Bahaya Kandungan Logam Berat pada Kerang Hijau dan Ikan di Teluk Jakarta
OLEH:
KELOMPOK 3
Anggia Pratita Harianto (1806148385)
Bella Clarissa Sunantha (1806199341)
Eltanin Gamal (1806199303)
Muhammad Raihan Pratama (1806148555)
Merry Christine Marsaulina (1806199480)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kimia Analitik
dan Instrumental ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Problem-Based Learning (PBL) Matakuliah Kimia Analitik dan
Instrumental serta juga sebagai media pembelajaran untuk dapat lebih memahami topik
mengenai Elektrokimia dan Potensiometri beserta penerapannya untuk memperbaiki
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses penyusunan laporan ini, ada beberapa kendala yang kami hadapi.
Namun, berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Dianursanti, S.T., M.T. selaku fasilitator dan dosen pengampu matakuliah Kimia Analitik
dan Instrumental.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa baik dalam segi penyusunan maupun
materi yang kami paparkan dalam laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharpkan kritik dan saran yang mebangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi
kami ke depannya. Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan kepada penulis dan
pembaca mengenai Spektroskopi Absorpsi Atomik dan Hukum Lambert-Beer serta
penerapannya dalam memperbaiki permasalahan di kehidupan sehari-hari.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 1
1.3 Struktur Pembahasan .................................................................................... 1
LAMPIRAN ................................................................................................................. 22
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
absorpsi atom (AAS), serta keunggulan teknik analisis AAS. Sedangkan pada bagian
II mencakup pertanyaan-pertanyaan berupa persamaan dalam hukum Lambert-Beer,
dan cara untuk menentukan konsentrasi larutan sampel.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemicu 2
Topik 1: Kerang Hijau dari Teluk Jakarta, Berbahayakah?
Akhir-akhir ini, masyarakat cukup diresahkan dengan adanya isu kandungan logam yang
berada dalam kerang hijau. Awal tahun 2019, Kepala Sudin KPKP Jakarta Utara Rita
Nirmala menyatakan, kerang hijau yang hidup di Teluk Jakarta mengandung logam berat
sehingga tidak layak dikonsumsi. Guru Besar Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian
Bogor (IPB) Etty Riabi menyampaikan, ikan dan kerang di Teluk Jakarta berbahaya untuk
dikonsumsi. Pasalnya, banyak senyawa beracun dan berbahaya di Teluk Jakarta yang
dapat merusak kerang dan ikan. Orang yang mengonsumsi ikan dan kerang dari Teluk
Jakarta rentan terjangkit penyakit. Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan
Pertanian (KPKP) Jakarta Utara membernarkan pernyataan guru besar IPB bahwa kerang
hijau yang hidup di Teluk Jakarta berbahaya untuk dikonsumsi. (Sumber: “Kerang Hijau
dari Teluk Jakarta Beracun, Tak Layak Dikonsumsi”, kompas.com)
2.1. Tugas 1
1. Dengan berbekal informasi-informasi yang anda dapatkan dari berbagai
sumber, dapatkah anda menjelaskan bagaimana kerang hijau dapat
mengandung logam-logam berat di dalamnya? Jenis-jenis logam apa saja yang
mungkin terdapat di dalamnya?
Jawab:
3
Limbah industri dan domestik yang dibuang secara sengaja ataupun tidak
sengaja ke sungai akan bermuara ke laut yang merupakan salah satu sumber
polutan berbahaya bagi lingkungan perairan. Aktivitas industri tersebut
kemungkinan dapat menghasilkan limbah berupa logam berat. Selain itu,
aktivitas domestik juga menghasilkan limbah logam berat seperti aktivitas
pelayaran industri, transportasi umum, dan kapal-kapal nelayan. Logam-logam
berat yang mengkontaminasi perairan sungai maupun laut ini masuk ke dalam
tubuh biota melalui proses bio-akumulasi dalam rantai makanan yang berasal
dari perairan tersebut, seperti ikan dan kerang hijau, sesuai dengan sifat logam
berat yang sulit didegradasi, mudah terlarut di dalam air, terendap di dalam
sedimen, dan dapat terakumulasi dalam tubuh biota perairan (Sarjono, 2009).
Bioakumulasi terjadi ketika suatu subtansi diserap oleh tubuh organisme dengan
laju yang lebih cepat daripada pengeluaran substansi tersebut lewat proses
katabolisme dan eksresi. Semakin Panjang waktu paruh biologis suatu substansi,
maka semakin besar risiko keracunan yang dihadapi. Hal ini ini mengacu pada
proses pembersihan tubuh melalui ginjal dan hati yang melakukan fungsinya
sebagai fungsi ekskresi untuk menghilangkan suatu substansi dari tubuh, dimana
proses penyerapan logam berat oleh kerang hijau lebih cepat dibandingkan
proses pengeluarannya oleh ginjal dan hati melalui proses katabolisme dan
ekskresi (Darmono, 2010).
Faktor bioakumulasi ini terjadi juga karena tubuh kerang hijau memiliki
kemampuan untuk mengikat logam berat, kemampuan kerang itu ditunjang oleh
struktur anatomi tubuhnya yang dilengkapi dengan rongga yang terdapat antara
epitel mantel dan permukaan cangkang bagian dalam yang berisi cairan
ekstrapalial sehingga benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya
tertampung pada rongga tersebut. (Prasetya, 2005) Selain itu, kerang adalah
hewan yang tergolong filter feeder yaitu jenis hewan yang mendapatkan
makanannya dengan cara menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya.
Makanan yang masuk bersama air tadi digerakkan, diperas, lalu dicerna dengan
bantuan cilia pada tubuhnya. Makanan kerang dapat berupa zooplankton,
fitoplankton, bakteri, flagellata, protozoa, detritus, alga, dan berbagai zat yang
tarsuspensi dalam perairan tempat tinggalnya. Oleh karena kerang bersifat filter
feeder non-selective maka kerang dapat menampung logam berat dalam
4
tubuhnya tanpa menggangu sistem tubuhnya. Kerang dikenal sebagai
bioakumulasi karena selain kerang tergolong filter feeder, kerang hidupnya
relatif menetap dan bukan termasuk organisme migratory (Yusma, 2010). Bio-
akumulasi logam pada kerang hijau selain dapat menyebabkan keracunan tetapi
juga dapat menyebabkan mutasi gen (Ochiai, 1987) dan terjadinya kerusakan
DNA serta mempengaruhi transkripsi DNA pada kerang hijau (Liu, 2010).
5
ikatan logam tersebut sangat penting bagi fungsi normal metaloenzim dan juga
metabolisme terhadap sel. Di sini, enzim yang sangat berperan dalam insang
ikan ialah enzim karbonik anhidrase dan transpor TP ase. Karbonik anhidrase
adalah enzim yang mengandung Zn dan berfungsi menghidrolisis CO2 menjadi
asam karbonat. Apabila ikatan Zn itu diganti dengan logam lain, fungsi enzim
karbonik anhidrase tersebut akan menurun.
6
(Tetra Ethyl Lead) yang merupakan paduan kimia yang dari ikatan karbon (C)
dan timbal (Pb) (Palar, 2004), logam berat Kromium (Cr) berasal dari alam
dalam jumlah yang sangat kecil seperti proses pelapukan batuan dan run-off dari
daratan, namun logam berat Kromium dapat meningkat dengan kegiatan industri
yang menghasilkan limbah, dan logam berat Tembaga (Cu) berasal dari aktivitas
kapal yang membuang limbah mengandung Tembaga seperti kapal-kapal
nelayan yang berlabuh dan sedang melakukan perbaikan dan pengecatan kapal
(Palar, 1994). Cat pada kapal mengandung logam Cu dan akan meluruh lalu
masuk ke kolom air, sehingga perairan terkontaminasi Cu.
4. Salah satu upaya untuk menganalisis kandungan merkuri ini adalah dengan
menggunakan spektroskopi atomik, AAS. Bila anda diminta untuk memberikan
informasi tentang AAS, bagaimana anda menjelaskan prinsip penentuan
konsentrasi logam dengan spektroskopi absorpsi atom?
Jawab:
7
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
(absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut. Sekitar 67 unsur telah
dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur logam yang
sebelumnya dilakukan dengan metoda polarografi, kemudian dengan metoda
spektrofotometri UV-VIS, sekarang banyak diganti dengan metoda AAS.
8
AAS akan menghilangkan kelemahan yang disebabkan oleh self absorption
yaitu kecenderungan atom-atom pada ground state untuk menyerap energi yang
dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan ground state.
9
Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala:
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup
stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk
mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai
dengan unsur yang dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik:
• Tidak mudah meledak bila kena panas
• Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
• Mempunyai titik didih > 100 ºC
• Mempunyai titik nyala yang tinggi
• Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
10
3) Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk
unsur As, Se, Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih
dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa
hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-atomnya
melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).
11
11. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan
lurus.
12. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
13. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
14. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
15. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,
program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
12
Sensitivitas
Sensitivitas merupakan konsentrasi zat atau sampel yang diuji dengan
adsorban sebesar 0,0044 (resapan 1%). Sensitivitas biasanya dinyatakan dalam
µg/mL 1% abs. Sensitivitas dari metode AAS tergolongan tinggi karena pada
penggunaan metode ini interferensi daripada garis-garis spektrum unsur lain
diperkecil sehingga data yang diperoleh lebih akurat disbanding AES dan
AFS.Tingkat selektivitas juga tinggi karena dapat menentukan beberapa unsur
sekaligus dalam suatu larutan sampel tanpa perlu pemisahan.
Ketelitian
AAS mempunyai tingkat ketelitian yang sangat tinggi karena metode ini
bebas gangguan.Kesalahan relatifnya sangat kecil yaitu 1-2%. Ketepatan AAS
cukup baik dimana meskipun syarat yang diperlukannya sederhana akan tetapi
hasil pengukuran yang diperoleh cukup teliti sehingga dapat menjadi dasar
pembuatan kurva kalibrasi. AES mempunyai tingkat ketelitian yang sangat
rendah bahkan besar penyimpangan mencapai 50%.
AFS mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi apabila digunakan untuk
menganalisis senyawa organik dengan konsentrasi yang rendah.Tingkat
ketelitiannya berkurang seiring dengan bertambahnya konsentrasi senyawa yang
dianalisis.
13
2.2.Tugas II
Di laboratorium kelompok anda melakukan percobaan alat AAS. Untuk mengetahui
konsentrasi cuplikan/sampel anda menggunakan suatu metode yang dikenal sebagai
metode adisi standar. Anda memipet 10 mL larutan limbah yang mengandung ion Pb
ke dalam lima buah labu ukur 50 mL. Larutan standar Pb yang memiliki konsentrasi
12,5 ppm ditambahkan masing-masing ke dalam labu ukur tersebut dalam berbagai
variasi volume. Campuran tersebut kemudian diencerkan sesuai volume labu ukur.
Anda mengetahui bahwa dari hukum Lambert Beer terdapat hubungan antara
absorbansi dan konsentrasi spesi dalam sampel. Dengan metode adisi standar ini,
volume standar dan volume sampel disebut sebagai Vs dan Vx, sedangkan konsentrasi
larutan standar dan larutan sampel disebut sebagai Cs dan Cx. Volume larutan total
dibuat tetap yaitu VT.
14
𝐴 = 𝜀𝑏𝑐 (1)
𝐴 = 𝐴𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 + 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (2)
𝐴 = 𝜀1 𝑏1 𝑐1 + 𝜀2 𝑏2 𝑐2 + ⋯ + 𝜀3 𝑏3 𝑐3 (3)
Dalam teknik adisi standar, maka terdapat variabel volume yang diperhitungkan,
maka:
𝜀𝑏𝑉𝑠 𝐶𝑠 𝜀𝑏𝑉𝑥 𝐶𝑥
𝐴= + (4)
𝑉𝑡 𝑉𝑡
𝜀𝑏
Jika 𝑘 = , maka
𝑉𝑡
2. Bila intersep pada plot di atas bernilai a sedangkan kemiringan kurva pada no.
1 di atas bernilai b, bagaimana anda mendapatkan persamaan untuk
menentukan konsentrasi sampel:
Cx = (a.Cs)/(b.Vx)
Jawab:
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, besar absorbansi berbanding lurus dengan
besar konsentrasi yang berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
absorbansi yang dihasilkan semakin tinggi begitupun sebaliknya, semakin
rendah konsentrasi maka absorbansi yang dihasilkan semakin rendah juga.
Pernyataan ini menandakan bahwa hubungan antara konsentrasi terhadap
absorbansi akan menghasilkan garis linear apabila diplotkan ke dalam grafik.
15
dengan b adalah slope dan a adalah intersep, maka:
𝑏 = 𝑘𝑐𝑠 (8)
dan
𝑎 = 𝑘𝑉𝑥 𝐶𝑥 (9)
dengan analisa least square dapat diperoleh a dan b, kemudian perbandingan
dari nilai cs, Vx, dan Vs, maka:
𝑏 𝑘𝑐
= 𝑘𝑉 𝐶𝑠 (10)
𝑎 𝑥 𝑥
16
Grafik Hubungan antara Nilai Absorbansi dengan
Volume Standar
0.6
0.5
0.4
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Volume standar (mL)
𝑎𝐶
𝐶𝑥 = 𝑏𝑉𝑠 (11)
𝑥
𝐶𝑥 = 30,1744 𝑝𝑝𝑚
b. Ekstrapolasi
1) Menghitung konsentrasi larutan standar Pb 12,5 ppm dengan volume
setelah pengenceran sebesar 50 mL
• Larutan Standar Pb 0 mL
𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
0 𝑚𝐿. 12,5 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝐿. 𝑀2
𝑀2 = 0 𝑝𝑝𝑚
• Larutan Standar Pb 10 mL
𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
𝑀2 = 2,5 𝑝𝑝𝑚
• Larutan Standar Pb 20 mL
𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
17
0 𝑚𝐿. 12,5 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝐿. 𝑀2
𝑀2 = 5 𝑝𝑝𝑚
• Larutan Standar Pb 30 mL
𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
𝑀2 = 7,5 𝑝𝑝𝑚
• Larutan Standar Pb 40 mL
𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
𝑀2 = 10 𝑝𝑝𝑚
0.5
0.4
Absorbansi
0.3
y = 0.0345x + 0.2076
0.2 R² = 0.9998
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi Larutan Standar Pb (ppm)
18
𝑥 = −6.0174 𝑝𝑝𝑚
= 30.087 𝑝𝑝𝑚
19
BAB III
KESIMPULAN
1. Logam berat yang dapat terkandung dalam kerang hijau dan ikan adalah Hg, Pb,
Cd, Cr, dan Cu.
2. Bahaya yang dapat terjadi apabila mengonsumsi kerang hijau dan ikan yang
tercemar logam berat adalah kelelahan, iritabilitas, menganggu sistem saraf pusat,
kehilangan libido, gangguan menstruasi, aborsi spontan pada ibu hamil, bahkan
merusak fungsi organ dan menurunkan IQ jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi
3. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) merupakan salah satu metode dalam
kimia analitik yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik
secara kuantitatif dan kualitatif yang berprinsip pada serapan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu oleh atom.
4. Persamaan hukum Lambert-Beer yaitu 𝐴 = 𝜀𝑏𝑐 yang berarti absorbansi akan
berbanding lurus dengan absorpsivitas, tebal kuvet, dan konsentrasi sampel pada
larutan.
5. Terdapat dua cara untuk menentukan konsentrasi larutan sampel yaitu dengan
rumus perhitungan Cx dan ekstrapolasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22