OSEANOGRAFI KIMIA
SENYAWA KIMIA
LAUT
REVIEW JURNAL
MARINE CHEMICAL
AND MEDICINE
RESOURCES
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
i
Anggota Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................2
BAB III…………………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oseanografi dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari
lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi
perpaduan dari berbagai macam ilmu yang lain. Kimia oseanografi berhubungan
dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar lautan dan juga
menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri.
Oseanografi kimia juga merupakan salah satu bagian dari disiplin ilmu Oseanografi.
Oseanografi kimia mempelajari tentang sifat-sifat kimia air laut yaitu komposisi
kimiawi air laut dan hubungannya dengan proses-proses siklus bahan-bahan kimia
terlarut serta tentang produktivitas baik primer, sekunder dan tersier di laut.
Komposisi air laut khususnya di perairan estuaria sangat dipengaruhi oleh
masukkan massa air dari sistem sungai yang bermuara. Kadar unsur kimia perairan
sungai yang masuk ke estuari memiliki perbedaan dengan kadar unsur kimia air
laut. Substansi kimia di perairan pesisir dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian,
yakni substansi kimia yang mudah terurai dan tidak mudah terurai.
Pada umumnya titik didih air murni adalah 100 ˚C sedangkan pada air laut lebih
dari 100 ˚C, misalnya pada suhu 105 ˚C-120 ˚C. Perbedaan ini terjadi karena
konsentrasi larutan. Semakin pekat suatu larutan, maka semakin tinggi titik
didihnya dan semakin rendah titk bekunya. Selain itu, larutan air laut adalah larutan
ionik, yang artinya butuh kerja keras untuk mengubah larutan ini menjadi bentuk
baru (ikatan Na dan Cl yang merupakan ikatan yang lebih kuat dibandingkan
Hidrogen dan Oksigen). Beberapa faktor lingkungan penentu perairan diperanguhi
oleh pengelolaan dan kelangsungan hidup, kondisi fisik alam, pertumbuhan, atau
reproduksi organism akuatik dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi
perairan. Faktor kimia perairan antara lain DO, Salinitas, PH, SPL (Suhu
Permukaan Laut), polutan yang terjadi di lingkungan muara laut bahkan adaptasi
organisme laut pada lingkungannya yang menyebabkan terbentuknya molekul
senyawa kimia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tahun 2018
Penulis S Ali and C Llewellyn
Reviewer Kemaal Sayyid Zenyda, Resa Gumbirasari, Ghea
Narakhita
Editor Resume Fahira Anggi N, M. Naufal Abrar, Goldi Imam
Tanggal 31 Agustus 2019
Latar Belakang
Lingkungan laut terdiri dari beberapa habitat yang ditentukan mulai dari
mikro-permukaan laut yang meliputi beberapa mikron pertama dari kolom air,
melalui kolom air curah itu sendiri kemudian turun ke dasar lautan dan bawah
permukaan, sedimen, yang dapat ditemukan ventilasi hidrotermal, rembesan dingin,
rembesan hidrokarbon, dan air garam jenuh, serta berbagai variasi mineral dan
geologis.
Semakin jelas bahwa di dalam semua lapisan samudera ini ada keragaman
mikro dan makro organisme yang mampu menghasilkan sejumlah besar molekul
yang sebelumnya belum terdeskripsi, yang dapat bermanfaat bagi bidang industri
dan bidang kesehatan. Lautan telah lama menjadi sumber nutrisi, aditif, dan obat-
obatan yang berasal dari mamalia laut dan ikan.
Keanekaragaman hayati di beberapa ekosistem laut mungkin melebihi hutan
hujan tropis dan ini didukung oleh keberadaan 34 dari 36 filum
kehidupan. Keanekaragaman hayati ini berasal dari berbagai kondisi lingkungan
yang diadaptasi organisme laut untuk bertahan hidup, termasuk pH ekstrim (asam
dan alkali), suhu (tinggi dan rendah), salinitas, tekanan, dan toksisitas kimia
(kompleks hidrokarbon polisiklik, logam berat).
2
Tujuan
Metodelogi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah survei kualitatif yakni data
yang dikumpulkan berupa metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan
dengan menggunakan analisis. Pada pelaksanaannya, metode ini bersifat deskriptif,
yakni peneliti akan mendeskripsikan suatu fenomena dengan berdasarkan pada
pengalaman partisipan riset serta hasil observasi yang telah dilakukannya. Data
yang terhimpun kemudian dianalisa dan menjadi data naratif. Dengan demikian
laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data hasil analisa untuk memberikan
gambaran penyajian laporan yang berasal dari catatan lapangan, dokumentasi
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
3
BIOKATALISIS
4
Virus adalah agen biologis paling melimpah di lingkungan laut dan
penemuannya sangat tinggi. Indikasi saat ini adalah bahwa lautan mengandung
berbagai macam virus DNA dan RNA dengan strategi bertahan hidup yang meniru
mereka dari virus terestrial namun virus laut ini menyediakan banyak protein
dengan fungsi yang tidak diketahui. Sebagian besar virus laut diasumsikan
bakteriofag karena partikel virus paling sering terdeteksi di sekitar bakteri, dan
bakteri adalah bakteri organisme paling berlimpah di lautan. Sebagai contoh, virus
ganggang raksasa telah terbukti menyandikan glikosilase baru, pompa kalium, dan
jalur untuk sintesis sphingolipid kompleks. Keragaman biokimia ini menunjukkan
bahwa virus laut dapat menjadi sumber untuk eksploitasi di masa depan untuk jenis
karbohidrat dan lipid baru serta protein dan enzim baru.
BIOREMEDIASI
5
BAB III
KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S., & Llewellyn, C. (2009). Marine Chemical and Medicine Resources.
Encyclopedia of Ocean Sciences (3rd ed.). Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-012374473-9.00759-1