Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................2
1.4 Urgensi dan Manfaat.......................................................................................2
1.5 Luaran …………………………………………………………………… ...2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.6 Potensi Limbah Cangkang Kepiting Soka ......................................................3
1.7 Kitin Kitosan...................................................................................................4
1.8 Logam Berat Cu..............................................................................................4
1.9 Road Map .......................................................................................................5
BAB 3. METODOLOGI
1.10 Waktu dan Tempat..........................................................................................6
1.11 Bahan dan Alat ...............................................................................................6
1.12 Metode Penelitian ...........................................................................................6
1.13 Pembuatan Kitosan .........................................................................................6
1.14 Karaterisasi Kitosan .......................................................................................7
1.15 Pembuatan Larutan ........................................................................................7
1.16 Pengukuran daya Serap...................................................................................7
1.17 Analisis Data ...................................................................................................7
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
BAB 5. LAMPIRAN
5.1 Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing ........................................11
5.2 Justifikasi Anggaran .....................................................................................19
5.3 Susunan Organisasi Tim ...............................................................................20
5.4 Pernyataan Ketua .........................................................................................21

i
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Tarakan sebagai pulau yang memiliki luas seluruhnya 657,33 km2
dimana sekitar 61,85% terdiri dari laut yang mempunyai potensi sumberdaya
perikanan yang cukup besar. Potensi sumberdaya perikanan pesisir dan laut
Tarakan meliputi kawasan hutan mangrove, biota perairan meliputi ikan, kepiting
bakau, udang windu, rumput laut, dan organisme perairan lainnya. Salah satu biota
perairan unggulan Kota Tarakan yang telah menembus pasar luar adalah kepiting
bakau. Tarakan merupakan pusat pengumpulan kepiting yang berasal dari hasil
budidaya tambak dan tangkapan di wilayah perairan muara propinsi Kalimantan
Utara. Berdasarkan data yang tersedia di Dinas Kelautan dan Perikanan kota
Tarakan, bahwa jumlah hasil ekspor kepiting perbulan mencapai 68,77 ton (DKP
Kota Tarakan, 2015).
Pengembangan budidaya kepiting bakau cangkang lunak merupakan bentuk
diversivikasi produksi untuk menjawab permintaan pasar. Kepiting bakau diketahui
memiliki kandungan gizi yang cukup baik terdiri dari 45% protein dan 11,20%
lemak (Karim 2005). Dengan adanya usaha kepiting lunak orang-orang dapat
menikmati kepiting bakau tanpa harus membuka cangkang kepiting karena semua
bagian keeping dapat dikonsumsi. Usaha kepiting cangkang lunak menghasilkan
limbah padat berupa cangkang kepiting hasil limbah moulting. Cangkang kepiting
diketahui memiliki senyawa kimia kitin dan kitosan. Muzarelli (1977).
menyebutkan terdapat 71,4 % kandungan kitin dalam cangkang kepiting bakau.
Cangkang kepiting bakau lunak merupakan limbah yang mudah didapatkan dan
tersedia dalam jumlah banyak yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal
dan sangat potensial untuk dikembangkan untuk bahan baku pembuatan kitin
kitosan.
Kitin dan kitosan merupakan biopolimer alami yang banyak ditemukan di
alam selain selulosa. Kitin dan kitosan banyak di temukan pada cangkang udang,
kepiting, bakteri, jamur serta serangga. Kitin dan kitosan memiliki banyak
kegunaan diantaranya pengawet, antibakteri dan jamur, kosmetik, farmasi, flokulan
serta dapat digunakan untuk mengikat logam (absorben). Konsentrasi ion logam di
perairan dapat diturunkan dengan menggunakan adsorben misalnya
kitosan.Supriyantini et al. (2018) menyebutkan kitosan cangkang rajungan dapat
mengikat logam berat Pb dengan daya serap 57, 74%. Victor et al. (2016)
mendapatkan nilai adsorben logam Zn pada kitosan cangkang bekicot dengan daya
serap 43,75%.. Kitosan merupakan hasil deasetilasi kitin, kitin diperoleh melalui
deproteinasi dan demeralisasi cangkang.
Logam berat merupakan salah satu jenis zat polutan lingkungan yang paling
umum dijumpai dalam perairan. Logam berat ini juga dapat berdampak negatif
terhadap manusia yang menggunakan air tersebut dan organisme yang ada di dalam
perairan. Terdapatnya logam berat dalam organisme mengindikasikan adanya
2

sumber logam berat yang berasal dari alam atau dari aktivitas manusia (Mohiuddin
et al. 2011). Adanya peningkatan serta kontinuitas buangan air limbah industri yang
mengandung senyawa logam berat beracun, cepat atau lambat akan merusak
ekosistem di perairan. Hal ini disebabkan karena logam berat sukar mengalami
pelapukan, baik secara fisika, kimia, maupun biologis (Palar, 1994). Tembaga (Cu)
merupakan salah satu logam berat yang dapat bersifat toksik bagi organisme jika
kosentrasi di atas 0,1 ppm. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air telah di tetapkan
standar maksimal konsentrasi logam berat dalam air yaitu besi (Fe) 0,02 mg/L.
Kitosan dari cangkang diketahui memiliki fungsi sebagai adsorben, sehingga
dengan melihat potensi limbah cangkang kepiting lunak (soka) sangat
memungkinkan untuk dilakukan penelitian terkait kitosan dari limbah cangkang
kepiting lunak untuk absorben logam tembaga (Cu).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disusun rumusan
masalah yang menjadi rumusan masalah yakni bagaimana memanfaatkan
keberadaan limbah cangkang, dan mengatasi permasalahan pencemaran limbah
logam berat Cu.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan dan karakteristik dari
adsorben kitosan limbah cangkang soka terhadap logam berat Cu (Tembaga).

1.4. Urgensi dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini menjadi dasar kepenelitian selanjutnya untuk menghasilkan
protipe, hak paten dan alat tepat guna untuk mengatasi pencemaran logam berat di
perairan.

1.5. Luaran Penelitian


Luaran dari penelitian PKM RE ini adalah laporan kemajuan, laporan
akhir, artikel ilmiah dana kun media sosial.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Limbah Cangkang Kepiting Soka (Soft Crab)


Kepiting Bakau saat ini telah banyak di budidayakan di Indonesia untuk
dijadikan kepiting soka (soft karapas) salah satunya di Kota Tarakan. Namun hasil
pergantian cangkang (molting) sering menjadi limbah padat yang membutuhkan
waktu lama untuk terurai di alam.

Gambar 2.1 Kepiting Soka

Kingdom : Animalia
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata

Cangkang kepiting ditemukan polimer yang mampu berfungsi sebagai kitin


terdeasetilasi yaitu kitin dan kitosan. Kitin dan kitosan adalah biopolimer yang
secara komersial potensial dalam berbagai bidang industri. Zat ini tidak beracun
dan dapat terurai di alam. Biopolimer tersebut bila diolah akan memberikan produk
dengan nilai ekonomi yang tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Kitin dan kitosan memiliki banyak kegunaan diantaranya pengawet,
antibakteri dan jamur, kosmetik, farmasi, flokulan serta dapat digunakan untuk
mengikat logam (absorben). Henny (2004) kitin dapat digunakan di bidang
kesehatan yang merupakan bahan dasar pembuatan benang operasi. Konsentrasi ion
logam di perairan dapat diturunkan dengan menggunakan adsorben misalnya
kitosan.Supriyantini et al. (2018) menyebutkan kitosan cangkang rajungan dapat
mengikat logam berat Pb dengan daya serap 57, 74%. . Menurut Anonim (2006),
berdasarkan data tersebut di atas, maka salah satu aplikasi dari cangkang kepiting
yang mengandung kitin dan kitosan adalah bioremediasi limbah logam berat.
4

2.2 Kitin dan Kitosan


Kitosan merupakan produk alami turunan dari kitin yakni polisakarida yang
ditemukan pada eksoskeleton krustacea seperti udang, kepiting, dan rajungan.
Kitosan memiliki fungsi menyerap zat racun, dan di dalam perairan dapat
dimanfaatkan untuk menyerap minyak, lemak, zat – zat toksik dan logam berat
(Herliana 2010). Kitosan tidak larut dalam air tetapi dapat larut pada pelarut asam.
Kitosan merupakan senyawa yang ‘biodegradable’ sehingga ramah lingkungan.
Kitin diperoleh melalui deproteinasi dan demineralisasi cangkang,
sedangkan kitosan merupakan hasil deasetilasi kitin. Proses deasetilasi kitin akan
membebaskan gugus asetil yang terikat pada gugus –NH menjadi gugus –NH2
bebas. Fungsi utama kitin pada krustacea adalah sebagai struktur kerangka dalam
yang mendukung eksoskelton hewan tersebut. Penelitian yang telah dilakukan
Endang et al. (2006, 2007) memperlihatkan bahwa kitosan mampu mengurangi
kandungan logam- logam seperti misalnya Cr(III), Fe(II), Pb(II), Zn(II), Ni(II),
Cu(II), Cd(II), Co(II), Mn(II) Fe(III) dan Al(III) dalam sampel cair tanpa
memberikan suatu perlakuan awal yang rumit.

2.3 Logam Berat Cu


Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau
lebih untuk setiap cm3, logam berat sukar mengalami proses pelapukan baik secara
kimia, fisika maupun biologi. Hal ini disebabkan bentuk senyawa ikatan logam
mempunyai sifat yang berbeda-beda, termasuk daya larutnya terhadap air,
perubahan ikatan logam yang terikat dalam bahan organic, ikatan dengan oksida,
hidroksida dan fosfat (Darmono, 1995.)
Logam Cu merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan alami dan
merupakan unsur yang essensial bagi tumbuhan dan hewan, artinya logam berat ini
dibutuhkan oleh makhluk hidup, namun dalam jumlah yang sedikit sekali.
Sebaliknya, bila terdapat dalam jumlah banyak akan berubah menjadi racun bagi
tubuh (Effendie, 2003). Tembaga (Cu) bersifat racun terhadap semua tumbuhan
pada konsentrasi larutan di atas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum
manusia tidak lebih dari 1 ppm (Widaningrum et al. 2007).
5

2.5 Road Map


Adapun road map pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Supriyantin et al. (2018)


Penelitian (2023)
Kitosan dari
Ifa et al. (2018)
Limbah
Cangkang Soka
Wahyudianto. Sebagai Adsorben
(2016) Logam Berat Cu
Anugerah dan Iriany Kitosan dari Cangkang
(2015) Rajungan sebagai
Cangkang Kerang dan Adsorben Pb
kepiting Darah sebagai
Adsorben Cu, Pb, Zn
Cangkang Kerang Darah
sebagai Adsorben Pb, Cu
dan Zn

Cangkang Kerang Bulu


Sebagai Adsorben
logam Cd dan Pb
Gambar 2.2 Road Map
6

BAB 3. METODE RISET

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian rencana akan dilaksanakan pada bulan Mei – Oktober 2019.
Pembuatan kitosan dan adsorben akan dilaksanakan di laboratorium Kualitas Air
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan. Pengujian
kandungan Cu pada adsorben dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air
Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan utama yang digunakan yakni limbah cangkang soka yang diperoleh
dari pembudidaya kepiting soka Kota Tarakan. Bahan lain meliputi NaOH, HNO 3,
HCl, Whatmenn 42, air destilat dan Larutan induk Cu. Alat yang digunakan
meliputi hot plate, oven (Memert), saringan, dan Atomic Absorbtion
Spectrofotometer (AAS Shimadzu).

3.3.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan
menggunakan adsorben cangkang soka dan optimasi kosentrasi uji dalam menyerap
ion logam Cu.

3.4. Pembuatan Kitosan dari Serbuk Cangkang Soka


Cangkang kepiting soka dicuci kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari
selama 2 hari. Cangkang dihaluskan lalu diayak dengan ukuran 100 mesh. Tepung
yang dihasilkan dibuat kitosan dengan 3 tahapan yakni :
3.4.1 Demeneralisasi
Demineralisasi merupakan tahan awal untuk menghilangkan pengotor
mineral. Penghilangan mineral dilakukan pada suhu 25-30oC (suhu kamar) dengan
menggunakan larutan HCl 1 M perbandingan sampel dengan larutan HCl (1:15) (gr
serbuk/ml HCl) diaduk selama 60 menit, lalu dikeringkan endapannya.
3.4.2. Deproteinasi
Proses dilakukan pada suhu 80-90oC dengan menggunakan larutan NaOH 1
M dengan perbandingan NaOH 1 : 15 (gr serbuk/ml NaOH) sambil diaduk selama
3 jam. Campuran didekantasi dan dicuci dengan aquadest sampai pH netral lalu
disaring untuk diambil endapannya.
3.4.3. Deasetilasi kitin menjadi kitosan
Kitin yang telah dihasilkan pada proses diatas dimasukkan dalam larutan
NaOH 50% 1:15 (gr serbuk/ml NaOH) pada suhu 90 oC sambil diaduk dengan
kecepatan konstan selama 60 menit.
7

Hasilnya disaring dan endapan dicuci dengan aqudest lalu ditambah larutan
HCl encer agar pH netral kemudian dikeringkan. Endapan kering yang dihasilkan
merupakan kitosan.

3.5. Karakterisasi Kitosan


Kitosan yang dihasilkan dikarakterisasi meliputi kandungan protein, air, abu
(AOAC 2005) dan derajat penghilangan gugus asetil menggunakan FTIR.

3.6. Pembuatan Larutan Kitosan dan Larutan Cu (Supriyantini et al. (2018)


Pembuatan larutan kitosan mengacu metode Supriyantini et al. (2018) Larutan
kitosan dibuat dengan melarutkan chitosan 1; 2; 4; 8 gram chitosan ke dalam 10 ml
asam asetat 1%. Penentuan konsentrasi logam Cu yang digunakan yakni 10 mg/L.
Konsentrasi Cu 10 mg/L dibuat dengan cara dipipet sebanyak 1 ml larutan induk
logam Cu asetat 1000 mg/L ke dalam labu ukur 100 ml, lalu ditambahkan aquadest
hingga tanda batas.

3.7. Pengukuran Daya Serap Kitosan terhadap Kadar Logam Berat Cu


Larutan logam timbal (Cu) sebanyak 90 ml dengan konsentrasi 10 mg/L
direaksikan dengan 10 ml larutan chitosan dengan berbagai konsentrasi (1, 2, 4,
dan 8) % ke dalam gelas beaker. Pengadukan dilakukan menggunakan magnetic
stirrer dengan kecepatan 200 rpm selama 30 menit, kemudian didiamkan selama 15
menit. Filtrat pada bagian atas larutan kemudian diambil dan dilakukan uji
kandungan logam berat dengan Metode Atomic Absorption Spectrophotometric
(AAS).

3.8. Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan Anova
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakukan meliputi perbedaan konstrasi
adsorben kitosan terhadap daya serap Cu.
8

Limbah cangkang soka

Pencucian dan pengeringan

Pengecilan ukuran

Pembuatan kitosan Karakterisasi


- Demineralisasi (air, abu,
- Deproteinisasi protein, derajat
- Deasitilisasi asetilisasi)

Pembuatan larutan kitosan dan Cu


- Kosentasi kitosan (1,2,4, 8 gr/10 mL)
- Kosentrasi Cu 10 ppm

Daya serap kitosan terhadap Cu

Gambar 3.1. Alur Penelitian


BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Rekapitulasi Rencana Anggara Biaya


Tabel.Rekapitulasi rencana anggaran biaya
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)
1. Bahan habis pakai Belmawa 6.930.000
Perguruan Tinggi
Instansi Lain (jika ada)
2. Sewa dan jasa Belmawa
Perguruan Tinggi 2.000.000
Instansi Lain (jika ada)
3. Transportasi lokal Belmawa 850.000
Perguruan Tinggi
Instansi Lain (jika ada)
4. Lain-lain Belmawa 2.220.000
Perguruan Tinggi
Instansi Lain (jika ada)
Jumlah
Rekap Sumber Belmawa 10.000.000
Dana Perguruan Tinggi 2.000.000
Instansi Lain (jika ada)
Jumlah 12.000.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel. Jadwal Kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan Person
1 2 3 4 5
1. Survei Lapangan Selli marselina,
2. Membuat bubuk Sri wahyu Patma
cangkang dan kitosan Sari, Bella Nabila
3. Uji karakteristik
kitosan
4. Pembuatan larutan Sri wahyu
kitosan Patma Sari,
5. Daya serap kitosan Muhammad
6. Laporan kemajuan Athoriq
7. Analisis data Muhammad
8. Pelaporan Akhir Athoriq
DAFTAR PUSTAKA

Anugerah AS, dan Iriany. 2015. Pemanfaatan limbah cangkang kerang bulu sebagai
adsorben untuk menjerap logam kadmium (Cd) Dan timbal (Pb). Jurnal
Teknik Kimia USU Vol. 4(3)
Darmono. 1995. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. 131-134, Universitas
Indonesia Press, Jakarta
Fernanda B, Ratnawulan dan Hidayati. 2016. Komputasi energi elektronik
pembentukan kitosan dari kitin cangkang udang dan pengaruhnya Akibat
keberadaan logam berat. Jurnal PILLAR OF HYSICS Vol 7 41-48.
Haryadi J dan Iriany. 2015. Pembuatan Adsorben Dari Cangkang Kerang Bulu
Yang Diaktivasi Secara Termai Sebagai Pengadsorpsi Fenol. Jurnal Teknik
Kimia USU. Vol. 4 (4).
Ifa L, Muhammad A, Ardi FR, dan Lastri W. 2018. Pemanfaatan Cangkang Kerang
Dan Cangkang Kepiting Sebagai Adsorben Logam Cu, Pb Dan Zn Pada
Limbah Industri Pertambangan Emas. Journal Of Chemical Process
Engineering Vol 03 (01).
Karim MY. 2005. Kinerja pertumbuhan kepiting bakau betina (Scylla seratta) pada
berbagai salinitas media dengan kadar protein pakan berbeda. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor
Lesbani A, Setiawati, RA. Mika M. 2016. Karateriasi kitin dan kitosan dari
cangkang kepiting bakau. Jurnal Penelitian Sains Vol 14 (3).
Masindi T, Herdyastuti N. 2017. Karakterisasi Kitosan Dari Cangkang Kerang
Darah (Anadara Granosa). Journal of Chemistry, Vol. 6(3)
Mohiuddin KM, Ogawa Y, Zakir HM, Otomo K, Shikazono N. 2011. Heavy metals
contamination in water and sediment of an urban river an developing country.
Internasional J Environ Sci Tech 8(4): 723-736
Muzzareli RAA. 1997. Depolymerization of chitins and chitosans with
hemicellulose, lysozyme, papain and lipase In: Muzzarelli RAA. GPM, Eds.
Satriani D, Purnama N, dan Ratman. 2016. Serbuk dari limbah cangkang telur ayam
ras sebagai adsorben terhadap logam timbal (Pb). J. Akad. Kim. 5(3): 103-
108.
Supriyantini E. 2018. Pemanfaatan Chitosan Dari Limbah Cangkang Rajungan
(Portunus pelagicus) sebagai Adsorben Logam Timbal (Pb). Jurnal
Kelautan Tropis Vol. 21(1):23–28.
Wahyudianto FE. 2016. Studi pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Darah
(Anadara granosa) sebagai adorben Pb, Cu dan Zn. Tesis Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Surabaya
Lampiran 1. Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Imra, S.Pi., M.Si.
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
4 NIP/NIDNP/NIDN 0022068608
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tarakan, 22 Juni 1986
6 Alamat E-mail imranmomo@borneo.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 081255553268
B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Nama Institusi Universitas Institut Pertanian
Borneo Tarakan Bogor
Jurusan/Prodi Manajemen Teknologi Hasil
Sumberdaya Perikanan
Perairan
Tahun Masuk-Lulus 2006-2010 2014-2016
C. Rekam Jejak Tri Dharma PT
Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Mikrobiologi Hasil Perikanan Wajib 3
2 Teknologi Pengemasan Hasil Wajib 3
Perikanan
3 Bioteknologi Hasil Perikanan Wajib 3
4 Metode Penangkapan Ikan Wajib 3
5 Ekologi Perairan Wajib 3
6 Ikhtiologi Wajib 3
7 Metode Ilmiah Wajib 2
8 Kewirausahaan Wajib 3
9 Sumberdaya laut Tropis Wajib 2
Penelitian
No Nama Penelitian Penyandang Dana Tahun
Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri
1 Ekstrak Nipah (Nypa fruticans) terhadap Mandiri 2016
Vibrio sp. Isolat Kepiting Bakau
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daging
Kerang Bakau (Geloina coaxans) dari
2 DIPA UBT 2018
Kawasan Mangrove Tarakan terhadap
Vibrio parahaemolyticus
Fortifikasi Kalsium dan Fosfor pada
Crackers dengan Penambahan
3 DIPA UBT 2019
Tepung Tulang Ikan Bandeng
(Chanos chanos)
Analisa Perubahan Turbiditas pada
Limbah Cair Industri Tahu
4 DIPA UBT 2019
Menggunakan Kitosan dari Limbah
Sisik Ikan Bandeng
Sintesis Biokoagulan Berbasis
Kitosan Limbah Sisik Ikan Bandeng
5 dan Aplikasinya Terhadap Nilai BOD DIPA UBT 2020
dan COD Limbah Tahu di Kota
Tarakan
Karakteristik Kolagen Gelembung
renang Ikan Gulamah (Johnius
6 DIPA UBT 2019
tracthycephalus) dari Perairan Pesisir
Kota Tarakan
Karakteristik Tepung Tulang Ikan
7 Bandeng (Chanos chanos) dari Mandiri 2019
Limbah Industri Baduri Kota Tarakan

Evaluasi Sensori Bakso Ikan


8 Gulamah (Johnius spp.) dengan Mandiri 2019
Penambahan Karaginan
KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI
KARANG ANYAR PANTAI
9 DIPA UBT 2020
BERDASARKAN BIOINDIKATOR
MAKROOBENTHOS
PENELUSURAN SENYAWA AKTIF
ANTIOKSIDAN EKSTRAK Aegiceras
corniculatum YANG BERASAL DARI
10 DIPA UBT 2021
KAWASAN MANGROVE KOTA
TARAKAN

PROSPEK STONE CRAB (Menippe


mercenaria) MELALUI
DIVERSIFIKASI OLAHAN DAN
11 AKUAKULTUR SEBAGAI UPAYA PKPT 2021
MENDUKUNG KETAHANAN
PANGAN MASYARAKAT KOTA
TARAKAN
Pencarian Bahan Aktif Dari 5 Jenis
Tumbuhan Rhizopora Pada Lahan
12 PKPT 2021
Basah Sebagai Bahan Antikariogenik
Berbasis Pengetahuan Lokal
Sus kering yang diperkaya kalsium
13 tepung tulang ikan bandeng dan serat Riset Inovasi 2021
bubur rumput laut Euchema cottoni
EKSPLORASI MIKROALGA DARI
PERAIRAN KONSERVASI
14 DIPA UBT 2022
MANGROVE KOTA TARAKAN
YANG BERPOTENSI BIODIESEL
UJI PROKSIMAT UBUR-UBUR
15 (Rhizostoma Pulmo) SEGAR DAN Mandiri 2022
KERING
Fortifikasi Kalsium dan Fosfor pada
Crackers dengan Penambahan
16 DIPA UBT 2019
Tepung Tulang Ikan Bandeng
(Chanos chanos)

Pengabdian Kepada Masyarakat


No Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Penyandang Dana Tahun
Instruktur Tenaga Kerja Mandiri Wanita Dinas
1 2017
Juata Laut Ketenagakerjaan
Instruktur Tenaga Kerja Mandiri Muda Dinas
2 2017
(Pembekalan Tenaga Kerja Mandiri) Ketenagakerjaan
Instruktur Kuliah Kerja Nyata Dinas
3 2018
Kelompok Kelurahan Juata Kerikil Ketenagakerjaan
Pelatihan diversifikasi pemanfaatan ikan
bandeng laki (Elops hawaiensis) menjadi
4 DIPA UBT 2018
produk bergizi dan bernilai ekonomis di
kelurahan karang rejo kota Tarakan
Aplikasi Pewarnaan Bahan Alam
5 Mangrove pada Kain Batik sebagai DIPA UBT 2019
Diversifikasi Usaha Masyarakat
Survey riset perkembangan database
6 DIPA UBT 2019
UKM Provinsi Kalimantan Utara
Menggali Potensi Ekonomi Nipah dalam
7 Pembuatan Nata De Fruticans di DIPA UBT 2019
Kelurahan Pantai Amal Kota Tarakan
Pelatihan Pembuatan “Fish Cake”
Berbahan Dasar Hasil Tangkapan
8 DIPA UBT 2020
Sampingan Nelayan di Griya Persemaian
Kota Tarakan
SOSIALISASI GEMAR MAKAN IKAN
9 SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DIPA UBT 2021
GIZI ANAK DI PESISIR TANJUNG
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Total (Rp)


(Rp)
1. Belanja Bahan
Tinta printer warna 1 paket 232.000,- 232.000,-
Tinta printer hitam 1 paket 210.000,- 210.000,-
Kertas kwarto 2 paket 65.000,- 130.000,-
Baner 1 paket 200.000,- 200.000,-
Akun media sosial 1 akun 250.000,- 250.000,-
Publikasi jurnal 1 paket 900.000,- 1.000.000,-
Kertas label 3 paket 16.000,- 48.000,-
Alumunium foil 3 paket 45.000,- 135.000,-
SUB TOTAL 2.105.000,-
2. Bahan Habis Pakai
Whatmenn 42 1 paket 880.000,- 880,000,-
NaOH 2 paket 650.000,- 1.300.000,-
HCL 2,5 L 1.650.000,- 1.650.000,-
Aquabides 20 L 48.000,- 960.000,-
Asam asetat (Pa) 500 mL 850.000,- 850.000,-
Larutan induk Cu 100 mL 770.000,- 770.000,-
SUB TOTAL 4.825.000,-
3. Perjalanan Lokal
Pengambilan sampel 3 150.000,- 450.000,-
Pembelian bahan 3 100.000,- 300.000,-
Lokasi pegujian 1 100.000,- 100.000,-
SUB TOTAL 850.000,-
4. Lain-lain
Biaya uji Cu 6 sampel 120.000,- 720.000,-
Biaya uji kitosan 6 sampel 150.000,- 900.000,-
Biaya uji preparasi 6 sampel 100.000,- 600.000,-
sampel
SUB TOTAL 2.220.000,-
GRAND TOTAL Rp10.000.000
(Sepuluh Juta Rupiah )
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Waktu Uraian


Studi Ilmu (jam/minggu) Tugas
1. Muhammad Teknologi SAINS 14 jam/minggu Laporan dan
Athoriq Hasil survei
Zikrullah Perikanan lapang
2. Selli Teknologi SAINS 8 jam/minggu Sampel
Marselina Hasil lapangan, uji
Perikanan laboratorium
3. Sri Wahyu Teknologi SAINS 8 jam/minggu Uji
Patma Sari Hasil laboratorium
Perikanan
4. Bella Nabila Teknologi SAINS 8 jam/minggu Preparasi
Hasil sampel
Perikanan

Anda mungkin juga menyukai