Anda di halaman 1dari 6

Utang Indonesia

Berdasrakan dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko


(DJPPR) Kementerian Keuangan yang dirangkum Liputan6.com, Jakarta, Kamis
(19/10/2017), total outstanding utang pemerintah Indoensia hingga September 2017
stelah menyentuh angka Rp 3.866,45 triliun. Jumlah utang ini naik Rp 40,66 triliun,
dibanding Agustus 2017 yang sebesar Rp 3.825,79 triliun. Penambahan utang
indonesia naik secara signifikan sebesar Rp 1.258,67 triliun dalam kurun waktu 3
tahun sejak menjabatnya rezim Jokow-JK.

Jika posisi utang saat ini Rp 3.866,45 triliun dibagi dengan jumlah penduduk
Indonesia sekitar 250 juta jiwa, maka satu orang menanggung utang sekitar Rp 15,46
juta. Tidak terkecuali pada bayi yang baru lahir juga menanggung utang ini.

Kebijakan penambahan jumlah utang hingga menyentuh 28,6% dari PDB agaknya
menjadi cara utama dalam meningkatkan pemasukan kas negara. Kebijakan ini
dimaksudkan untuk menutupi defisit pengeluaran negara yang kian membengkak.

Utang yang menumpuk menyebabkan kondisi APBN 2017 tidak sehat karena ada
defisit keseimbangan primer senilai Rp 114,4 triliun. Bahkan RAPBN 2018
sebenarnya lebih buruk lagi karena cicilan pokok utang sebesar Rp 629,2 triliun
dengan bunganya Rp 247,6 triliun dan defisit (minus) anggaran Rp 326 triliun, dan
hampir dipastikan ini akan ditutupi dengan menambah utang baru.

Karena kondisi ekonomi terus memburuk, beban APBN akibat utang terus
bertambah, sementara pendapatan pajak tidak pernah mencapai target maka
pemerintah sering melakukan pemotongan anggaran belanja departemen dan transfer
ke daerah. Misalnya tahun 2016, pemerintah memangkas belanja negara sebesar Rp
133,8 triliun, yang mencakup pemotongan belanja kementrian/ lembaga Rp 65 triliun
dan transfer ke daerah Rp 68,8 triliun, bahkan tahun 2017 sempat beredar isu
penghentian tunjangan sertifikasi guru dan dosen karena dianggap membebani
APBN. Ironis memang karena anggaran membayar bunga utang tidak dianggap
membebani APBN.

Hutang yang kian membesar sudah dipastikan membawa beban dan resiko yang besar
bagi perekonomian Inodonesia. Pemerintah mengatakan bahwasanya utang masih
dalam taraf normal dan kemampuan Indonesia untuk membayarnya diyakini bisa.
Faktanya selama ini utang Indonesia tidak pernah berkurang bahkan terus
membengkak dengan bunga utang yang kian tinggi. Bahkan membayar utang pun
dengan berhutang, inikan gali lobang tutup lobang namanya. Bukannya
menyelesaikan masalah tapi mencari masalah baru. Selain juga utang sangat
membebani APBN dan menjadikan anggarannya tidak sehat, bayangkan bayar bunga
saja mencapai 200 triliun lebih dan ini belum termasuk cicilan utang inti.

Utang yang terus membengkak ini sudah tentu akan semakin membebani APBN dan
mengurangi kemampuan APBN dalam pendanaan di sektor vital seperti
infrastrruktur. Kekurang dana ini akan memperbesar defisit anggaran yang tentunya
harus ditambal dengan penambahan atau suntikan dana dari sektor lain. Terbukti
dengan terus bertambahnya targat penerimaan KAS negara dari pajak yang mencapaii
80% lebih. Hal ini sudahlah tentu akan semakin membebani masyarakat. Bahaya
yang paling besar akibat besarnya utang adalah jatuhnya kedaulatan negara ke tangan
asing, dan ini sangatlah mungkin jika besarnya nilai utang terus bertambah.

Sebenarnya ada sektor lain yang sangat potensial dalam memberikan pemasukan bagi
KAS negara yaitu SDA. Negri Indonesia adalah negri yang kaya akan potensi SDA
yang dalam banyak kajian jika diberi perhatian lebih dalam hal pengelolaan mandiri
oleh negara akan mendatangkan pemasukan yang besar bagi Indonesia.

Menurut data Indonesia Mining Asosiation, Indonesia meraih peringkat ke-6 terbesar
di dunia kategori negara yang kaya akan sumber daya tambang (emas, tembaga, nikel,
dll). Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia dan
menduduki posisi ke-6 dalam produksi emas di dunia yakni sekitar 6,7 %. Sedangkan
cadanga timah Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebesar 8,1% dari cadangan
timah dunia dan menduduki peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar 26 % dari
jumlah produksi dunia.

Begitu juga dengan sumber daya energi berupa migas, cadangan batu bara Indonesia
hanya 0,5 % dari cadangan dunia namun produksi Indonesia posisi ke-6 sebagai
produsen dengan jumlah produksi 246 juta ton. Indonesia sebagai eksportir batu bara
peringkat ke-2 terbesar di dunia setelah Australia dengan jumlah 203 juta ton.
(Sumber: Data Himpunan Pemerhati Lingkungan Hidup).Pada tahun 2004,
produksi batu bara Indonesia mencapai 127 juta ton (Kompas, 25/2). Potensi lainnya
yaitu sumber daya migas Indonesia saat ini sebenarnya masih sangat besar. Menurut
data terakhir di kantor Kementerian ESDM, sumber daya minyak bumi Indonesia saat
ini masih tercatat sekitar 86,9 miliar barel dan gas bumi sekitar 384,7 triliun standar
kaki kubik.

Namun potensi SDA yang besar tersebut tidak dikelola dengan baik. Bahkan dalam
sistem kapitalisme yang diterapkan di Indonesia, meniscayakan pengusaan SDA
tersebut kepada swasta, asing dan aseng. Akibatnya potensi SDA tersebut banyak
mengalir ke luar bukan ke Indoensia yang ujungnya masyarakat tidak menikmati hasil
buminya dengan semestinya. Begitu Ironi jika melihat fakta tambang emas Graasberg
di Papua yang SDA nya dikeruk habis oleh PT Freeport (perusahan dari asing). Emas
milik masyarakat itu lari begitu saja ke luar tanpa dinikmati oleh masyrakat
sepenuhnya.

Dalam sistem ekonomi Kapitalisme menjadi sebuah ‘keniscayaan’ bahwa pemilik


modallah yang berhak untuk menguasai berbagai sektor penting termasuk SDA yang
posisinya sangat menguntungkan bagi para Kapitalis, SDA Indonesia dibawah
pengelolaan sistem Kapitalisme telah berhasil melegalkan asing untuk
mengintervensi berbagai UU. Dengan sistem demokrasi dan kapitalisme tersebut,
kekayaan alam dirampok secara institusional. Sehingga perusahaan asing dengan
leluasa merampas harta kekayaan umat, termasuk tambang emas di Papua yang
dikeruk Freeport.

Dalam pandangan kapitalis, kekayaan alam termasuk tambang Freeport harus


dikelola oleh individu atau perusahaan swasta karena ini merupakan ciri utama sistem
ekonomi kapitalis dimana kepemilikan privat (individu) atas alat-alat produksi dan
ditribusi dalam rangka mencapai keuntungan yang besar dalam kondisi-kondisi yang
sangat konpetatif sehingga perusahaan milik swasta merupakan elemen paling pokok
dari kapitalis.

Berbeda dengan kapitalisme yang melegalkan swasta dan asing menguasai sumber
daya alam, menurut syariah Islam, hutan, air dan energi yang berlimpah itu wajib
dikelola negara.

“Pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada swasta (corporate based


management) tapi harus dikelola sepenuhnya oleh negara (state based management)
dan hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam berbagai bentuk dalam
pandangan sistem ekonomi Islam sumber daya alam termasuk dalam kategori
kepemilikan umum sehingga harus di kuasai oleh negara berdasarkan dalil Abyadh
bin Hamal. Sedangkan untuk SDA yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Kekayaan alam termasuk tambang emas Freeport, Migas, dan sebagainya merupakan
pemberian Allah SWT kepada hamba-Nya sebagai sarana memenuhi kebutuhannya
agar dapat hidup sejahtera dan makmur serta jauh dari kemiskinan. Allah SWT
berfirman:

ْ ‫ق لَ ُك ْْم َما فِي‬


] (٢٩) ‫ألر ِضا ج َِمي ًعا‬ َْ َ‫[ْْ… ه َُْو الَّذِي َخل‬

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu …”. (Q.S. Al-
Baqarah [2]:29)

Dengan demikian, tambang emas Freeport bagian dari Sumber Daya Alam (SDA)
yang berfungsi sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan semua manusia dan
penunjang kehidupan mereka di dunia ini sebagai kabaikan, rahmat dan sara hidup
untuk dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka mengabdi dan menjalankan perintah
Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda :

ِْ ‫ل َوال َّن‬
(‫ار « )أحمد رواه‬ ِْ ‫ ا ْل َم‬: ْ‫س ِل ُمونَْ ش َُركَا ُْء فِى ثَالَث‬
ِْ ‫اء فِي َوا ْل َك‬ ْ ‫» ا ْل ُم‬

Rasûlullâh r bersabda :“Kaum muslim bersekutu dalam tiga hal; air, padang dan api”
(H.R. Ahmad).

Hadits ini juga menegaskan bahwa yang termasuk harta milik umum yang menguasai
hajat hidup masyarakat adalah semua kekayaan alam yang sifat pembentukannya
menghalangi individu untuk mengeksploitasinya. Maka jika hal ini diterapkan
sudahlah tentu pengelolaan SDA akan membawa pemasukan yang besar bagi KAS
negara, menghentikan utang dan pajak yang selama ini mencekik. Sehingga
masyarakat akan berada dalam kebaikan dan kemakmuran sebagai dampak penerapan
sistem ekonomi Islam yang membawa keberkahan.

WalLâh a’lam wa ahkam


1. http://www.voa-islam.com/read/world-analysis/2016/03/04/42626/islam-
dalam-menjamin-pengelolaan-sda-untuk-kepentingan-
umat/#sthash.LOp1ZLmm.dpbs
2. http://bisnis.liputan6.com/read/2947972/ekonom-prediksi-target-penerimaan-
pajak-2017-sulit-tercapai
3. http://bisnis.liputan6.com/read/3127289/utang-pemerintah-bertambah-rp-
125867-triliun-dalam-3-tahun
4. Tabloid Media Umat.2017.Edisi 206.

Anda mungkin juga menyukai