Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESIS PLASTIK BIODEGRADABLE

Oleh :
Nama : Sania Azmi Aniqoh
NIM : 205100601111008
Kelompok : K-3
Nama Asisten : Siti Sonia

Laboratorium Rekayasa Bioproses


Jurusan Keteknikan Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
2021
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia industri, sebelum produk didistribusikan ke masyarakat, produk
akan melewati proses pengemasan. Pengemasan sendiri merupakan hal
terpenting untuk mempertahankan kualitas bahan pangan karena pengemas
mampu bertindak sebagai penahan migrasi uap air, gas, aroma, dan zat zat lain
dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya. Plastik sendiri dipilih sebagai bahan
pengemas karena bersifat aman, kuat (tahan air, cahaya, dan panas) dan
harganya yang murah. Namun yang menjadi permasalahan, sebagian besar
plastik yang sekarang beredar di masyarakat termasuk bahan yang
nondegradable (tidak dapat diurai) sehingga akan menjadi permasalahan
tersendiri bagi lingkunngan.
Seperti kita ketahui pula, penggunaan plastik pada umumnya juga dapat
mengganggu keseimbangan lingkungan. Apabila plastik konvensional
digunakan oleh berbagai perusahan industri, tentu saja akan meningkatkan
limbah padat sisa plastik tersebut. Hal tersebut didukung pula oleh
karakteristik plastik konvensional yang sulit dan cenderung susah diurai. Oleh
karena itu, perlu dicari solusi untuk menggunakan alternatif lain yang mirip
dengan plastik namun mudah terurai seperti plastic biodegradable.
Seperti namanya, platik biodegradable adalah plastik yang dapat terurai
secara alami oleh mikroorganisme. Kemampuan terurai oleh lingkungan
secara alami ini disebabkan oleh bahan baku plastik tersebut yang berasal dari
bahanbahan alam seperti petrokimia serta beberapa bahan nabati seperti pati
dan selulosa. Sementara, pada plastik konvensional, dalam pembentukannya
menggunakan batu bara, gas alam dan petroleum. Oleh karena itu, plastik
biodegradable dinilai lebih ramah lingkungan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun rujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mempelajari sintesis plastik biodegradable dari bahan alam.
2. Melakukan optimasi penambahan plastisizer terhadap plastik
biodegradable yang dihasilkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Plastik Biodegradable
Menurut Anggraini (2013), plastik biodegradable diuraikan dari kata bio serta
degradable. Arti dari kata bio sendiri merupakan kehidupan sementara degradable
diartikan sebagai kata sifat yaitu mudah terurai. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa plastik biodegradable merupakan plastik yang dapat terurai secara alami
oleh lingkungan terutama oleh mikroorganisme melalui adanya aktivitas
mikroorganisme dengan hasil akhir berupa air serta gas karbondioksida.
Sementara menurut literatur lain (Ardiansyah, 2011), plastik biodegradable
atau yang umumnya dikenal sebagai bioplastik hampir seperti plastik
konvensional pada umumnya dalam penggunaannya. Namun, bioplastik lebih
ramah lingkungan daripada plastik konvensional. Hal tersebut disebabkan oleh
bahan baku penyusunnya yang berasal dari alam sehingga memungkinkan
bioplastik untuk tergradasi oleh mikroorganisme. Selain itu, hasil akhir dari
terurainya plastik biodegradable sendiri salah satunya yaitu biomassa.
2.2 Prinsip Pembuatan Plastik Biodegradable
Pada salah satu literatur ( Utami et all, 2014) disebutkan, plastik
biodegradable seperti namanya, terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat
terdegradasi. Prinsip pembuatan plastik biodegradable sendiri antara lain
membentuk plastik biodegradable dengan menggunakan bahan alami seperti
petrokimia dan pati serta selulosa. Untuk proses pembuatannya sendiri melalui
proses pemanasan sehingga didapat bahan siap olah.
Sementara pada salah satu literatur yang lain (Ardiansyah, 2011)
disebutkan bahwa dalam pembentukan plastik biodegradable dengan bahan dasar
pati dan selulosa. Adapun prinsip pembuatannya sendiri yaitu penambahan
sejumlah air dan dipanaskan dalam suhu tinggi sehingga terjadi proses gelatinase.
Gelatinasi tersebut yang akan mengakibatkan ikatan amilosa cenderung saling
berdekatan. Hal tersebut didukung pula dengan adanya ikatan hidrogen. Pada
proses pengeringan, akan terjadi penyusutan yang nantinya berefek pada gel yang
mengering dan berubah membentuk film dengan keadaan stabil.
2.3 Bahan-bahan Bioplastik
Menurut salah satu literatur (Dewanti, 2016), salah satu penyusun
bioplastik yang cukup efektif yaitu selulosa. Selulosa tersebut nantinya akan
diekstraksi sebelum akhirnya diolah lebih lanjut menjadi bioplastik. Pemilihan
selulosa sebagai bahan dasar dalam pembuatan bioplastik karena memiliki sifat
dapat degradasi hingga 67% dalam tenggat waktu 2-3 minggu.
Sementara menurut salah satu literatur yang lain (Cahyaningtyas et all,
2019), salah satu penyusun bioplastik yaitu pati. Namun, pati harus melewati
beberapa proses modifikasi sifat dengan menggunakan teknologi. Langkah
modifikasi tersebut dilakukan dengan tujuan menstabilkan granula pati selama
proses. Adapun tahapan modifikasi yaitu secara fisika dan secara kimia.
2.4 Fungsi dan Contoh Plasticizer
Menurut salah satu literatur (Utami et all, 2014), setelah bioplastik murni
berhasil terbentuk, sifatnya secara fisik yaitu cenderung kaku. Hal ini merupakan
dampak dari pemampatan yang terjadi akibat proses glutanisasi. Oleh karena itu,
diperlukan penambahan plasticizer. Penambahan plasticizer dimaksudkan untuk
meningkatkan elastisitas. Hal ini juga diharapkan juga dapat menurunkan tingkat
kekakuan dari bioplastik.
Seperti yang kita ketahui, tujuan ditambahkannya plasticizer yaitu untuk
meningkatkan elastisitas dari bioplastik. Adapun salah satu contoh plasticizer
yang ditambahkan yaitu gliserol. Pemilihan gliserol sebagai plasticizer karena
gliserol sendiri dinilai dapat mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan
intermolekuler. (Anita et all, 2013)
2.5 Reinforce (filler) dan Matriks
Menurut salah satu literatur (Anita et all, 2013), reinforce yang
diterjemahkan dari Bahasa inggri yang berarti memperkuat. Oleh karena itu,
reinforce merupakan tahapan memperkuat bahan baku dalam konteks ini
dilakukan saat pembuatan bioplastik. Adapun metode yang digunakan untuk
memperkuat bahan baku tersebut yaitu melalui pemadatan, pengkakuan dan
sebagainya.
Adapun matriks sendiri adalah susunan atau struktur dalam konteks ini
adalah kerangka dari bioplastik. Hal yang memperngaruhi bentuk dari matriks
sendiri antara lain adalah jenis bahan baku yang digunakan. Umumnya, bioplastik
yang berasal dari pati memiliki matriks yang lebih padat atau lebih mampat akibat
adanya proses gelatinase. (Utami dan Widiarti, 2014)
2.6 Perbedaan Amilopektin dan Amilosa
Menurut salah satu literatur (Cornejo-Ramírez et all, 2018) disebutkan,
pati sebagai bahan baku pembuatan bioplastik sendiri memiliki dua kandungan
dasar antara lain amilosan dan amilopektin. Namun sebenarnya amilosa dan
amilopektin merupakan dua hal yang berbeda. Amilopektin menempati bagian
terbesar dalam pati sementara amilosa sisanya, yaitu sekitar 70-80% amilopektin
dan 30% amilosa dalam suatu pati. Dengan amilosa merupakan polimer dengan
5
berat molekul rendah (1,03-4,89 ). Amilopiktin yang memiliki berat
7
molekul yang lebih tinggi (7,08-9,88 ). Dengan amilosa merupakan ikatan
linier yang tersusun atas molekul alpha-glukosa dan ikatan glikosidik alpha-(1-4).
Sementara amilopektin tersusun atas ikatan bercabang dari ikatan glikosidik
alpha-(1-6) dari rantai-rantai amilosa ikatan alpha-(1-4).
Sementara menurut literatur yang lain (Nisah, 2017), pati yang dalam
konteks ini sebagai bahan baku dalam pembutan plastik biodegradable terdiri atas
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Adapun fraksi yang mudah
larut dalam air ialah amilosa sementara fraksi yang sukar larut tidak lain adalah
amilopektin. Dikarenakan perbedaan kadar amilosa dan amilopektin dimana
amilopektin terdapat lebih banyak dalam pati, hal tersebut mempengaruhi derajat
gelatinase serta tingkat kelarutan dari suatu pati. Hal tersebut juga akan
berdampak pada bioplastik yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fetty, Latifah dan Siti Sundari Miswadi. 2013. Aplikasi


Plasticizer Gliserol pada Pembuatan Plastik Biodegradable dari Biji Nangka.
Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas
Negeri Semarang. Vol . 2 (3).
Anita, Zulisma, Fauzi Akbar, dan Hamidah Harahap. 2013. Pengaruh
Penambahan Gliserol Terhadap Sifat Mekanik Film Plastik Biodegradasi dari Pati
Kulit Singkong. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Vol. 2(2) Hal
2.
Ardiansyah, Ryan. 2011. Pemanfaatan Pati Umbu Garut Untuk Pembuatan
Plastik Biodegradable. Skripsi. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
Cahyaningtyas, Agustina Arianita, Rahyani Ermawati, Guntarti Supeni,
Firda A. Syamani, Nanang Masruchin, Wida B. Kusumaningrum, Dwi A.
Pramasari, Teguh Darmawan, Ismadi, Eko S. Wibowo, Dimas Triwibowo, dan
Sukma S. Kusumah. 2019. Modifikasi dan Karakterisasi Pati Batang Kelapa Sawit
Secara Hidrolisis Sebagai Bahan Baku Bioplastik. Jurnal Kimia dan Kemasan.
Vol. 41(1) Hal: 37-44.
Cornejo-Ramírez, Yaeel Isbeth, Oliviert Martínez-Cruz, Carmen Lizette
Del Toro-Sánchez, Francisco Javier Wong-Corral, Jesús Borboa-Flores and
Francisco Javier Cinco-Moroyoqui. 2018. The structural characteristics of
starches and their functional properties. Vol. 16(1), Hal 1003–1017
Dewanti, Dian Purwitasari. 2018. Potensi Selulosa dari Limbah Tandan
Kosong Kelapa Sawit untuk Bahan Baku Bioplastik Ramah Lingkungan. Jurnal
Teknologi Lingkungan. Vol. 12(1).
Nisah, Khairun. 2017. Studi Pengaruh Kandungan Amilosa dan
Amilopektin Umbiumbian terhadap Karakteristik Fisik Plastik Biodegradable
dengan Plasticizer Gliserol. Jurnal Biotik, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Vol. 5(2) Hal: 106-113.
Utami, Meilina Rahayu, Latifah dan Nuni Widiarti. 2014. Sintesis Plastik
Biodegradable dari Kulit Pisang dengan Penambahan Kitosan dan Plasticizer
Gliserol. Jurnal Kimia Universitas Negeri Semarang. Vol. 3(2) Hal: 3.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai