Anda di halaman 1dari 8

Volume 13 No.

1
Januari 2021
ISSN : 2085 – 1669
e-ISSN : 2460 – 0288
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek
Email : jurnalteknologi@umj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EDIBLE FILM DARI NATA DE


COCO DAN GLISEROL
Furqon Cipta Ismaya1, Nurul Hidayati Fithriyah2,*, Tri Yuni Hendrawati3
1,2,3
Magister Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510

*Email: nurul.hidayati@ftumj.ac.id

Diterima: 21 Juli 2020 Direvisi: 20 November 2020 Disetujui: 25 Desember 2020

ABSTRAK

Salah satu jenis kemasan bahan pangan yang aman dan bersifat biodegradable adalah dengan pengemasan
menggunakan edible film. Edible film adalah suatu lapisan tipis yang rata, dibuat dari bahan yang dapat
dikonsumsi, dan dapat berfungsi sebagai barrier agar tidak kehilangan kelembaban. Tujuan penelitian ini adalah
membuat edible film dari nata de coco dan gliserol sebagai plasticizer, serta menguji pengaruh kenaikan
konsentrasi gliserol terhadap karakter mekanik edible film. Penelitian ini menggunakan metodologi mixing dan
casting. Variabel bebas pada penelitian ini meliputi konsentrasi gliserol 2%, 4%, 6%, 8%, 10% b/b. Penelitian
menggunakan analisa sampel yaitu analisa ketebalan, tensile strength dan elongation. Analisa data menggunakan
metode regresi. Semakin banyak gliserol yang ditambahkan, maka ketebalan film semakin meningkat dari 0,09
mm hingga 0,15 mm dan elongation semakin meningkat dari 1,59% sampai 13,75%, namun tensile strength
menurun dari 32,40 MPa sampai 2,267MPa. Hasil karakterisasi film menunjukkan bahwa komponen utama
penyusun nata adalah polimer selulosa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya puncak serapan gugus fungsi
karakteristik yaitu O-H, C-H dan C-O.

Kata kunci: edible film, gliserol, nata de coco

ABSTRACT

One type of safe and biodegradable packaging for food material is edible film. Edible film is a thin and flat layer
made of consumable material which can function as a barrier to moisture loss. The objective of this study is to
prepare edible film from nata de coco and glycerol as plasticizer employing mixing dan casting method, as well
as to characterize its mechanical properties. Independent variable in this study included glycerol concentration
2%, 4%, 6%, 8%, 10% w/w. Measurements performed in this study were for thickness, tensile strength and
elongation of samples. Data analysis employed regression method. Along with the rise of glycerol
concentrations, the samples thickened from 0.09 to 0.15 mm and became more elastic with elongation increase
from 1.59% to 13.75%, but became weaker as the tensile strength decreased from 32,40 MPa to 2,267MPa.
Characterization of film revealed that the backbone of nata is cellulose polymer. This fact was confirmed by the
existence of absorbance peaks of characteristic functional groups of O-H, C-H and C-O.

Keywords: edible film, glycerol, nata de coco

DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jurtek.13.1.81-88
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 1 Januari 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

PENDAHULUAN belum mendapat perhatian secara serius,


Menurut Kementerian Lingkungan padahal jika kita mengkaji lebih jauh, nata de
Hidup dan Kehutanan, Indonesia masuk coco mempunyai potensi bisnis yang cukup
kedalam peringkat kedua didunia sebagai besar. Produk utama nata de coco selain
penghasil sampah plastik ke laut setelah menjadi komoditi ekspor, juga memiliki
Tiongkok. Berdasarkan data yang diperoleh potensi pemanfaat lain dengan diversifikasi
dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia produk turunan nata de coco. Pemanfaatan
(INAPLAS) dan Badan Pusat Statsitik (BPS), bioselulosa yang terdapat dalam nata de coco
sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta menjadi bio sheet, bio cellulose mask, bio fiber
ton/tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton pulp dan bio fiber powder menjadi peluang
merupakan sampah plastik yang dibuang ke untuk diversifikasi produk dan peningkatan
laut (Puspita, 2018) . ekspor. Saat ini sudah banyak permintaan
Plastik merupakan pengemas makanan Ekspor produk bio sheet, bio cellulose mask,
yang banyak digunakan karena ekonomis, bio fiber pulp dan bio fiber powder ke Korea
tetapi keberadaan plastik sangat tidak aman dan Jepang (Lestari, 2018).
karena memiliki beberapa kelamahan yaitu Nata de coco adalah makanan yang
menyebabkan terjadinya transfer senyawa- berbentuk jelly kenyal. Makanan ini berasal
senyawa dari degradasi polimer, residu pelarut, dari Filipina dan cukup terkenal di negara asia
dan biopolimerisasi ke bahan pangan sehingga seperti Vietnam dan Indonesia. Nata de coco
dapat menimbulkan resiko toksis. Selain itu diproduksi dari Bacterial Cellulose (BC),
plastik juga merupakan bahan yang sukar biasanya digunakan bakteri Acetobacter
dirombak secara biologis (nonbiodegradable) xylinum (Phong dkk., 2017). Selulosa adalah
sehinga banyak mencemari lingkungan polimer alam berupa zat karbohidrat
(Indraswasti, 2017). (polisakarida) dengan rumus molekul
Salah satu hal yang perlu diperhatikan (C6H10O5)n. Selulosa merupakan bahan yang
setelah proses produksi bahan pangan adalah tersedia di alam paling melimpah dan murah.
penyimpanan produk pangannya. Bahan Bahan ini secara tradisional diekstrak dari
pangan disimpan untuk memperpanjang masa tanaman atau limbah mereka. Selulosa
simpan dan mencegah pembusukan. Kualitas merupakan biopolimer yang dapat diperoleh
makanan yang turun dapat terjadi karena dari hasil pertanian. Polimer hasil pertanian
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain mempunyai sifat termoplastik sehingga
suhu, kelembaban atau kekeringan, udara, mempunyai potensi untuk dibentuk atau
cahaya dan lama waktu penyimpanan. Salah dicetak menjadi bioplastik. Keunggulan
satu solusi yang jelas adalah untuk melindungi polimer jenis ini adalah tersedia sepanjang
makanan dari perubahan ini sampai mereka tahun (renewable) dan mudah hancur secara
siap untuk konsumsi melalui aplikasi edible alami (biodegradable). Di Indonesia
film, yang dapat mencegah kontaminasi, penggunaan selulosa sebagai bahan baku untuk
pertumbuhan mikroba, dan serangan hama bioplastik mempunyai potensi besar karena di
(Pavlath, 2009). Indonesia banyak bahan baku bioselulosa, di
Salah satu metode penyimpanan bahan antaranya nanas, kelapa, jerami dan rumput
pangan yang aman dan bersifat biodegradable laut padi merupakan beberapa alternatif
adalah dengan pengemasan dengan edible film. sumber selulosa sebagai bioplastik
Edible film adalah suatu lapisan tipis yang rata, biodegradable (Esa dkk, 2014).
dibuat dari bahan yang dapat dikonsumsi, dan Plasticizer merupakan bahan yang
dapat berfungsi sebagai barrier agar tidak tidak mudah menguap, dapat merubah struktur
kehilangan kelembaban, bersifat permeabel dimensi objek, menurunkan ikatan rantai antar
terhadap gas -gas tertentu, serta mampu protein dan mengisi ruang-ruang yang kosong
mengontrol migrasi komponen komponen pada produk (Banker, 1966). Edible film yang
larut air yang dapat menyebabkan perubahan terbuat dari protein dan polisakarida bersifat
pigmen dan komposisi nutrisi sayuran rapuh, sehingga membutuhkan plasticizer
(Krochta, 1994). untuk meningkatkan elastisitas film. Molekul
Indonesia sebagai negara penghasil plasticizer mengurangi daya ikat rantai protein
kelapa terbesar mempunyai potensi penghasil serta meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas
nata de coco terbesar. Industri nata de coco bahan film. Jumlah plasticizer yang

82
Furqon Cipta Ismaya, Nurul Hidayati Fithriyah, Tri Yuni Hendrawati: Pembuatan Dan Karakterisasi Edible Film Dari Nata De Coco Dan
Gliserol

Jurnal Teknologi 13 (1) pp 81- 88 © 2021

ditambahkan ke dalam persiapan pembentukan panjang ini sangat penting karena tersedia
film hidrokoloid bervariasi antara 10% dan dalam jumlah banyak, harganya murah dan
60% berat hidrokoloid. Senyawa yang paling bersifat non toksik (Krochta, 1994).
umum digunakan sebagai plasticizer adalah: Senyawa lipida yang dapat digunakan
gliserol, sorbitol, poliol (propilen glikol), sebagai lapisan pelindung terdiri dari
polietilen glikol, oligosakarida dan air. Gliserol monogliserida asetat, lilin alami dan surfaktan.
difungsikan sebagai plastileizer yang dapat Senyawa lipida yang paling efektif adalah
memberikan sifat fisis dan mekanik. Sifat paraffin wax dan beeswax. Film yang
mekanik dan fisis yang dipengaruhi gliserol terbentuk dari senyawa lipida umumnya
adalah tensile sternght, modulus elastisitas, memiliki sifat penghambat kelembaban yang
dan elongation at break pada plastik (Maulida, sangat baik karena senyawa lipida tergolong
2018 dan Isroi, 2017). Semakin banyak jumlah hidrofobik. Lipida yang sering digunakan
gliserol yang digunakan maka akan sebagai edible film antara lain lilin parafin dan
semakin banyak pula bagian dari lilin carnauba (Bourtoom, 2008).
bioplastikyang akan terdegradasi. Penambahan Komposit film terdiri dari komponen
gliserol yang tinggi akan mengurangi sifat fisik lipida dan hidrokoloid. Aplikasi dari komposit
dari bioplastik (Isroi, 2017). film dapat dalam lapisan satu-satu (bilayer), di
Edible film dapat diproduksi dari mana satu lapisan merupakan hidrokoloid dan
bahan yang memiliki kemampuan untuk satu lapisan lain merupakan lipida, atau dapat
membentuk lapisan tipis (film formingability). berupa gabungan lipida dan hidrokoloid dalam
Dalam proses pembuatannya bahan pembuat satu kesatuan film. Gabungan dari hidrokolid
film harus terlarut dan terdispersi dalam suatu dan lemak digunakan dengan mengambil
pelarut seperti air, alkohol, campuran air- keuntungan dari komponen lipida dan
alkohol, atau campuran pelarut lainnya. hidrokoloid. Lipida dapat meningkatkan
Pemlastis (plasticizer), zat antimikroba, zat ketahanan terhadap penguapan air dan
warna, dan zat perasa dapat ditambahkan hidrokoloid dapat memberikan daya tahan.
dalam proses pembuatannya. Dalam Perkembangan edible film atau yang dikenal
pengaplikaasiannya pada makanan, larutan ini sebagai bahan pelapis dari suatu produk
dapat digunakan dengan beberapa metode pangan akhir-akhir ini mengalami kemajuan
seperti pencelupan, penyemprotan, dan dengan pesat. Penelitian edible film yang pada
penyepuhan yang diikuti dengan pengeringan awalnya diutamakan formulasi film dan sifat
(Bourtoom, 2008) fisik, sekarang telah meningkat sampai
Komponen yang digunakan untuk kemungkinan struktur film mempengaruhi sifat
membuat edible film terbagi kedalam tiga film (Krochta, 1994).
kategori yaitu: hidrokoloid (seperti protein, Aplikasi edible film untuk buah dan
polisakarida dan alginat), lemak (seperti asam sayur, daging dan unggas, serta untuk flavor
lemak, acylglycerol, dan lilin), dan komposit. encapsulation. Beberapa dari edible film
Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan adalah untuk memberikan penghalang
edible film dapat berupa protein atau semipermeabel terhadap gas dan uap, untuk
karbohidrat. Karbohidrat yang banyak membawa aditif seperti peningkat tekstur,
digunakan sebagai bahan film adalah antimikroba, antioksidan, dll . Secara umum,
polisakarida meliputi selulosa, pektin, pati, pati edible film merupakan suatu pilihan yang
modifikasi, ekstrak rumput laut, gum arab dan menarik untuk buah-buahan dan sayuran utuh,
kitosan. Polisakarida umumnya sangat karena penghalang dapat dibentuk untuk
hidrofilik sehingga menghasilkan sifat melindungi produk dan tingkat fisiologis
penghambat uap air dan gas yang kurang baik, pascapanen kerusakan berkurang.
walaupun demikian pelapis dari polisakarida Keberhasilan penerapan edible film sebagai
ini dapat memperlambat hilangnya hambatan untuk buah-buahan dan sayuran
kelembaban dari dalam produk pangan. terutama tergantung pada pengembangan film
(Bourtoom, 2008). Polisakarida sebagai bahan atau lapisan yang dapat memberikan komposisi
dasar edible film dapat dimanfaatkan untuk gas internal yang sesuai untuk buah tertentu /
mengatur udara di sekitarnya dan memberikan sayuran. Beberapa faktor harus diatasi ketika
ketebalan atau kekentalan pada larutan edible mengembangkan sebuah film di antaranya:
film. Pemanfaatan dari senyawa barantai bagaimana sifat larutan coating akan

83
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 1 Januari 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

mempengaruhi produk, bagaimana lapisan solusi menghasilkan film fleksibel yang


akan berubah dengan waktu, bagaimana menunjukkan sifat penghalang yang baik
lapisan akan berinteraksi dengan produk yang (Ustunol, 2009)
mungkin menyebabkan perubahan rasa, dan Edible film yang digunakan untuk
bagaimana kondisi penyimpanan akan flavor enkapsulasi harus memenuhi beberapa
mempengaruhi lapisan. Pertimbangan lainnya kriteria, beberapa di antaranya adalah sebagai
termasuk pentingnya ketebalan, warna, dan berikut: ia harus membentuk dan menstabilkan
rasa coating, karena parameter ini dapat emulsi, mempertahankan rasa selama
mengubah kualitas akhir dari produk dilapisi enkapsulasi, melindungi rasa selama
(Olivias, 2009) penyimpanan dari penguapan dan reaksi, dan
Edible film telah digunakan selama kemudian melepaskan rasa ke produk pangan
berabad-abad untuk mencegah penurunan akhir pada konsumsi. Pentingnya menanamkan
kualitas seperti penyusutan, oksidatif rasa, sifat pengemulsi tergantung pada jenis
kontaminasi mikroba, dan perubahan warna penyedap yang dikemas, proses enkapsulasi,
dalam daging dan produk unggas. Di Jepang dan aplikasi akhir dari rasa yangdikemas. Jika
pembuatan edible film dari susu kedelai pada flavor tidak larut dalam sistem yang digunakan
abad kelima belas, dan digunakan untuk tujuan untuk enkapsulasi, maka matriks pengemulsi
pengawetan makanan. Pada abad keenam belas diperlukan. Emulsifikasi diperlukan untuk
Inggris, daging dipotong dilapisi lemak untuk meminimalkan kerugian rasa selama proses
mengurangi hilangnya kelembaban dan enkapsulasi (spray drying dan proses ekstrusi).
penyusutan. Sejak itu, sejumlah formulasi Ada banyak data dalam literatur yang
coating lipid telah digunakan untuk menunjukkan bahwa retensi perasa tidak larut
meningkatkan kualitas daging dan produk air secara substansial ditingkatkan jika emulsi
daging. Letney (1958) mengusulkan daging berkualitas baik disiapkan dan digunakan
coating dengan lemak meleleh dan selama proses enkapsulasi (Reineccius, 2009).
membiarkannya memantapkan untuk Tujuan penelitian ini adalah membuat
membentuk sebuah film untuk memperpanjang edible film dari nata de coco dan gliserol, serta
masa simpan produk daging selama menguji pengaruh peningkatan kadar gliserol
penyimpanan. Berbagai edible film terhadap karakter mekanik edible film.
polisakarida dan pelapis seperti pati dan
turunannya, alginat, karagenan, eter selulosa METODE PENELITIAN
dan pektin juga telah digunakan untuk
meningkatkan kualitas daging dan produk Pembuatan edible film terbagi menjadi 2
unggas. Film polisakarida yang nongreasy dan tahap yaitu mixing dan casting, atau
memiliki daya tarik visual, yang membuat pengepresan dan perendaman. Metodologi
mereka diinginkan untuk aplikasi seperti pengepresan dan perendaman terjadi karena
membungkus dalam produk daging. Film ini adanya transfer massa secara difusi, dimana
hambatan baik untuk gas. Namun, karena sifat proses ini disebabkan oleh gerakan molekuler
hidrofilik mereka, kelembaban sangat rendah. secara acak dan dominan pada fluida yang
Film protein juga telah diteliti sepanjang diam atau fluida yang mengalir laminar atau
sejarah untuk meningkatkan kualitas daging transfer massa yang dibantu dengan dinamika
dan produk unggas. Pada abad kesembilan aliran. Sedangkan Metodologi mixing dan
belas, penggunaan film gelatin untuk casting terjadi karena adanya transfer massa
mengawetkan daging diusulkan oleh Harvard secara konveksi, di mana perpindahan massa
dan Harmony (1869) dan Morris dan Parker dari suatu permukaan ke fluida yang bergerak
(1896). Penambahan larutan gelatin dan atau juga disebut dengan perpindahan massa
polimer metaphosphate, dan larutan air dari antar fasa. Oleh karena itu penelitian ini lebih
gelatinates logam sebagai lapisan pada daging cocok dan optimal dengan menggunakan
olahan seperti sosis, bacon, dan ham untuk metode proses mixing dan casting karena
menghambat pertumbuhan jamur dan oksidasi proses pencampuran gliserol dan kotosan bisa
lipid, dan mengurangi penanganan kerusakan. terdistribusi merata pada edible film. Sehingga
Penggabungan alkohol polihidrat (yaitu, untuk sifat-sifatnya bisa merata diseluruh
propilen glikol, etilena glikol, gliserol, atau bagian. Sedangkan untuk proses pengepresan
sorbitol) menjadi mgelatin-pembentuk film

84
Furqon Cipta Ismaya, Nurul Hidayati Fithriyah, Tri Yuni Hendrawati: Pembuatan Dan Karakterisasi Edible Film Dari Nata De Coco Dan
Gliserol

Jurnal Teknologi 13 (1) pp 81- 88 © 2021

dan perendaman diperkirakan tidak merata 6% 0,10


pada edible film. 8% 0,13
10% 0,15

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi gliserol


Gambar 1. Diagram Alir Penelitian terhadap kelembaban

Dari hasil tersebut diperoleh pada


Pembuatan edible film dari nata de coco
konsentrasi gliserol 2% dan 4% ketebalan
mengacu kepada metodologi penelitian
edible film sebesar 0,09 mm; pada konsentrasi
terdahulu (Ulfah, 2017; Harianingsih, 2016;
gliserol 6% ketebalan edible film sebesar 0,10
Maulida, 2017; Wini, 2013; Guntarti, 2017;
mm, pada konsentrasi gliserol 8% ketebalan
dan Supeni, 2012). Pembuatan edible film nata
edible film sebesar 0,13 mm; dan pada
de coco menggunakan basis 100 gram, dan
konsentrasi gliserol 10% sebesar 0,15 mm.
variasi konsentrasi gliserol (2%, 4%, 6%, 8%,
Dari data yang diperoleh dapat dilihat
10% b/b). Terhadap edible film yang
dengan meningkatnya konsentrasi gliserol
dihasilkan tersebut dilakukan analisa
maka semakin tebal edible film yang
ketebalan, tensile strength, elongation, dan
dihasilkan dari 0,12 mm sampai 0,16 mm.
FTIR.
Penambahan konsentrasi gliserol sebagai
Pengukuran ketebalan edible film plasticizer berpengaruh terhadap ketebalan
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian edible film, semakin banyak gliserol yang
0,02 mm. Analisa tensile strength dan ditambahkan maka ketebalannya semakin
elongation at break dalam studi ini meningkat. (Harianingsih,2016; Ulfah 2017;
berdasarkan ASTM D-882. Sifat mekanik Arham,2016; dan Irawan 2010). Plasticizer
dikarakterisasi dengan menggunakann Alat Uji yang ditambahkan ke pembuatan edible film
Tarik Universal Testing Machine. Analisa dapat mengikat dengan pati untuk membentuk
sampel dengan menggunakan FTIR pada polimer plasticizer pati sehingga ikatan pati-
daerah bilangan gelombang 1000-4000 cm-1 pati dapat digantikan oleh ikatan pati-gliserol-
sehingga diperoleh spektrum karakteristik pati yang menyebabkan peningkatan ketebalan
senyawa. Teknik FTIR ini digunakan untuk film (Burtoom, 2007). Pembentukan larutan
melihat puncak serapan dari gugus fungsi yang film dengan konsentrasi gliserol yang lebih
ada dalam produk. tinggi memiliki kandungan bahan kering yang
lebih tinggi sehingga menghasilkan film yang
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih tebal (Nemet dkk., 2010). Selanjutnya
gliserol konsentrasi tinggi dapat meningkatkan
Pengaruh Konsentrasi Gliserol terhadap kemampuan penyerapan kelembaban sampai
Ketebalan Edible Film batas tertentu dan dapat mengakibatkan
peningkatan ketebalan film karena terjadi
Tabel 1. Ketebalan Edible Film proses penggembungan (Vieira dkk., 2011).
Konsentrasi Gliserol Ketebalan (mm)
2% 0,09
4% 0,09 Pengaruh Konsentrasi Gliserol terhadap
Elongation Edible Film

85
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 1 Januari 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Tabel 2. Elongation Edible Film kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen


Konsentrasi Gliserol Elongation (%) internal dengan meningkatkan ruang kosong
2% 1,589 antar molekul, sehingga menurunkan kekakuan
4% 2,821 dan meningkatkan fleksibilitas film. Ruang
6% 4,948 kosong antar molekul tersebut diisi oleh
8% 11,22 plasticizer sehingga keberadaan plasticizer
10% 13,75 akan menurunkan tegangan interaksi antar
molekul pati (Kroochta, 2004)

Pengaruh Konsentrasi Gliserol terhadap


Tensile Strength dari Edible Film

Tabel 3. Tensile Strength dari Edible Film


Konsentrasi Gliserol Tensile Strength
(MPa)

2% 32,40
4% 30,50
Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Gliserol 6% 13,86
terhadap Elongation Edible Film 8% 3,521
10% 2,267
Dari data yang diperoleh dapat dilihat
dengan meningkatnya konsentrasi gliserol
maka semakin tebal edible film yang
dihasilkan dari 1,589% sampai 13,75%.
Penambahan konsentrasi gliserol sebagai
plasticizer berpengaruh terhadap elongation
dari edible film; semakin besar gliserol yang
ditambahkan maka elongation semakin
meningkat. (Farahnaky, 2012; Fatnasari, 2018;
dan Ningsih, 2015).
Elongasi edible film meningkat seiring
peningkatan konsentrasi gliserol pada
formulasi edible film. Peningkatan elongasi ini Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Gliserol
dikarenakan sifat gliserol sebagai plasticizer terhadap Tensile Strength dari Edible Film
yakni meningkatkan fleksibilitas film. Gliserol
dapat berinteraksi dengan pati dengan cara Dari hasil tersebut diperoleh pada
membentuk ikatan pati-plasticizer dimana konsentrasi gliserol 2% sebesar 32,40 MPa;
ikatan ini akan mengakibatkan peningkatan pada konsentrasi gliserol 4% sebesar 30,50
elastisitas edible film (Fatmasari, 2018). MPa; pada konsentrasi gliserol 6% sebesar
Penambahan plasticizer juga dapat 13,86 Mpa; pada konsentrasi gliserol 8%
menyebabkan turunnya gaya intermolekular sebesar 3,521 MPa; dan pada konsentrasi
sepanjang rantai polimer sehingga gliserol 10% sebesar 2,267 MPa.
meningkatkan fleksibilitas film (Khwaldia, Dari data yang diperoleh dapat dilihat
2004; Huri dan Nisa, 2014). Gugus hidroksil di dengan meningkatnya konsentrasi gliserol
sepanjang rantai gliserol merupakan penyebab maka semakin rendah tensile strength dari
terbentuknya ikatan hidrogen antara polimer edible film yang dihasilkan dari 32,40 MPa
pati dengan plasticizer yang menggantikan sampai 2,267 MPa. Penambahan konsentrasi
ikatan hidrogen antara polimer pati selama gliserol sebagai plasticizer berpengaruh
pembentukan biopolimer film (Burtoom, terhadap tensile strength dari edible film,
2007). Poliol seperti gliserol berfungsi secara semakin besar gliserol yang ditambahkan maka
efektif sebagai plasticizer berdasarkan tensile strength semakin rendah. (Farahnaky,
2012; Fatmasari, 2018; dan Ningsih, 2015 ).

86
Furqon Cipta Ismaya, Nurul Hidayati Fithriyah, Tri Yuni Hendrawati: Pembuatan Dan Karakterisasi Edible Film Dari Nata De Coco Dan
Gliserol

Jurnal Teknologi 13 (1) pp 81- 88 © 2021

Peningkatan konsentrasi gliserol Tabel 4. Puncak Serapan FTIR untuk Edible


sebagai plasticizer mengakibatkan adanya Film
interaksi dengan membentuk ikatan hidrogen
dalam rantai ikatan antara polimer sehingga No. Bilangan Rentang Gugus
menyebabkan ikatan antar molekul biopolimer Gelombang serapan (cm-1)
menjadi semakin berkurang, hal ini (cm-1)
menyebabkan berkurangnya kekuatan tarik 1 3341,664 3200-3600 O-H
edible film dengan adanya penambahan
2 3308,213 3200-3600 O-H
plasticizer yang terlalu tinggi (Chen, 2008).
Penambahan gliserol yang terlalu tinggi akan 3 2895,094 2850-2970 C-H
dapat menurunkan tegangan antar molekul 4 1426,715 1340-1470 C-H
yang menyusun matriks film sehingga edible 5 1363,333 1340-1470 C-H
film semakin lemah terhadap perlakuan 6 1315,752 1180-1360 C-N
mekanis yang semakin tinggi. Hal ini
7 1206,237 1050-1300 C-O
dikarenakan dengan penambahan proporsi
gliserol yang semakin tinggi akan menurunkan 8 1162,148 1050-1300 C-O
kemantapan sistem dispersi dari padatan 9 1108,624 1050-1300 C-O
sehingga menghasilkan sifat fisik yang lebih 10 1054,647 1050-1300 C-O
lemah terhadap edible film (Barreto, 2003). (Skoog & Holler, 1998)
Penambahan konsentrasi plasticizer dapat
meningkatkan kelembaban film karena film Berdasarkan Tabel 4, hasil uji FTIR
bersifat higroskopis. Hal ini dapat edible film menandakan adanya gugus O-H, C-
mempengaruhi penurunan ikatan N, dan C-O. Karakteristik film yang dihasilkan
makromolekul edible film (Venugoopal, ditinjau dari gugus fungsi menunjukkan bahwa
2011). Semakin rendah konsentrasi gliserol komponen utama penyusun nata adalah
yang ditambahkan pada formulasi edible film polimer selulosa. Hal ini ditunjukkan dengan
maka semakin sedikit jumlah amilosa yang gugus fungsi karakteristik yaitu gugus O-H ,
berikatan dengan gliserol pada edible film, C-H dan C-O. Gugus fungsi tersebut
sehingga film yang dihasilkan lebih tegar. merupakan gugus fungsi karakteristik untuk
Semakin banyak komponen polisakarida dalam selulosa (Pratomo, 2011).
formulasi edible film akan meningkatkan
kekuatan peregangan sehingga kemampuan
untuk meregang semakin besar. Hal ini KESIMPULAN
disebabkan oleh amilosa yang terdapat pada a) Penambahan konsentrasi gliserol sebagai
larutan edible film membentuk ikatan hidrogen plasticizer berpengaruh terhadap ketebalan
sehingga film yang dihasilkan lebih tegar edible film; semakin banyak gliserol yang
(Polnaya, 2006 dan 2012). ditambahkan maka ketebalannya semakin
meningkat dari 0,09 mm sampai 0,15 mm.
Hasil Uji Karakteristik Edible Film dengan b) Penambahan konsentrasi gliserol sebagai
FT-IR plasticizer berpengaruh terhadap
1.1
furqon ci_edible film_2019-12-30t10-13-08(1)
elongation edible film; semakin banyak
gliserol yang ditambahkan maka
1031.986 3.147

1.0

0.9
elongation semakin meningkat dari
1054.647 1.669

0.8
1,589% sampai 13,75 %.
999.210 2.214

0.7

c) Penambahan konsentrasi gliserol sebagai


3341.664 -6.399

1108.624 3.753
3308.213 0.255

0.6
Absorbance

0.5 plasticizer berpengaruh terhadap tensile


strength edible film; semakin banyak
1162.148 1.490

924.018 1.341
1315.752 0.420

850.363 0.744

0.4
1426.715 0.808
1363.333 0.419
2895.094 7.553

1206.237 0.345

0.3 gliserol yang ditambahkan maka


0.2
ketebalannya semakin menurun dari 32,40
0.1
MPa sampai 2,267 MPa.
0.0

3800 3600 3400 3200 3000 2800 2600 2400 2200 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800
d) Hasil Karakteristik film yang dihasilkan
Gambar 5. Hasil FTIR Edible Film
Wavenumber
ditinjau dari gugus fungsi menunjukkan
bahwa komponen utama penyusun nata
adalah polimer selulosa. Hal ini

87
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 1 Januari 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

ditunjukkan dengan gugus fungsi Maulida; Kartika, T; Harahap, M.B; dan


karakteristik yaitu gugus O-H , C-H dan C- Ginting, M.H.S. 2017. “Utilization of
O. Mango Seed Starch in Manufacture of
Bioplastic Reinforced with
UCAPAN TERIMA KASIH Microparticle Clay Using Glycerol as
Penulis berterimka kasih kepada Kementerian Plasticizer”. IOP Conf. Series: Materials
Riset dan Teknologi Republik Indonesia/BRIN Science and Engineering.
atas hibah Penelitian Tesisi Magister, Terima Olivias, Guadalupe I; dan Canovas, Gustavo B.
kasih Penulis sampaikan pula kepada LPPM 2009. “Edible Films and Coatings for
UMJ dan Prodi Magister Teknik Kimia Fruits and Vegetables”. Edible Films
FTUMJ dan yang telah mendukung and Coatings for Food Applications.
terlaksananya penelitian ini. Chapter 7. Western Regional Research
Center. USA
DAFTAR PUSTAKA Pavlath, Atilla E; dan Orts, William. 2009.
“Edible Films and Coatings: Why,
Bourtoom, T. 2008. “Edible Film and Coating: What, and How?”. Edible Films and
Characteristic and Properties”. Prince of Coatings for Food Applications. Chapter
Songkhla University, Songkhla. 1. Western Regional Research Center.
Esa, Faezah; Tasirin, Siti. M; dan Rahman, USA
Norliza.A. 2014. “Overview of Bacterial Phong, Huynh X; Lin, Le T; Thanh, Nguyen
Cellulose Production and Application”. N; Long, Bui H.D; dan Dung, Ngo T.P.
International Conference on Agricultural 2017.“Investigating the Conditions for
and Food Engineering. Sciene Direct. Nata-de-Coco Production by Newly
Harianingsih; Suwardiyono. 2017. “Pembuatan Isolated Acetobacter sp” .American
Edible film Dari Nata De Soya ( Ampas Journal of Food Science and Nutrition.
Tahu) Sebagai Bentuk Waste To Vol: 4(1): 1-6.
Product UKM Tahu”.Publikasi Ilmiah Puspita, Sherly. (2018, Agustus 19).
Universitas Wahid Hasyim. Semarang “Indonesia Penyumbang Sampah Plastik
Indraswati, Denok. 2017. “Pengemas Terbesar Kedua di Dunia “.
Makanan”.Forum Ilmiah Kesehatan. Kompas.com. Diakses pada 13 Mei
Ponorogo 2019 melalui
Irawan, Suryo. 2010.”Effect of Glycerol to https://megapolitan.kompas.com/read/20
Phsycal/Mechanical and Barrier 18/08/19/21151811/indonesiapenyumba
Characteristic of Edible Film From ng-sampah-plastik-terbesar-kedua-di
Chitosan”. Jurnal Kimia dan Kemasan, dunia.
Vol.32 No.1. 6-12 Reineccius, Gery A. 2009. “Edible Films and
Isroi; Supeni, Guntari; Eris, Deden D; dan Coatings for Flavor
Cahyanigtyas, Agustina A. 2018. Encap”. Edible Films and Coatings for
“Biodegradability Of Cassava Edible Food Applications. Chapter 9. Western
Bioplastics In Landfill and Plantation Regional Research Center. USA
Soil”. Jurnal Kimia dan Kemasan. 40(2) Ulfah, M; Salsabila, A; dan Rohmawati, I.
. 129-140 2017. “Characteristics of Water
Krochta, J.M. 1994. “Edible Film and Coating Solubility and Color on Edible Film
to Improve Food Quality”. Technomic From Bioselulosa Nata Nira Siwalan
Publishing Company. New York With the Additional of Glycerol”.
Lestari, L.T ; Wahyuni, S.T; Mintarti, S.U; dan International Conference on
Churiyah Madziatul. 2018. “Economic Mathematics, Science and Education
Empowerment Models Of Poor (ICMSE). IOP Conf. Series: Journal of
Community Based Physics: Conf. Series 983.
Diversification Of Vco Waste In Nata Ustunol, Zey. 2009. “Edible Films and
De Coco Products In Coatings for Meat
Trenggalek District”. IOSR Journal of and Poultry”. Edible Films and Coatings
Business and Management (IOSR- for Food Applications. Chapter 8.
JBM). Vol 20. Page : 75-83 Western Regional Research Center

88

Anda mungkin juga menyukai