Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Manfaat Penggunaan Kitosan dan Gelatin sebagai Produk Biopackaging

Biodegradable film merupakan produk kemasan yang memiliki sifat mirip dengan plastik
dan lebih mudah terurai oleh mikroorganisme lingkungan (Carvalho 2013; Masclaux et al. 2010).
Bahan baku dalam pembuatan biodegradable film sebagai pengemas bisa diperoleh dari hasil
pertanian maupun perairan. Dalam lingkup perikanan, limbah sisa seperti kepala dan kulit udang
dimanfaatkan menjadi kitosan, dimana dapat ditambahkan dalam pembuatan edible film. Selain
limbah cangkang krustase, sisik ikan juga mengandung kitin yang dapat diolah menjadi kitosan.
Kitosan memiliki berbagai manfaat salah satunya dapat digunakan sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan bioplastik. Kitosan membantu meningkatkan karakteristik dari bioplastik
terutama dari sifat mekanik dan ketahanan air.

Menurut Wardaniati dan Setyaningsih (2009), kitosan sangat berpotensi untuk


meningkatkan daya awet biodegradable film dan mempunyai sifat anti mikrobakterial, karena
mengandung enzim lysosim dan gugus aminopolysacharida yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Bourtoom dan Chinnan (2007) melaporkan bahwa penggunaan kitosan
dapat meningkatkan kuat tarik biodegradable film dari pati beras. Penambahan kitosan sisik ikan
menghasilkan bioplastik dengan karakteristik yang sama seperti bioplastik dengan penambahan
kitosan dari cangkang hewan crustacean, dari segi warna memiliki warna kuning-coklat dan
menghasilkan bioplastik yang tahan air. Kitosan dapat membentuk film transparan, yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan pengemasan (Srinivasa et al. 2002).

Selain kitosan, gelatin juga dapat ditambahkan dalam pembuatan biodegradable film.
Limbah ikan seperti kulit, tulang dan kepala masih terkandung banyak protein kolagen yang
dapat diekstraksi menjadi gelatin. Selama ini bahan baku edible film yang banyak digunakan
adalah dari golongan pati, sedangkan golongan protein dari limbah hasil perikanan masih jarang
digunakan. Padahal bahan baku edible film dari golongan protein yang memiliki sifat-sifat yang
baik dan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku adalah gelatin (Klahorst, 1999).
Penambahan gelatin dapat memberikan kenaikan nilai elastisitas pada produk
biodegradable(Illing & MB, 2018). Penambahan 2% konsentrasi gelatin pada pati dapat
meningkatkan elastisitas film bila dicampur dengan pati. Selain itu, penambahan gelatin dapat
meningkatkan penyerapan air sehingga plastik lebih mudah terurai dan memudahkan
mikrooganisme untuk mempercepat proses degradasi.

Biodegradable film merupakan produk kemasan yang mudah terurai dimana bahan baku yang
digunakan dapat berasal dari sisa limbah perikanan seperti cangkang krustase ataupun sisik ikan
yang bisa disebut kitosan. Penambahan kitosan dalam pembuatan edible film dapat membantu
meningkatkan karakteristik dari bioplastik terutama dari sifat mekanik dan ketahanan air.

Dalam penelitian Bourtoom dan Chinnan (2007) menunjukkan bahwa penambahan kitosan dapat
meningkatkan kuat tarik biodegradable film dari pati beras dengan karakteristik bioplastik
berwarna kuning-coklat dan menghasilkan bioplastik yang tahan air.

Selain kitosan, gelatin dari limbah kepala, tulang dan kulit ikan yang kaya protein kolagen juga
dapat ditambahkan dalam pembuatan biodegradable film. Penambahan gelatin dapat
meningkatkan elastisitas film juga dapat meningkatkan penyerapan air sehingga plastic lebih
mudah terurai.

Karena plastik konvensional memiliki beberapa keunggulan yaitu bersifat fleksibel, mudah
dibentuk, transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif murah. Tetapi plastik juga
memilki kelemahan yaitu sifatnya yang non-biodegradable artinya tidak dapat didaur ulang,
sehingga diperlukan alternatif untuk pengembangan kemasan yang bersifat biodegradable
terdegradasi dalam lingkungan. Edible film merupakan kemasan plastik ramah lingkungan yang
berbentuk lembaran tipis dibuat dari bahan yang dapat dimakan, bersifat transparan, dan
digunakan untuk melapisi komponen makanan yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer
massa, misalnya kelembaban, oksigen, lipid, dan zat terlarut. (Hui, 2006).
Seberapa besar jumlah limbah (jenis yang sedang menjadi topik/kasus masing-
masing kelompok) yang dihasilkan oleh sektor/industri perikanan?

Lokal:

Regional:

Nasional:
Indonesia sebagai negara pengekspor udang, berpeluang memproduksi kitin atau kitosan. Dengan
volume ekspor udang (kupas dan tanpa kepala) sekitar 90 ribu ton setiap tahunnya, akan tersedia
kulit udang (kering) sebanyak 12 ribu ton. Ekspor kepiting sekitar 4000 ton per tahun juga berpotensi
menghasilkan kulit sebagai limbah sebanyak 1000 ton per tahun. Kedua limbah tersebut berpotensi
diolah menjadi kitin, dengan produksi sekitar 1700 ton per tahun.

Internasional:
Limbah padat krustasea (kulit, kepala, kaki) yang merupakan salah satu limbah perikanan menjadi
masalah serius dalam sektor industri perikanan. Produksi kitin (dan kitosan) dunia saat ini mencapai
2000 ton setiap tahunnya dengan negara utama penghasil kitin adalah Jepang dan Amerika. Dalam
jumlah kecil Norwegia, India, Italia dan Polandia juga termasuk negara penghasil limbah tersebut.
Banyak negara mulai tertarik mendirikan pabrik kitin atau kitosan di antaranya Cina, Pakistan dan
Thailand. Jepang yang juga merupakan konsumen utama kitin (hampir 90%) mengolahnya menjadi
kitin atau kitosan yang akan memberikan nilai tambah yang cukup tinggi.
BourtoomT, Chinnan MS. 2008. Preparation and properties of rice starch-kitosan blend
biodegradable film. Food science and Technology. 41: 1633–1641.

Carvalho AJF. 2013. Starch: Major sources, properties and applications as thermoplastic
materials. Handbook of Biopolymers and Biodegradable Plastics. Boston (US): William
Andrew Publishing.

Illing, I., & MB, S. (2018). Uji Ketahanan Air Bioplastik Dari Limbah Ampas Sagu Dengan
Penambahan Variasi Konsentrasi Gelatin. Prosiding, 3(1), 182–189.
Klahorst,S.J. 1999. Credible Edible Film. http://www.foodproductdesign.com

Masclaux C. Gouanvé F, Espuche E. 2010. Experimental and modelling studies of transport in


starch nanocomposite films as affected by relative humidity. Journal of Membrane
Science. 363(1–2): 221–231.

Srinivasa PC. 2004. Process development of biodegradable kitosan based films and their
suitability for food packaging. Ph.D. Thesis, CFTRI, Mysore

Wardaniati RA dan Setyaningsih S. 2009. Pembuatan Chitosan Dari Kulit Udang dan
Aplikasinya Untuk Pengawetan Bakso. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik. Undip.
Cangkang Udang

Limbah dicuci, rendaman NaOH 20%

Cuci sampai pH Netral

Rendam dalam NaOH 5, suhu 70˚C, 1 jam, cuci


hingga pH Netral

Rendam dalam HCl 5-10%, suhu 70˚C, 1 jam,


cuci hingga pH Netral

Jemur sampai kering

Kitin

Kitin direndam dalam NaOH, 70˚C, 2 hari

Keringkan dalam oven, suhu 50˚C, sampai


kering

Kitosan

Anda mungkin juga menyukai