Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI

ACARA III

PENENTUAN FINENESS MODULUS DAN UNIFORMITY INDEX

DISUSUN OLEH:

NAMA : DESTIA CATUR RINI

NIM : 17/410496/TP/11782

GOL : KAMIS C

CO ASS : RIZKY RICO

LABORATORIUM TEKNIK PANGAN DAN PASCAPANEN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis yang kaya akan tanaman
penghasil karbohidrat. Pada umumnya karbohidrat tersebut diperoleh dari biji-
bijian seperti beras, gandum, jagung, sorgum dan semacamnya. Tepung beras
banyak digunakan untuk bahan makanan, pakan, kosmetik, dan bahan baku industri
kimia. Kualitas tepung biasanya ditentukan oleh ukuran butiran (granula pati) dan
komponen yang terkandung dalam pati tersebut. Ukuran butiran dinyatakan dalam
keseragaman butiran tepung (indeks keragaman) serta modulus kehalusan (fineness
modulus). Keseragaman bentuk, jenis, ukuran, dan rasa sangat penting untuk
keperluan industri baik industri pangan, industri farmasi, industri bangunan ataupun
industri lainnya karena dapat mempengaruhi hasil akhir dari suatu produk.
Pengayakan merupakan salah satu cara untuk memperoleh keseragaman. Dalam
proses pengayakan dilakukan pemisahan ukuran-ukuran dari butiran partikel suatu
bahan dari ukuran kasar sampai ukuran yang paling halus. Proses ini dilakukan
untuk menentukan ukuran rata-rata setiap partikel dan kelembutan butiran-butiran
partikel. Oleh karena itu pentingnya dilakukan penentuan modulus kehalusan dan
indeks keseragaman pada bahan hasil pertanian.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain sebagai berikut:
1. Menentukan modulus kehalusan (finenes modulus) dan indeks keseragaman
bahan hasil pengecilan ukuran.
2. Mengenal berbagai cara penyajian data analisa hasil pengecilan ukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pati merupakan salah satu komponen penting sumber gizi dan penghasil
energi yang tersedia dalam jumlah yang sangat melimpah dengan harga yang relatif
murah. Pada industri makanan, pati digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kue atau roti, sirup glukosa/fruktosa, mutiara pati, grits untuk makanan
bayi, puding, kembang gula dan lain-lain. Untuk industri non-pangan seperti pada
industri kertas, digunakan sebagai pelicin permukaan. Pada industri kayu sebagai
perekat dan lem, pada industri kimia sebagai alkohol, dekstrim dan lain-lain
(Suharsono, 1999). Secara histologis pati dalam sel dapat ditemukan di dalam
plastida-plastida yang sering disebut amiloplas atau kloroplas (Esau, 1965). Dengan
mikroskop terlihat bahwa plastida sel pada beberapa tanaman terisi granula yang
akan keluar jika sel tersebut dirusak. Pati dari berbagai tanaman mempunyai sifat
kimia yang tidak sama akan tetapi mempunyai komposisi kimia yang hampir sama
(Meyer, 1973).
Proses penyaringan bubur pati berbeda-beda pada beberapa skala industri.
Pada industri kecil (skala rumah tangga), penyaringan dilakukan dengan
menggunakan anyaman dari bambu, pada industri yang cukup besar menggunakan
ayakan putar yang terkadang dilengkapi dengan sistem pompa air bertekanan untuk
membantu proses penyaringan serta penambahan sistem pembersih otomatis.
Sedangkan industri yang lebih besar lagi biasanya menggunakan ayakan getar
dengan beberapa ayakan yang disusun berdasarkan kehalusan bukaan ayakan mulai
dari yang terbesar hingga bukaan terkecil secara berurutan dari atas ke bawah.
Proses sedimentasi atau pengendapan, pada sebagain industri besar dilakukan
dengan menggunakan konsentrator dan separator tipe sentrifugal modern. Dengan
menggunakan alat ini akan menghemat waktu proses sekitar 1 jam. Dengan
menggunakan separator sentrifugal akan dihasilkan campuran yang seragam dari
keseluruhan ukuran butiran pati yang dihasilkan. Pada proses pengendapan
biasanya juga ditambahka bahan kimia untuk meningkatkan konsistensi
pengendapan dan kelengkapannya, akan tetapi penggunannya hanya untuk kondisi
tertentu saja. Apabila proses sudah bisa berjalan dengan cepat dan pati yang
dihasilkan cukup bersih, maka penambahan bahan kimia tidak diperlukan.
Pengeringan pasta pati dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dengan
membiarkannya pada udara terbuka begitu saja atau dengan sinar matahari
langsung atau dapat juga dengan menggunakan oven (Radley, 1954).
Menurut besar ukurannya penyaringan (screening) adalah metode untuk
memisahkan partikel menurut ukuran semata-mata. Dalam proses pengayakan yang
dilakukan di industri, zat padat dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan
pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize) atau halusan
(finess), lolos melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar
(oversize) tidak lolos. Bahan digoyangkan atau digerakkan di atas saringan halus
atau kain penyaringan, sehingga partikel yang lebih kecil dari ukuran lubang
saringan dapat lolos di bawah pengaruh gaya gravitasi. Laju penembusan saringan
tergantung kepada beberapa faktor, terutama sifat alamiah partikel dan bentuk
partikel, frekuensi dan jumlah penggerakan, metode yang digunakan untuk
mencegah perlekatan partikel atau penutupan lubang saringan oleh partikel dan
gaya tegang serta sifat alamiah alat bahan penyaring (Earle, 1969).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini anatara lain:
1. Ayakan standar Tyler
2. Vibrator (penggetar)
3. Timbangan
4. Wadah tepung
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
1. tepung beras putih
2. tepung beras merah

3.2 Cara Kerja


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini yaitu
petama setiap contoh bahan ditimbang 2 kali 150 gram. Kedua ayakan dipasang
menurut urutan yang diterapkan, lalu pengatur waktu diatur pada 10 menit. Langkah
yang ketiga yaitu sampel diletakkan diatas ayakan teratas, kemudian ditutup dan
mur penekan tutup dikencangkan., arus dihubungkan dengan menekan switch pada
step up transformator ke posisi “on”. Langkah yang keempat yaitu sampel dalam
setiap ayakan yang terdapat bahan ditimbang , selanjutnya ayakan dikembalikan
dalam posisi semula sampai ulangan 2 kali dalam setiap contoh bahan.
3.3 Cara Analisa Data
Tabel 3.1. Tabel cara analisa
Ukura
Fraksi
n
No Oversiz %
Luban Oversize Kumulatif (%) Fraksi % Oversize Kumulatif
Mesh e (%) Oversiz
g Mesh
e
(mm)
3/6 9.5 X1 X1 X1/100 X1/ΣXok
4 4.75 X2 X1+X2 X2/100 X1+X2/Xok
8 2.36 X3 X1+X2+X3 X3/100 X1+X2+X3/ΣXok
14 1.4 X4 X1+X2+X3+X4 X4/100 X1+X2+X3+X4/ΣXok
30 0.6 X5 X1+X2+X3+X4+X5 X5/100 X1+X2+X3+X4+X5/ΣXok
50 0.3 X6 X1+X2+X3+X4+X5+X6 X6/100 X1+X2+X3+X4+X5+X6/ΣXok
100 0.15 X7 X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7 X7/100 X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7/ΣXok
Pan
ΣX oversize kumulatif =
Total ΣWi 100/ΣWi
ΣXok

1. Menentukan Oversize (%)


𝑊𝑖
%Xi = 𝑊𝑖 𝑥 100%

Dimana
Wi = massa bahan tertinggal tiap mesh (gram)
Wtotal = massa bahan awal setelah diayak (gram)

Oversize dicari untuk semua mesh kecuali pan

2. Menentukan % Oversize kumulatif


3. Menentukan % bahan lewat (dicari untuk setiap mesh kecuali pan)
%bahan lewat= 100%- % Oversize kumulatif
4. Menetukan Finenes Modulus
𝑋 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
FM = 100

5. Ukuran rata-rata
D = 0.0041(2)FM (inchi)
Masih dalam inch, jangan lupa dikonversi ke mm
6. Geometric mean diameter (Dgw)
(𝑊𝑖 log 𝐷𝑖)
Dgw = log-1 𝑊𝑖

Dimana
Dgw = Geometric mean diameter (mm)
Wi = berat bahan tertinggal pada masing-masing ayakan (gram)
Di = diameter lubang ayakan ke-i (mm)
𝑊𝑖 dijumlahkan tanpa pan
7. Geometric Standar Deviation (Sgw)
𝑊𝑖 log 𝑑𝑖−log 𝐷gw
Sgw = log-1 − 𝑊𝑖

Dimana
Dgw = Geometric mean diameter (mm)
Wi = berat bahan tertinggal pada masing-masing ayakan (gram)
Di = diameter lubang ayakan ke-i (mm)
Sgw = Geometric Standard Deviation (mm)
𝑊𝑖 dijumlahkan tanpa pan
8. Menentukan koreksi dengan rumus
Ralat = Dgw  Sgw
9. Menyajikan hasil data dalam bentuk table
10. Menenjukkan hubungan antarkomponen hasil anlasis data dalam bentuk
grafik
a. Di (mm) vs % Oversize kumulatif
b. Di (mm) vs % oversize
DAFTAR PUSTAKA

Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan.Sastra Hudaya. IPB
Esau, K., 1965. Plant Anatomy. John Wiley and Sons Inc. Newyork. Dalam
Suharsono. 1999. Perbaikan Proses Ekstraksi dan Karakteristisasi Pati Dari
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi S1 (tidak diterbitkan). Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas gadjah Mada Yogyakarta.
Meyer, L.H., 1973. Food Chemistry. Affiliated East-West Press Pvt. Ltd, New
Delhi. Dalam Suharsono. 1999. Perbaikan Proses Ekstraksi dan
Karakteristisasi Pati Dari Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi S1
(tidak diterbitkan). Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas gadjah Mada
Yogyakarta.
Radley, J. A. 1954. Starch Production Technology. Applied Science Publisher Ltd.
London. Soeseno, Slamet. 2000. Bertanam Aren. Penebar swadaya, Anggota
IKAPI. Jakarta.
Suharsono. 1999. Perbaikan Proses Ekstraksi dan Karakteristisasi Pati Dari Ubi
kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi S1 (tidak diterbitkan). Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas gadjah Mada Yogyakarta.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hail Beras Putih ulangan Pertama

Diameter Lubang Bahan Tertinggal Fraksi Bahan Lewat Wi (log


oversize Fraksi % Wi log
Mesh No d1 w1 Oversize oversize Di-Log
Log d1 kumulatif(%) oversize Gram % Di
(mm) (gr) (%) kumulatif(%) Dgw)
3//8 9,5 0,977724 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
4 4,75 0,676694 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
8 2,36 0,372912 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
14 1,4 0,146128 46 31,08% 31,08% 0,21% 14,60% 102,00 68,92% 6,72 30,26
40 0,45 -0,34679 81 54,73% 85,81% 0,37% 40,32% 21,00 14,19% -28,09 77,93
100 0,15 -0,82391 15 10,14% 95,95% 0,07% 45,08% 6,00 4,05% -12,36 17,77
pan 6 4,05% 100,00%
total 148 100,00% 212,84% -33,73 125,95

FM 0,959459459

Wi log di/wi -0,23751076


Dgw 0,57874765
log Dgw -0,23751076

Wi (log Di-Log Dgw)/wi 0,886949759


(-) -0,886949759
Sgw 0,129732934

Tabel 4.2 Hasil Beras Putih ulangan Kedua

Diameter Lubang Bahan Tertinggal Fraksi Bahan Lewat Wi (log


oversize Fraksi % Wi log
Mesh No d1 w1 Oversize oversize Di-Log
Log d1 kumulatif(%) oversize Gram % Di
(mm) (gr) (%) kumulatif(%) Dgw)
3//8 9,5 0,977724 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
4 4,75 0,676694 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
8 2,36 0,372912 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
14 1,4 0,146128 54 36,49% 36,49% 0,25% 16,36% 94,00 63,51% 7,89 35,52
40 0,45 -0,34679 78 52,70% 89,19% 0,36% 40,00% 16,00 10,81% -27,05 75,04
100 0,15 -0,82391 12 8,11% 97,30% 0,05% 43,64% 4,00 2,70% -9,89 14,21
pan 4 2,70% 100,00%
total 148 100,00% 222,97% -29,05 124,77
FM 0,972972973

Wi log di/wi -0,20170427


Dgw 0,628486177
log Dgw -0,20170427

Wi (log Di-Log Dgw)/wi 0,866455666


(-) -0,866455666
Sgw 0,136001699

Percobaan
Ke FM Dgw Sgw
1 0,959459459 0,57874765 0,129732934
2 0,972972973 0,628486177 0,136001699
Total 1,932432432 1,207233826 0,265734633
Rata-rata 0,966216216 0,603616913 0,132867317

Tabel 4.3 Hasil Beras Merah ulangan Pertama

Diameter Lubang Bahan Tertinggal Bahan Lewat Wi


Fraksi
Mesh oversize Fraksi % Wi log (log
d1 Oversize oversize
No Log d1 w1 (gr) kumulatif(%) oversize Gram % Di Di-Log
(mm) (%) kumulatif(%)
Dgw)
3//8 9,5 0,977724 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
4 4,75 0,676694 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
8 2,36 0,372912 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 148,00 100,00% 0,00 0,00
14 1,4 0,146128 84 56,76% 56,76% 0,38% 22,64% 64,00 43,24% 12,27 40,63
40 0,45 -0,34679 56 37,84% 94,59% 0,26% 37,74% 8,00 5,41% -19,42 28,50
100 0,15 -0,82391 7 4,73% 99,32% 0,03% 39,62% 1,00 0,68% -5,77 6,01
pan 1 0,68% 100,00%
total 148 100,00% 250,68% -12,91 75,13

FM 0,993243243

-
Wi log di/wi 0,087841533
Dgw 0,816880383
-
log Dgw 0,087841533

Wi (log Di-Log Dgw)/wi 0,511110967


-
(-) 0,511110967
Sgw 0,308240027
Tabel 4.4 Hasil Beras Merah Ulangan Kedua

Diameter Lubang Bahan Tertinggal Bahan Lewat Wi


Fraksi
Mesh oversize Fraksi % Wi log (log
d1 Oversize oversize
No Log d1 w1 (gr) kumulatif(%) oversize Gram % Di Di-Log
(mm) (%) kumulatif(%)
Dgw)
3//8 9,5 0,977724 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 150,00 100,00% 0,00 0,00
4 4,75 0,676694 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 150,00 100,00% 0,00 0,00
8 2,36 0,372912 0 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 150,00 100,00% 0,00 0,00
14 1,4 0,146128 97 64,67% 64,67% 0,43% 24,87% 53,00 35,33% 14,17 46,92
40 0,45 -0,34679 47 31,33% 96,00% 0,21% 36,92% 6,00 4,00% -16,30 23,92
100 0,15 -0,82391 5 3,33% 99,33% 0,02% 38,21% 1,00 0,67% -4,12 4,29
pan 1 0,67% 100,00%
total 150 100,00% 260,00% -6,24 75,13

FM 0,993333333

Wi log di/wi -0,041906954


Dgw 0,908015049
log Dgw -0,041906954

Wi (log Di-Log Dgw)/wi 0,504199806


(-) -0,504199806
Sgw 0,313184452

Percobaan
Ke FM Dgw Sgw
1 0,993243 0,816880383 0,308240027
2 0,993333 0,908015049 0,313184452
Total 1,986577 1,724895431 0,621424479
Rata-rata 0,993288 0,862447716 0,310712239
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)

diameter lubang
10.00%

% Fraksi Oversize Komulatih


10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.1 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
putih ulangan pertama

Di (mm) vs Fraksi Oversize (%)

diameter lubang
0.01%

0.10%
% Fraksi oversize

1.00%

10.00%

10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.2 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras putih
ulangan pertama
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)

diameter lubang
10.00%

% Fraksi Oversize Komulatif


10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.3 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
putih ulangan kedua

Di (mm) vs Fraksi Oversize (%)

diameter lubang
0.01%

0.10%
% Fraksi oversize

1.00%

10.00%

10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.3 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras putih
ulangan kedua
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)
10.00%

10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.5 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
merah ulangan pertama

Di (mm) vs Fraksi Oversize (%)


0.01%

0.10%

1.00%

10.00%

10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.6 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras merah
ulangan pertama
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)
10.00%

10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.7 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
merah ulangan kedua

Di (mm) vs Fraksi Oversize (%)


0.01%

0.10%

1.00%

10.00%

10 1 0.1
100.00%

Gambar Grafik 4.8 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras merah
ulangan kedua
4.2 Analisa Data
1. Menentukan Oversize (%)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1, mesh 14)
𝑊𝑖 46
%𝑋𝑖 = ∑ 𝑊𝑖 × 100% = 148 × 100% =31,08%
2. Menentukan % Oversize kumulatif (dapat dilihat secara jelas pada tabel
analisa)
(Contoh perhitungan pada bahan 1 , ulangan 1, mesh 14)
%𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 31,08%
3. Menentukan % bahan lewat (dicari untuk semua mesh kecuali pan)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1, mesh 14)
%𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡 = 100%- 31,08%= 68,92%
4. Menentukan fineness modulus
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
∑ 𝑋 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 212,84%
𝐹𝑀 = = = 0,959459459
100 100
5. Ukuran rata-rata
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
𝐷 = 0.0041 × (2)𝐹𝑀 = 0.0041 × (2)0,959459459 = 0.202508 𝑚𝑚
6. Geometric mean diameter (Dgw)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
∑(𝑊𝑖 log 𝐷𝑖)
𝐷𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔−1 [ ] = 𝑙𝑜𝑔−1 [−0,23751076]
∑ 𝑊𝑖
= 0,57874765𝑚𝑚
7. Geometric standard deviation (Sgw)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
1
∑ (𝑊𝑖 |log 𝐷𝑖 − log 𝐷𝑔𝑤 |2 )
𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔−1
∑ 𝑊𝑖
[ ]
𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔−1 [0,886949759] = 0,129732934𝑚𝑚
8. Menentukan koreksi.
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
Ralat = Dgw  Sgw = 0,578747654  0,129732934 mm
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Modulus kehalusan (finenes modulus) yang diperoleh pada bahan tepung
beras putih ualangan pertama dan kedua yaitu 0,959459459 dan
0,972972973. Sedangkan diperoleh pada bahan tepung beras merah
ualangan pertama dan kedua yaitu 0,993243 dan 0,993333.
2. Geometric standard deviation dan Geometric mean diameter yang
diperoleh pada beras putih ulngan pertama dan kedua yaitu 0,578747654 
0,129732934 mm dan 0,628486177  0,136001699 mm. Sedangkan
diperoleh pada bahan tepung beras merah ualangan pertama dan kedua yaitu
0,816880383  0,308240027 dan 0,908015049  0,313184452 mm

Anda mungkin juga menyukai