Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM PROTISTA

SIM RIVER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Protista


Semester Tiga yang Diampu oleh Bapak Dr. Jumari S.Si, M.Si dan Bapak
Drs. Udi Tarwotjo, MP

Disusun Oleh:
FITRI ULFANA RISKY
24020115130095

LABORATORIUM EKOLOGI DAN BIOSISTEMATIK


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan anugerah, rahmat, dan hidayah-Nya, serta memberikan
kesabaran dan kepercayaan diri, sehingga penyusun berhasil menyelesaikan
penulisan laporan yang berjudul Laporan Praktikum Protista Sim River.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan praktikum mata kuliah Protista pada Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.
Dalam penulisan laporan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Jumari S.Si, M.Si dan Dr. Udi Tarwotjo, M. P. selaku dosen pengampu
pada mata kuliah Protista.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Protista.
3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Laporan Praktikum Sim
River, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa di dalamnya
masih terdapat banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi.
Sehubungan dengan itu, tanggung jawab sepenuhnya atas segalanya berada pada
pihak penyusun. Oleh karenanya, penyusun sangat mengharapkan adanya saran
dan kritik konstruktif demi perbaikan dan kemajuan penyusun di masa-masa yang
akan datang. Akhirnya, hanya ada satu harapan dari penyusun, yakni semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca.

Penyusun

DAFTAR ISI
JUDUL.....i
KATA PENGANTAR....ii
DAFTAR ISI...iii
LEMBAR PENGESAHAN...iv
BAB I PENDAHULUAN..... 1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan.....2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3
2.1 Kingdom Protista....3
2.2 Diatom dan Klasifikasi...4
2.3 Simriver...7
BAB III METODE.8
3.1 Alat...8
3.2 Bahan...8
3.3 Cara Kerja...8
BAB IV HASIL PENGAMATAN16
BAB V PEMBAHASAN20
BAB VI PENUTUP24
6.1 Kesimpulan..24
6.2 Saran25
DAFTAR PUSTAKA26

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan

: Sim River

Tanggal

: 4 November 2016

Tempat Pelaksaan

: Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan


Biologi, Fakultas Sains Dan Matematika, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Semarang, 16 November 2016


Mengetahui,
Asisten

Praktikan

Kenanga Sari

Fitri Ulfana Risky

24020115420011

24020115130095

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Air
merupakan salah satu komponen terbesar yang ada di bumi, tidak hanya itu air juga
menyusun sebagian besar tubuh manusia. Berbagai aktivitas kehidupan manusia dan
makhluk hidup lain juga membutuhkan air. Air bersumber dari siklus hidrologi yang terus
menerus berlangsung sehingga air tetap ada. Salah satu unsur dalam siklus hidrologi adalah
sungai. Sungai merupakan komponen lingkungan yang berfungsi sebagai tempat aliran air
dari hulu sampai ke hilir dan bermuara di laut. Sungai memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan makhluk hidup. Sungai berfungsi sebagai habitat bagi hewan-hewan air. Air
sungai yang bersih dapat dikonsumsi untuk kebutuhan manusia. Selain itu sungai dapat
berfungsi sebagai sarana transportasi,irigasi pertanian dan lain sebagainya.
Seiring berkembangnya zaman, maka teknologi juga berkembang pesat. Kebutuhan
manusia yang semakin dinamis mendorong para pengusaha besar-besaran mendirikan
berbagai industri yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan salah satunya dengan
adanya pembuangan limbah ke sungai. Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah dan
dibuang secara langsung ke sungai, menjadikan sungai tercemar dan kondisinya tidak baik
untuk dimanfaatkan lagi. Pencemaran sungai memiliki tingkatan atau kualitas air tertentu.
Kualitas air dapat diidentifikasi dari organisme yang ada pada sungai tersebut. Salah satu
organisme yang dapat mengidentifikasi kualitas air sungai ataupun kolam adalah diatom.
Diatom merupakan fitoplankton yang masuk ke dalam kelas Bacillariophyceae.
Kelompok ini merupakan komponen fitoplankton yang paling umum dijumpai di laut. Ia
terdapat dimana saja, dari tepi pantai hingga ke tengah samudra. Diatom sangat berguna
dalam studi lingkungan karena distribusi spesiesnya dipengaruhi oleh kualitas air dan
kandungan nutrien serta keberadaannya sangat melimpah di sedimen perairan seperti di
laut, estuari, danau, kolam, maupun sungai, demikian juga dengan fosil diatom yang dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Penggunaan diatom sebagai
indikator kualitas perairan lebih baik dibandingkan dengan indeks saprobitas karena

diatom lebih sensitif terutama yang berkaitan dengan parameter konduktivitas dan
kandungan organik.
Analisis mengenai kualitas air dapat dilakukan menggunakan aplikasi yang dapat
diakses dan digunakan dengan baik. Analisis tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Sim River. Sim River memungkinkan menciptakan lingkungan
sungai sendiri, dan berbeda musim, penggunaan lahan, dan populasi. Sim River dapat
memberikan analisis kesehatan sungai dengan menganalisis diatom yang dihasilkan oleh
program.
1.2. Tujuan
1.2.1 Mampu menggunakan aplikasi Sim River dengan baik dan benar serta menganalisis
1.2.2
1.2.3

berbagai keanekaragaman diatom.


Mampu menganalisis indeks saprobik yang teramati di dalam simulasi Sim River.
Mampu mengidentifikasi diatom yang terdapat dalam suatu perairan tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Sim River
SimRiver merupakan suatu paket perangkat lunak pendidikan yang mempromosikan

pemahaman tentang hubungan antara aktivitas manusia, kualitas air sungai, dan
diatom. SimRiver merupakan perangkat lunak simulasi paket yang dikembangkan Dr Shigeki
Mayama dari Tokyo Gakugei University dan rekan-rekan kerjanya. Pengguna dapat dengan
mudah belajar bahwa keanekaragaman spesies diatom dan pengaruh masyarakat dalam
mengubah keadaan lingkungan dan membawa perubahan ini berhubungan langsung dengan
kualiatas air dan analisanya dapat dilakukan dengan menggunakan simulasi SimRiver.
Pengguna juga dapat menghitung indeks saprofik. Indeks ini merupakan nilai numerik untuk
mengukur kualitas air pada contoh yang spesifik. Pembangunan daerah pemukiman dalam
simulasi SimRiver memperlihatkan gambaran realistis populasi kualitas air dan diatom.
Parameter simulasi dibatasi oleh faktor di bawah ini. Software digunakan harus dilakukan
dengan memahami beberapa tersebut (Rommimohtarto, 2009).

2.2.

Diatom
Diatom merupakan fitoplankton yang masuk ke dalam kelas Bacillariophyceae.
Kelompok ini merupakan komponen fitoplankton yang paling umum dijumpai di laut. Ia
terdapat dimana saja, dari tepi pantai hingga ke tengah samudra. Diperkirakan di dunia ada
sekitar 1400-1800 jenis diatom, tidak semua hidup sebagai plankton. Ada juga yang hidup
sebagai bentos (di dasar laut), atau yang kehidupan normalnya di dasar laut tetapi oleh
gerakan adukan air dapat membuatnya lepas dari dasar dan terbawa hanyut sebagai plankton
(disebut sebagai fikoplankton) (Nontji, 2008).

2.2.1

Diatom Centrales (Centric Diatom)


Diatom sentrik (centrik) bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri radial
atau konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong,

silindris, dengan penampang bulat, segitiga atau segi empat. Laut Jawa terdapat
sekitar 91 jenis diatom sentrik. (Nontji, 2008).
Menurut Wirianto (2012), contoh dari diatom centric adalah Cyclotella sp.
Cyclotella Sp memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom

: Protista

Filum

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Centrales

Family

: Thalassiosiraceae

Genus

: Cyclotella

Spesies

: Cyclotella sp

Cyclotella sp mempunyai ciri-ciri datar, sedikit cekung, atau agak berombak


konsentris katu. Wilayah tengah katup mungkin menampilkan cincin striae terbentuk
pori-pori sangat kecil. Silisifikasi bervariasi tergantung pada kandungan silika dalam
air. Selnya tunggal, berbentuk silinder, dengan duri pendek di luar dan menampilkan
konsentris agak berombak katup. Ukuran dari Cyclotella sp sampai 12 mikron
(Wirianto, 2012).
2.2.2

Diatom Penat (Pennate Diatom)


Diatom penat mempunyai simetri bilateral, yang bentuk umumnya
memanjang, atau berbentuk sigmoid seperti huruf S. Sepanjang median sel diatom
penat ada jalur tengah yang disebut rafe (raphe). Diatom penat cenderung sedikit
ditemukan dalam perairan karena jumlah diatom penat yang ada di perairan misalnya
Laut Jawa hanya 36 jenis (Nontji, 2008).
Menurut Wirianto (2012), salah satu contoh dari diatom penat adalah Synendra
sp. Synendra sp mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
8

Kingdom : Protista
Filum

: Bacillariophyta

Class

: Fragilarophyceae

Ordo

: Flagilariales

Genus

: Synendra

Spesies

: Synendra sp

Synendra sp mempunyai ciri-ciri yaitu berbentuk memanjang seperti jarum.


Bisa terdapat secara tunggal atau koloni. Jika berkoloni, akan berkumpul pada satu
titik di gumpalan lendir yang dikeluarkan dari pori-pori. Spesies ini memiliki klorofil
sehingga mampu berfotosintesis. Habitat Synendra sp bisa ditemukan di wilayah air
tawar, seperti danau dan juga waduk (Wirianto, 2012).
2.3.

Indeks Saprobik
Indeks saprobik adalah salah satu monitoring sungai atau badan air lainnya
untuk menentukan tingkat pencemaran yang terjadi. Kelebihan indeks saprobik
adalah jangkuan yang cukup luas dan akurat bagi terjadinya suatu pencemaran badan
air. Parameter-parameter yang di ukur dalam penelitian ini adalah kandungan oksigen
terlarut (DO), kandungan oksigen biokimia (BOD), nitrat, nitrit, amonia, pH,
kecepatan arus, kedalaman, suhu dan indeks saprobik. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, nilai indeks saprobik sungai Bedog adalah tercemar ringan sampai
sedang. Semua parameter terukur masih di bawah ambang batas (NAB) yang
dianjurkan dalam Surat Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup
nomor 02/MENKLH/tahun 1988 tentang baku mutu sumber air baku mutu air
golongan B (Banne, 2011).

BAB III
METODE
3.1 Alat
3.1.1 Laptop
3.1.2 Rol kabel
3.1.3 Charger Laptop
3.2 Bahan
3.2.1 Aplikasi Sim River
3.2.2 Data diatom pada 5 lokasi yaitu hulu, sesudah hulu, bagian tengah antara hulu dan
hilir, sebelum hilir, dan hilir.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Sim River dapat diakses secara online di www.u-gakugei.ac.jp/~diatom/en. Program
3.3.2

ini akan dijalankan pada Mac atau sistem PC berbasis menggunakan Mozila Firefox.
Sim River dimulai dengan pemilihan bahasa yang . Pengguna memilih bahasa dan
mulai tekan untuk melanjutkan.

3.3.3

Ada tiga pilihan tingkat yang dapat dipilih (dimulai dengan Tingkat 1, 2, dan 3).
Selain itu, mode (toggles) dapat diperiksa, menyesuaikan program untuk koneksi
internet yang lambat dan perhitungan indeks auto saprobik. Kemudian klik mulai

10

3.3.4

Langkah selanjutnya adalah lingkungan sungai dirancang sesuai keinginan. Ada 5


area yang harus diisi yaitu hulu, sesudah hulu, bagian tengah antara hulu dan hilir,
sebelum hilir, dan hilir. Lingkungan darat yang tersedia adalah hutan, perkebunan,
pemukiman, dan pabrik. Setelah itu pilih musim yang diinginkan (misalnya musim
semi). Pengambilan sampel dilakukan pada 5 area tersebut. Kemudian klik lanjut.

11

3.3.5

Setelah lokasi untuk simulasi masyarakat diatom dipilih, sebuah halaman web
dengan gambar diatom mencerminkan kekayaan dan keragaman spesies muncul.
Gambar diatom dapat dipilih untuk identifikasi. Setelah gambar diatom dipilih,
panduan identifikasi akan muncul di sisi sebelah kanan. Kemudian diatom
dicocokkan dengan panduan identifikasi tersebut. Apabila identifikasi diatom dengan
buku panduan benar, maka akan muncul gambar yang menunjukan bahwa
identifikasi benar.

12

3.3.6

Setelah proses identifikasi diatom selesai, tabel spesies diklik untuk melihat jumlah
spesies diatom yang ditemukan dan melihat nilai saprobik masing-masing spesies
dan dijumlahkan berapa jenis spesies yang muncul di kolom pengisisan. Tabel akan
menavigasi setiap spesies, memberikan nama setiap diatom yang ditemukan dalam
sampel simulasi, kelimpahan setiap spesies diatom dalam sampel simulasi, dan nilai
saprobik diatom didasarkan pada 1 sampai 4 rating di mana 1 adalah setidaknya
13

mencemari lingkungan dan 4 adalah yang paling tercemar. Pada bagian ini dilakukan
input jumlah spesies yang ditemukan. Kemudian klik lanjut.

3.3.7

Lalu tombol lanjut diklik sehingga muncul grafik. Grafik menghasilkan grafik
batang, menempatkan spesies diatom dalam tiga kategori (paling toleran, moderat
toleran, dansensitif). Kategori mencerminkan tiga tingkat polusi toleransi, dan ukuran
kategori mencerminkan persentase kelimpahan dalam komunitas simulasi. Kemudian
klik lanjut.

14

3.3.8

Setelah tombol lanjut ditekan, dan table spesies kembali muncul pada layar. Dapat
digunakan untuk menghitung indeks saprobik bagi masyarakat simulasi.

3.3.9

Setelah nilai indeks saprobik diperoleh, tekan tombol hubungan indeks saprobik
antara kalitas air untuk melihat tingkat kualitas air.

3.3.10 Data dimasukkan pada Lembar Kerja A.

15

3.3.11 Dilakukan pengambilan sampel di tempat lain pada keempat area yang tersisa,
dengan cara yang sama dengan lokasi yang berbeda sampai semua data (Hulu,
Setelah hulu, Bagian tengah antara hulu dan hilir, sebelum hilir dan hilir) terpenuhi.

16

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

BAB V
PEMBAHASAN

17

Praktikum Protista pada Jumat, 4 November 2016 berjudul Sim River. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik. Praktikum ini bertujuan untuk mampu
menggunakan aplikasi Sim River dengan baik dan benar serta menganalisis berbagai
keanekaragaman diatom, mampu menganalisis indeks saprobik yang teramati di dalam simulasi
Sim River, mampu mengidentifikasi diatom yang terdapat dalam suatu perairan tertentu. Alat
bahan yang digunakan adalah laptop, rol kabel, charger laptop. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini antara lain aplikasi Sim River, data diatom pada 5 lokasi yaitu hulu,
sesudah hulu, bagian tengah antara hulu dan hilir, sebelum hilir dan hilir.
Langkah pertama dalam praktikum ini adalah menentukan lingkungan, jumlah populasi,
ada atau tidak adanya limbah, selanjutnya menentukan musim apa yang akan dilakukan. Pada
percobaan pertama, musim yang digunakan adalah musim semi. Pada musim semi tersebut,
daerah hulu dibuat dengan tataguna lahan sebagai hutan dengan populasi sebanyak 10, daerah
setelah hulu tataguna lahan sebagai perkebunan dengan jumlah populasi 10, daerah bagian
tengah antara hulu dan hilir tataguna lahan sebagai hutan dengan populasi 10, daerah bagian
sebelum hilir dibuat dengan tataguna lahan perkebunan dengan populasi 10, dan hilir dibuat
tataguna lahan sebagai permukiman dengan jumlah populasi 10. Area hilir dibuat adanya
pencemaran limbah pabrik.
5.1. Hubungan Indeks Saprobik dengan Tingkat Pencemaran
Indeks saprobik adalah salah satu monitoring sungai atau badan air lainnya untuk
menentukan tingkat pencemaran yang terjadi. Kelebihan indeks saprobik adalah jangkuan
yang cukup luas dan akurat bagi terjadinya suatu pencemaran badan air. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendi (2003), bahwa Indeks saprobik merupakan salah satu metode
monitoring sungai atau badan air lainnya untuk menentukan tingkat pencemaran yang
terjadi. Kelebihan indeks saprobik ini adalah adanya jangkauan yang cukup luas dan akurat
bagi penentu terjadinya suatu pencemaran badan air. Dengan indeks saprobik ini kita dapat
melihat langsung jenis dan macam organisme yang langsung mengalami dan kontak dengan
bahan pencemar di periran. Organisme yang ada juga sangat bergantung dari tingkat
pencemaran yang terjadi

18

Hasil yang diperoleh adalah didapat indeks saprobik pada masing-masing situs dari
hulu sampai hilir yaitu 1,21 ; 1,18 ; 1,17 ; 1,23 ; dan 1, 23. Indeks saprobik yang telah
didapat tersebut kemudian dibandingankan dengan hubungan indeks saprobik dan kualitas
air. Dari perbandingan tersebut didapatkan bahwa indek saprobik yang diperoleh berada
pada level 3, dimasa nilai indeknya masih dianta nilai 1,00-1,49. Suatu perairan dapat
dikatakan bersih jika tidah ada zat pencemar baik dari bahan organic dan anorganik dan
tergantung pada bagaimana aktivitas manusia di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pirzan (2008), kualitas air bersih (berkaitan dengan perairan yang tidak tercemar) yang
menggambarkan proses mineralisasi berlangsung dengan baik dan kandungan oksigen
normal serta fitoplankton didominasi oleh Desmidiaceae dan Chlorophyceae. Penyebab
sumber pencemaran berasal dari bahan organik dan anorganik tetapi berdasarkan hasil
penelitian maka bahan organiklah yang lebih dominan dibandingkan bahan anorganik dan
akumulasi dari buangan limbah organik yang dilakukan oleh masyarakat di perairan.
Menurut Ardi (2002), beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon
yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Salah satu pendekatan yang dilakukan
adalah dengan menggunakan indeks saprobik, dimana indeks ini digunakan untuk
mengetahui tingkat ketergantungan atau hubungan suatu organisme dengan senyawa yang
menjadi sumber nutrisinya. Sehingga dapat diketahui hubungan kelimpahan plankton
dengan tingkat pencemaran suatu perairan.
Keberadaan spesies-spesies yang didapatkan pada setiap situs dapat diguakan sebagai
indicator penentuan status tingkat pencemaran ar. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Dahuri (2005), konsentrasi amonia yang tinggi di dalam perairan dapat bersifat racun yang
dapat membahayakan hewan dan vegetasi akuatik. Kelompok diatom pada lingkungan air
yang tercemar merupakan indikator yang baik untuk pencemaran. Dengan demikian,
penentuan status tingkat pencemaran air dapat ditinjau dari pola penyebaran spesies-spesies
indikator diatom perrifiton disepanjang aliran sungai. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa semakin tercemarnya kualitas air semakin sedikitnya jumlah spesies diatom.
5.2 Analisis Data Spesies Diatom
5.2.1. Spesies Khas di Masing-Masing Area

19

Pada hasil pengamatan di bagian hulu spesies yang paling banyak ditemukan adalah
Cocconeis placentula yaitu sebanyak 5 sedangkan spesies lainnya hanya ditemukan rata-rata
berjumlah 1 saja. Sedangkan untuk indeks saprobik sebesar 1,21 yang berarti menunjukkan
bahwa kulitas air pada area hulu bersih atau tidak tercemar.
Klasifikasi Cocconeis placentula
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Bangsa : Pennales
Suku : Achnanthaceae
Marga :Cocconeis
Jenis

:Cocconeis placentula

Pada hasil pengamatan di bagian setelah hulu, bagian tengah, sebelum hilir dan hilir
spesies yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia linearis yaitu sebanyak 5-6
sedangkan spesies lainnya hanya ditemukan rata-rata berjumlah 1 atau 2 saja. Ini
menunjukkan bahwa spesies inilah yang paling mendominasi dari seluruh area. Sedangkan
untuk indeks saprobik sebesar 1,18 pada bagian setelah hulu; 1,17 pada bagian tengah antara
hulu dan hilir; 1,23 untuk bagian sebelum hilir dan hilir. Hasil ini menunjukkan
menunjukkan bahwa kulitas air pada kedua area tersebut bersih atau tidak tercemar.
Nitzchia palea merupakan spesies diatom yang hanya ditemukan pada area sebelum hilir
pada simulasi pengkajian kualitas air dengan aplikasi SimRiver ini.. Spesies diatom ini
20

memiliki indeks atau nilai saprobik sebesar 4, mampu hidup di perairan yang bersih hingga
sangat tercemar. Berdasarkan pendapat Round (2001), diktiosom pada Nitzschia palea
memiliki kompleks perinuklear, dan terletak hanya dalam sitoplasma pusat. Mitokondria
jarang ada pada bagian tengah sitoplasma, namun berlimpah pada bagian perifer sitoplasma
dan sitoplasma transvacuolar. Karakteristik Nitzschia palea yaitu valve berbentuk lanceolate,
dengan sisi parallel dan lonjong atau meruncing pada sisi polar, terbelah pada bagian apikal
subcapitate. Nitzschia palea tidak memiliki fibulae, dan tidak terdapat central nodule. Striae
transapikal pada spesies ini.

Klasifikasi ilmiah Nitzchia palea berdasarkan pendapat Botes (2014), sebagai berikut.
Kingdom : Chromista
Filum

: Ochrophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Bacillariales

Famili

: Bacillariaceae

Genus

: Nitzschia

Spesies

: Nitzschia palea

(Round, 2001)

Pada hasil pengamatan di bagian sebelum hilir spesies yang paling banyak ditemukan
adalah Nitzschia linearis yaitu sebanyak 5-6 sedangkan spesies lainnya hanya ditemukan
rata-rata berjumlah 1 atau 2 saja. Sedangkan untuk indeks saprobik sebesar 1,18 pada bagian
setelah hulu dan 1,17 pada bagian tengah antara huu dan hilir yang berarti menunjukkan
bahwa kulitas air pada kedua area tersebut bersih atau tidak tercemar.

BAB VI
21

PENUTUP
6.1 Simpulan
6.1.1

Sim River merupakan suatu software simulasi yang menunjukkan hubungan antara
keberadaan dan jumlah spesies diatom dengan kualitas perairan pada daerah tertentu.
Cara menggunakan aplikasi Sim River yaitu membuka software, bahasa dipilih, area
sampling dan musim dipilih, diatom diidentifikasi, hasil spesies dihitung, indeks
saprobik dihitung, kualitas perairan dianalisis.

6.1.2

Jumlah spesies diatom yang tumbuh pada kondisi perairan tertentu dipengaruhi oleh
sifat diatom yang toleran, cukup toleran, dan sensitif. Semakin tinggi indeks saprobik
suatu perairan maka semakin tercemar kualitas air pada lingkungan tersebut.

6.1.3

Diatom yang paling banyak ditemukan pada daerah yang bermusim semi dan paling
dominan adalah Nitzschia palea

6.2 Saran
Penggunaan software Sim River membutuhkan ketelitian dalam mengidentifikasi
diatom dalam mengetahui jumlah spesies, indeks saprobik, dan kualitas perairan

DAFTAR PUSTAKA
Banne, Noviyanto. 2011. Studi Komunitas Epifit Pada Lamun Buatan Di Perairan Tanjung
Tiram Kecamatan Moramo Utara Kanupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari.
22

Botes, L. 2014. Phytoplankton Identification Catalague. Glo Ballast Monograph. Saldanha Bay,
South Africa. Series No. 7.
Dahuri, R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. Bogor: IPB.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. Jakarta: LIPI Press.
Rommimohtarto dan Juwana. 2009. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Jakarta:
Gramedia.
Round, F. E. 2001. The Diatoms: Biology & Morphology of The Genera. UK :Cambridge
University Press.
Pirzan, 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air di Pulau Bauluang,
kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Wirianto. 2012. Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema costatum (Greville) Cleve
Isolat Jepara pada Medium F/2 dan Medium Conway. Bioma, Vol. 2, No. 1.

23

24

Anda mungkin juga menyukai