Anda di halaman 1dari 14

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Bioplastik


Plastik biodegradable dan plastik konvensional memiliki kesamaan fungi, tetapi
berbeda bila ditinjau dari bahan baku pembuatan keduanya. Plastik biodegradable
sering disebut dengan nama bioplastik. Era tahun 1980 mulai dikembangkan
pembuatan bioplastik, masyarakat mulai menyadari efek negatif dari plastik yang
terbuat dari bahan petroleum atau minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui(Green
Plastics, 2010).Prinsip bioplastik adalah jenis plastik yang ramah lingkungan yaitu
dapat terdegradasi lebih cepat karena terbuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan
(biomassa) salah satu produk pertanian yang terbarukan (Pathak et al.,2014).
Penggunaannya seperti plastik biasa dan mampu terurai oleh faktor alam seperti cuaca,
kelembaban dan radiasi matahari serta aktivitas mikroorganisme(bio-degradeable)
(Wijayantiet al., 2016; Illing and Satriawan, 2017).Prinsip bioplastik diatas
merupakan parameter yang penting karena jenis bioplastik belum tentu bio-
degradeable (seperti polyamide)dan beberapa jenis plastik yang memiliki prinsip bio-
degradeablebelum tentu termasuk ke dalam jenis bioplastik (seperti polyvinyl alcohol)
(Kaeb, 2009).
Bioplastik dapat digunakan sebagai pengemas produk - produk pangan seperti
buah dan sayur.Bioplastik memiliki fungsi untuk menahan difusi oksigen dan uap air.
Fungsi sekunder dari bioplastik mampu digunakan sebagai kantung sampah yang
bersifat compostable (tanpa proses pengomposan bersama). Kelebihan bioplastik
mampu menjadi salah satu alternatif mengurangi dan mensubtitusi penggunaan plastik
konvensionalyang berasal dari minyak bumi. Banyak keunggulan dalam suatu
bioplastik yaitu fleksibel, tidak mudah pecah, transparan, ringan, bentuk laminasi
dapat dikombinasikan dengan bahan pengemas lain dan beberapa diantaranya tahan
panas dan juga stabil (Sriwahyuni, 2018; Kamsiati, Herawati dan Purwani, 2014).

Ditinjau dari bahan baku dan proses pembuatannya, bioplastik terbagi menjadi
3 yaitu: Kategori 1 hasil yang didapatkan melalui proses ekstraksi atau isolasi
langsung dari bahan biomassa.Kategori 2 hasil yang didapatkan dengan sintesis kimia
monomer-monomer yang terbarukan (renewable) dan berasal dari biomassa (bio-
based), kategori 3 hasil yang berasal dari proses kehidupan alamiah mikroorganisme
maupunmikroorganisme yang telah dimanipulasi secara genetik (Pilla, 2011).
8

Bioplastik memiliki banyak keunggulan daripada plastik konvensional yang


berdasarkan penggunaan sumber daya terbarukan, bio-degradeability dan toksisitas
(University of Pittsburgh, 2010).Setidaknya ada 4 jenis plastik yang memenuhi kriteria
sebagai bioplastik, yaitu starch-basedplastics/thermoplastic starch, cellulose-based
plastics, PLA (polylactic acid), dan PHA (polyhydroxylalkanoates) (Wijayantiet al.,
2016).
Tabel 2. 1 Perbandingan Jenis-Jenis Bioplastik
Aspek Starch-based Cellulose-based PLA PHA
Pembanding plastic plastics (cellulose (polylactic (polyhydroxylalkan
acetate) acid) oates)

Bahan Baku Berasal dari pati Berasal dari pati Singkong, biji Minyak tanaman,
tumbuhan dan tumbuhan dan bisa kapas, jagung, gliserol, dan karbon
bisa juga limbah, juga limbah, contoh: gula bit, dioksida(CO2).
contoh: jagung, limbah kertas dan gandum,
kacang kapri dan limbah kelapa sawit. sorgum, atau
cucian beras. tebu.

Sifat Rapuh, mudah Hidrofobik, mudah Kaku, Hidrofobik, bio-


terurai, hidrofilik, dibentuk, dan mengkilap, compatible, dan
serta memiliki stabilitas tidak berwarna, termoplastik.
permeabillitas yang tinggi. memiliki
yang baik. ketahanan
mekanis yang
kuat.

Kelebihan Bahan baku Bahan baku mudah Dapat didaur Tidak beracun dari
mudah ditemui, ditemui, hidrofobik ulangmelalui pendegradasinya,
biaya produksi dan cepat kering hidrolisis atau compatibleterhadap
murah, cepat (tahan air). alkoholisis tubuh manusia.
terdegradasi. serta dapat
menjadi
kompos.

Kekurangan Rapuh, kekuatan Kekuatanmekanisny Hasil uraiannya Biaya produksi


dan ketahanan a lebih rendah dari bersifat asam, relatif tinggi.
mekanis rendah, plastik konvensional, mudah
higroskopis mudah rusak apabila terdeformasi
sehingga tidak kontak langsung pada suhu
tahan air. dengan oksigen. tinggi, masih
berasal dari
bahan pangan.

(Sumber :Wijayantiet al., 2016).


2.1.1 Komponen-komponen Bioplastik
2.1.1.1 Hidrokoloid
9

Hidrokoloid adalah komponen polimer yang berasal dari tumbuhan, hewan,


mikroorganisme dan komponen sintetik, dan terutama mengandung gugus hidroksil.
Hidrokoloid memiliki kemampuan larut dalam air, mudah membentuk koloid, dan
sebagai pengental atau pembentuk gel dalam larutan. Kemampuan ini juga dapat
digunakan dalam pembuatan produk non pangan, antara lain produk farmasi, edible
film, dan bioplastik (Herawati, 2018).
Sebagai komponen dasar bioplastik, polisakarida dapat digunakan sebagai
pendingin udara untuk meningkatkan konsistensi dan viskositas
bioplastik.Pembentukan gel hidrokoloid disebabkan oleh pembentukan jaringan tiga
dimensi molekul primer, yang membentuk volume gel saat air meregang.Kekuatan
bioplastik berkaitan dengan struktur kimia polimer, aditif dan kondisi lingkungan
selama pembentukan bioplastik, dan interaksinya berpengaruh signifikan terhadap
karakteristik seperti ketebalan, kekuatan tarik, dan perpanjangan (Herawati, 2018).

Komposisi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap kualitas bioplastik yang


dihasilkan.Berbagai jenis hidrokoloid biasanya digunakan sebagai bahan penyusun
bioplastik. Bioplastik yang ditambahkan komponen hidrokoloid akan memiliki sifat
hidrofilis, yaitu kemampuan bahan untuk menyerap atau mengikat air. Bioplastik yang
dihasilkan oleh bioplastik hidrofilik memiliki kapasitas retensi uap air yang
rendah.Beberapa jenis hidrokoloid dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan
untuk menghasilkan bioplastik yang dapat menjaga kualitas dan memperpanjang umur
simpan produk kemasan (Herawati, 2018).

2.1.1.2 Lipida
Bioplastik berbasis lipidbanyak digunakan sebagai penghambat uap air dan
bahan pelapis untuk memberikan efek mengkilap pada produk – produk
makanan.Bioplastik dengan bahan bakulemak murni memiliki keterbatasan dalam
sifat fisik dan mekaniknya sehingga perlu adanya penambahan bahan lain sehingga
karakteristik yang dihasilkan menjadi lebih baik. Lipid yang umumnya digunakan
sebagai bahan bioplastik antara lain seperti lilin (wax), asam lemak, monogliserida,
dan resin (Nahwi, 2016). Lipida ditambahkan ke dalam bioplastik karena berperan
dalam meningkatkan sifat tidak mudah larut air atau hidrofobik (Bourtoom, 2008).
2.1.1.3 Komposit
Bioplastik terdiri dari komponen lipida dan hidrokoloid. Bioplastik yang terbuat
dari satu lapisan hidrokoloid dan satu lapisan lain merupakan lipida, dapat pula berupa
gabungan dari keduanya dalam satu kesatuan bioplastik yang dihasilkan. Gabungan
dua komponen ini bila digunakan dapat meningkatkan sifat-sifat karakteristik
10

bioplastik yang dihasilkan.Lipida akanmeningkatkan ketahanan terhadap penguapan


air dan hidrokoloid sangat mudah dibentuk menjadi gel.Umumnya, pati dan lipid
dalam bentuk lilin atau asam lemak digunakan sebagai komponen hidrokoloid (Nahwi,
2016; Marbun, 2012; Santoso et al., 2012).

2.2 Tinjauan Karakteristik Sifat Fisik dan Mekanik


2.2.1 Karakteristik Sifat Fisik
Pengujian sifat fisik bertujuan untuk mengetahui pengaruh ampas kelapa yang
divariasikan terhadap sifat fisikdari bioplastik yang dihasilkan.Dengan melakukan
pengujian sifat fisik dapat diketahui kualitas bioplastik berbahan dasar ampas kelapa,
tepung maizenna dengan plasticizer sorbitol.Pengujian sifat fisika ini meliputi
ketebalan (Sihaloho, 2011).
2.2.1.1 Ketebalan
Ketebalan merupakan salah satu parameter penting dalam proses pembuatan
produk bioplastik. Pengaruh ketebalan yang tinggi akan menyebabkan daya tahan
terhadap produk yang akan dikemas, sehingga produk dapat disimpan lebih lama
(Katili et al.,2013). Fraksiterlarut, luas, dan volume larutan dalam cetakan dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi pada ketebalan suatu produk bioplastik.
Banyaknya padatan dalam suatu larutan akan menebalkan fisik dari bioplastik (Nur,
Nazir and Taib, 2020). Ketebalan bioplastikakan mempengaruhi permeabilitas gas.
Semakin tebal sebuah produk bioplastik yang dihasilkan, maka permeabilitas gas akan
semakin kecil, hal ini menambah perlindungan terhadap produk yang dikemas menjadi
lebih baik (Siswantiet al., 2013).Uji ketebalan dilakukan dengan menggunakan alat
micrometer secrup, jangka sorong maupun mikrometer manual.

Penelitian terdahulu dari (Sari et al., 2019) menyatakan bahwa


ketebalanbioplastik dengan hasil optimal pada jumlah volume sorbitol 2 ml dan waktu
pencampuran 35 menit dengan ketebalan fisik bioplastik 0,18 mm.). Pengujian
bioplastik juga wajib memenuhi dari ketentuan Standart Nasional Indonesia (SNI).
Standart Nasional Indonesia (SNI) untuk ketebalan sebesar ≤ 0.25mm (Nahir, 2017).

2.2.2 Karakteristik Sifat Mekanik


Pengujian mekanik yang biasa dilakukan adalah kekuatan tarik (tensile strength)
dan perpanjangan (elongation at break).Hasil pengujian ini tidak digunakan untuk
meneliti adanya kerusakan atau kecacatan tetapi untuk mengontrol kualitas produk
11

yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasistandar yang telah ditentukan.Sifat mekanik


dipengaruhi oleh besarnya jumlah kandungan komponen-komponen penyusun
bioplastik, yaitu pati, kitosan dan sorbitol sebagai plasticizer(Darni dan Utami, 2010).
Pengujian bioplastik juga wajib memenuhi dari ketentuan Standart Nasional Indonesia
(SNI).
2.2.2.1 Kuat Tarik
Kekuatan tarik adalah kekuatan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh
lembaran plastik selama pengujian. Kapasitas maksimum yang dimaksud adalah
tegangan maksimum yang dapat dicapai pada diagram tegangan-regangan. Tekanan
ini disebabkan oleh pengecilan benda uji sebelum benda uji pecah (Jabbar, 2017).
Nilai kekuatan tarik yang tinggi merupakan ukuran kemampuan plastik untuk
menahan gaya yang diberikan. Semakin tinggi koefisien kekuatan tarik, semakin kuat
kemampuan plastik untuk melindungi produk dari faktor mekanis seperti jatuh,
benturan dan gesekan, serta getaran eksternal (Yuliasih dan Raynasari, 2014).

Hasil pengukuran ini berkaitan dengan sedikit banyaknya penambahan


plasticizer pada proses produksi bioplastik. Penambahan plastisizer yang tinggi akan
menghasilkan bioplastik dengan kuat tarik yang rendah (Rohman, 2016).
Terbentuknya ikatan antarmolekul plastik akan melonggarkan ikatan pada plastik,
sehingga mengurangi kekuatan yang dibutuhkan untuk memecahkan plastik. Sifat
kekuatan tarik dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis bahan komponen bioplastik
yang digunakan, terutama sifat kohesi struktural.Kohesi struktural adalah kemampuan
suatu polimer untuk menentukan kekuatan ikatan antar rantai molekul antar rantai
polimer (Ghozali, Wijaya, dan Rengganis, 2020). Menurut standar industri
pengemasan makanan, kekuatan tarik minimum bioplastik adalah 0,39 MPa atau 4
kgf/cm2. Pengujian bioplastik juga wajib memenuhi dari ketentuan Standart Nasional
Indonesia (SNI). Standart Nasional Indonesia (SNI) untuk kuat tarik sebesar 24,7
hingga 302 (MPa)(Nahir, 2017).

2.2.2.2 Pemanjangan
Elongasi atau persen pemanjangan merupakan pemanjangan maksimal
bioplastik bioplastik saat mulai putus (Arini, Ulum dan Kasman, 2017).Pengujian
elongasi atau persen pemanjangan ini menjadi parameter untuk mengetahui seberapa
besar regangan hingga putusnya bioplastik yang dihasilkan (Nahir, 2017). Secara
umum, penambahan plasticizeryang lebih besar akan menyebabkan nilai persen
12

pemanjangan suatu bioplastik menjadi semakin lebih baik atau plastis namun
sebaliknya semakin rendah akan bersifat rapuh hal ini dikarenakanterlepasnya antar
ikatan pada plastik (Warkoyoet al., 2014). Nilai persen pemanjangan minimum
bioplastik menurutstandar industri kemasan makanan adalah 70%. Pengujian
bioplastik juga wajib memenuhi dari ketentuan Standart Nasional Indonesia (SNI).
Standart Nasional Indonesia (SNI) untuk pemanjangan sebesar >21-220 (%)(Nahir,
2017).
2.3 Kajian Ampas Kelapa
2.3.1 Ampas Kelapa

Berdasarkan Rindengan (2015), klasifikasi buah kelapa sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos Nucifera

Gambar 2. 1 Kelapa
Gambar 2. 2 Ampas Kelapa
Sumber : Köhler's Medizinal-Pflanzendan FMIPA UNY
Ampas kelapa merupakan produk sampingan industri makanan tradisional atau
rumah tangga yang sangat potensial.Selama ini pemanfaatannya masih terbatas untuk
13

pakan ternak (Sopian, 2018). 100 butir kelapa diperoleh ampas 19,50 kg dari hasil
pengolahan minyak kelapa cara basah. Ampas kelapa digunakan sebagai bahan baku
utama pembuatan tepung kelapa. Tepung kelapa adalah tepung yang diperoleh dengan
cara penghaluskan daging ampas kelapa (Yulvianti et al.,2015).Perkebunan rakyat
juga banyak yang menggunakan budidaya kelapa, kebanyakan ditujukan untuk
memperoleh minyak kelapa yang diekstraksi dari ampasnya, limbah produk dari hasil
buah berupa ampas kelapa.

2.3.2 Galaktomanan Ampas Kelapa


Daging buah kelapamengandung senyawa galaktomanan. Semakin tinggi
kematangan buah kelapa maka semakin tinggi pula kandungan galaktomanan pada
ampas kelapa yang diperoleh karena adanya penurunan kadar air dan peningkatan
bobot ampas. Ampas kelapa kering bebas lemak mengandung polisakarida, terdiri dari
61% galaktomanan, 26% mannan dan 13% selulosa. Galaktomanan adalah suatu
polimer yang mengandung unit mannopiranosa dengan ikatan βeta– (1– 4) dan unit
galaktopiranosa dengan ikatan αlfa – (1– 6) dan memiliki berat molekul
106.Galaktomanan dengan adanya enzim-enzim endo-beta-Dmananase, ekso-beta-D-
mananase, alfa-Dgalaktosidase, dan beta-D- manosidase dapat dipecah menjadi
monomer manosa dan galaktosa.

Gambar 2. 3 Struktur Galaktomanan


Galaktomanan tergolong polisakarida yang hidrofilik atau mudah larut dalam air
membentuk larutan kental dan dapat membentuk gel(Rindengan, 2015).
Galaktomanan jugaberperan sebagai agen pengental dan penstabil emulsi yang baik,
sehingga dapat mengurangi resiko terkena racun bila digunakan sebagai bahan dalam
industri farmasi dan makanan (Stephen et al, 2006). Secara alamiah, galaktomanan
terkandung dalam beberapa jenis tanaman seperti guar gum, locut bean gum,
14

fenugreek yang terdiri dari semua bahan yang dapat dilarutkan atau terdispersi dalam
air untuk membentuk koloid (Stephen et al, 2006).
Perspektif sifat fisik dan kimia yang berbeda, galaktomanan adalah komponen
serbaguna.Ini dapat digunakan dalam banyak aplikasi, yaitu sebagai penambah dan
penstabil yang sangat baik untuk emulsi.Karena tidak beracun, dapat digunakan dalam
industri tekstil, farmasi, biomedis, kosmetik dan makanan (Srivastava and Kapoor,
2005).Peran lainnya, juga digunakan sebagai edible film dan bioplastik.(Lima et al,
2010; Tarigan, 2012)
Manfaat galaktomanan juga bermacam-macam seperti pembuatan santan,
makanan semi padat, edible film yang dapat dikonsumsi dan bioplastik. Berdasarkan
komponen pembuatan bioplastik, termasuk pada golongan hidrokoloid yakni selulosa
dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (aliginat, karagenan, agar) dan gum
(gum arab, gum karaya).Untuk mendapatkan galaktomanan yang terkandung dalam
ampas kelapa dapat dilakukan dengan metode ekstraksi(Sari et al., 2019).Ekstraksi
adalah suatu proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutan dua zat cair yang
tidak larut. Galaktomanan yang terkandung dalam santan larut dalam air.Ada banyak
faktor yang mempengaruhi metode ekstraksi, yaitu suhu, luas permukaan, jenis
pelarut, rasio pelarut terhadap zat terlarut, kecepatan pengadukan dan durasi
pengadukan.
Faktor yang mempengaruhi ekstraksi untuk meningkatkan produksi
galaktomanan adalah luas permukaan. Semakin kecil ukuran santan maka semakin
besar luas permukaan yang mempercepat waktu ekstraksi, semakin banyak senyawa
galaktomanan yang terekstraksi karena semakin besar laju perpindahan massa
(Prihandana, 2012).
2.4 Tepung Maizenna
Tepung maizena merupakan salah satu jenis pati yang paling umum.Tepung ini
merupakan salah satu bahan yang dapat terurai di alam, hasil dari penguraian tepung
maizena bermanfaat bagi kesuburan tanaman, terutama pada tanaman umbi-
umbian.Menurut Haryanto dan Titani (2017) menyatakan bahwa semakin banyak
komponen pati jagung yang ditambahkan dalamproduksi bioplastik maka semakin
cepat pula terdekomposisinya bioplastik.
Maizena yaitu tepung yang diperoleh dari jagung.Kandungan dapat diharapkan
mengurangipermeabilitas uap air dari bioplastik yang dihasilkan.Fraksi prolamin
jagung dikenal sebagai zein.Zein adalah protein jagung yang larut dalam alkohol dan
15

bekerja sebagai pengemulsi. Zein terbentuk dari glutein yang merupakan produk
sampingan penggilingan jagung cara basah. (Krochta et al., 1994).

Zein memiliki sifat hidrofobik yang tidak larut air karena adanya komposisi
asam aminoyang sebagian besar mengandung komponen berupa asam amino non
polar seperti leusin, prolin, dan alanin (Estiningtyas, 2010).Bagianhidrofobik dari
beberapa asam amino cenderung mengikat bersama didalam air.Ini mencegah protein
larut dalam air. Zein juga memiliki termoplastisitas yang unik. Ketika zein dan pati
dipanaskan bersama-sama hingga suhu di atas 60°C, campuran tersebut akan menjadi
adonan dan memiliki sifat kental (Krochta et al., 1994). Keunggulan zein terletak pada
kemampuannya untuk membentuk bioplastik yang keras, mengkilat, tahan abrasi dan
tahan minyak.Adanya ikatan disulfida, dalam jumlah terbatas karena rendahnya
kandungan cystin dalam zein komersial.Kerapuhan bioplastik membutuhkan
penambahan plasticizer seperti gliserin dan sorbitol (Estiningtyas, 2010).

2.5 Plasticizer
Plasticizer dapat diartikan sebagai zat dengan titik didih tinggi yang tidak mudah
menguap, bila ditambahkan ke bahan lain, akan mengubah sifat fisik bahan tersebut.
Plasticizer dapat mengubah ukuran dan struktur benda, mengurangi hubungan antara
rantai protein, dan mengisi celah dalam produk.Bioplastik yang terbuat dari protein
dan polisakarida sangat rapuh, sehingga membutuhkan plasticizer untuk
meningkatkan elastisitas bioplastik.Molekul plasticizer mengurangi kekuatan ikatan
rantai protein dan meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas bahan bioplastik (Murni
et al., 2013).

Jumlah plasticizer yang ditambahkan ke dalam persiapan pembentukan film


hidrokoloid bervariasi antara 10% dan 60% berat hidrokoloid.Pemlastis atau
plasticizeryang biasa digunakan adalah: gliserol dan sorbitol. Plasticizerbahan
tambahan yang ditambahkan selama proses pembuatan dengan tujuan agar plastik
lebih halus dan elastis. Fungsinya untuk memisahkan bagian-bagian rantai molekul
yang panjang (Murni, et al., 2013).
Gugus plasticizer dapat dibedakan menurut nilai polarnya, yaitu plasticizer
gugus polar dan plasticizer gugus amfifilik.Ada 6 macam plasticizer yang
mengandung gugus polar sesuai dengan jumlah gugus OH, antara lain gliserin,
sorbitol, trietilen glikol, polietilen glikol, asam laktat, asam polilaktat, dan asam
polilaktat.Plasticizer gologngan amfifilik menggunakan 5 jenis asam lemak bebas,
16

yaitu asam oktanoat, asam laurat, asam palmitate, asam stearate, dan asam oleat
(Paramawati, 2001).

2.5.1 Sorbitol
Sorbitol merupakan salah satu subtitusi gula dari golongan gula alkohol yang
paling banyak digunakan di Indonesia.Keunggulannya ini adalah bahan dasarnya
mudah didapat dan harganyarelatif murah.Sorbitol diperoleh dari tepung umbi
tanaman singkong (Manihot Utillissima Pohl).Selain itu sorbitol juga dapat ditemui
pada alga merah Bostrychia scorpiodes yang mengandung 13,6% sorbitol. Struktur
molekulnya mirip dengan struktur molekul glukosa, hanya sajagugus aldehida pada
glukosa diganti menjadi gugus alkohol (Kristina, 2016).

2.6 Pengaruh Galaktomanan Ampas Kelapa terhadap Bioplastik


Ampas kelapa merupakan bahan alam yang mudah ditemukan, tetapi juga
merupakan bahan yang tidak terdapat pada bahan pangan pokok, sehingga tidak
mempengaruhi ketersediaan bahan pangan pokok di alam. Pada umumnya, ampas
kelapa hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak sehingga tidak memaksimalkan
pemanfaatannya.Ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioplastik.
Adanya senyawa dengan kandungan galaktomanan yang tinggi dengan pengambilan
menggunakan metode ekstraksi.Penggunaan ampas kelapa sebanyak 200g dengan
penambahan pelarut berupa metanol sebayak 1200 ml, diperoleh temperature optimum
50○C, kecepatan pengadukan optimum 900 rpm dan waktu ekstraksi optimumnya 5
jam. Hasil ekstraski ampas kelapa menghasilkan galaktomanan sekitar 900 mg
(Zultiniar, 2009). Galaktomanan yang terkandung dalam ampas kelapa juga dapat larut
dalam air.Struktur galaktomanan, yaitu manosa dan galaktosa juga mempengaruhi
sifat fisik dan mekanik terhadap bioplastik. Galaktomanan juga termasuk dalam
komponen hidrokoloid sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku bioplastik.
(Rindengan, 2015). Galaktomanan sering digunakan dalam gel campuran yang
mengandung dua atau lebihbiopolimer dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan
(fisik), stabilitas dan daya tahan suatu film atau bioplastik. Galaktomanan sendiri
adalah agen non-gelling.Beberapagalaktomanan menunjukkan interaksi sinergis
dengan polisakarida yang lain seperti agar, xanthan, karagenan, dan kuningpermen
karet mustard untuk membentuk jaringan gel tiga dimensi dalam kondisiyang sesuai.
Sifat fisik dan mekanik bioplastik dapat ditingkatkan dengan menambahkan
komponen berupa pati dan plasticizer. Penambahan pati dengan tepung maizenna akan
17

menambah kuat tarik dan memudahkan daya degradasi suatu bioplastik, sedangkan
plasticizer mampu memplastiskan bioplastik sehingga meningkatkan nilai
pemanjangan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sari et al., (2019) mengemukakan


bahwa ampas yang diekstraksi untuk mengambil senyawa galaktomanan dengan
larutan aquades dan penambahan dari polyvinyl alkohol (PVA) memiliki hasil yang
signifikan yaitu ketebalan bioplastik dengan hasil optimum pada jumlah sorbitol 2 ml
dan waktu pencampuran 35 menit dengan ketabalan biolastik 0,18 mm. Prosentase
ketahanan air bioplastik terbaik adalah 74,76% pada jumlah sorbitol 0 ml dan waktu
pencampuran 25 menit. Tensile strength terbaik pada jumlah sorbitol 1 ml dan 35
menit dengan nilai 7,55 Mpa, sedangkan hasil analisa elongation terbaik pada
bioplastik dengan jumlah sorbitol 1,5 ml dan waktu pencampuran 25 menit dengan
prosentase 46,81%.
2.7 Sumber Belajar Biologi
Sumber belajar merupakan bahan yang memfasilitasi seseorang untuk
mendapatkan pengalaman melalui penyelesaian menggunakan metode ilmiah. Sumber
belajar adalah segala bentuk peristiwa, alat, bahan yang dijadikan rujukan untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru, dimaksutkan agar pengetahuan baru yang
didapat mengalami peningkatan (Santrianawati, 2018).Sumberbelajar Biologi adalah
benda maupun gejala dan kondisi yang dapat digunakan untuk memperoleh
pengalaman dan makna dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu.
Sumber belajar Biologi dalam suatu proses pembelajaran dapat diperoleh di berbagai
tempat, bisa di sekolah maupun di luar sekolah. Adanya sumber belajar di era modern
tidak hanya terpaku pada buku, namun sudah beralih dengan adanya jurnal, e-book
dan kegiatan praktikum yang memudahkan siswa dalam mempelajari dan memahami
konsep-konsep biologi (Atmojo, 2009).

2.7.1 Manfaat Sumber Belajar Biologi


Sumber belajar memiliki banyak manfaat untuk menunjang kegiatan
pembelajaran.Sumber belajar untuk menyalurkan pesan pembelajaran, tetapi juga
perlu ditinjau dari sisi strategi, metode, dan teknik yang diimplementasikan. Sumber
belajar dapat dijadikan salah satu cara meningkatkan proses belajar untuk siswa
menjadi lebih efektif dan efisien. Menurut Siregar dan Nara (2010) menjabarkan
bahwa secara rinci manfaat tersebut yaitu memberikan pengalaman belajar yang lebih
18

konkret, dengan menghadirkan sesuatu yang tidak dapat dipegang, dikunjungi, atau
dilihat secara langsung. Menambahdan memperluas cakrawala keilmuan sains secara
akurat dan terkini yang ada di dalam kelasserta memberikan motivasi yang positif
sehingga merangsang siswa untuk berfikir kritis sehingga mendorong keterampilan
belajar siswa. Manfaat lainnya juga dapat meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran. Memperbaiki proses pembelajaran pada akhirnya akan meningkatkan
kualistas belajar siswa.
2.7.2 Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar
Hasil penelitian akan dimanfaat sebagai sumber belajar, namun untuk menjadi
sumber belajar haruslah memenuhi beberapa persyaratan. Diharapkan dengan adanya
persyaratan tersebut dapat memenuhi aspek-aspek sehingga untuk dapat digunakan
sebagai sumber belajar secara sempurna(Munajih and Susilo, 2015).
2.7.2.1 Kejelasan Potensi
Kejelasan potensi suatu objek ditentukan oleh ketersediaan objek dan masalah
yang dapat ditemukan untuk menghasilkan fakta-fakta dankonsep-konsep dari hasil
penelitian yang ingin dicapai dalam kurikulum. Permasalahan dalam penelitian
adalah meningkatnya sampah plastik yang dapat tidak didaur ulang, sehingga
diperlukan pengganti plastik yang ramah lingkungan yaitu bioplastik dengan bahan
baku yang terbarukan dan mudah didaur ulang dengan bantuan alam. Selain itu,
bahan baku dari nabati yang digunakan adalah bahan alam yang mudah ditemukan,
sehingga tidak menggunakan tanaman yang menjadi pengganti makanan pokok
seperti singkong, ubi, kentang.
Kejelasan potensi terlihat dalam proses penelitian, mulai dari mengekstrak zat
pada tumbuhan hingga menguji sifat- sifat karakteristik bioplastik. Hal ini mampu
dimanfaatkan menjadi lembar kerja peserta didik (LKPD) dengan tema pembuatan
bioplastik.

2.7.2.2 Kesesuaian dengan tujuan belajar


Kesesuaian dengan tujuan belajar adalah hasil penelitian ini dengan kompetensi
dasar (KD) yang tercantum berdasarkan kurikulum 2013. Hasil pada penelitian ini
sejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai yaitu pada materi pemanfaatan
keanekaragaman hayati atau pendidikan lingkungan. Edukasi sumber belajar
pemanfaatannya untuk mengatasi solusi pencemaran dengan bioplastik.
19

2.7.2.3 Kejelasan Sasaran


Kejelasan sasaran untuk pemanfaatan sumber balajar ini adalah objek dan
subjek penelitian. Objek penelitian berupa siswa dan subyek penelitian berupa lembar
kerja peserta didik (LKPD) untuk pembuatan bioplastik.
2.7.2.4 Kejelasan informasi yang dapat diungkap
Kejelasan informasi dalam penelitianinformasi yang dapat diungkapkan dari
penelitian ini adalah berupa fakta yang dapat dikembangakan menjadi konsep, prinsip,
dan hukum. Informasi tersebut ditinjau dari dua aspek, yaitu proses dan produk dari
penelitian yang di sesuaikan dengan kurikulum. Materi keanekeragaman hayati
mampu diberikan informasi tentang pemanfaatan tanaman secara maksimal, seperti
ampas kelapa yang masih terbatas untuk pakan ternak atau sekedar limbah yang
mampu dijadikan sebagai bahan baku bioplastik yang mudah ditemukan dan mudah
didaur ulang. Selain itu, juga menyebarkan informasi terkait pelestarian
keanekaragaman hayati dalam bentuk pemanfaatan bahan baku yang mudah
ditemukan ditemukan dari alam agar tidak mengganggu ketersediaan bahan pangan
pokok dari alam.
2.7.2.5 Kejelasan pedoman eksplorasi
Kejelasan pedoman eksplorasi yang diperlukan dalam proses kerja selama
pelaksanaanpenelitian meliputi identifikasi sampel penelitian, alat dan bahan, metode
kerja, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.Pengumpulan data dalam penelitian
inididasarkan dengan hasil uji deskriptifyang diperoleh setelah melakukan pengukuran
diakhir penelitian.
2.7.2.6 Kejelasan perolehan yang diharapkan
Kejelasan perolehan yang diharapkan berupa proses penelitian dan produk yang
dapat digunakan sebagai sumber belajar mengenai aspek-aspek diatas dalam tujuan
pembelajaran biologi yaitu perolehan kognitif, perolehan afektif, dan perolehan
psikomotorik.
2.8 Hipotesis
1. Bioplastik berbasis beratgalaktomanan ampas kelapa menghasilkan
karakteristik sifat fisik dan mekanik terbaik dari bioplastik.
2. Hasil penelitian bioplastik dengan berat galaktomanan ampas kelapa dapat
digunakan sebagai sumber belajar biologi.
20

2.9 Kerangka Konseptual


2.9.1 Kerangka Konsep

Bioplastik

Bahan Komponen
Baku

Ekstrak Sintesi Proses Hidroko Bahan Komposi Lipid


si dan s hidup loid tambaha t
Isolasi monom mikrorgani n

Ampas Sorbitol
Kelapa dan
tepung

Ekstraksi dan
isolasi
galaktomanan

Uji
Karakteristik
Bioplastik

Sifat Fisik Sifat


Mekanik

Ketebalan

Kuat tarik Elastisitas

Sumber Belajar
Biologi

Anda mungkin juga menyukai