Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Luaran Yang Diharapkan............................................................................ 2
1.5. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1. Kitosan ...................................................................................................... 3
2.2. Kitosan sebagai Edible Film ...................................................................... 4
2.3.Sorbitol sebagai Plasticizer ........................................................................ 4
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 6
3.1. Pra Produksi .............................................................................................. 6
3.2. Sintesis Kitosan dari Kulit Udang .............................................................. 6
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................................... 8
4.1. Anggaran Biaya......................................................................................... 8
4.2. Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9
LAMPIRAN ...................................................................................................... 11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota serta Dosen Pembimbing ...................... 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .................................................... 15
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ........... 17
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti .................................................. 18

i
1

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengambil bagian
dalam mewujudkan pembangunan dan menyukseskan pelaksanaan agenda
pembangunan berkelanjutan yang baru untuk tahun 2030 hasil dari konferensi
Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang dinamakan SDGs (Sustainable
Development Goals ). Salah satu target utama Indonesia dalam mewujudkan
tujuan dari SDGs 2030 ke-14 adalah menjaga ekosistem laut dengan mencegah
dan secara signifikan mengurangi segala jenis polusi kelautan, terutama dari
aktivitas daratan.
Salah satu permasalahan yang terkait dalam polusi kelautan adalah sampah
plastik. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Indonesia merupakan negara
penyumpang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Selain itu,
berdasarkan data yang didapat dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia
(INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia yang
dibuang ke laut mencapai 3,2 juta ton/tahun dan angka ini terus meningkat setiap
tahunnya. Plastik yang digunakan umumnya merupakan plastik sintetik yang
proses penguraiannya membutuhkan waktu 500 hingga 1000 tahun. Namun
sebenarnya, 70% sampah plastik di Indonesia telah dapat di daur ulang, tetapi
sampai saat ini sedotan belum dapat di daur ulang karena nilainya yang rendah
dan prosesnya yang sulit, maka tidak ada pelaku pendaur ulang yang bersedia
mengambilnya. Berdasarkan data dari Drivers Clean Action, pemakaian sedotan
di Indonesia seharinya dapat mencapai 93.244.847 batang. Apabila jumlah
pemakaian sedotan selama satu minggu direntangkan, akan mencapai jarak yang
dibutuhkan untuk mengelilingi bumi sebanyak tiga kali.
Walaupun pemerintah telah melarang penggunaan sedotan plastik, sedotan
sebenarnya masih sangat dibutuhkan terutama untuk orang-orang disabilitas yang
memudahkan mereka untuk minum tanpa tersedak. Selain itu, akhir-akhir ini telah
ada beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi pemakaian sedotan plastik,
yaitu dengan menggunakan sedotan stainless steel. Namun sedotan stainless steel
memiliki kekurangan, yakni sulit untuk dibersihkan dan kebanyakan masyarakat
malas atau lupa untuk membawanya, sehingga restoran harus tetap menyediakan
dan memberikan sedotan plastik. Selain itu, menurut Lonny Grafman, seorang
peneliti asal Humboldt State University, proses pembuatan sedotan stainless steel
membutuhkan energi lebih besar dibandingkan dengan sedotan plastic.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis menciptakan inovasi
sebagai pengganti sedotan plastic yang diberi nama Sedot Dosa ( Sedotan Dari
Kitosan). Sedotan yang dibuat menggunakan bahan dasar kitosan yang berasal
dari kulit udang, serta penambahan sorbitol sebagai plasticizer. Sedotan ini
bersifat ramah lingkungan, karena kitosan merupakan merupakan polimer
kationik yang bersifat nontoksik, dapat mengalami biodegradasi. Kitosan juga
2

memiliki kegunaan yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari misalnya


sebagai adsorben limbah logam berat dan zat warna, pengawet, antijamur,
kosmetik, farmasi, flokulan, antikanker, dan antibakteri (Stephen, 1995). Kitosan
dapat berasal dari kitin yang terdapat pada kerangka hewan invertebrate dari
kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp,
dan beberapa dari kelompok jamur. Sebagai sumber utamanya ialah cangkang
Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting, dan hewan yang bercangkang
lainnya, terutama asal laut. Menurut Manurung ; 2005, kadar kitosan paling tinggi
terdapat didalam kulit udang yaitu sebesar 70%. Pada saat ini limbah udang dan
kepiting yang berupa kepala dan kerapas sudah semakin banyak diiringi dengan
meningkatnya konsumsi manusia terhadap udang itu sendiri. Limbah udang
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara yang berbau busuk
akibat penguraian bakteri. Limbah ini apabila diolah dengan seksama akan
menghasilkan produk yang sangat bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi, yaitu sebagai produk edible film yang selanjutnya dicetak menjadi sedotan
yang ramah lingkungan dan aman juga untuk dikonsumsi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana cara membuat produk Sedotan dari Kitosan ?
b. Apakah produk Sedotan dari Kitosan dapat menggantikan sedotan yang
beredar dimasyarakat dan menjadi solusi masalah lingkungan akibat
limbah sedotan plastik dan stainless steel?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan usaha produk sedotan dari kitosan ini yang
sudah direncanakan adalah :
a. Membuat sedotan dari kitosan yang ramah lingkungan, aman dikonsumsi,
dan bernilai ekonomi tinggi.
b. Menjadikan produk Sedotan dari Kitosan sebagai usaha yang dapat
menggantikan produk sedotan dari bahan baku lainnya.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
a. Menciptakan usaha produk sedotan yang ramah lingkungan, aman
dikonsumsi, serta bernilai ekonomi yang tinggi.
b. Meningkatkan nilai jual kulit udang dan mengurangi pencemaran
lingkungan
1.5. Manfaat
a. Dapat menumbuhkan semangat kreativitas dan kemandirian dalam upaya
mengurangi pencemaran lingkungan
b. Dapat mengurangi limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kitosan
Kitosan adalah polisakarida alami hasil dari proses deasetilasi
(penghilangan gugus-COCH3) kitin. Kitin merupakan penyusun utama
eksoskeleton dari hewan air golongan crustacea seperti kepiting dan udang.
Kitin tersusun dari unit-unit N-asetil-D-glukosamin (2-acetamido-2-deoxy-
Dglucopyranose) yang dihubungkan secara linier melalui ikatan β-(1→ 4).
Kitin berwarna putih, keras, tidak elastis, merupakan polisakarida yang
mengandung banyak nitrogen, sumber polusi utama di daerah pantai (Goosen,
1997). Proses deasetilasi (penghilangan gugus asetil) kitin menjadi kitosan
dapat dilakukan secara kimiawi maupun enzimatis. Secara kimiawi, deasetilasi
kitin dilakukan dengan penambahan NaOH (Kolodziesjska et al., 2000; Chang
et al., 1997), sedangkan secara enzimatis digunakan enzim kitin deasetilase
(CDA) (Hekmat et al., 2003). Proses deasetilasi menggunakan kombinasi
perlakuan secara kimiawi dan enzimatis seperti yang telah dilaporkan oleh
Emmawati (2004) dan Rochima (2005) merupakan alternatif proses yang lebih
baik.
Banyak sekali potensi kitosan yang sudah banyak diteliti, mulai dari
pangan, mikrobiologi, kesehatan, pertanian, dan sebagainya. Aplikasi kitosan
dalam bidang pangan salah satunya yaitu sebagai makanan berserat sehingga
dapat meningkatkan massa feses, menurunkan respon glisemik dari makanan,
dan menurunkan kadar kolesterol (Manullang, 1998). Dalam bidang kesehatan
dapat berperan sebagai antibakteri, anti koagulan dalam darah, pengganti
tulang rawan, pengganti saluran darah, anti tumor (penggumpal) sel-sel
leukimia (Manullang, 1998). Chen et al. (1996) meneliti aplikasi kitosan
sebagai antimikrobial untuk pengemas dan Kittur et al. (1998) menggunakan
kitosan sebagai bahan dasar pengemas berupa film. Sifat dan mutu kitosan
dapat dilihat pada Tabel 1. Sifat dan mutu kitosan
Sifat Nilai
Ukuran partikel Serpihan sampai bubuk
Kadar air (% berat kering) ≤10,0
Kadar abu (% berat kering) ≤2,0
Warna larutan Jernih
Derajat deasetilasi (%) ≥70
Viskositas (Cps)
 Rendah <200
 Medium 200-799
 Tinggi 800-2000
 Ekstra Tinggi >2000
4

Pada tahun belakangan ini, aplikasi kitosan dan turunannya sebagai


antimikroba (bahan pengawet) makanan telah dilaporkan oleh beberapa peneliti
(Roller et al., 2002; Sagoo et al., 2002; Jeong et al., 2002; Zivanovic et al., 2004).
Roller et al. (2002) menunjukkan bahwa kitosan bekerja sinergis dengan
pengawet seperti asam benzoat, asam asetat, dan sulfit. Penambahan kitosan 0,6
% dalam penggunaan sulfit pada konsentrasi yang rendah (170 ppm) mampu
menghambat mikroorganisme perusak lebih efektif (3-4 log CFU/g) dibandingkan
penggunaan sulfit secara tunggal dengan konsentrasi yang tinggi (340 ppm).
Kitosan juga dapat mengawetkan ikan hering dan kod, yaitu dengan berfungsi
sebagai edible film sehingga mampu meningkatkan kualitas produk perikanan
selama penyimpanan.

2.2.Kitosan sebagai Edible Film


Edible film adalah lapisan tipis dan kontinyu yang dibuat dari bahan yang
dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan (film) atau diletakkan
diantara komponen makanan (coating) yang berfungsi sebagai penghambat
terhadap transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lipida, zat terlarut),
dan/atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif, dan/atau untuk meningkatkan
penanganan makanan (Krochta, 1992). Menurut Park et al. (1996), penggunaan
yang potensial dari edible film dan pelapisan biopolimer adalah untuk
memperlambat pengangkutan gas O2 dan CO2 untuk buah dan sayur, migrasi uap
air untuk pangan kering atau setengah basah dan migrasi bahan terlarut dari
pangan beku. Kekurangan terbesar dari edible film kitosan adalah kurang mampu
menahan uap air karena sifat hidrofilik yang dimilikinya.
Film dengan bahan kitosan mempunyai sifat yang kuat, elastis, fleksibel,
dan sulit untuk dirobek. Kebanyakan dari sifat mekanik sebanding dengan polimer
komersial dengan kekuatan sedang (Butler et al., 1996). Hoagland dan Parris
(1996) mengemukakan alasan dalam membuat film dengan bahan dasar kitosan :
1. Kitosan merupakan turunan kitin, polisakarida paling banyak di bumi setelah
selulosa 2. Kitosan dapat membentuk film dan membran dengan baik 3. Sifat
kationik selama pembentukan film merupakan interaksi elektrostatik dengan
anionik.
2.3.Sorbitol sebagai Plasticizer
Plasticizer adalah bahan yang ditambahkan dalam pembentukan edible
film berfungsi untuk mengatasi sifat rapuh lapisan fil. Plasticizer terbagi atas
beberapa jenis pembuatan edible film yaitu :
a) mono, di, dan oligosakarida
b) poliol (seperti gliserol dan turunannya, polietilen glikol, sorbitol, dan
c) lipid dan turunannya (asalm lemak, monogliserida, dan esternya,
asetoglserida, fosfolipida, dan emulsifier lain. (Krisna, 2011)
Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhidrik alcohol. Nama kimia
lain dari sorbitol adalah hexitol atau glusitol dengan rumus kimia C6H14O6
5

digunakan sebagai agen pengontrol kelembaban sedangkan untuk fungsi


spesifiknya sebagai plasticizer. Sorbitol merupakan suatu poliol(alcohol gula)
bahan pemanis yang ditemukan dalam berbagai produk makanan,kemanisan
sorbitol sekitar 60% dari pemanisan sukrosa (gula tebu) dengan ukuran kalori
sekitar 1/3nya. Lebih lanjut dikemukankan bahwa sorbitol bersifat non
karsinogenik (tidak menyebabkn kanker) dan dapat berguna bagi orang orang
penderita diabetes, secara kimimawi sorbitol bersifat reaktif dan stabil.
Sorbitol dapat berada pada suhu tinggi dan tidak mengalami reaksi Maiilard
(pencoklatan)(Novita, 2011)
Film yang menggunakan plasticizer sorbitol dapat menghasilkan kekuatan
tarik film yang lebih besar dibandingkan film dengan plasticizer gliserol. Hal
ini menunjukkan bahwa efisiensi sorbitol dalam pengujian kekuatan tarik film
sebagai plasticizer lebih besar daripada gliserol. (Wirawan, dkk., 2012) Poliol
seperti sorbitol merupakan plasticizer yang cukup baik untuk mengurangi
ikatan hydrogen internah sehingga akan meningkatkan jarak intermolekul.
Penggunaan sorbitol sebagai plasticizer diketahui lebih efektif, sehingga
dihasilkan film dengan permeabilitas oksigen yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan menggunakan gliserol (Widyaningsih, dkk.,2012)
6

BAB 3. METODE PENELITIAN

Pelaksanaan kegiatan produk Sedotan dari Kitosan mengikuti flow map


sebagi berikut :

Produksi Sedot
Pra Produksi Sintesis Kitosan
Dosa

Promosi dan Pengujian Layak


Pengemasan
Pemasaran Konsusmi & Hak
Sedot Dosa
Sedot Dosa Paten

3.1. Pra Produksi


Pada tahap ini dilakukan survey lokasi penjual/nelayan udang di pasar atau
pesisir pantai untuk mendapatkan kulit udang serta bahan-bahanyang dibutuhkan
lainnya.

3.2. Sintesis Kitosan dari Kulit Udang


Pada tahap ini dilakukan proses sintesis kitosan dari kulit udang dengan
rincian sebagai berikut [3]:
a. Alat dan Bahan
1. Alat :
- Beaker glass 500 mL
- Hot Plate
- Termometer
2. Bahan :
- Kulit udang
- NaOH 1M
- HCl 2 M
- NaOH 20%
b. Cara Sintesis Kitosan Dari Kulit Udang
1. Disiapkan kulit udang dan dihancurkan menjadi serbuk halus.
2. Dilakukan proses deproteinasi dengan penambahan 1 M dengan
perbandingan 1:10 (gr serbuk/mL NaOH) dan dilakukan pemanasan
diatas hot plate pada suhu 75-800 C sambil diaduk konstan selama 60
menit.
3. Dilakukan penyaringan dan endapan yang diperoleh dicuci dengan
aquades hingga pH netral.
7

4. Dilakukan proses demineralisasi, endapan yang diperoleh dimasukkan


kedalam wadah dan ditambahkan penambahan HCl 2M dengan
perbandingan 1:10 (gr serbuk/mL NaOH) dan dilakukan pemanasan
diatas hot plate pada suhu 25-300 C sambil diaduk konstan selama 120
menit.
5. Dilakukan penyaringan dan endapan yang diperoleh dicuci dengan
aquades hingga pH netral.
6. Dilakukan proses deasetilasi, endapan yang diperoleh dimasukkan ke
dalam wadah dan ditambahkan NaOH 20% dengan perbandingan 1:20
(gr serbuk/mL NaOH) dan dilakukan pemanasan diatas hot plate pada
suhu 90-1000C sambil diaduk konstan selama 60 menit.
7. Dilakukan penyaringan (hasil berupa slurry) dan dicuci dengan
aquades hingga pH netral, lalu dilakukan pengeringan.

a. Produksi Sedot Dosa


Pada tahap ini dilakukan proses produksi sedot desa dengan rincian sebagai
berikut :
a. Alat dan Bahan
1. Alat :
- Beaker glass
- Pengaduk
- Gelas ukur
- Cetakan sedotan
- Cetakan kaca
- Magnetic stirrer
- Saringan vakum
2. Bahan :
- Hasil sintesis kitosan
- Asam Asetat 1%
- Sorbitol
b. Cara Sintesis Kitosan Dari Kulit Udang
1. Dilarutkan kitosan dengan berat tertentu dengan larutan asam asetat
1% dalam beaker glas dan diaduk menggunakan pengaduk magnet
selama 30 menit.
2. Dilakukan penyaringan menggunakan saringan vakum.
3. Ditambahkan sorbitol kedalam larutan kitosan, kemudian diaduk
kembali selama 10 menit.
4. Dilakukan pencetakan di atas sebuah Loyang dan dikeringkan di
bawah sinar matahri selama 24 jam.
5. Dilakukan pencetakan sedotan dan untuk kemasan.
8

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1 Peralatan Penunjang Rp 1.400.000
2 Bahan habis pakai Rp 6.740.900
3 Pengujian produk & Hak Paten Rp 1.350.000
4 Lain-lain : administrasi, publikasi, laporan, Rp 3.000.000
lainnya
Jumlah Rp 12.490.900

4.2. Jadwal Kegiatan

Bulan
Jenis
No 1 2 3 4 5
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Prencanaan
Konsep dan
Keuangan
2 Pembelian
peralatan dan
perlengkapan
produksi
3 Sintesis
Kitosan dari
Kulit Udang
4 Pembuatan
Produk
5 Pengemasan
Produk
6 Pengujian
Kelayakan
Produk
7 Evaluasi
Produk dan
Pemasaran
9

DAFTAR PUSTAKA

Butler, B. L., P. J. Vergano, R. F. Testin, J. M. Bunn dan J. L. Wiles. 1996.


Mechanical and Barrier Properties of Edible Chitosan Films as affected by
Composition and Storage. J. Food Sci. Vol 61(5) 953-955p.

Chen, M. C., G. H. C. Yeh, B. H. Chiang. 1996. Antimicrobial and


physicochemical properties of methylcellulosa and chitosan films containing
aqueus preserpative. J. Food Processing and Preservation 20: 379-390.

Emmawati, A. 2004. Produksi khitosan dengan perlakuan kimiawi dan enzimatis


menggunakan NaOH dan khitin deasetilase [Tesis]. Bogor. Sekolah
Pascasarjana, Institur Pertanian Bogor.

Goosen, M.F.A. 1997. Applications of Chitin and Chitosan. USA : Technomic.

Hekmat, O., tokuyasu, K., dan Withers, S. G. 2003. Subsite strukture of the
endotype chitin deasetylase from a Deuteromycetes, Colleotrishum
lindemuthianum: an investigation using stesdy state kinetic analysis and MS.
Biochem 374: 369-380.

Jeong, Y. J., dan Kim, S. K. 2002. Chitosan as an edible invisible film for quality
preservation of herring and Atlatic cod. J. Agric Food Chem 50: 5167-5178.

Kittur, F.S., K.R. Kumar dan R.N. Tharanathan. 1998. Functional packaging
properties of chitosan film. Z. Lebesm Unters Forsch A. 206: 44-47.

Kolodziejska, I., Wojtasz- Pajak, A., Ogonowska, G., dan Sikorski, Z. E. 2000.
Deacetylation of Chitin in two-stage Chemical and Enzymatic Process.
Bulletin of Sea Fisheries Institute 2: 15-24.

Krochta, J.M. 1992. Control of Mass Transfer in Food with Edible Coatings and
Films. Di dalam : Singh, R.P. dan M.A. Wirakartakusumah (eds). Advances
in Food Engineering. CRC Press : Boca Raton, F.L. : pp 517-538.

Krisna, D.D. 2011. Pengaruh Regelatinasi dan Modifikasi Hidrotermal Terhadap


Sifat Fisik pada Pembuatan Edible Film dari Pati Kacang Merah ( Vigna
Angularis Sp.). Tesis Program Studi Magister Teknik Kimia. Universitas
Diponegoro. Semarang

Manullang, M. 1998. Pemanfaatan khitosan dalam minuman kaya serat makanan.


Bul. Teknologi dan Industri Pangan. vol IX no. 1: 34-43.

Park, H.J., C.L. Weller, P.J. Vergano dan R.F. Testin. 1996. Factor affecting
barrier and mechanical properties of protein-edible, degradable films. New
Orlean. L.A.
10

Rochima, E. 2005. Aplikasi Kitin Deasetilase Termostabil dari Bacillus


papandayan K29-14 Asal Kawah Kamojang Jawa Barat Pada Pembuatan
Kitosan [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roller, S., Sagoo,S., Board, R., O’Mahony,T., Fitzgerald, G., Fogden, M., Owen,
M., dan Flecher, H. 2002. Novel combination of chitosan, carnocin, and
sulphite for preservation of chilled pork sausages. Meat Sci 19: 165-177.

Sagoo, S., Board, R. dan Roller, S. 2002. Chitosan inhibits growth of spoilage
microorganisms in chilled pork products. Food Microbial 19: 175-182.

Zivanovic, S., basurto, C. C., Chi, S., Davidson, P. M., dan Weiss, J. 2004.
Molecular weight of chitosan influences antimicrobial activity in oil-in- water
emulsions. J. Food Prot 67: 952-959.
11

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota serta Dosen Pembimbing
12
13
14
15

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Perlengkapan yang Kuantitas Harga Sewa Satuan Nilai (Rp)


diperlukan (jam) (Rp)
- Mesin Pencetak 4 jam Rp 150.000 Rp 600.000
Sedotan
- Sewa 8 jam Rp 100.000 Rp 800.000
Laboratorium dan
perlengkapan
-
-SUB TOTAL Rp 1.400.000
2. Bahan Habis Pakai Kuantitas Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Limbah Kulit 5 kg Rp 10.000 Rp 50.000
Udang
- NaOH p.a 1 kg Rp 550.000 Rp 550.000
- HCl p.a 1L Rp 1.142.900 Rp 1.142.900
- D-Sorbitol 1 kg Rp 715.000 Rp 715.000
- Asam asetat 2 L Rp 566.500 Rp 1.133.000
glasial
- Kertas pH 1 pack Rp 200.000 Rp 200.000
Indikator
Universal
- Kertas Saring 1 pack Rp 600.000 Rp 600.000
Whatman no.41
- Corong Buchner 1 buah Rp 700.000 Rp 700.000
- Erlenmeyer 1 buah Rp. 500.000 Rp. 500.000
Penyaring
Buchner
- Vakum Alat 1 buah Rp. 1.150.000 Rp. 1.200.000
Bantu Penyaring
- SUB TOTAL Rp 6.740.900
3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
16

- Keperluan Uji 3 orang Rp 150.000 Rp 450.000


Coba (kampus ke
lokasi uji coba
PP)
- Perjalanan 3 orang Rp 150.000 Rp 450.000
mencetak sedotan
- Perjalanan 3 orang Rp 150.000 Rp 450.000
mencetak
kemasan
-SUB TOTAL Rp 1.350.000
4. Lain-lain Kuantitas Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Pulsa Internet 3 orang Rp 200.000 Rp 600.000
- Dokumentasi dan 1 Rp 400.000 Rp 400.000
pembuatan
laporan
- Pematenan 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
produk
- SUB TOTAL Rp 3.000.000
TOTAL 12.490.900
17

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas


No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas
Studi Ilmu Waktu
(jam/minggu)
1 Rizki Pendidikan Kimia 21 Ketua, merancang
Ameilia Kimia jam/minggu skema usaha,
Lubis/ konsultasi dengan
1303617047 dosen pendamping,
dan mencari cara
pengembangan
produk
2 Mutiah Kimia Kimia 21 Staf ahli, sekretaris,
Arum jam/minggu mencari cara
Puspita/ pengembangan
3325161961 produk, pembuatan
surat peminjaman
laboratorium,
peminjaman alat dan
pengecekan sintesis
bahan
3 Ivan Kimia Kimia 21 Staff ahli,
Fadilah/ jam/minggu Bendahara,
1307617016 menghitung biaya,
melakukan survey
lokasi penjualan,
menganalisis
kebutuhan pasar
18

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

Anda mungkin juga menyukai