Gambar 10. Rata-Rata Hasil Uji Difference Test Atribut Tekstur terhadap
Rusip.....................................................................................................59
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Analisis Asam Glutamat Rusip................................................71
Lampiran 11.Dokumentasi Proses Pembuatan Rusip dengan Jenis Ikan dan Gula
vi
vii
I. PENDAHULUAN
berukuran kecil dengan campuran garam dan gula aren atau beras yang
difermentasi kurang lebih seminggu secara anaerob. Jenis ikan yang umum
digunakan sebagai bahan baku adalah ikan yang berukuran kecil, misalnya ikan
Ikan teri adalah salah satu jenis ikan laut yang memiliki tubuh yang
berukuran kecil dan hidupnya bergerombol. Ikan teri merupakan golongan ikan
pelagis kecil. Ikan teri bernilai ekonomis tinggi tetapi pengolahannya hanya
dijemur kering, digarami, dan segar. Perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut
untuk mendapatkan produk yang lebih bernilai. Menurut Holifah (2019), ikan teri
adalah ikan yang memiliki tekstur lunak dan mudah mengalami kerusakan,
kerusakan. Salah satunya adalah mengolah ikan teri dengan metode fermentasi.
terjadi pada rusip adalah fermentasi spontan. Menurut Effendi (2012), fermentasi
1
Fermentasi memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber nutrient mikroba
fermentasi. Sumber karbohidrat yang digunakan rusip adalah gula aren. Menurut
meningkatkan total asam laktat karena gula digunakan sebagai sumber karbon
BAL. Menurut Susilowati et.al (2014), gula aren yang digunakan merupakan
dan sedikit keruh. Aroma yang dimiliki adalah bau sedikit amis dan asam. Rasa
yang dihasilkan setelah fermentasi gurih dan asin sehingga rusip dikonsumsi
sebagai penambah citarasa makanan. Selain itu, rusip juga memiliki karakteristik
kimiawi. Menurut Puspita et.al, (2017), rusip memiliki karakteristik seperti pasta
ikan dengan kandungan garam yang tinggi dan memiliki pH yang rendah.
fermentasi. Gula digunakan sebagai sumber nutrien dan sumber karbon bagi
mikroorganisme. Gula yang digunakan merupakan gula aren yang memiliki harga
tinggi. Sehingga perlu adanya alternatif jenis gula sebagai pengganti aren. Jenis
gula yang memiliki harga lebih murah dan menghasilkan karakteristik rusip yang
sama. Menurut Astuti et.al (2019), gula aren dengan kualitas yang bagus memiliki
harga jual sebesar Rp. 20.000,- hingga lebih per kilogramnya dan lebih mahal
2
Masalah lainnya yang berkaitan dengan pembuatan rusip adalah jenis dan
macam cara membuat rusip, salah satunya dengan gula aren padat dan gula aren
cair.
Penggunaan bentuk gula yang pada penelitian ini adalah gula cair. Hal ini
yang diberi penambahan gula aren dalam bentuk cair dapat menurunkan jumlah
kapang.
Beberapa jenis gula yang dapat digunakan fermentasi adalah glukosa, sukrosa, dan
fruktosa. Penelitian ini menggunakan jenis gula glukosa dan sukrosa dikarenakan
pada kedua jenis gula tersebut mudah dijumpai di masyarakat dan memiliki harga
Perdagangan (2019), harga jual pasir setiap bulannya mengalami kenaikan dan
turun. Secara rata-rata harga jual gula pasir di Indonesia berkisar antara Rp.
penggunaan sukrosa dan glukosa cair pada rusip dapat dilakukan karena berjenis
karbohidrat yang sama dengan gula aren. Serta, glukosa dalam proses fermentasi
kadar sukrosa tidak terlalu tinggi karena sukrosa mengalami pemecahan glukosa
3
Berdasarkan hasil trial penelitian pada rusip dengan fruktosa memiliki
aroma ikan teri asin sehingga dapat disimpulkan kemungkinan tidak terjadi proses
fermentasi. Maka dari itu, penelitian ini hanya menggunakan glukosa dan sukrosa.
Kedua jenis gula tersebut dapat digunakan sebagai nutrien bagi mikroba bakteri
asam laktat selama proses fermentasi dan dapat menurunkan nilai aktivitas air
dengan jenis bahan baku dan gula cair yang berbeda. Serta dapat mengenalkan
pada konsentrasi yang sama. Nilai aw pada sukrosa berkisar 0,86 dan glukosa
sebesar 0,92.
baku ikan juga berpengaruh. Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan protein
pada ikan. Ikan yang dapat digunakan pembuatan rusip adalah ikan berukuran
kecil. Menurut Ahillah et.al (2017), kandungan protein 100 gr ikan adalah 18 g
atau 15-25%. Ikan berperan dalam menghasilkan aroma yang khas. Kandungan
lemak pada ikan dipecah menjadi asam lemak bebas dan gliserol, kemudian
yang khas.
Saat ini belum terlalu banyak informasi mengenai perbedaan jenis ikan dan
gula cair pada rusip untuk mendapatkan karakteristik yang baik. Berdasarkan hal
yang berbeda yaitu ikan teri Stolephorus indicus dan ikan teri nasi Stolephorus
4
commersonii serta jenis gula cair yaitu glukosa cair dan sukrosa cair. Gula
dirombak oleh bakteri asam laktat untuk diubah menjadi asam laktat yang dapat
Penambahan gula aren sebanyak 10% digunakan pembuat rusip dan dapat
BAL. Semakin tinggi aktivitas enzim maka akan semakin tinggi pula gula reduksi
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan rusip adalah ikan teri
gula cair yang berbeda dengan konsentrasi 10% dan jenis ikan teri Stolephorus
Serta berdasarkan penelitian diatas jenis ikan yang berjenis Stolephorus sp. dapat
5
I.4.1. Tujuan Penelitian
terdapat pada latar belakang dan rumusan masalah serta untuk mengetahui:
1. Pengaruh dari perbedaan jenis ikan dan gula cair pada rusip terhadap
2. Jenis gula yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti gula aren
pada rusip.
Manfaat yang diperoleh dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
Permasalahan
Glukosa dan sukrosa memiliki harga lebih murah dan dapat
berperan sebagai nutrien dalam fermentasi.Belum adanya
penelitian rusip dengan jenis ikan dan gula berbeda.
Glukosa dan sukrosa sebagai pengawet dan penentu
karakteristik produk,serta dapat menurunkan nilai aw.
INPUT
Penelitian
Pembuatan rusip dengan perlakuan perbedaan jenis ikan dan U
gula cair terhadap karakteristik rusip. M
P
A
N
PROSES Parameter uji
Pengujian Kimia: 2. Pengujian Subyektif: B
Uji Asam Glutamat. Uji Sensori. A
Uji Total BAL. L
Uji pH. I
Uji Kadar Protein. K
Uji Kadar Air dan Aw.
Data
Kesimpulan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Rusip
Rusip adalah salah satu produk fermentasi ikan yang berasal dari Bangka
Belitung. Rusip di Bangka Belitung dibuat dengan menggunakan ikan teri atau
bilis segar pada saat musim ikan melimpah. Sehingga pada saat ikan teri atau bilis
menghasilkan komponen yang tidak bermanfaat (Rinto dan Subarka, 2017). Jenis
gula aren yang diberikan terdiri dari dua macam, yaitu gula aren padat dan gula
aren cair. Penggunaan gula aren cair dalam pembuatan rusip dapat menurunkan
jumlah kapang. Selain itu, rusip dapat dibuat dengan menambahkan gula aren cair
yang ditambahkan setelah satu hari proses fermentasi atau ditambahkan pada hari
pertama fermentasi. Penggunaan gula aren cair yang ditambahkan pada waktu
yang berbeda akan berpengaruh terhadap sifat mikrobiologi dan kimiawi dari
Selama ini proses pembuatan rusip dilakukan secara tradisional dan masih
belum adanya penambahan inokulum murni atau secara spontan. Fermentasi tanpa
penambahan starter menghasilkan produk yang tidak tetap dari waktu ke waktu.
8
Jumlah dan jenis mikroba yang aktif pada fermentasi spontan biasanya beraneka
ragam dan mengakibatkan mutu hasil akhir berbeda beda dan tidak seragam
(Juliarsi et.al, 2018). Mikroba tumbuh sangat banyak dan sulit dikontrol. Populasi
awal bakteri asam laktat yang rendah dapat menyebabkan bakteri pembusuk dan
bakteri patogen berkembang sangat cepat mendahului bakteri asam laktat. Selain
itu, tingginya jumlah mikroba yang tidak diinginkan dapat mempengaruhi kadar
penampakan ikan utuh yang mulai hancur, berwarna keruh, dan encer. Rusip
memiliki ciri khas yaitu produk berwarna abu-abu dan coklat, memiliki rasa asin
dan asam, serta aroma yang amis dan asam. Proses penyimpanan rusip tidak dapat
disimpan terlalu lama sehingga perlu inovasi dari olahan rusip agar rusip dapat
kadar air 62,19-83,74%, kadar garam 17-30%, kadar lemak 1,82-3,06%, kadar
total bakteri asam laktat 7,62-10,23 CFU/g. Rusip memiliki jumlah bakteri asam
laktat yang cukup tinggi sebesar 7,62-9,88 log cfu/g. Hasil tersebut sejalan dengan
jumlah bakteri asam laktat pada enam produk fermentasi ikan dari Afrika Barat
yaitu sebesar 5,8 x 108 cfu/g sampai 2,3 x 1010 cfu/g, plaa-som (produk fermentasi
9
II.2. Ikan Teri
Ikan teri adalah salah satu jenis ikan yang populer di masyarakat
Indonesia. Ukuran panjang tubuh ikan teri 2-9 cm, tergolong dalam jenis ikan
pelagik kecil yang hidup bergerombol. Ikan teri hidup di perairan dangkal dan
perairan dalam yang memiliki kadar salinitas rendah yaitu antara 10-15 per mil.
Teri dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Ikan teri dapat memijah
dikonsumsi seluruh bagian tubuh ikan teri termasuk tulangnya. Ikan teri memiliki
kandungan gizi yang tinggi dan sumber zat kapur (Ca) yang baik untuk tubuh
manusia. Selain itu, harga ikan teri relatif murah dibandingkan dengan sumber
protein lainnya. Berdasarkan data DepKes (2005), kandungan gizi pada ikan teri
segar yaitu energi 77 kkal, protein 16 gram, lemak 1 gram, kalsium 500 mg, fosfor
Menurut Fitrah et.al (2016), ikan teri ini mempunyai ciri-ciri, antara lain
kepala sampai ekor. Menurut Dewanti et.al (2014), teri merupakan jenis ikan yang
hidup bergerombol hingga mencapai ribuan ekor. Ikan ini aktif mencari makan
pada siang hari atau disebut diurnal. Beberapa jenis ikan teri yang banyak
10
Stolephorus indicus merupakan salah satu jenis ikan teri yang masih
termasuk famili dari Engraulidae. Spesies ikan teri jenis ini memiliki ukuran
tubuh yang kecil dan biasanya habitat hidupnya berada di muara hingga perairan
laut. Stolephorus indicus mengandung zat gizi yang baik untuk tubuh. Salah
satunya ikan teri jenis ini mengandung omega-3, kalsium, dan zat besi. Ikan teri
jenis ini banyak diolah menjadi produk kecap ikan atau kari ikan (Musarratulain
et.al, 2015).
merupakan bahan pangan yang mengandung tinggi protein. Seluruh bagian tubuh
dari ikan teri nasi dapat dikonsumsi sehingga penyerapan gizi dalam tubuh
manusia dapat maksimal. Menurut Ernaningsih et.al (2012), teri nasi banyak
diolah menjadi produk teri asin dan fermentasi yang kemudian dipasarkan hingga
ke luar negeri seperti Singapura dan Jepang. Kualitas ikan teri nasi memiliki dua
grade yang berbeda. Grade A ikan teri nasi adalah teri nasi dengan kenampakan
warna putih. Grade B ikan teri nasi adalah teri nasi dengan warna agak
kekuningan.
II.3. Fermentasi
mikroba untuk menghasilkan suatu produk dan biasa disebut metabolit primer dan
Almatsier (2009), metabolit primer adalah senyawa yang dihasilkan oleh makhluk
hidup yang memiliki sifat essensial pada proses metabolism sel dan perombakan
11
primer adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Menurut Kursia et.al (2018),
dimana fase saat laju pembelahan sel dan laju kematian mikroba mencapai
a. Fermentasi Aerob
molekul karbohidrat dan asam amino secara aerobik. Secara aerobik adalah
adalah senyawa yang dapat dipecah selama fermentasi, sedangkan asam amino
hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri (Moede et.al, 2017).
b. Fermentasi Anaerob
gula oleh aktivitas mikroba, dimana ikatan kimia rantai karbon dari glukosa
dan fruktosa akan dilepas satu persatu kemudian dirangkai secara kimiawi
yaitu C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + energi yang lebih sedikit dan dalam
Fermentasi dapat terjadi dengan adanya bantuan dari kultur murni atau
secara alami serta dengan kultur tunggal maupun kultur campuran. Fermentasi
12
tradisional. Fermentasi tradisional biasanya memanfaatkan keberadaan bakteri di
fermentasi tradisional dibuat dengan dua cara yaitu secara spontan dan tidak
spontan (Anwar et.al, 2014). Fungsi dari BAL adalah sebagai substrat
rasa, tekstur dan warna yang menarik. Terdapat beberapa jenis fermentasi
Karakteristik unik dari produk fermentasi ikan terdapat pada bagian aroma, rasa,
kompleks akibat adanya aktivitas mikroorganisme atau enzim yang terdapat dalam
daging ikan selama proses fermentasi terjadi. Bau, rasa dan aroma yang khas hasil
dari produk fermentasi menjadi daya tarik untuk konsumen (Irianto, 2013).
asam-asam amino dan gula sederhana. Hasil hidrolisis protein dan karbohidrat
13
meningkatkan nilai gizi dan membentuk senyawa penyumbang citarasa (flavor).
karena bersifat antikarsinogenik. Setelah fermentasi selesai, nilai gizi, flavor, dan
atau karbohidrat sebagai substratnya. BAL yang memiliki sifat amilolitik dan
beberapa jenis BAL dapat menghasilkan amilase ekstraseluler. Selain itu BAL
2017). Bakteri asam laktat memiliki ciri-ciri yaitu selnya bereaksi positif terhadap
pewarnaan gram, bereaksi negatif terhadap katalase, dan tidak membentuk spora.
2012).
berguna bagi kesehatan. BAL memiliki peranan yang penting dalam proses
menghasilkan asam organik (Urnemi et.al, 2011). BAL dapat diisolasi dari produk
fermentasi seperti, bekasam, kecap ikan, dan peda, serta produk fermentasi
14
sendiri oleh bakteri tersebut sebagai asam laktat, hidrogen peroksida (H2O2),
adanya pemecahan glukosa oleh bakteri asam laktat. Berdasarkan hasil akhir
Bakteri yang hanya menghasilkan asam laktat pada fermentasi glukosa termasuk
laktat, CO2, dan etanol dari heksosa termasuk ke dalam golongan bakteri
heterofermentatif. Bakteri asam laktat yang terdapat dalam produk rusip memiliki
sifat gram positif, non motil, katalase negatif, dan positif memproduksi asam
peningkatan pada total BAL dan total asam laktat. Terjadi penurunan jumlah total
kapang, total mikroba, dan pH. Hal ini diakibatkan karena adanya gula aren yang
2.4. Glukosa
yang berbentuk solid, mudah larut air, dan memiliki rasa manis. Glukosa dapat
dijumpai pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung, dan tetes tebu.
Sedangkan di dalam tubuh, glukosa diperoleh dari hasil pencernaan, hidrolisis dari
15
Kadar glukosa di dalam bahan pangan sumber karbohidrat meliputi
oleh asam dan enzim dalam saluran pencernaan (Diyah et.al, 2016).
Hal ini dikarenakan sirup glukosa memiliki beberapa kelebihan (Sutanto et.al,
2014). Kelebihannya yaitu penggunaannya lebih praktis karena sifatnya yang cair.
gula pasir. Serta dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai sumber pati
2.5. Sukrosa
glukosa dan fruktosa yang terdapat pada tanaman tersebut (Syafura et.al, 2014).
merupakan gula yang diproduksi dari jenis tanaman. Sukrosa dihasilkan dari gula
tebu atau gula bit dan diperoleh dalam bentuk gula pasir atau gula sirup. Berat
molekul dari sukrosa sebesar 342,30. Sukrosa terdiri dari dua bagian jenis gula
lainnya yaitu gugus glukosa dan fruktosa (Novestiana dan Hidayanto, 2015).
Sukrosa merupakan gula yang alami dan tidak beracun. Sukrosa memiliki
bentuk kristal berwarna putih dan mudah larut dalam air. Parameter sensoris yang
utama pada gula seperti, glukosa, sukrosa, fruktosa adalah tingkat kemanisannya.
16
Laktosa (gula susu) adalah gula dengan tingkat kemanisan paling sedikit,
sedangkan fruktosa adalah gula paling manis. Gula digunakan sebagai pemanis
Gula aren merupakan produk dari hasil proses pemekatan nira aren dengan
rendah (<6%) dan bentuk produknya menjadi keras. Tahapan mendapatkan gula
dimasukkan ke dalam cetakan dan ditunggu hingga menjadi dingin. Setelah itu
menjadi gula aren yang siap dikonsumsi. Pembuatan gula aren dapat dilakukan
Rezekiah, 2015).
Gula aren memiliki warna coklat kemerahan, sifatnya yang padat, dan
memiliki rasa yang lebih manis. Berbagai bentuk dari gula aren yang terdapat di
pasaran, yaitu berbentuk gula cetak, gula semut, dan gula cair. Gula aren tersebut
antioksidan, serat, serta manfaat yang baik (Heryani, 2016). Manfaat dan
kegunaan gula aren antara lain sebagai bahan dasar masakan karena memiliki rasa
yang unik. Selain itu bermanfaat untuk mencegah anemia, mempertahankan daya
tahan tubuh, menjaga kolesterol, serta menambah tenaga. Manfaat gula aren yang
banyak dikarenakan gula aren memiliki kandungan kalori yang tepat, zat besi
17
2.7. Asam Glutamat
Glutamat adalah asam amino non essensial hasil sintesis makhluk hidup.
Asam glutamat memiliki rumus molekul C 5H9NO4 dan berat molekul sebesar 147
gr/mol. Asam glutamat dapat ditemukan di protein, peptida, dan jaringan tubuh
(Mayasari et.al, 2018). Glutamat pada makanan berfungsi sebagai penambah rasa
gurih atau umami. Asam glutamat yang terdapat dalam makanan secara alami
biasanya terdapat pada produk yang berprotein tinggi seperti daging, makanan laut
atau seafood, kaldu daging, dan kecap. Glutamat yang terikat protein tidak
menghasilkan rasa gurih (umami) pada makanan, tetapi dengan adanya proses
pemanasan yang dapat melepaskan asam glutamat bebas (Jinab dan Hajeb, 2010).
saat ini diproduksi melalui keberadaan suatu strain mikroba di dalam produk
pangan. Molekul glukosa dan pati yang terhidrolisis merupakan sumber karbon
bagi strain mikroba di dalam produk pangan. Pengujian kandungan asam glutamat
dalam makanan dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses yaitu ekstraksi,
diskriminatif terdiri dari dua jenis uji yaitu difference test (uji pembedaan) dan uji
18
Tujuan uji diskriminasi adalah untuk mengetahui perbedaan antara dua produk
dan dapat digunakan dengan lebih dari dua sampel (Tarwendah, 2017).
makanan untuk melihat perbedaan kecil tetapi bukan perbedaan ukuran produk.
Metode ini biasanya dilakukan untuk mengetahui perbedaan tiap sampel dan
untuk menguji rasa dan dapat dilakukan oleh panelis terlatih maupun tidak
terlatih. Difference test dibedakan menjadi tiga jenis yaitu uji segitiga, uji
perbandingan berpasangan, uji duo trio, uji perbandingan berganda dan bertingkat,
dalam memilih produk akan melihat kenampakan dari produk yang akan dipilih.
Atribut warna pada pangan berperan penting sebagai daya tarik konsumen, tanda
pengenal, dan atribut mutu. Warna adalah faktor yang paling utama menarik
perhatian konsumen. Aroma merupakan bau dari produk yang dihasilkan, bau
biasanya dihasilkan dari senyawa volatil yang merupakan hasil produk pangan
tersebut. Tekstur adalah ciri dari bahan pangan sebagai hasil perpaduan dari
beberapa sifat fisik seperti ukuran, jumlah, dan bentuk yang dapat dirasakan oleh
19
Uji sensori dilakukan dengan uji rangking, dimana panelis merangking
sampel yang berkode untuk suatu sifat sensori dengan menggunakan skor. Skor
Umumnya skala yang digunakan terdiri dari lima skala, (1) suka, (2) agak suka,
(3) netral, (4) agak tidak suka, (5) tidak suka (Rosiani et.al, 2015).
Salah satu karakteristik pangan yang utama adalah sifat sensori dan
nilai yang berbeda apabila terjadi tekanan. Tekstur merupakan salah satu sifat
suatu produk yang dapat dilihat dan dirasakan dengan sentuhan kulit. Pengujian
tekstur terhadap produk pangan dapat dilakukan pula dengan menggunakan mata,
parameter yang dilihat adalah kehalusan atau kekerasan permukaan bahan atau
20
III. MATERI DAN METODE
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bahwa perbedaan jenis ikan
dan gula cair berpengaruh terhadap kandungan asam glutamat, total BAL, pH,
kadar protein, kadar air, aktivitas air (a w) dan nilai sensori rusip.
H0: Perbedaan jenis ikan dan gula cair pada pembuatan rusip tidak
kadar protein, kadar air, aktivitas air (a w) dan nilai sensori rusip.
H1: Perbedaan jenis ikan dan gula cair pada pembuatan rusip
kadar protein, kadar air, aktivitas air (a w) dan nilai sensori rusip.
berikut :
F hitung <F tabel (taraf uji : 5%), maka terima Ho dan tolak H1, P > 5%.
F hitung ≥ F tabel (taraf uji : 5%), maka terima H1 dan tolak Ho, P < 5%.
X2 hitung < X2 tabel (taraf uji 5%), maka terima Ho dan tolak H1, P > 5%.
X2 hitung > X2 tabel (taraf uji 5%), maka terima H1 dan tolak Ho, P < 5%.
21
III.3. Materi Penelitian
beberapa tempat yang berbeda. Bahan baku ikan teri Stolephorus indicus dan
aren, sukrosa, dan garam diperoleh dari salah satu swalayan yang ada di
Tabel 1.
22
III.3.2.Bahan dan Alat Pengujian Produk
tabel 3.
tabel 4.
23
Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Pengujian Laboratorium Rusip.
No. Jenis Uji Nama Alat Ketelitian
- Timbangan Analitik 0,1 g
- Blender -
- Tabung Reaksi 10 ml
- Gelas Ukur 100 cc
Kadar Asam
1. - Spektrofotometer -
Glutamat
- Water Bath -
- Centrifuge -
- Vortex Mixer -
- Autoclave -
2. Total BAL - Inkubator -
- Timbangan
- Pipet 1 ml
- Erlenmeyer 100 ml
- Beaker Glass 1000 ml
- Tabung Reaksi 10 ml
- Cawan Petridish -
- pH meter -
3. pH - Gelas Ukur 1 ml
4. Kadar Protein - Pipet Tetes 0,1 ml
- Pipet Ukur 0,1 ml
- Erlenmeyer -
- Buret 1 ml
- Alat Destruksi 250 ml
Kjeldahl
- Alat Destilasi -
- Penjepit -
5. Kadar Air - Desikator -
- Timbangan Analitik 0,1 g
- Cawan porselin 30 ml
- Oven -
- Aw meter -
6. Aktivitas Air (a w) - Cup gelas kecil -
7. Nilai Sensori - Scoresheet -
Koesoemawardani et.al (2015) yang dimodifikasi yaitu bahan baku dicuci lalu
dari berat awal ikan. Setelah diberi garam diaduk secara merata dan ditambahkan
24
gula cair sebanyak 10% dari berat awal ikan lalu diaduk. Kemudian dimasukkan
ke dalam wadah tertutup yang telah disterilkan dan difermentasi selama 7 hari
Penirisan
Aren cair 10% (b/b) Glukosa 10% (b/b) Sukrosa 10% (b/b)
Pengadukan
RUSIP
25
III.4.2.Analisis Laboratorium
Analisa kadar asam glutamate mengacu pada SNI No. 06-3731. Sampel
dipanaskan didalam ruang asam dengan nyala api kecil. Sampel dipanaskan
dengan 50 ml aquades lalu dipindahkan kedalam labu didih 250 ml. Sampel
50 menit dan hasil sulingan ditampung kemudian ditambah dengan H3BO3 2%.
rumus.
v X N X 14,007
%a ( Kadar Nitrogen )= X 100 %
q
147,1 X 100 %
% Kadar AsamGlutamat = Xa%
14
Keterangan:
V : ml HCl
N : HCl 0,1N
q : mg sampel
26
III.4.2.2. Metode Pengujian Total Bakteri Asam Laktat (Fardiaz, 1993)
terlebih dahulu. Selain itu, tempat yang akan digunakan juga dibersihkan terlebih
kedua dilakukan dengan mengambil 0,1 ml dari larutan yang sudah diencerkan
Rogosa Sharpe) agar. Pembuatan MRS agar 1000 ml dilakukan dengan cara MRS
MRS agar disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
dalam cawan petri yang teah berisi MRS agar setengah padat ± 10 ml.
Pencawanan dilakukan secara duplo dari pengenceran 103 – 106. Kemudian cawan
kemudian diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 37oC selama 48 jam.
Cawan petri yang telah diinkubasi kemudian dihitung jumlah koloni baketrinya.
koloni antara 30-500. Untuk menghitung jumlah koloni digunakan rumus sebagai
berikut:
27
1
Jumlah koloni per gram= jumlah koloni per cawan ×
Faktor pengenceran
larutan buffer pH 4. Setelah itu sampel dicacah dan ditimbang sebanyak 10 gram
kemudian dilarutkan dengan aquades 90ml hingga homogen. Setelah sampel siap,
dari beberapa tahapan yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahap yang pertama
kertas saring lalu dilipat dan dimasukkan ke dalam labu destruksi (kjeldahl).
Akuades sebanyak 70ml dan NaOH 40% sebanyak 60 ml ditambahkan pada labu
dititrasi dengan HCL 0,1 N. Jumlah kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100
g contoh (%). Setelah itu dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Va HCl titrasi sampel (ml).
Vb Titrasi blanko (ml).
N Normalitas HCL yang digunakan.
14,007 Berat atom nitrogen.
28
6,25 Faktor konversi.
W Berat sampel (g).
Pengujian kadar air terhadap rusip ikan teri dilakukan untuk mengetahui
jumlah kandungan air yang terdapat di dalamnya. Pengujian kadar air dilakukan
berdasarkan prosedur dari AOAC (2005). Tahap pertama yang dilakukan adalah
porselen. Setelah itu, cawan yang berisi sampel di masukkan ke dalam oven
B−C
% Kadar Air = x 100
B− A
Keterangan :
kalibrasi dibiarkan selama 3 menit hingga skala pembacaan pada alat a w meter
29
menjadi 0,9. Kemudian menyiapkan sampel yang akan diuji dan a w meter
dimasukkan ke dalam sampel dan alat ditutup hingga 3 menit sampai konstan dan
skala muncul. Jika skala temperatur yang muncul diatas 20oC, maka pembacaan
(2018) yang dimodifikasi dengan uji rangking. Tahap pengujian dilakukan dengan
rentangan mutu yang ditentukan. Skala nilai yang digunakan yaitu antara 1 – 5
= hampir sama, nilai 5 = sangat sama. Data yang diperoleh dari lembar penilaian
dihitung dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari rerata setiap panelis pada
III.4.3.Rancangan Percobaan
Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor dalam penelitian ini adalah
perlakuan jenis bahan baku yang berbeda dan penambahan glukosa dan sukrosa
dengan kontrol perlakuan menggunakan gula aren. RAL faktorial 2x3 dilakukan
30
Tabel 5. Matriks Rancangan Percobaan Rusip
Jenis Gula Cair
Jenis ikan
Kontrol Aren Glukosa Sukrosa
Teri TK TG TS
Teri Nasi NK NG NS
Keterangan:
TK : Teri Kontrol.
TG : Teri Glukosa.
TS : Teri Sukrosa.
NK : Nasi Kontrol.
NG : Nasi Glukosa.
NS : Nasi Sukrosa.
III.4.4.Analisis Data
Data yang diperoleh dari uji kimia dianalisis dengan analisis sidik ragam
kesimpulan dari beberapa pengujian. Jika hasil data yang diperoleh berupa
sebaran normal dan homogen, maka dilakukan analisa sidik ragam. Aalisa ragam
hitung > F tabel pada taraf uji 5%, disimpulkan bahwa perbedaan perlakuan
berbeda nyata. Jika nilai F hitung < F tabel pada taraf uji 5% disimpulkan bahwa
Jika analisis tersebut menunjukan hasil yang berbeda nyata, maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dari Tukey pada taraf uji
perlakuan dan menentukan perlakuan yang terbaik. Formulasi uji BNJ menurut
KTG
Dimana Sx =
√ r
31
Keterangan:
r : Jumlah ulangan
p : Jumlah perlakuan
Kruskal Wallis. Tujuan dari uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perspesifikasi
dari sampel uji sensori. Apabila hasil dari uji Kruskal Wallis menunjukkan
berbeda nyata, maka analisis pengujian akan dilanjutkan uji Mann Whitney.
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberi perlakuan perbedaan jenis ikan dan jenis gula tersaji pada gambar 3.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
NK NG NS TK TG TS
Gambar 3. Hasil Nilai Uji Asam Glutamat terhadap Rusip
Keterangan :
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
glutamat pada rusip ikan menunjukkan bahwa data tersebut normal dan homogen.
analisis sidik ragam (ANOVA). Perhitungan dari hasil analisis sidik ragam
terhadap sampel rusip teri nasi dan teri yang diberi perlakuan glukosa dan sukrosa
menujukkan nilai ( P <0,05). Setelah itu dilakukan uji lanjut yaitu Beda Nyata
Jujur (BNJ). Tujuan dari dilakukannya uji lanjut BNJ adalah untuk mengetahui
33
lebih lanjut perbedaan yang terjadi terhadap sampel rusip dengan jenis ikan dan
Sampel rusip ikan teri nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus
indicus diberi perlakuan glukosa dan sukrosa sejumlah 10%. Rusip di fermentasi
selama 14 hari. Kandungan asam glutamat pada rusip yang di fermentasi selama
14 hari tertinggi pada perlakuan rusip NS yaitu 12,51% dan NG yaitu 11,55.
Rusip TS yaitu 14,28% dan TG adalah 13,45%. Kontrol pada rusip teri nasi
13,88% dan kontrol teri Stolephorus indicus (TK) memiliki kandungan asam
glutamat 14,44%. Sampel kontrol menggunakan jenis gula aren. nilai asam
glutamat yang dihasilkan biasanya memiliki hubungan dengan kadar protein pada
pangan tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai protein ang berbanding
lurus dengan nilai asam glutamat. Menurut Ukhty et.al (2017), kandungan asam
glutamat dari empat perlakuan yang diberikan berbeda. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan pula terhadap kandungan nilai protein yang dihasilkan pada
produk setelah fermentasi selesai. Selain itu, kandungan asam amino pada tiap
spesies ikan berbeda, tergantung pada fisiologi ikan, umur penangkapan, serta
musim penangkapan.
konsentrasi garam, gula dan mikroba yang berperan. Menurut Thariq et.al (2014),
ikan peda berkonsentrasi garam 20% menghasilkan asam glutamat tertinggi yaitu
4,06% dan terendah pada konsentrasi 40% sebesar 3,8%. Semakin tinggi kadar
34
diperkuat oleh Puspita et.al (2019), tingginya konsentrasi garam yang diberikan
protein menjadi asam amino khususnya asam glutamat. Menurut Maslami et.al
bakteri asam laktat yang tumbuh memiliki kemampuan starain yang berbeda.
Hasil yang diperoleh pada perlakuan rusip dengan gula sukrosa memiliki
kadar glutamat lebih tinggi dibandingkan rusip dengan glukosa. Selain karena
jenis gula yang sama antara aren dan sukrosa,hal ini disebabkan juga sukrosa
fruktosa. Kalori yang tinggi dari sukrosa dalam pangan fermentasi akan lebih
banyak digunakan sebagai sumber nutrisi oleh bakteri BAL dalam proses
bertujuan sebagai pemanis dan makanan bagi mikroba yang digunakan dalam
proses fermentasi. Selain itu dapat meningkatkan mutu dari produk fermentasi.
bahwa nilai asam glutamat tertinggi terdapat pada rusip TK 14,44±0,07%. Asam
et.al (2019), adanya garam dalam fermentasi bertujuan untuk mengontrol kondisi
selama fermentasi agar hanya bakteri halofilik yang dapat hidup dan
asam amino khususnya adalah asam glutamat yang berperan dalam pembentukan
35
IV.2. Total Bakteri Asam Laktat (BAL)
Hasil pengujian total bakteri asam laktat (BAL) terhadap sampel rusip teri
nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus indicus dengan glukosa dan
commersonii dan teri Stolephorus indicus dengan glukosa dan sukrosa terhadap
perhitungan jumlah total BAL memperoleh hasil nilai P > 0,05. Kemudian
menunjukkan bahwa perlakuan jenis ikan dan gula cair pada rusip terhadap total
BAL memiliki nilai P > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel rusip teri
nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus indicus dengan glukosa dan
menunjukkan bahwa nilai P < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rusip teri
nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus indicus yang diberi perlakuan
glukosa dan sukrosa tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah total
36
BAL. Rata-rata nilai total bakteri asam laktat yang dihasilkan dari seluruh
perlakuan berkisar antara 5,99 cfu/gr – 6,27 cfu/gr. Hal ini sama dengan hasil
penelitian dari Yuliana (2007), setelah fermentasi rusip pada hari keenam belas
hingga kedua puluh terjadi penurunan jumlah BAL menjadi 6,8112 cfu/g dari
sebelumnya yaitu 9,7620 cfu/g. hasil tersebut menunjukkan BAL dalam fase
kematian. Saat fase ini berlangsung terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi
dan akumulasi metabolit asam laktat untuk penekanan jumlah BAL. Menurut
Koesoemawardani et.al (2013), jumlah BAL yang tinggi dapat ditemukan pada
produk ne-setraky (produk fermentasi ikan dari Afrika Barat) sebesar 5,8 x 10 8
menunjukkan bahwa jumlah koloni BAL yang tumbuh tidak berbeda nyata.
Jumlah total bakteri asam laktat pada sampel KT merupakan jumlah total BAL
terendah. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan adanya BAL yang mati akibat
kekurangan nutrisi pangan. Bakteri asam laktat dapat tumbuh pada konsentrasi
garam yang berbeda-beda. Bakteri yang dapat tumbuh pada kadar garam tinggi
disebut bakteri halofilik. Menurut Budiharjo et.al (2017), jenis bakteri halofilik
kadar NaCl yang berbeda-beda. Pertama, jenis bakteri halofilik rendah dapat
tumbuh pada kadar NaCl 2-5%, bakteri halofilik jenis sedang pada kadar NaCl 5-
20%, dan ekstrim pada kadar NaCl 20-30%. Bakteri halofilik memiliki
kemampuan untuk hidup pada kadar garam tinggi karena bakteri halofilik dapat
37
Rusip pada sampel NG memiliki nilai jumlah total bakteri asam laktat
yang tertinggi dibandingkan dengan sampel kontrol dan sampel yang diberi
adalah NG. Hal ini dikarenakan pH yang rendah dapat menumbuhkan bakteri
asam laktat lebiih banyak. Rusip yang memiliki rata-rata total bakteri asam laktat
yang terendah dihasilkan oleh sampel TK. Jumlah total bakteri asam laktat pada
suatu produk fermentasi selain dipengaruhi oleh kadar garam, dapat dipengaruhi
pula oleh konsentrasi gula yang terkandung, lama fermentasi, serta pH produk.
untuk menghasilkan asam laktat. Bakteri asam laktat memfermentasi gula dengan
asam laktat dan produk lain seperti alkohol, asetat, karbondioksida. Bakteri
asam laktat secara alami dapat berhasil jika substrat mengandung gula sebesar 4-
20%.
Interaksi antara perlakuan perbedaan jenis ikan dan gula cair yang
diberikan pada rusip menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata dan
tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai sig. pada tabel
hubungan antara dua perlakuan tersebut menunjukkan nilai P > 0,05. Tidak
adanya pengaruh yang nyata antara kedua perlakuan di semua sampel disebabkan
karena jenis ikan yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis ikan yang
berukuran kecil. Ikan yang berukuran kecil memiliki organ tubuh yang lebih kecil
dibandingkan pada ikan yang berukuran besar sehingga bakteri asam laktat yang
38
tumbuh saat ikan yang berukuran kecil difermentasi jumlahnya tidak akan
sebanyak dengan ikan fermentasi yang menggunakan bahan baku ikan berukuran
besar. Hal tersebut disebabkan karena bakteri asam laktat paling banyak akan
tumbuh pada organ sistem pencernaan ikan dan bagian tubuh ikan lainnya, oleh
karena pada rusip menggunakan jenis ikan kecil maka jumlah total BAL yang
tumbuh tidak terlalu banyak. Adanya kandungan gula yang ditambahkan juga
mempengaruhi karena gula pada proses fermentasi juga dapat sebagai pengawet
Selain gula yang digunakan sebagai sumber nutrien bakteri, keberadaan protein
pada ikan juga dapat mempengaruhi bakteri asam laktat. Menurut Rahmiati dan
Mumpuni (2017), bakteri asam laktat adalah bakteri anaerob fakultatif yang dapat
hidup di berbagai habitat. Bakteri asam laktat dapat tumbuh di alam seperti
produk susu, produk fermentasi, buah-buahan, dan sayuran. Nutrien yang terdapat
pada bekasam ikan adalah berupa senyawa polisakarida yang terdapat pada tepung
dan kandungan protein pada ikan dimana bakteri akan tumbuh dan berkembang
apabila jumlah nutrisi yang dibutuhkan tersedia dengan baik dan cukup (Kalista
et.al, 2012).
39
7
0
NK NG NS TK TG TS
Gambar 4. Hasil Nilai Uji Derajat Keasaman (pH) terhadap Rusip
Keterangan :
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
(pH) pada rusip ikan menunjukkan bahwa data tersebut normal dan homogen.
analisis sidik ragam (ANOVA). Perhitungan dari hasil analisis sidik ragam
terhadap sampel rusip teri nasi dan teri yang diberi perlakuan glukosa dan sukrosa
menujukkan nilai ( P <0,05). Setelah itu dilakukan uji lanjut yaitu Beda Nyata
Jujur ( BNJ ).
Derajat keasaman (pH) adalah skala atau ukuran tingkat keasaman atau
basa (alkali) suatu larutan. Hasil pengujian pH tertinggi terdapat pada perlakuan
rusip NKyaitu 5,75±0,03. Nilai pH terendah dihasilkan oleh rusip NG yaitu 4,54±
0,08. Nilai pH pada sampel kontrol teri Stolephorus indicus sebesar 4,84±0,03.
Hasil tersebut sama dengan penelitian dari Ibrahim et.al (2009), nilai pH pada
rusip dengan konsentrasi garam 7,5% turun menjadi 4,89 pada hari ke-7 dan 4,56
40
pada hari ke-28. Nilai pH yang menurun disebabkan karena konsentrasi garam
dan lama fermentasi. Selama fermentasi, adanya proses produksi asam laktat yang
menurunkan pH produk.
asam. Semakin asam nilai suatu pH akan berpengaruh pada bakteri asam laktat
fermentasi udang karena selama fermentasi terjadi bakteri asam laktat akan
merombak gula menjadi asam laktat yang dapat menurunkan pH. Semakin tinggi
asam laktat yang dihasilkan menunjukkan BAL yang tumbuh semakin banyak dan
dalam kondisi asam akan menghasilkan banyak BAL dan menurunkan pH produk.
Lama waktu fermentasi juga berpengaruh terhadap pH serta jumlah gula yang
digunakan sebagai sumber karbon dan nutrisi bakteri menentukan nilai pH.
Menurut Yunus dan Zubaidah (2015), semakin banyak sukrosa yang diberikan
maka akan semakin banyak substrat yang dirombak BAL menjadi asam piruvat
Interaksi yang terjadi antara rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan
41
mempengaruhi hasil derajat keasaman (pH) pada produk. Semakin lama
fermentasi maka nilai pH akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan terjadinya
proses penurunan pH dari bakteri asam laktat dan asam jenis lain yang dihasilkan
oleh BAL. Menurut Anwar et.al (2014), jasad renik yang tumbuh pada produk
pangan sangat dipengaruhi oleh adanya pH. Menurunnya suatu nilai pH pada
produk disebabkan oleh banyaknya produksi asam laktat selama masa fermentasi
oleh BAL. BAL dapat mengubah sumber karbohidrat menjadi asam laktat, asam-
Hasil nilai pengujian kadar protein pada sampel rusip ikan teri nasi
16
14
12
10
8
6
4
2
0
NK NG NS TK TG TS
Gambar 5. Hasil Nilai Uji Kadar Protein terhadap Rusip
Keterangan :
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
42
Hasil analisis uji normalitas dan homogenitas terhadap kadar protein pada
rusip ikan menunjukkan bahwa data tersebut normal dan homogen. Setelah
sidik ragam (ANOVA). Perhitungan dari hasil analisis sidik ragam terhadap
sampel rusip teri nasi dan teri yang diberi perlakuan glukosa dan sukrosa
menujukkan nilai ( P <0,05). Setelah itu dilakukan uji lanjut yaitu Beda Nyata
Jujur ( BNJ ).
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa rusip teri nasi
glukosa dan sukrosa berpengaruh nyata terhadap kadar protein rusip. Sampel rusip
penambahan glukosa memiliki nilai protein lebih tinggi dibandingkan pada rusip
yang diberi perlakuan sukrosa. Nilai protein tersebut lebih rendah dari hasil
penelitian Rinto dan Subarka (2017), hasil pengujian kandungan protein terhadap
rusip Bangka berkisar antara 14,71% - 18,39%. Menurut Waty et.al (2019), hal ini
dikarenakan akibat adanya kompetisi antara mikroba yang tumbuh selama proses
sebagai faktor pembatas dalam mendapatkan nutrisi. Hal ini diperkuat oleh Thariq
et.al (2014), faktor lainnya karena garam dapat mengubah sifat kelarutan protein.
Semakin tinggi kadar garam maka kelarutan proteinnya akan semakin rendah. Hal
ini karena terjadinya proses salting out yang memisah dan mengendap.
43
Selain dikarenakan adanya penambahan garam yang dilakukan pada rusip,
karbon bagi mikroba. Tetapi apabila konsentrasi gula yang diberikan terlalu tinggi
dengan nilai tertinggi. Setelah itu nilai protein tertinggi kedua adalah pada
(2013), nilai TVN yang terlalu tinggi dari rusip yang telah di fermentasi
Penyebab turunnya kadar protein akibat adanya kandungan garam yang semakin
lama waktu fermentasi dapat merusak protein pada tubuh ikan. Menurut Ibrahim
et.al (2009), penurunan kadar protein pada rusip disebabkan karena garam
memiliki sifat higroskopis dan mengabsorpsi air jaringan ikan. Garam adalah
elektrolit kuat yang dapat melarutkan air dalam protein, serta pada pproses
kadar protein kasar. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa perubahan
seperti, reaksi Maillard atau oleh reaksi myoblobin yang dipengaruhi oleh bakteri.
Protein otot ikan dapat membengkak akibat adanya garam namun denaturasi
44
protein terjadi jika konsentrasi garam meningkat selama proses fermentasi
berlangsung.
Interaksi antara sampel rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri
hasil kadar protein. Perlakuan glukosa memiliki nilai yang lebih tinggi
sehingga nilai protein lebih rendah. Jenis ikan berpengaruh terhadap protein, ikan
teri Stolephorus indicus yang digunakan sebagai bahan baku memiliki tubuh yang
fermentasi akan menurunkan nilai protein. Selain itu, semakin banyak garam yang
ditambahkan akan menurunkan nilai protein pula dan keberadaan gula juga
berpengaruh. Menurut Abdillah et.al (2014), pengamatan pada hari ke-5 mulai
mengalami penurunan protein yang disebabkan nutrisi pada substrat yang berupa
Hasil pengujian kadar air pada sampel rusip teri nasi Stolephorus
commersonii dan teri Stolephorus indicus yang diberi perlakuan glukosa dan
45
66
65
64
63
62
61
60
59
NK NG NS TK TG TS
Keterangan :
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
air pada rusip ikan menunjukkan bahwa data tersebut normal dan homogen.
analisis sidik ragam (ANOVA). Perhitungan dari hasil analisis sidik ragam
terhadap sampel rusip teri nasi dan teri yang diberi perlakuan glukosa dan sukrosa
menujukkan nilai ( P <0,05). Setelah itu dilakukan uji lanjut yaitu Beda Nyata
Jujur ( BNJ ).
Setelah dilakukan uji lanjut BNJ diperoleh hasil bahwa perlakuan yang
diberikan pada sampel teri nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus
indicus memiliki pengaruh nyata terhadap kandungan kadar air. Kadar air yang
diperoleh pada sampel rusip NG adalah 61,56% dan 62,54% pada rusip NS. Hasil
kadar air pada rusip TG sebesar 63,75% dan 62,46% pada rusip TS. Data kadar air
yang diperoleh memiliki hasil yang hampir sama dengan penelitian dari Khairi
46
et.al (2014), kadar air pada rusip memiliki nilai 65,21% sedangkan pada budu
66,92%. Menurut Koesoemawardani dan Yuliana (2009), kadar air rusip dari
Bangka yang ditambahkan karbohidrat beras sangrai sebesar 58,74% dan rusip
yang ditambah gula merah adalah 58,22%. Serta 62,19-83,74% adalah kadar air
rusip Bangka.
Selama proses fermentasi, kadar air pada produk akan menurun karena
terjadinya proses osmosis dari adanya garam dan adanya gula yang dapat
mengikat gula. Berdasarkan pada gambar 5 dapat dilihat bahwa jumlah kadar air
yang dihasilkan oleh rusip berbeda. Perbedaan hasil kadar air tersebut dapat
dikarenakan konsentrasi gula atau jenis gula yang diberikan. Menurut Kalista et.al
(2012), kadar air bekasam mengalami penurunan selama fermentasi yang diduga
karena kemampuan garam mengikat air. Adanya gula aren juga dapat mengikat
air. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari penelitian Muchtadi dan Sugiono
(2013), gula dalam pangan selain sebagai pengawet, gula juga dapat mengikat air
Kadar air pada rusip juga dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi garam yang
diberikan. Penambahan garam dapat menurunkan jumlah kadar air rusip selama
dapat menyerap air. Menurut Kusmarwati et.al (2011), Penurunan kadar air
tersebut kemungkinan dikarenakan hilangnya air dari pori-pori tutup wadah yang
kurang rapat. Selain itu, penurunan kadar air yang besar berkaitan dengan
tingginya kadar garam yang diberikan. Kadar garam yang tinggi mengakibatkan
cepatnya molekul garam masuk ke dalam daging ikan kemudian menarik cairan
keluar tubuh.
47
Interaksi antara sampel rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri
bahwa adanya interaksi yang nyata. Hasil kadar air pada rusip memiliki rentang
antara 61,56% hingga 64,74%. Semakin lama waktu fermentasi yang diberikan
dan semakin tinggi kadar garam yang ditambahkan maka penurunan kadar air
pada rusip akan lebih banyak, akan tetapi kadar garam yang terlalu tinggi pada
mengakibatkan rusip terlalu asin. Selain garam, jumlah gula yang ditambahkan
juga dapat mempengaruhi jumlah kadar air pada rusip. Menurut Putri et.al (2014),
adanya proses penguraian gula aren yang ditambahkan ke dalam rusip dan
menghasilkan air. Selain itu, kadar air yang dihasilkan rusip dapat berasal dari
proses penguraian protein menjadi dipeptida, peptida, dan asam amino yang
Aktivitas air merupakan kandungan air bebas yang terdapat di dalam suatu
bahan pangan yang dapat digunakan mikroba untuk melakukan pertumbuhan. Air
dalam bahan pangan dibedakan menjadi dua, yaitu air bebas dan air terikat. Air
bebas adalah air yang terdapat dalam ruang antar sel dan semua air yang terlibat
dalam jaringan bahan. Sedangkan air terikat adalah air yang terdapat di sekitar
bahan yang terlarut maupun bahan yang bukan bersifat cairan. Air terikat
dibedakan menjadi dua yaitu air terikat kuat dan air terikat lemah. Hasil pengujian
terhadap aktivitas air pada sampel rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri
Stolephorus indicus yang diberi perlakuan glukosa dan sukrosa tersaji pada
Gambar 7.
48
0.87
0.86
0.85
0.84
0.83
0.82
0.81
0.8
0.79
0.78
NK NG NS TK TG TS
Gambar 7. Hasil Nilai Uji Aktivitas Air (a w) terhadap Rusip
Keterangan :
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
aktivitas air (a w) pada rusip ikan menunjukkan bahwa data tersebut normal dan
menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Perhitungan dari hasil analisis sidik
ragam terhadap sampel rusip teri nasi dan teri yang diberi perlakuan glukosa dan
sukrosa menujukkan nilai ( P <0,05). Setelah itu dilakukan uji lanjut yaitu Beda
tertinggi pada rusip TS yaitu 0,86 sedangkan nilai a w yang terendah dihasilkan
oleh rusip NG yaitu 0,81. Sedangkan pada perlakuan rusipNS memiliki nilai a w
sebesar 0,82dan rusip TG memiliki nilai a w sebesar 0,85. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian Khairi et.al (2014), aktivitas air pada penelitian inii memiliki
selang antara 0,819-0,840 untuk budu. Nilai aktivitas air untuk produk rusip
49
antara 0,856-0,877. Menurut Soetikno et.al (2018), selama fermentasi
dan aktivitas air. Nilai a w pada produk fermentasi yang optimum untuk
pertumbuhan bakteri adalah 0,8-0,9, yeast 0,7-0,8, kapang <0,7. Maka dari itu,
jika nilai a w lebih rendah dari nilai optimum tersebut mengakibatkan sistem
makanan fermentasi.
dengan rusip TG dan TS. Sedangkan rusipNS berbeda secara signifikan dengan
TS. Nilai aktivitas air pada suatu produk pangan merupakan faktor yang penting
yang harus diperhatikan. Aktivitas air adalah air bebas yang terdapat didalam
pertumbuhannya. Nilai aktivitas air berhubungan dengan kadar air pada produk.
Nilai aktivitas air dengan kadar air berbanding lurus. Menurut Praseptiangga et.al
(2016), perubahan pada a w berbanding lurus dengan perubahan kadar air fruit
leather nangka. Kadar air pada fruit leather mengalami peningkatan pada
konsentrasi gum arab 0,3%, 0,6%, dan terjadi penurunan pada konsentrasi 0,9%.
Peningkatan aktivitas air dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air
Interaksi antara sampel rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri
maupun TS cenderung lebih tinggi daripada pada rusip NG maupun NS. Nilai a w
50
yang diperoleh masih tergolong pada nilai a w optimum untuk pertumbuhan
bakteri. Keberadaan air bebas atau a w pada suatu produk juga dipengaruhi oleh
nilai pH. Nilai pH yang rendah dapat digunakan mikroba untuk aktifitas
pertumbuhannya, begitu pula dengan nilai a w. Selain itu, nilai a w juga akan
mempengaruhi jumlah total BAL yang dihasilkan oleh produk, terutama pada
asam laktat hanya dapat tumbuh pada suhu, pH, dan nilai aktivitas air yang
optimum. Menurut Pursudarsono et.al (2015), bahan pangan yang memiliki nilai
a w yang rendah cenderung akan mengikat air, sedangkan bahan pangan yang
memiliki nilai a w yang tinggi cenderung akan melepaskan air. Perubahan aktivitas
air yang terjadi dapat mengakibatkan perpindahan air antar bahan penyusun
makanan.
satu metode pengujian terhadap mutu dari suatu pangan yang pelaksanaannya
menggunakan indera manusia. Selain untuk mengetahui mutu dari suatu produk
dari konsumen. Pelaksanaan uji sensori dilakukan oleh panelis semi terlatih yang
berjumlah 30 orang. Panelis adalah sekelompok orang atau sejumlah orang yang
terlatih maupun semi terlatih untuk memberikan penilaian terhadap mutu dan
kualitas dari suatu produk. Pengujian sensori yang dilakukan pada penelitian ini
adalah uji difference test atau uji pembedaan dengan metode rangking yang
51
pengujian secara sensori memiliki peranan yang sangat pentingdalam
suatu produk.
commersonii dan teri Stolephorus indicus yang diberi perlakuan glukosa dan
Keterangan:
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus indicus yang diberi
perlakuan glukosa dan sukrosa pada taraf uji 95% adalah pada rusip NKpada
parameter rasa memiliki selang kepercayaan 2,83 <μ< 3,37, parameter aroma 3,08
<μ< 3,86, dan tekstur 3,12 <μ< 3,95. Sampel rusip TK pada parameter rasa
memiliki selang kepercayaan 2,64 <μ< 3,43, aroma sebesar 3,27 <μ< 3,93, dan
tekstur 2,11 <μ< 2,89. Nilai selang kepercayaan pada sampel NG parameter rasa
adalah 2,81 <μ< 3,45, aroma 2,37 <μ< 3,10, dan tekstur 1,69 <μ< 2,38. Nilai
52
selang kepercayaan pada sampel NS parameter rasa adalah 2,88 <μ< 3,52, aroma
2,88 <μ< 3,52, dan tekstur 1,76 <μ< 2,64. Selang kepercayaan pada TG parameter
rasa sebesar 2,76 <μ< 3,57, aroma sebesar 3,08 <μ< 3,72, dan tekstur 2,09 <μ<
2,91. Selang kepercayaan pada sampel TS parameter rasa yaitu 2,81 <μ< 3,66,
aroma 2,82 <μ< 3,38, tekstur 2,31 <μ< 3,22. Tujuan dari dilakukannya pengujian
sensoris difference test adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara tiap
sampel pada setiap atribut sensori. Berdasarkan hasil selang kepercayaan tersebut
antara rusip yang diberi perlakuan jenis ikan dan gula yang berbeda dengan
sampel kontrol menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata pada atribut
aroma dan tekstur. Sedangkan pada atribut rasa netral atau tidak adanya perbedaan
yang nyata Perbedaan tersebut merupakan hasil dari pengujian sensori yang telah
dilakukan oleh panelis Menurut Agusta et.al (2017), sampel hasil dari preparasi
Pengujian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menentukan atribut mutu
Rasa merupakan salah satu atribut sensoris yang penting pada suatu
produk pangan. Atribut rasa merupakan salah satu contoh karakteristik yang dapat
pada suatu produk pangan akan mempengaruhi konsumen produk. Rasa pada
pangan terdiri dari rasa manis, pahit, asam, asin, dan gurih. Pengujian ini
53
Analysis (QDA) memiliki tujuan untuk mengetahui deskripsi aroma dan rasa yang
menyusun suatu bahan pangan dan intesitas dari setiap komponennya. Pengujian
karakteristik sensori yang dapat diterima oleh indera pengecap manusia. Pengujian
atribut rasa dilakukan terhadap rasa manis, asin, gurih, dan pahit.
signifikan atau tidak secara statistik antara dua variable atau lebih. Hasil analisis
yang diperoleh yaitu nilai Chi-Squarehitung (769) < nilai Chi-Squaretabel (11.070),
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini
membuktikan bahwa perlakuan rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri
Stolephorus indicus yang diberi glukosa dan sukrosa tidak berpengaruh terhadap
hasil nilai P>(0,05) yang menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang nyata
setiap sampel dengan kontrol yang digunakan sebagai pembeda. Rata-rata hasil uji
3.3
3.25
3.2
3.15
3.1
3.05
3
2.95
2.9
NK TK NG NS TG TS
54
Gambar 8. Rata-Rata Hasil Uji Difference Test Atribut Rasa terhadap Rusip
Keterangan :
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
Berdasarkan hasil yang tersaji pada gambar 8 diatas dapat diketahui bahwa
tidak adanya perbedaan yang nyata dari setiap sampel yang diujikan dengan
kontrol. Tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap atribut rasa menunjukkan
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap rasa. Hal ini berarti rasa
yang dihasilkan oleh sampel rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri
Stolephorus indicus dengan glukosa dan sukrosa memiliki rasa yang sama dengan
rasa pada sampel kontrol. Adanya perbedaan ataupun tidak adanya perbedaan
pada sampel rusip terhadap rasa yang dihasilkan diakibatkan karena adanya
kandungan gula dan garam. Gula glukosa yang digunakan merupakan jenis gula
paling kecil yang tidak dapat dipecah dan sukrosa merupakan gabungan glukosa
dan fruktosa. Rasa asin dan gurih yang dihasilkan dari rusip merupakan produk
akhir dari proses fermentasi yang terjadi dari adanya kandungan gula dan garam
didalamnya. Rasa asin pada rusip menyebabkan rusip banyak digunakan sebagai
penambah citarasa pada masakan, diolah dan dicampur dengan sambal atau
dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat. Selain asin, rusip memiliki rasa
yang sedikit asam dan gurih. Menurut Berlian et.al (2016), setelah beberapa hari
fermentasi bekasam pada produk akan meningkat. Asam yang terbentuk berasal
dari adanya karbohidrat pada produk (nasi) dan dari kandungan karbohidrat yang
terdapat pada ikan. Keberadaan karbohidrat sebagai makanan bagi bakteri asam
55
Hasil pengujian sensori terhadap rusip dapat diketahui bahwa panelis lebih
menyukai produk rusip ikan teri yang diberi penambahan gula sukrosa. Hal ini
dapat dikarenakan, pada produk sampel TS memiliki rasa yang mirip dengan
kontrol dan sampel produk komersil yang telah dipasarkan. Selain itu diduga
dapat dikarenakan pada kandungan gula sukrosa memiliki rasa yang lebih manis
daripada glukosa, sehingga selama fermentasi dapat menciptakan rasa yang lebih
karena sukrosa memiliki kalori yang lebih tinggi pula daripada glukosa.
Aroma atau bau merupakan salah satu atribut yang penting pada suatu
produk pangan. Atribut aroma pada produk pangan dapat diketahui dengan
pangan berasal dari proses pengolahan yang terjadi pada produk atau berasal dari
bahan baku yang digunakan. Standar aroma yang baik apabila suatu produk
memiliki aroma yang sedap, khas produk, dan tidak berbau busuk. Menurut
Rahman dan Maflahah (2016), mekanisme proses terbentuknya aroma adalah bau
yang terbawa oleh udara akan diterima oleh epitelium hidung. Setelah itu, bau atau
aroma akan terdeteksi oleh rambut-rambut kecil yang terdapat pada hidung
kemudian selanjutnya akan diteruskan menuju otak untuk diolah lebih lanjut.
terhadap atribut aroma pada sampel rusip mendapatkan hasil nilai Chi-Squarehitung
56
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney
yang nyata terhadap atribut aroma rusip. Menurut Sukma dan Baihaqi (2013),
hasil analisis chi square terhadap variabel rasa, diketahui nilai X2 hitung >X2 tabel
maka dapat disimpulkan terima Ha dan tolak Ho. Dapat diketahui pula dari nilai
Asymp.sig dengan nilai 0,004 < 0,05 yang berarti signifikan. Maka dapat
disimpulkan ada pengaruh antara variabel rasa dengan konsumen. Rata-rata nilai
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
NK TK NG NS TG TS
Gambar 9. Rata-Rata Hasil Uji Difference Test Atribut Aroma terhadap Rusip
Keterangan:
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
setiap sampel yang diujikan adanya perbedaan yang nyata. Aroma yang dihasilkan
oleh sampel rusip teri nasi Stolephorus commersonii dan teri Stolephorus indicus
dengan glukosa dan sukrosa adalah aroma atau bau yang asam dan khas rusip.
Apabila rusip memiliki aroma yang asam dapat disimpulkan bahwa rusip berhasil.
57
Nilai sensori atribut aroma pada sampel NG adalah 2.74 yang berdasarkan skala
yang digunakan pada pengujian skala nilai 2 menandakan bahwa sedikit berbeda
sedangkan skala nilai 3 adalah netral atau sama. Adanya penambahan gula dan
garam pada produk fermentasi dapat mempengaruhi aroma dari produk. Hal ini
adanya proses yang bekerja antara gula dan garam yang dapat menghasilkan
mempengaruhi kualitas dari suatu produk. Menurut Majid et.al (2014), aroma dan
rasa yang merupakan kualitas dari terasi dapat dipengaruhi oleh lama fermentasi.
Garam dalam proses fermentasi berfungsi sebagai pemberi cita rasa, sebagai
kecap isi rongga perut ikan Manyung dipengaruhi oleh aroma dari bahan baku isi
rongga perut ikan Manyung. Sehingga aroma yang dihasilkan berbeda dengan
kecap komersil yang berasal dari ikan pelagis kecil. Senyawa volatil, asam,
karbonil, senyawa nitrogen, dan sulfur yang terbentuk selama proses fermentasi
berasal dari adanya senyawa-senyawa volatil yang memiliki berat molekul yang
Serta kenampakan suatu produk akan mempengaruhi daya tarik konsumen untuk
memilih produk. Tekstur suatu produk terutama pangan dapat dirasakan dan
dilihat dengan menggunakan indera manusia. Menurut Fajri et.al (2014), selain
58
parameter warna dan aroma, tekstur pada peda juga berpengaruh terhadap
kesukaan konsumen. Tekstur merupakan karakter sifat fisik yang ditimbulkan oleh
indera perabaan.
Pengujian difference test terhadap atribut tekstur pada rusip teri nasi
dan sukrosa memberikan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan antar tiap
sampel uji. Setelah itu, hasil pengujian sensoris dianalisis dengan uji non
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada sampel yang diujikan.
Hal tersebut dibuktikan dengan nilai P<(0,05). Rata-rata nilai hasil uji sensori
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
NK TK NG NS TG TS
Gambar 10. Rata-Rata Hasil Uji Difference Test Atribut Tekstur terhadap Rusip
59
Keterangan:
- Data tersebut merupakan hasil dari rata-rata 3 kali ulangan ± standard
deviasi
- Data yang terdapat tanda supercript menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang nyata (p < 0,05).
Berdasarkan nilai rata-rata yang tersaji pada gambar diatas dapat diketahui
bahwa adanya perbedaan yang nyata terhadap nilai atribut tekstur pada rusip yang
diujikan. Hal tersebut dapat dilihat dari interval rata-rata hasil uji sensori tekstur
yang terlihat perbedaannya. Tekstur pada rusip tertinggi dihasilkan oleh sampel
rusip NKdan terendah pada sampel NS. Perbedaan tekstur dapat dipengaruhi oleh
adanya garam yang ditambahkan dalam pembuatan rusip. Konsentrasi garam pada
suatu pangan dapat mempengaruhi tekstur produk, hal tersebut dikarenakan garam
dalam proses fermentasi selain sebagai selektor dan pengontrol bakteri juga
berfungsi sebagai pembentuk tekstur pada suatu produk pangan. Garam dapat
menarik kadar air produk sehingga kadar air akan berkurang. Kadar air pada
produk berperan pada proses pembentukan tekstur pangan. Menurut Aulia et.al
(2018), semakin lama waktu fermentasi maka tekstur yang dihasilkan semakin
lembek. Tekstur yang lembek disebabkan oleh aktivitas dari bakteri asam laktat
gula. Apabila penambahan gula dengan konsentrasi gula yang terlalu tinggi, dapat
menyebabkan produk rusip mentah memiliki tekstur yang sedikit keras tetapi pada
dikarenakan gula yang terlalu tinggi dapat menarik kandungan air pada suatu
60
Tekstur yang dimiliki oleh rusip adalah lembek, mudah hancur dan masir.
Selain garam dan kadar air, tekstur rusip disebabkan saat pengujian sensori rusip
yang digunakan sebagai sampel uji diolah dengan digoreng dahulu. Sehingga
tekstur yang dihasilkan oleh rusip dapat diakibatkan karena proses penggorengan.
Pada sampel NS nilai tekstur terendah karena pada saat sampel digoreng, kadar
menjadi lebih lembek, tidak kering seperti sampel lainnya. Sampel lainnya
memiliki tesktur setelah digoreng kering dan masir. Menurut Kusmarwati et.al
(2011), rusip dengan starter pada perlakuan garam 15% memiliki skor lebih
tinggi dibandingkan rusip perlakuan garam 10% dan 20%. Penambahan starter
menyebabkan rusip menjadi lebih kompak, padat dan sedikit masir. Rusip tanpa
61
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara kimiawi, rusip dengan perlakuan perbedaan jenis ikan dan gula cair
kadar air, dan aktivitas air (aw) dari rusip, maka dapat disimpulkan bahwa
2. Perlakuan terbaik adalah rusip dengan sampel TS. TS memiliki nilai asam
glutamat 14,28, pH 5,72, protein 13,27%, kadar air 62,46, dan aw sebesar
V.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
bakteri asam laktat yang terdapat pada rusip dikarenakan keberadaan BAL
yang terdapat pada rusip, dimana senyawa volatil sangat berperan dalam
menghasilkan aroma. Selain itu, agar dapat diketahui dengan jelas jenis
62
DAFTAR PUSTAKA
63
Berlian, Z., Syarifah., I. Huda. 2016. Pengaruh Kuantitas Garam terhadap Kualitas
Bekasam. Jurnal Biota, 2(2): 151-157.
Budiharjo, R., P. R. Sarjono., M. Asy’ari. 2017. Pengaruh Konsentrasi NaCl
Terhadap Aktivitas Spesifik Protease Ekstraseluler dan Pertumbuhan
Bkateri Halofilik Isolat Bittern Tambak Garam Madura. Jurnal Kimia,
Sains, dan Aplikasi, 20(3): 142-145.
Cakrawati, D., dan Mustika, NH. 2012. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Dewanti, R. O. N., A. Ghofar., S. W. Saputra. 2014. Beberapa Aspek Biologi Ikan
Teri (Stolephorus devisi) yang Tertangkap Payang di Perairan Kabupaten
Pemalang. Diponegoro Journal of Maquares, 3(4): 102-111.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Bharata, Jakarta.
Diyah, N. W., A. Ambarwati., G. M. Warsito., G. Niken., E. T. Heriwiyanti., R.
Windysari., D. Prismawan., R. F. Hartasari, dan Purwanto. 2016. Evaluasi
Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa Sumber Karbohidrat
Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks Glikemik Rendah. Jurnal
Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 3(2): 67-73.
Edam, M. 2018. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi NaCl dan Lama Fermentasi
terhadap Produk Asam Laktat dari Kubis (Brassica oleracea). Jurnal
Penelitian Teknologi Industri, 10(1): 17-24.
Effendi. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Engelen, A. 2018. Analisis Kekerasan, Kadar Air, Warna, dan Sifat Sensoris Pada
Pembuatan Keripik Daun Kelor. Journal of Agritech Science, 2(1): 10-15.
Ernaningsih, D., D. Simbolon., E. S. Wiyono., dan A. Purbayanto. 2012.
Komoditi Unggulan Perikanan Tangkap di Teluk Banten. Buletin PSP,
20(2): 181-192.
Fajri, Y., A.A. Sukarso., D. A. C. Rasmi. 2014. Fermentasi Ikan Kembung
(Rastrelliger sp.) dalam Pembuatan Peda dengan Penambahan Bakteri
Asam Laktat (BAL) yang Terkandung dalam Terasi Empang pada
Berbagai Konsentrasi Garam. Jurnal Biologi Tropis, 14(2): 153-161.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Faroj, M. N. 2019. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Teri (Stolephorus
commersonii) dan Tepung Kacang Merah (Vigna Angularis) Terhadap
Daya Terima dan Kandungan Protein Pie Mini. Media Gizi Indonesia,
14(1): 56-65.
Fitrah, S. S., I. Dewiyanti., T. Rizwan. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di Perairan
Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 66-81.
64
Herliani, D. D., T. Gozali., N. Suliasih. 2016. Pengaruh Penambahan Ikan Teri
(Stolephorus commersonii) dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik
Dendeng Batang Talas (Colocasia esculenta (L) Schott). 1-22.
Heryani, H. 2016. Keutamaan Gula Aren dan Strategi Pengembangan Produk.
Lambung Mangkurat University Press, Banjarmasin.
Holifah, S. 2019. Pengolahan Limbah Air Rebusan Ikan Teri Menjadi Pupuk
Organik Cair dan Aplikasinya Terhadap Hasil Tanaman Bayam
(Amaranthus sp.). Agromix, 10(2): 100-113.
Huda, N. 2012. Indonesian Fermented Fish Products. Handbook of Animal Based
Fermented Food and Beverage Technology, Malaysia.
Ibrahim, B., W. Zahiruddin., W. Sastra. 2009. Fermentasi Rusip. Prosiding
Seminar Nasional Perikanan Indonesia, 314-321.
Indrianti, N. 2012. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Gula terhadap Kualitas
Keju Analog dari Campuran Susu dan Sari Kedelai. Pangan, 21(4): 357-
364.
Indriati, N., A. Kusmarwati., dan I. Hermana. 2014. Optimization of Bacteriocin
Production by Lactococcus lactis ssp. lactis CN1.10a Origin From Rusip.
Squalen Bulletin of Marine and Fisheries Postharvest and Biotechnology,
9(3): 97-106.
Irianto, H. E. 2013. Produk Fermentasi Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Jannah, A. M. 2010. Proses Fermentasi Hidrolisat Jerami Padi Untuk
Menghasilkan Bioethanol. Jurnal Teknik Kimia, 1(17): 44-52.
Jinab, S., dan P. Hajeb. 2010. Glutamate. Its Applications in Food and
Contribution to Health. Appetite, 55: 1-10.
Juliarsi, M., Nazaruddin., W. Werdiningsih. 2018. Pengaruh Konsentrasi Garam
dan Lama Fermentasi Terhada Mutu Sambal Masin Khas Sumbawa. Reka
Pangan, 12 (1): 1-11.
Kalista, A., A. Supriadi., S. H. J. Rachmawati. 2012. Bekasam Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) dengan Penggunaan Sumber Karbohidrat yang
Berbeda. FishTech, 1(1): 102-110.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2019. Pusat Pengkajian
Perdagangan Dalam Negeri, Jakarta.
Khairi, I. N. B. M., N. Huda., W. N. W. Abdullah., A. F. M. A. Karkhi. 2014.
Protein Quality of Fish Fermented Product: Budu and Rusip. Asia Pasific
Journal of Sustainable Agriculture Food and Energy, 2(2): 17-22.
Koesoemawardani, D., dan N. Yuliana. 2009. Karakter Rusip dengan
Penambahan Kultur Kering : Streptococcus sp. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, 11(3): 205-211.
Koesoemawardani, D., Susilawati., N. Irawan. 2011. Karakteristik Rusip Akibat
Suhu dan Lama Pemanasan Gula Aren yang Berbeda. Prosiding Seminar
Hasil – Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 97-106.
65
Koesoemawardani, D., S. Rizal., dan M. Tauhid. 2013. Perubahan Sifat
Mikrobiologi dan Kimiawi Rusip Selama Fermentasi. Agritech, 33(3):
265-272.
Koesoemawardani, D., S. Rizal., dan R. Susilowati. 2015. Perubahan Sifat
Mikrobiologi dan Kimia Rusip dengan Perbedaan Waktu Penambahan
Gula Aren Cair. Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional,
132-139.
Kursia, S., R. Aksa., M. M. Nolo. 2018. Potensi Antibakteri Isolat Jamur Endofit
dari Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.). Pharmauho, 4(1): 30-33.
Kristianawati, F., R. Ibrahim., L. Rianingsih. 2014. Penambahan Enzim yang
Berbeda pada Pengolahan Kecap Ikan dari Isi Rongga Perut Ikan
Manyung (Arius thalassinus) terhadap Mutu Produk. Jurnal Saintek
Perikanan, 9(2): 24-32.
Kusmarwati, A., E. S. Heruwati., T. Utami., E. S. Rahayu. 2011. Pengaruh
Penambahan Pediococcus acidilactici F-11 Sebagai Kultur Starter
terhadap Kualitas Rusip Teri (Stolephorus sp.). Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 6(1): 13-26.
Lingawan, A., D. Nugraha.,E. Jessica., E. Aprianto., Geovanny., M. Ardhito., P.
Japit., T. Trilaksono. 2019. Gula Aren: Si Hitam Manis Pembawa
Keuntungan dengan Segudang Potensi. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat,
1(1): 1-25.
Majid, A., T. W. Agustini., L. Rianingsih. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Garam terhadap Mutu Sensori dan Kandungan Senyawa Volatil pada
Terasi Ikan Teri (Stolephorus sp.). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan, 3(2): 17-24.
Masdarini, L. 2011. Manfaat dan Keamanan Makanan Fermentasi untuk
Kesehatan (Tinjauan dari Aspek Ilmu Pangan). JPTK, 8(1): 53-58.
Maslami, V., Y. Marlida., Mirnawati., Jamsari., dan Y. S. Nur. 2018. Isolasi
Bakteri Asam Laktat (BAL) Penghasil Asam Glutamat dari Ikan Budu
Sebagai Feed Suplemen Ayam Broiler. Jurnal Peternakan Indonesia, 20(1):
29-36.
Mayasari, E., S. Priyono., M. Ulfa., S. Saloko. 2018. Identifikasi Asam Amino
Glutamat Pada Bumbu Instan Daun San-Sakng (Albertisia papuana
Becc. ). Prosiding Seminar Nasional Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, 83-88.
Moede, F. H., S. T. Gonggo., Ratman. 2017. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi
Terhadap Kadar Bioetanol dari Pati Ubi Jalar Kuning ( Ipomea batatas
L.). Jurnal Akademika Kimia, 6(2): 86-91.
Muchtadi, T. R., Sugiyono. 2013. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Mueda, R. T. 2015. Physico-chemical and Color Characteristics of Salt
Fermented Fish Sauce from Anchovy Stolephorus commersonii.
66
Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation International Journal
of the Bioflux Society, 8(4): 565-572.
Musarratulain, Z. Masood., R. Bibi., M. Bibi., H. Gul., R. Y. Farooq., dan N.
Jamil. 2015. Growth Profile of an Indian Anchovy Species, Stolephorus
indicus (van Hasselt,1823) of Family Engraulidae from Keti Bunder,
Sindh, Pakistan. Global Veterinaria, 14(4): 619-622.
Notowinarto dan L. Puspita. 2016. Studi Pendahuluan Penduga Stok Lestari Ikan
Teri (Stolephorus spp.) di Perairan Galang Kota Batam. Jurnal Dimensi, 4-
10.
Novestiana, T. R., dan E. Hidayanto. 2015. Penentuan Indeks Bias dari
Konsentrasi Sukrosa (C 12 H 22 O11) Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan
Portable Brixmeter. Youngster Physics Journal, 4(2): 173-180.
Nuraida, L., S. Madaniyah., N. Andarwulan., D. Briawan., H. N. Lioe., dan
Zulaikhah. 2014. Free Glutamate Intake From Foods Among Adults: Case
Study in Bogor and Jakarta. Jurnal Mutu Pangan, 1(2): 100-109.
Palupi, S., B. Riyanto., dan N. F. Pasaribu. 2018. Inovasi Produk Olahan
Berbahan Dasar Rusip di Pulau Bangka. Prosiding Seminar Pengabdian
Masyarakat, 2: 692-700.
Praseptiangga, D., T. P. Aviany., N. H. R. Parnanto. 2016. Pengaruh Penambahan
Gum Arab terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Fruit Leather
Nangka. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 9(1): 71-83.
Priasty, E. W., Hasanuddin., K. H. Dewi. 2013. Kualitas Asam Cuka Kelapa
(Cocos nucifera L. ) dengan Metode Lambat (Slow Methods). Jurnal Argo
Industri, 3(1): 1-13.
Pudjirahaju, A. 2018. Pengawasan Mutu Pangan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Pursudarsono, F., D. Rosyidi., A. S. Widati. 2015. Pengaruh Perlakuan Imbangan
Garam dan Gula terhadap Kualitas Dendeng Paru-Paru Saci. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Hasil Ternak, 10(1): 35-45.
Puspita, I. D., A. Wardani., R. O. A. Puspitasari., P. S. Nugraheni., M. M. P.
Putra., S. Pudjiraharti., dan Ustadi. 2017. Occurence of Chitinolytic
Bacteria in Shrimp Rusip and Measurement of Their Chitin-Degrading
Enzymes Activities. Biodiversitas, 18(3): 1275-1281.
Puspita, D. A., T. W. Agustini., L. Purnamayati. 2019. Pengaruh Perbedaan
Konsentrasi Garam Terhadap Kadar Asam Glutamat Pada Bubuk Bekasam
Ikan Lele (Clarias batracus). Jurnal Teknologi Pangan, 3(1): 110-115.
Putra, T. F., H. Suprapto., W. Tjahjaningsih., dan H. Pramono. 2017. The
Antagonistic Activity of Lactic Acid Bacteria Isolated from Peda, an
Indonesian Traditional Fermented Fish. ASEAN Fen-International
Fisheries Symposium, 137: 1-8.
67
Putri, D. M., A. Budiharjo., dan E. Kusdiyantini. 2014. Isolasi, Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat, dan Analisis Proksimat dari Pangan Fermentasi
Rusip Ikan Teri (Stolephorus sp.). Jurnal Biologi, 3(2): 11-19.
Radam, R. R., dan A. A. Rezekiah. 2015. Pengolahan Gula Aren (Arrengan
Pinnata Merr) di Desa Banua Hanyar Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Jurnal Hutan Tropis, 3(3): 267-276.
Rahman, A., I. Maflahah. 2016. Analisis Sensoris Terasi udang yang Ditambahi
Bubuk Kulit Manggis (Garnicia mangostana L.). Agrointek, 10(2): 85-91.
Rahmiati., M. Mumpuni. 2017. Eksplorasi Bakteri Asam Laktat Kandidat
Probiotik dan Potensinya dalam Menghambat Bakteri Patogen. Journal of
Islamic Science and Technology, 3(2): 141-150.
Rakhmi, A. T., S. D. Indrasari., D. D. Handoko. 2013. Karakterisasi Aroma dan
Rasa Beberapa Varietas Beras lokal Melalui Quantitative Descriptive
Analysis Method. Informatika Pertanian, 22(1): 37-44.
Rinto dan H. Subarka. 2017. Kajian Keamanan dan Kualitas Rusip Bangka (Studi
Kandungan Garam, Protein, dan Peptida). Prosiding Seminar Nasional,
680-685.
Romadhon., Subagiyo., dan S. Margino. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat dari Usus Udang Penghasil Bakteriosin Sebagai Agen
Antibakteria pada Produk-Produk Hasil Perikanan. Jurnal Saintek
Perikanan, 8(1): 59-64.
Rosiani, N., Basito., E. Widowati. 2015. Kajian Karakteristik Sensoris Fisik dan
Kimia Kerupuk Fortifikasi Daging Lidah Buaya (Aloe vera) dengan
Metode Pemanggangan Menggunakan Microwave. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian, 8(2): 84-98.
Setiadi, A.N.S. 2001. Mempelajari Penggunaan Pikel Ketimun Sebagai Sumber
Bakteri Asam Laktat Pada Pembuatan Bekasam Ikan Tawes (Puntuis
javanicus). SKRIPSI. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sharif, M. K., M. S. Butt., H. R. Sharif., M. Nasir. 2017. Sensory Evaluation and
Consumer Acceptabbility. 361-386.
Soetikno, N., S. Ristiarini., R. Khairina. 2018. Sifat Sensoris, Kimia dan Warna,
Ronto pada Konsentrasi Garam dan Nasi yang Berbeda. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia, 21(1): 85-91.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Penterjemah
Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sukma, N., dan A. Baihaqi. 2013. Analisis Persepsi Konsumen terhadap Produk
Coklat di Kota Banda Aceh. Agrisep, 14(2): 54-64.
Susilowati, R., D. Koesoemawardani., dan S. Rizal. 2014. Profil Proses
Fermentasi Rusip dengan Penambahan Gula Aren Cair. Jurnal Teknologi
Industri dan Hasil Pertanian, 19(2): 137-148.
68
Sutanto, E., Y. Sahan., dan D. Octavia. 2014. Konversi Tepung Sagu Menjadi
Sirup Glukosa Dengan Menggunakan Katalis Asam Klorida. 13(1): 22-28.
Syafura, S. K., H. Rani., Zulfahmi. 2014. Karakteristik Fruktooligosakarida
(FOS) Hasil Isolasi Dari Kulit Pisang Sebagai Prebiotik Pada Ternak.
Jurnal Kelitbangan, 4(2): 124-132.
Syahputra, A., U. Pato., E. Rossi. 2015. Variasi Penambahan Sukrosa Terhadap
Mutu Cocoghurt Menggunakan Enterococcus faecalis UP-11 yang
Diisolasi dari Tempoyak. Jom Faperta, 2(1): 1-11.
Tarwendah, I. P. 2017. Jurnal Review: Studi Komparasi Atribut Sensoris dan
Kesadaran Merek Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5(2):
66-73.
Thariq, A. S., F. Swastawati., T. Surti. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Garam Pada Peda Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) Terhadap
Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami). Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(3):104-111.
Ukhty, N., A. Rozi., A. Sartiwi. 2017. Mutu Kimiawi Terasi dengan Formulasi
Udang Rebon (Acetes sp.) dan Ikan Rucah yang Berbeda. Jurnal Perikanan
Tropis, 4(2): 166-176.
Urnemi., S. Syukur., E. Purwati., S. Ibrahim., Jamsari. 2011. Potensi Bakteri
Asam Laktat Dalam Menghasilkan Bakteriosin Sebagai Antimikroba dan
Pengukuran Berat Molekulnya dengan SDS-PAGE dari Isolat Fermentasi
Kakao. Jurnal Riset Kimia, 4(2): 94-100.
Waty, K., E. Purwijantiningsih., S. Pranata. 2019. Kualitas Fermentasi Spontan
Wadi Ikan Patin (Pangasius sp.) dengan Variasi Konsentrasi Garam.
Jurnal Biota, 4(1): 24-32.
Widyanti, E. M., B. I. Moehadi. 2016. Proses Pembuatan Etanol dari Gula
Menggunakan Saccharomyces cerevisiae Amobil. Metana, 12(2): 31-38.
Yuliana, N. 2007. Profil Fermentasi “Rusip” yang Dibuat dari Ikan Teri
(Stolephorus sp.) Agritech, 27(1): 12-17.
Yumas, M., Rosniati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi
Pulp Kakao Terhadap Konsentrasi Etanol. Biopropal Industri, 5(1): 13-22.
Yunus, Y., E. Zubaidah. 2015. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Lama
Fermentasi Terhadap Viabilitas L. casei Selama Penyimpanan Beku Velva
Pisang Ambon. Jurnal Pangan dan Argoindustri, 3(2): 303-312.
Yusmarini,Y., U. Pato., V. S. Johan., A. Ali., K. Kusumaningrum. 2017.
Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik dari Industri Pengolahan
Pati Sagu. Agritech, 37(1): 95-100.
Zaitoun, M., M. Ghanem., S. Harphoush. 2018. Sugars: Types and Their
Functional Properties in Food and Human Health. International Journal of
Public Health Research, 6(4): 93-99.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Hasil Analisis Asam Glutamat Rusip
a. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 18
Positive .113
Negative -.132
Kolmogorov-Smirnov Z .560
b. Uji Homogenitas
Dependent Variable:GLUTAMAT
.745 5 12 .605
Kesimpulan :
Nilai P>0,05 yang berarti data tersebar secara homogen. Sehingga asumsi untuk
menggunakan uji ANOVA telah terpenuhi.
71
c. Uji ANOVA
Dependent Variable:GLUTAMAT
Total 3224.508 18
Multiple Comparisons
GLUTAMAT
Tukey HSD
GALER
.37000* .05022 .000 .2013 .5387
GLUKOSA
GALER
-.46000* .05022 .000 -.6287 -.2913
SUKROSA
72
NASI NASI SUKROSA -.96167* .05022 .000 -1.1304 -.7930
GLUKOSA GALER AREN -2.89500* .05022 .000 -3.0637 -2.7263
GALER
-1.90167* .05022 .000 -2.0704 -1.7330
GLUKOSA
GALER
-2.73167* .05022 .000 -2.9004 -2.5630
SUKROSA
GALER
-.94000* .05022 .000 -1.1087 -.7713
GLUKOSA
GALER
-1.77000* .05022 .000 -1.9387 -1.6013
SUKROSA
GALER
.99333* .05022 .000 .8246 1.1620
GLUKOSA
GALER
.16333 .05022 .060 -.0054 .3320
SUKROSA
GALER
-.83000* .05022 .000 -.9987 -.6613
SUKROSA
GALER
.83000* .05022 .000 .6613 .9987
GLUKOSA
73
Lanjutan Lampiran 1. Hasil Analisis Asam Glutamat Rusip
Kesimpulan :
Uji BNJ terhadap nilai asam glutamat rusip dengan perbedaan jenis ikan dan gula
cair menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
Sig.<0,05.
74
Lampiran 2. Hasil Analisis Total Bakteri Asam Laktat Rusip
a. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 18
Positive .093
Negative -.127
Kolmogorov-Smirnov Z .538
75
b. Uji Homogenitas
Dependent Variable:BAL
3.106 5 12 .050
Kesimpulan :
Nilai P > 0,05 yang berarti data tersebar secara homogen. Sehingga asumsi untuk
menggunakan uji ANOVA telah terpenuhi.
c. Uji ANOVA
Dependent Variable:BAL
Total 669.821 18
76
Sampel Ulangan I Ulangan II Rata-Rata St. Deviasi
NK 5,73 5,76 5,75 0,03
TK 4,53 4,54 4,54 0,08
NG 5,55 5,54 5,54 0,02
NS 4,83 4,85 4,84 0,03
TG 4,74 4,76 4,75 0,02
TS 5,71 5,73 5,72 0,09
a. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 18
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .087
Negative -.115
Kolmogorov-Smirnov Z .488
b. Uji Homogenitas
Dependent Variable:PH
2.810 5 12 .066
Kesimpulan :
Nilai P > 0,05 yang berarti data tersebar secara homogen. Sehingga asumsi untuk
menggunakan uji ANOVA telah terpenuhi.
c. Uji ANOVA
77
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PH
Total 489.744 18
Multiple Comparisons
PH
Tukey HSD
GALER
1.00000* .04625 .000 .8447 1.1553
GLUKOSA
GALER
.02667 .04625 .991 -.1287 .1820
SUKROSA
78
GALER AREN -.30333* .04625 .000 -.4587 -.1480
GALER
-.21000* .04625 .007 -.3653 -.0547
GLUKOSA
GALER
-1.18333* .04625 .000 -1.3387 -1.0280
SUKROSA
GALER
.79833* .04625 .000 .6430 .9537
GLUKOSA
GALER
-.17500* .04625 .024 -.3303 -.0197
SUKROSA
GALER
.09333 .04625 .387 -.0620 .2487
GLUKOSA
GALER
-.88000* .04625 .000 -1.0353 -.7247
SUKROSA
GALER
-.97333* .04625 .000 -1.1287 -.8180
SUKROSA
GALER
.97333* .04625 .000 .8180 1.1287
GLUKOSA
79
Kesimpulan :
Uji BNJ terhadap nilai pH dengan perbedaan jenis ikan dan gula cair
Sig.<0,05.
80
Sampel Ulangan I Ulangan II Rata-Rata St. Deviasi
NK 12,74 12,78 12,76 0,10
NG 12,16 12,18 12,17 0,10
NS 11,57 11,59 11,58 0,07
TK 14,63 14,66 14,65 0,09
TG 13,57 13,59 13,58 0,08
TS 13,26 13,28 13,27 0,14
a. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 18
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .070
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .469
b. Uji Homogenitas
Dependent Variable:PROTEIN
.272 5 12 .920
Kesimpulan :
Nilai P > 0,05 yang berarti data tersebar secara homogen. Sehingga asumsi untuk
menggunakan uji ANOVA telah terpenuhi.
c. Uji ANOVA
81
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PROTEIN
Total 3061.730 18
Multiple Comparisons
PROTEIN
Tukey HSD
GALER
-.81667* .08615 .000 -1.1060 -.5273
GLUKOSA
GALER
-.50667* .08615 .001 -.7960 -.2173
SUKROSA
82
GALER AREN -2.47500* .08615 .000 -2.7644 -2.1856
GALER
-1.40667* .08615 .000 -1.6960 -1.1173
GLUKOSA
GALER
-1.09667* .08615 .000 -1.3860 -.8073
SUKROSA
GALER
-2.00000* .08615 .000 -2.2894 -1.7106
GLUKOSA
GALER
-1.69000* .08615 .000 -1.9794 -1.4006
SUKROSA
GALER
1.06833* .08615 .000 .7790 1.3577
GLUKOSA
GALER
1.37833* .08615 .000 1.0890 1.6677
SUKROSA
GALER
.31000* .08615 .033 .0206 .5994
SUKROSA
GALER
-.31000* .08615 .033 -.5994 -.0206
GLUKOSA
83
Kesimpulan :
Uji BNJ terhadap nilai kadar protein dengan perlakuan perbedaan jenis ikan dan
gula cair menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal tersebut dibuktikan dengan
nilai Sig.<0,05.
84
Sampel Ulangan I Ulangan II Rata-Rata St. Deviasi
NK 62,96 62,95 62,95 0,02
TK 61,55 61,57 61,56 0,02
NG 62,53 62,56 62,54 0,01
NS 64,73 64,76 64,74 0,02
TG 63,73 63,76 63,75 0,02
TS 62,44 62,48 62,46 0,01
a. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 18
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .147
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .624
b. Uji Homogenitas
Dependent Variable:KADARAIR
1.035 5 12 .440
Kesimpulan :
Nilai P>0,05 yang berarti data tersebar secara homogen. Sehingga asumsi untuk
c. Uji ANOVA
85
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KADARAIR
Total 71470.652 18
Multiple Comparisons
KADARAIR
Tukey HSD
GALER
-.79167* .01925 .000 -.8563 -.7270
GLUKOSA
GALER
.49667* .01925 .000 .4320 .5613
SUKROSA
86
GALER AREN -3.18833* .01925 .000 -3.2530 -3.1237
GALER
-2.19000* .01925 .000 -2.2546 -2.1254
GLUKOSA
GALER
-.90167* .01925 .000 -.9663 -.8370
SUKROSA
GALER
-1.20167* .01925 .000 -1.2663 -1.1370
GLUKOSA
GALER
.08667* .01925 .007 .0220 .1513
SUKROSA
GALER
.99833* .01925 .000 .9337 1.0630
GLUKOSA
GALER
2.28667* .01925 .000 2.2220 2.3513
SUKROSA
GALER
1.28833* .01925 .000 1.2237 1.3530
SUKROSA
GALER
-1.28833* .01925 .000 -1.3530 -1.2237
GLUKOSA
87
Kesimpulan :
Uji BNJ terhadap nilai kadar air dengan perlakuan perbedaan jenis ikan dan gula
cair menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
Sig.<0,05.
88
Sampel Ulangan I Ulangan II Rata-Rata St. Deviasi
NK 0,84 0,85 0,84 0,01
TK 0,79 0,84 0,81 0,01
NG 0,81 0,83 0,82 0,01
NS 0,83 0,85 0,84 0,01
TG 0,84 0,85 0,85 0,05
TS 0,84 0,88 0,86 0,01
a. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 18
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .096
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .407
b. Uji Homogenitas
Dependent Variable:AW
.975 5 12 .471
Kesimpulan :
Nilai P>0,05 yang berarti data tersebar secara homogen. Sehingga asumsi untuk
menggunakan uji ANOVA telah terpenuhi.
c. Uji ANOVA
89
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:AW
Total 12.708 18
Multiple Comparisons
AW
Tukey HSD
NASI
.01667 .01009 .584 -.0172 .0506
SUKROSA
GALER
-.00833 .01009 .957 -.0422 .0256
GLUKOSA
GALER
-.02333 .01009 .261 -.0572 .0106
SUKROSA
90
NASI NASI
-.01167 .01009 .849 -.0456 .0222
GLUKOSA SUKROSA
GALER
-.03667* .01009 .032 -.0706 -.0028
GLUKOSA
GALER
-.05167* .01009 .003 -.0856 -.0178
SUKROSA
GALER
-.02500 .01009 .205 -.0589 .0089
GLUKOSA
GALER
-.04000* .01009 .018 -.0739 -.0061
SUKROSA
NASI
.03167 .01009 .072 -.0022 .0656
GLUKOSA
NASI
.02000 .01009 .405 -.0139 .0539
SUKROSA
GALER
-.00500 .01009 .995 -.0389 .0289
GLUKOSA
GALER
-.02000 .01009 .405 -.0539 .0139
SUKROSA
NASI
.02500 .01009 .205 -.0089 .0589
SUKROSA
GALER
-.01500 .01009 .679 -.0489 .0189
SUKROSA
91
NASI
.04000* .01009 .018 .0061 .0739
SUKROSA
GALER
.01500 .01009 .679 -.0189 .0489
GLUKOSA
Kesimpulan :
Uji BNJ terhadap nilai kadar air dengan perlakuan perbedaan jenis ikan dan gula
cair menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
Sig.<0,05.
92
a. Kruskall-Wallis
Test Statisticsa,b
b. Mann-Whitney
Perlakuan NK dan TK
Test Statisticsa
Perlakuan NK dan NG
Test Statisticsa
93
Lanjutan Lampiran 7. Hasil Analisis Sensori Difference Test Rusip
Perlakuan NK dan NS
Test Statisticsa
Perlakuan NK dan TG
Test Statisticsa
Perlakuan NK dan TS
Test Statisticsa
Perlakuan TK dan NG
Test Statisticsa
94
1. Rasa: Nilai P>0,05 yang berarti kedua perlakuan tidak berbeda nyata.
Lanjutan Lampiran 7. Hasil Analisis Sensori Difference Test Rusip
Perlakuan TK dan NS
Test Statisticsa
Perlakuan TK dan TG
Test Statisticsa
Perlakuan TK dan TS
Test Statisticsa
95
Lanjutan Lampiran 7. Hasil Analisis Sensori Difference Test Rusip
Perlakuan NG dan NS
Test Statisticsa
Perlakuan NG dan TG
Test Statisticsa
Perlakuan NG dan TS
Test Statisticsa
Perlakuan NS dan TG
96
Test Statisticsa
Kesimpulan :
1. Rasa: Nilai P>0,05 yang berarti kedua perlakuan tidak berbeda nyata.
2. Aroma: Nilai P>0,05 yang berarti kedua perlakuan tidak berbeda
nyata.
3. Tekstur: Nilai P>0,05 yang berarti kedua perlakuan tidak berbeda
nyata.
Perlakuan NS dan TS
Test Statisticsa
Perlakuan TG dan TS
Test Statisticsa
97
Lampiran 8. Lembar Penilaian Sensoris Difference Test
Tanggal :
Nama Panelis :
Instruksi :
Berikan penilaian terhadap rasa, aroma, tekstur rusip ikan dengan sampel
X sebagai sampel pembeda berdasarkan kriteria sebagai berikut:
98
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Selang Kepercayaan Rusip
1. Sampel Rusip NK
∑ ( X− Xi )2 ∑ 0, 6184
Simpangan (S) : √ N = √ 30 = 0,14
Selang Kepercayaan :
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji sensoris Difference Test rusip teri nasi NK diperoleh
2. Sampel Rusip TK
Selang Kepercayaan :
99
3,03 – 1,60 ¿ μ<¿ 3,03 + 1,60
Kesimpulan :
selang kepercayaan sebesar 1,43 ¿ μ<¿ 4,63 selang kepercayaan 95% disimpulkan
layak dikonsumsi.
3. Sampel Rusip NG
Selang Kepercayaan :
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji sensoris Difference Test rusip teri nasi NG diperoleh
4. Sampel Rusip NS
100
∑ ( X− Xi )2 ∑ 0, 365
Simpangan (S) : √ N = √ 30 = 0,10
Selang Kepercayaan :
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji sensoris Difference Test rusip teri nasi NS diperoleh
hasil selang kepercayaan sebesar 2,15 ¿ μ<¿ 4,25 selang kepercayaan 95%
5. Sampel Rusip TG
Selang Kepercayaan :
Kesimpulan :
101
Berdasarkan hasil uji sensoris Difference Test rusip teri TG diperoleh hasil
selang kepercayaan sebesar 1,9 ¿ μ<¿ 4,44 selang kepercayaan 95% disimpulkan
layak dikonsumsi.
6. Sampel Rusip TS
Selang Kepercayaan :
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji sensoris Difference Test rusip teri TS diperoleh hasil
selang kepercayaan sebesar 1,75 ¿ μ<¿ 4,73 selang kepercayaan 95% disimpulkan
layak dikonsumsi.
102
Lampiran 10. Data Suhu dan Kelembaban Selama Fermentasi
a. Data Suhu
b. Data Kelembaban
103
7 6 54% 54% 52%
8 7 55% 57% 57%
9 8 57% 60% 59%
Lanjutan Lampiran 10. Data Suhu dan Kelembaban Selama Fermentasi
No. Hari Ke- 08.00 12.00 16.00
10 9 52% 53% 55%
11 10 53% 53% 52%
12 11 54% 49% 43%
13 12 49% 49% 45%
14 13 50% 53% 52%
15 14 52% 55% 53%
RATA-RATA 53% 54% 52%
104
Lampiran 11. Dokumentasi Proses Pembuatan Rusip dengan Jenis Ikan dan
Gula Cair yang Berbeda
105
Lanjutan Lampiran 11. Dokumentasi Proses Pembuatan Rusip dengan Jenis
Ikan dan Gula Cair yang Berbeda
106
Lanjutan Lampiran 11. Dokumentasi Proses Pembuatan Rusip dengan Jenis
Ikan dan Gula Cair yang Berbeda
107
Lampiran 12. Dokumentasi Analisis Penelitian Terhadap Rusip
108
Analisis Pengujian Kadar Air
109