Manfaat Kitosan
Kitosan diketahui mempunyai kemampuan untuk membentuk gel, film dan
fiber, karena berat molekulnya yang tinggi dan solubilitasnya dalam larutan asam
encer.Kitosan telah digunakan secara luas di industri makanan, kosmetik,
kesehatan, farmasi dan pertanian serta pada pengolahan air limbah. Di industry
makanan, kitosan dapat digunakan sebagai suspensi padat, pengawet, penstabil
warna, penstabil makanan, bahan pengisi, pembentuk gel, tambahan makanan
hewan dan sebagainya (Suhardi 1992) Seiring dengan berkembangnya zaman,
maka kegiatan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya terus meningkat.
Hal ini memicu terus berkembangnya kegiatan perindustrian, termasuk di Negara
berkembang seperi Indonesia. Pertumbuhan kegiatan industri membawa berbagai
dampak bagi lingkungan dan manusia, baik itu dampak positif maupun negatif.
Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri adalah pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah sebagai bahan sisa kegiatan
produksi yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Salah satu jenis limbah yang dapat membahayakan kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya adalah limbah logam berat. Logam berat berasal dari
limbah industri penyamakan kulit, pelapisan logam, fotograi, industri tekstil dan
dapat membahayakan lingkungan. Limbah ini bersifat akumulatif dalam tubuh
manusia, sehingga membahayakan kesehatan manusia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kadar logam berat
dalam limbah yang dibuang ke lingkungan. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan suatu adsorben dari jenis kitosan.
Kitosan merupakan senyawa hasil deasetilasi kitin. Senyawa kitin banyak
terdapat pada cangkang hewan jenis crustacea, salah satu contohnya adalah
kepiting. Pada umumnya cangkang kepiting yang berasal dari berbagai rumah
makan dengan menu seafood tidak diolah secara optimal. Bahan sisa pengolahan
makanan ini hanya dibuang begitu saja sehingga dapat menimbulkan pencemaran
di sekitar tempat pembuangan limbah cangkang kepiting. Padahal 71% limbah
tersebut mengandung senyawa kitin yang dapat diubah menjadi kitosan.
Diperkirakan 109 ton kitin dibiosintesis di alam tiap tahunnya dan terikat
pada bahan non polisakarida (protein atau lipida). Banyak penelitian yang
memanfaatkan limbah dari kepiting untuk diolah menjadi kitin dan kitosan.
Kitosan digunakan dalam berbagai bidang seperti agrikultur, penjernih dan
pemurnian air / minuman.
Ditambah lagi bahwa biopolymer ini merupakan bahan yang sumbernya
melimpah dan dapat terbarukan (renewable) maka dalam situasi pengurangan
sumber-sumber alam yang berkelanjutan serta perkembangan bioteknologi yang
demikian pesat menjadikan pemanfaatan sumber daya alam alternatif seperti kitin
dan kitosan merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.
Besarnya proporsi gugus amino pada kitosan menyebabkan kitosan dapat
membentuk ikatan dengan beberapa ion logam dan beberapa peneliti telah
melaporkan studi tentang penggunaan membran atau butiran hidrogel kitosan
untuk penghilangan logam berat dari limbah melalui pengikatan logam oleh
kitosan membentuk ikatan koordinasi. Kemampuan adsorbs kitosan dihubungkan
dengan adanya gugus hidroksi (-OH) dan amina (-NH2), serta adanya gugus
amida (-NHCOCH3) pada kitin yang masing-masing dapat bertindak sebagai
ligan jika berinteraksi dengan logam .
Peningkatan kapasitas adsorbsi kitosan dapat dilakukan dengan
memperbesar luas permukaan kitosan yaitu dengan memodiikasi kitosan menjadi
bentuk beadhidrogel serta dengan memberikan agent crosslink pada bead kitosan
tersebut sehingga terbentuk bead kitosan yang berikatan silang. Kemampuan
kitosan untuk menjerap limbah krom tergantung pada derajat deasetilasinya.
Derajat deasetilasi tersebut menunjukkan jumlah gugus amino yang berikatan
pada kitosan yang berasal dari proses deasetilasi gugus asetamida. Gugus amino
ini yang akan mengikat logam pada limbah. Oleh karena itu, semakin besar
derajat deasetilasinya, logam yang terjerap semakin banyak. Besarnya derajat
deasetilasi dapat diketahui dengan menggunakan alat Fourier Transform Infra Red
(FTIR).
Dengan melihat berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan
informasi bahwa pembuatan kitosan dalam bentuk bead/ gel serta adanya proses
ikatan silang (crosslinked) yang dapat memperbesar kemampuan adsorbsi kitosan
terhadap ion logam maka pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan kitosan
dan derivate kitosan dari cangkang kepiting serta mempelajari kinetika
adsorbsinya terhadap logam krom. Derivat kitosan yang dimaksud adalah
preparasi kitosan menjadi bead kitosan yang berikatan silang oleh asetaldehid.
Isolasi kitin
Mencuci cangkang kepiting dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran yang melekat, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80˚C selama
24 jam. Setelah itu cangkang kepiting yang telah kering dihaluskan sampai
berukuran 20-50 mesh, lalu diproses untuk mendapatkan kitin yaitu dengan
langkah sebagai berikut:
Crosslink kitosan
Bead kitosan yang terbentuk ditambahkan agen crosslinker asetaldehid 5M
dengan rasio 1:1 (v/v), larutan kemudian dicampur sampai homogen dengan
stirrer, dan dibiarkan selama 2 jam pada 80˚C. Kemudian bead kitosan yang
sudahdicrosslink dicuci dengan aquades untuk menghilangkan sisa NaOH, dan
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 600˚C sampai kering (± 8
jam).Adsorbsi Logam Cr oleh Kitosan dan Kitosan Hasil Modiikasi Sebanyak 50
mg kitosan dan kitosan hasil modiikasi diinteraksikan dengan 5 ml logam Cr
1mg/L dan waktu kontak dibuat bervariasi antara 30-90 menit dengan selang 15
menit. Setelah interaksi kemudian disaring dan iltratnya diukur dengan
spektrofotometer.
1. Produksi Kitosan
a. Tahap Deproteinasi
Tahap deproteinasi merupakan proses penghilangan protein yang terdapat
pada cangkang kepiting. Efektiitas proses deproteinasi bergantung pada
konsentrasi NaOH, waktu dan suhu yang digunakan. Menurut Cahyaningrum
(2001) makin tinggi konsentrasi dan suhu, proses pemisahan protein makin
efektif.
b. Tahap Demineralisasi
Tahap demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan mineral anorganik
yang ada pada cangkang kepiting. Mineral-mineral tersebut dapat dihilangkan
dengan menggunakan larutan HCl. Proses demineralisasi ditandai dengan
terbentuknya gas karbondioksida yang berupa gelembung pada saat larutan HCl
ditambahkan (Cahyaningrum, 2008). Senyawa Kalsium yang terdapat pada
cangkang kepiting akan bereaksi dengan asam klorida yang larut dalam air.