SATUAN OPERASI
ACARA III
DISUSUN OLEH:
NIM : 17/410496/TP/11782
GOL : KAMIS C
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pati merupakan salah satu komponen penting sumber gizi dan penghasil
energi yang tersedia dalam jumlah yang sangat melimpah dengan harga yang relatif
murah. Pada industri makanan, pati digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kue atau roti, sirup glukosa/fruktosa, mutiara pati, grits untuk makanan
bayi, puding, kembang gula dan lain-lain. Untuk industri non-pangan seperti pada
industri kertas, digunakan sebagai pelicin permukaan. Pada industri kayu sebagai
perekat dan lem, pada industri kimia sebagai alkohol, dekstrim dan lain-lain
(Suharsono, 1999). Secara histologis pati dalam sel dapat ditemukan di dalam
plastida-plastida yang sering disebut amiloplas atau kloroplas (Esau, 1965). Dengan
mikroskop terlihat bahwa plastida sel pada beberapa tanaman terisi granula yang
akan keluar jika sel tersebut dirusak. Pati dari berbagai tanaman mempunyai sifat
kimia yang tidak sama akan tetapi mempunyai komposisi kimia yang hampir sama
(Meyer, 1973).
Proses penyaringan bubur pati berbeda-beda pada beberapa skala industri.
Pada industri kecil (skala rumah tangga), penyaringan dilakukan dengan
menggunakan anyaman dari bambu, pada industri yang cukup besar menggunakan
ayakan putar yang terkadang dilengkapi dengan sistem pompa air bertekanan untuk
membantu proses penyaringan serta penambahan sistem pembersih otomatis.
Sedangkan industri yang lebih besar lagi biasanya menggunakan ayakan getar
dengan beberapa ayakan yang disusun berdasarkan kehalusan bukaan ayakan mulai
dari yang terbesar hingga bukaan terkecil secara berurutan dari atas ke bawah.
Proses sedimentasi atau pengendapan, pada sebagain industri besar dilakukan
dengan menggunakan konsentrator dan separator tipe sentrifugal modern. Dengan
menggunakan alat ini akan menghemat waktu proses sekitar 1 jam. Dengan
menggunakan separator sentrifugal akan dihasilkan campuran yang seragam dari
keseluruhan ukuran butiran pati yang dihasilkan. Pada proses pengendapan
biasanya juga ditambahka bahan kimia untuk meningkatkan konsistensi
pengendapan dan kelengkapannya, akan tetapi penggunannya hanya untuk kondisi
tertentu saja. Apabila proses sudah bisa berjalan dengan cepat dan pati yang
dihasilkan cukup bersih, maka penambahan bahan kimia tidak diperlukan.
Pengeringan pasta pati dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dengan
membiarkannya pada udara terbuka begitu saja atau dengan sinar matahari
langsung atau dapat juga dengan menggunakan oven (Radley, 1954).
Menurut besar ukurannya penyaringan (screening) adalah metode untuk
memisahkan partikel menurut ukuran semata-mata. Dalam proses pengayakan yang
dilakukan di industri, zat padat dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan
pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize) atau halusan
(finess), lolos melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar
(oversize) tidak lolos. Bahan digoyangkan atau digerakkan di atas saringan halus
atau kain penyaringan, sehingga partikel yang lebih kecil dari ukuran lubang
saringan dapat lolos di bawah pengaruh gaya gravitasi. Laju penembusan saringan
tergantung kepada beberapa faktor, terutama sifat alamiah partikel dan bentuk
partikel, frekuensi dan jumlah penggerakan, metode yang digunakan untuk
mencegah perlekatan partikel atau penutupan lubang saringan oleh partikel dan
gaya tegang serta sifat alamiah alat bahan penyaring (Earle, 1969).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Dimana
Wi = massa bahan tertinggal tiap mesh (gram)
Wtotal = massa bahan awal setelah diayak (gram)
5. Ukuran rata-rata
D = 0.0041(2)FM (inchi)
Masih dalam inch, jangan lupa dikonversi ke mm
6. Geometric mean diameter (Dgw)
(𝑊𝑖 log 𝐷𝑖)
Dgw = log-1 𝑊𝑖
Dimana
Dgw = Geometric mean diameter (mm)
Wi = berat bahan tertinggal pada masing-masing ayakan (gram)
Di = diameter lubang ayakan ke-i (mm)
𝑊𝑖 dijumlahkan tanpa pan
7. Geometric Standar Deviation (Sgw)
𝑊𝑖 log 𝑑𝑖−log 𝐷gw
Sgw = log-1 − 𝑊𝑖
Dimana
Dgw = Geometric mean diameter (mm)
Wi = berat bahan tertinggal pada masing-masing ayakan (gram)
Di = diameter lubang ayakan ke-i (mm)
Sgw = Geometric Standard Deviation (mm)
𝑊𝑖 dijumlahkan tanpa pan
8. Menentukan koreksi dengan rumus
Ralat = Dgw Sgw
9. Menyajikan hasil data dalam bentuk table
10. Menenjukkan hubungan antarkomponen hasil anlasis data dalam bentuk
grafik
a. Di (mm) vs % Oversize kumulatif
b. Di (mm) vs % oversize
DAFTAR PUSTAKA
Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan.Sastra Hudaya. IPB
Esau, K., 1965. Plant Anatomy. John Wiley and Sons Inc. Newyork. Dalam
Suharsono. 1999. Perbaikan Proses Ekstraksi dan Karakteristisasi Pati Dari
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi S1 (tidak diterbitkan). Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas gadjah Mada Yogyakarta.
Meyer, L.H., 1973. Food Chemistry. Affiliated East-West Press Pvt. Ltd, New
Delhi. Dalam Suharsono. 1999. Perbaikan Proses Ekstraksi dan
Karakteristisasi Pati Dari Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi S1
(tidak diterbitkan). Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas gadjah Mada
Yogyakarta.
Radley, J. A. 1954. Starch Production Technology. Applied Science Publisher Ltd.
London. Soeseno, Slamet. 2000. Bertanam Aren. Penebar swadaya, Anggota
IKAPI. Jakarta.
Suharsono. 1999. Perbaikan Proses Ekstraksi dan Karakteristisasi Pati Dari Ubi
kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi S1 (tidak diterbitkan). Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas gadjah Mada Yogyakarta.
BAB IV
FM 0,959459459
Percobaan
Ke FM Dgw Sgw
1 0,959459459 0,57874765 0,129732934
2 0,972972973 0,628486177 0,136001699
Total 1,932432432 1,207233826 0,265734633
Rata-rata 0,966216216 0,603616913 0,132867317
FM 0,993243243
-
Wi log di/wi 0,087841533
Dgw 0,816880383
-
log Dgw 0,087841533
FM 0,993333333
Percobaan
Ke FM Dgw Sgw
1 0,993243 0,816880383 0,308240027
2 0,993333 0,908015049 0,313184452
Total 1,986577 1,724895431 0,621424479
Rata-rata 0,993288 0,862447716 0,310712239
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)
diameter lubang
10.00%
Gambar Grafik 4.1 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
putih ulangan pertama
diameter lubang
0.01%
0.10%
% Fraksi oversize
1.00%
10.00%
10 1 0.1
100.00%
Gambar Grafik 4.2 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras putih
ulangan pertama
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)
diameter lubang
10.00%
Gambar Grafik 4.3 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
putih ulangan kedua
diameter lubang
0.01%
0.10%
% Fraksi oversize
1.00%
10.00%
10 1 0.1
100.00%
Gambar Grafik 4.3 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras putih
ulangan kedua
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)
10.00%
10 1 0.1
100.00%
Gambar Grafik 4.5 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
merah ulangan pertama
0.10%
1.00%
10.00%
10 1 0.1
100.00%
Gambar Grafik 4.6 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras merah
ulangan pertama
Di (mm) vs Fraksi Oversize Kumulatif (%)
10.00%
10 1 0.1
100.00%
Gambar Grafik 4.7 Fraksi Oversize kumulatif % vs diameter lubang pada beras
merah ulangan kedua
0.10%
1.00%
10.00%
10 1 0.1
100.00%
Gambar Grafik 4.8 Fraksi Oversize % vs diameter lubang pada beras merah
ulangan kedua
4.2 Analisa Data
1. Menentukan Oversize (%)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1, mesh 14)
𝑊𝑖 46
%𝑋𝑖 = ∑ 𝑊𝑖 × 100% = 148 × 100% =31,08%
2. Menentukan % Oversize kumulatif (dapat dilihat secara jelas pada tabel
analisa)
(Contoh perhitungan pada bahan 1 , ulangan 1, mesh 14)
%𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 31,08%
3. Menentukan % bahan lewat (dicari untuk semua mesh kecuali pan)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1, mesh 14)
%𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡 = 100%- 31,08%= 68,92%
4. Menentukan fineness modulus
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
∑ 𝑋 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 212,84%
𝐹𝑀 = = = 0,959459459
100 100
5. Ukuran rata-rata
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
𝐷 = 0.0041 × (2)𝐹𝑀 = 0.0041 × (2)0,959459459 = 0.202508 𝑚𝑚
6. Geometric mean diameter (Dgw)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
∑(𝑊𝑖 log 𝐷𝑖)
𝐷𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔−1 [ ] = 𝑙𝑜𝑔−1 [−0,23751076]
∑ 𝑊𝑖
= 0,57874765𝑚𝑚
7. Geometric standard deviation (Sgw)
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
1
∑ (𝑊𝑖 |log 𝐷𝑖 − log 𝐷𝑔𝑤 |2 )
𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔−1
∑ 𝑊𝑖
[ ]
𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔−1 [0,886949759] = 0,129732934𝑚𝑚
8. Menentukan koreksi.
(Contoh perhitungan pada bahan 1, ulangan 1)
Ralat = Dgw Sgw = 0,578747654 0,129732934 mm
BAB VI
KESIMPULAN