Materi
Disusun oleh:
Judul Usulan Kegiatan : Pembuatan Film Plastik Biodegredabel Dari Pati Jagung
Dengan Penambahan Kitosan Dan Pemplastis Gliserol
Dosen Pembimbing : Ir.Hj. Wahyuningsih, M.Si
Semarang,
I. JUDUL PENELITIAN
Pembuatan Film Plastik Biodegredabel Dari Pati Jagung Dengan Penambahan
Kitosan Dan Pemplastis Gliserol
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui pengertian bioplastik dan pati
2. Mengetahui proses pembuatan bioplastik dari pati jagung dengan penambahan
kitosan dan gliserol
VI. TINJAUAN PUSTAKA
6.1 BIOPLASTIK
Plastik sintetis merupakan bahan yang sangat diperlukan bagi kehidupan
manusia dan telah berkembang menjadi industri besar. Bahan kemasan yang berasal
dari polimer petrokimia yakni plastik sangat populer digunakan karena memiliki
beberapa keunggulan, yakni fleksibel (mengikuti bentuk produk), transparan, tidak
mudah pecah, dapat dikombinasikan dengan kemasan lain, dan tidak korosif. Namun,
polimer plastik tidak tahan terhadap panas dan dapat mencemari produk dengan
migrasi komponen monomernya, sehingga berdampak terhadap keamanan dan
kesehatan konsumen. Selain itu, kelemahan plastik yang lainnya adalah tidak dapat
dihancurkan secara alami (non-biodegradable) sehingga menyebabkan pencemaran
lingkungan. Karenanya, bahan kemasan plastik tidak dapat dipertahankan
penggunaannya secara luas karena akan menambahkan persoalan dan kesehatan di
waktu mendatang.
Sampah plastik bekas pakai tidak akan hancur meskipun telah ditimbun dalam
waktu lama, sehingga mengakibatkan penumpukan sampah plastik dapat
menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan hidup. Untuk mengurangi
terjadinya penimbunan sampah plastik maka dilakukan penelitian pembuatan plastik
biodegradabel dengan menggunakan bahan alami yang dapat diperbaharui. Salah satu
bahan alami tersebut yaitu pati jagung. Tapi karena pati jagung memiliki sifat yang
kaku dan mudah rapuh, maka digunakan gliserol sebagai pemplastis dan kitosan
sebagai penguat dari plastik biodegradabel. Penambahan ini bertujuan untuk
memperbaiki sifat fisik, sifat mekanik dan melindungi Film Plastik dari
Mikroorganisme yang dapat merusak Film Plastik.
6.2 POLIMER
Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metalic material)
yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi
untuk logam terutama karena sifatnya yang cenderung ringan, tahan terhadap korosi
dan bahan kimia, serta murah, terutama untuk pengaplikasian pada temperatur
rendah. Selain itu karena daya hantar listrik dan panas yang sangat rendah,
kemampuannya dalam meredam kebisingan, variasi pada warna dan tingkat
transparansi, serta kesesuaian desain dan manufaktur.
Polimer alami adalah polimer yang dihasilkan dari monomer organik seperti
pati, karet, kitosan, selulosa, protein dan lignin. Biopolimer banyak diminatioleh
industri karena berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui, biodegradable
(dapat diuraikan), mempunyai sifat mekanis yang baik, dan ekonomis. Saat
ini, biopolimer banyak diteliti untuk menghasilkan film (plastik) yang dapat
menggantikan keberadaan plastik sintetik. Terdapat tiga kelompok biopolimer yang
menjadi bahan dasar dalam pembuatan film kemasan biodegradable, yaitu :
a) Campuran biopolimer dengan polimer sintetis : film jenis ini dibuat dari
campuran granula pati (5 20 %) dan polimer sintetis serta bahan tambahan
(prooksidan dan autooksidan). Komponen ini memiliki angka
biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas.
b) Polimer mikrobiologi (poliester): Biopolimer ini dihasilkan secara
bioteknologis atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes. Berbagai
jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB), polihidroksi valerat (PHV),
asam polilaktat dan asam poliglikolat. Bahan ini dapat terdegradasi secara
penuh oleh bakteri, jamur dan alga. Tetapi karena proses produksi bahan
dasarnya yang rumit mengakibatkan harga kemasan biodegradable ini relatif
mahal.
c) Polimer pertanian: biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintetis dan
diperoleh secara murni dari hasil pertanian. Polimer pertanian ini diantaranya
selulosa (bagian dari dinding sel tanaman), kitin (pada kulit Crustaceae) dan
pullulan (hasil fermentasi pati oleh Pullularia pullulans). Polimer ini memiliki
sifat termoplastik, yaitu mempunyai kemampuan untuk dibentuk atau dicetak
menjadi film kemasan. Kelebihan dari polimer jenis ini adalah ketersediaan
sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur secara alami
(biodegradable). Polimer pertanian yang potensial untuk dikembangkan
antara lain adalah pati gandum, pati jagung, kentang, casein, zein, consentrate
whey dan soy protein.
Plastik biodegradabel merupakan plastik yang dapat terurai oleh aktivitas
mikroorganisme pengurai. Plastik biodegradabel memiliki kegunaan yang sama
seperti plastik sintetis atau plastik konvensional. Plastik biodegradabel biasanya
disebut dengan bioplastik, yaitu plastik yang seluruh atau hampir seluruh
komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Plastik
biodegradabel merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena
sifatnya yang dapat kembali ke alam. Umumnya, kemasan biodegradabel diartikan
sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami.
Plastik biodegredabel dapat berubah struktur kimianya.
6.3 PLASTICIZER
Interaksi antara polimer dengan pemlastis dipengaruhi oleh sifat affinitas kedua
komponen, apabila affinitas polimer pemlastis tidak kuat maka akan terjadi plastisasi
antara struktur (molekul pemlastis hanya terdistribusi diantara struktur). Plastisasi ini
hanya mempengaruhi gerakan dan mobilitas struktur. Jika terjadi interaksi polimer-
polimer cukup kuat, maka molekul pemplastis akan terdifusi kedalam rantai polimer
(rantai polimer amorf membentuk satuan struktur globular yang disebut bundle)
menghasilkan plastisasi infrastruktur intra bundle.
6.4 GELATINISASI
Gelatinisasi adalah perubahan yang terjadi pada granula pada waktu mengalami
kenaikan yang luar biasa dan tidak dapat kembali ke bentuk semula (Winarno, 2002).
Gelatinisasi juga disebut sebagai peristiwa koagulasi koloid dengan ikatan rantai
polimer atau penyerapan zat terlarut yang membentuk jaringan tiga dimensi yang
tidak terputus sehingga dapat mengakibatkan terperangkapnya air dan terhentinya
aliran zat cair yang ada di sekelilingnya kemudian mengalami proses pengorientasian
partikel (Meyer, 1973).
Suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati pecah dan berbeda-beda
bagi tiap jenis pati serta merupakan suatu kisaran. Viskometer suhu gelatinisasi dapat
ditentukan, misalnya pada jagung 62-70C, beras 68-78C gandum 54,5- 64C,
kentang 58-66C, dan tapioka 52-64C (Winarno, 2002).
VII. METODE YANG DIGUNAKAN
7.1 BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
a. Bahan-bahan
Jagung
Air
Aquadest
Kulit udang
NaOH
HCl
Asam asetat
Giliserol
b. Alat-alat
Blender
Wadah plastic
Pisau
Ayakan
Water bath
Peralatan gelas
Magnetic stirrer
Thermometer
Neraca analitik
Oven
Cetakan kaca 20 x 20 cm
Cara pembuatan:
Tambahkan pati jagung yang telah dilarutkan dalam asam asetat 1% pada
suhu 70C-83C selama 22 menit dan suhunya dijaga
Diamkan pada suhu kamar dan lepaskan dari plat kaca secara perlahan
b. Lokasi Pelaksanaan
Praktikum Mata Kuliah Pilihan Polimer akan dilaksanakan di:
Laboratorium PSD III Teknik Kimia Universitas Diponegoro
X. RENCANA ANGGARAN
1. Biaya praktikum = Rp. 500.000
2. Pembuatan Laporan = Rp. 30.000
3. Lain-lain = Rp. 35.000
Total = Rp. 565.000
XI. ORGANISASI PENELITIAN
Demikian usulan kegiatan ini dibuat agar dapat disetujui dan dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
XII. DAFTAR PUSTAKA
Agra.1973.HidrolisisPati.www.februadi.com/hidro lisis/987/. Diakses tanggal 15 November
2013, pukul : 19.30 WIB.
Abu, Bakar. 2009. Biodegradasi Bahan Komposit Polipropilena Dengan Pengisi Serat
Limbah Padat (Fibre Recovery) Dari Pabrik Pulp Dan Kertas: Universitas Sumatera
Utara
Akbar, Fauzi, dkk.2013. Pengaruh waktu simpan film plastik biodegradasi dari pati kulit
singkong terhadap sifat mekanikalnya : Universitas Sumatera Utara
Apryani, Farida. 2009. Peranan Gliserol sebagai Plastisiser dalam Film Pati Jagung dengan
Pengisi Serbuk Halus Tongkol Jagun
Semarang,
Mengetahui,