Dalam rangka pemenuhan tugas praktikum dan syarat mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) Genap
OLEH :
58223114302
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia yang
berjudul “Pengujian Proksimat Pada Ikan Layang” dengan tepat pada waktunya.
Dengan terselesaikannya laporan praktikum ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Dr. Yuliati Sipahuntar,S.Pi.M.M., selaku dosen pengampu dalam
mata kuliah kimia hasil perikanan yang telah banyak memberikan sarandan masukan dalam
2. Bapak I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Teknologi
3. Ibu Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M.S.T.Pi., selaku Sekretaris Program Studi
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan kimia mengenai “Pengujian Proksimat Pada Ikan Layang”,
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis tetap memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan laporan ini. Namun demikian, penulis juga berharap agar laporan ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..iii
1. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..1
1.2 TUJUAN…………………………………………………………………………………1
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………….2
2.2 PENGUJIAN…………………………………………………………………………….3
2.2.7 UJI KADAR SERAT KASAR………………………………………………..…….8 Formatted: Font: Times New Roman
5. KESIMPULAN………………………………………………………………………………….22
6. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………………23
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui alat dan bahan kimia di laboratorium
2. mengetahui metode pengujian titrasi asidi-alkalimetri
3. mengetahui metode pengujian kadar air
4. mengetahui metode pengujian kadar abu
5. mengetahui metode pengujian kadar protein
6. mengetahui metode pengujian kadar lemak
7. mengetahui metode pengujian kadar serat kasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlamydomonadales
Famili : Haematococcaceae
Genus : Haematococcus
Spesies : H. Pluvialis
2.2 Pengujian
2.2.1 Pengenalan alat dan bahan kimia di laboratorium
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di
laboratorium. Sifatsifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material
Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Berikut disajikan
sifat bahaya bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia.
Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan
informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan
yang tergolong pada bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
1. Padat,
2. Cair,s
3. gas
Bahan berdasarkan kualitas :
1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrence
Pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)
Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut
Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan
untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang
keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on
Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia
adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk
lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia. Simbol bahaya adalah
piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk
bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam :
1. Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
2. Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
3. Kombinasi dari keduanya.
Titrasi adalah suatu jenis volumetri. Dalam titrasi, analit direaksikan dengan
suatu bahan lain yang diketahui/dapat diketahui jumlah mol-nya dengan tepat. Bila
bahan tersebut berupa larutan, maka konsentrasi harus diketahui dengan teliti; larutan
demikian dinamakan “larutan baku“. Dalam titrasi, konsentrasi larutan baku harus
diketahui sampai empat desimal.
Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret
sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu
sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan telah ekivalen, maka penambahan titran
harus dihentikan; pada saat demikian dinamakan “titik akhir“ titrasi. Larutan yang
ditambahkan dari buret disebut titran sedangkan larutan yang ditambah titran disebut
titrat.
Dengan jalan ini, volume titran dapat diukur dengan teliti; bila juga diketahui
konsentrasi titran, maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen
dengan titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula, berdasarkan persamaan
reaksi dan koefisiennya.
Pada titrasi asidi alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Asidimetri Titrasi dengan menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk
menentukan basa adalah : asam-asam yang biasanya dipergunakan HCl, asam cuka,
asam oksalat, asam borat.
2. Alkalimetri Titrasi ini merupakan kebalikan dari asidimetri, karena larutan standar
yang dipergunakan untuk menetapkan asam disini adalah basa.
Jadi asidimetri alkalimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun
pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa dan garam) yang menyangkut :
1. Asam kuat - basa kuat
2. Asam kuat - basa lemah
3. Asam lemah - basa kuat
4. Asam kuat - garam dari asam lemah
5. Basa kuat - garam basa lemah
2.2.3 Uji Kadar Air
Ikan selain memiliki kadar protein yang tinggi juga memiliki kadar air yang
tinggi. Sehingga mikroba akan sangat mudah tumbuh dan menyebabkan kerusakan
mutu terhadap ikan tersebut. Kadar air merupakan komponen penting dalam suatu
bahan makanan, karena kadar air mempengaruhi penampakan, tekstur, serta rasa
dari bahan pangan tersebut bahkan dalam makanan kering sekalipun. Kadar air pada
suatu bahan pangan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan
bahan pangan tersebut.
Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan
tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah
(wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan pangan biasanya dilakukan
berdasarkan bobot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA
= (Wa / Wb) x 100% (Taib, 1988).
Terdapat beberapa macam metode untuk menentukan kadar air dalam bahan
makanan, tergantung pada sifat bahan yang akan di analisis. Penentuan kadar air
bahan pangan. Penetapan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa
cara tergantung dari sifat bahannya. Pada umumnya penentuankadar air dilakukan
dengan mengeringkan sejumlah sample dalam oven pada suhu 105-110oC selama
3 jam atau hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk menentukan baik atau
tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan-bahan yang digunakan,
menentukan parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan abu dapat
digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan.
Dalam proses pengabuan suatu bahan, ada dua macam metode yang dapat
dilakukan, yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah). Cara
kering dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600oC
kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Kemudian zat yang
tertinggal setetah proses pembakaran ditimbang. Cawan porselen dioven terlebih
dahulu selama 1 jam kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menitdalam
desikator. Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu bahan uji
dimasukan sebanyak 5 gram kedalam cawan, ditimbang dan dicatat sebagai b gram.
Pangabuan dilakukan dalam 2 tahap ,yaitu pemanasan pada suhu 300oC agar
kandungan bahan volatile dan lemak terlindungi hingga kandungan asam hilang.
Pamanasan dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya, pemanasan pada suhu
bertahap hingga 600 oC agar perubahan suhu secara tiba-tiba tidak menyebabkan
cawan menjadi pecah. Pengabuan cara kering digunakan untuk penentuan total abu,
abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu
pengabuan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara
mekanis karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P.
Protein berasal dari Bahasa Yunani yaitu “proteios” yang memiliki arti
pertama atau utama. Disebut demikian karena protein merupakan protein merupakan zat
didalam tubuh yang menyusun separuh bagian dari struktur sel berdasarkan bobot
keringnya.
Analisa atau uji protein dapat dilakukan berdasarkan 2 jenis yaitu uji
kualitatif atau kuantitatif. Pada praktikum ini uji protein akan dilakukan dengan metode
kjedhal. Metode ini disebut cara kasar dan memiliki kelemahan karena masih terdapat
senyawa N bukan protein yang ikut terhitung.
Lipid (dari kata yunani Lipos. Lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau
hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam
air, tetapi larut dalam larutan non polar seperti eter (Hart, 2003). Lemak merupakan
sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang
larut di dalam lemak monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid) dan
lain-lain.
Dalam analisis lemak, sulit untuk melakukan ekstraksi lemak secara murni.
Hal itu disebabkan pada waktu ekstraksi lemak dengan pelarut lemak, seperti
phospholipid, sterol, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, dan klorofil. Oleh
karena itu, hasil analisis lemak ditetapkan sebagai lemak kasar.
Terdapat dua metode dalam penentukan kadar lemak suatu sampel, yaitu
metode ekstraksi kering (menggunakan soxhlet) dan metode ekstraksi basah. Selain
itu, metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak dapat menggunakan metode
weibull. Prinsip kerja dari metode weubull adalah ekstraksi lemak dengan pelarut
nonpolar setelah sampel dihidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan
lemak yang terikat (Harper et.al, 1979). Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan
pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadiekstraksi kontiyu dengan
jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Serat merupakan salah satu komponen penting makanan yang sebaiknya ada
dalam susunan makanan sehari-hari. Serat diketahui memiliki banyak manfaat untuk tubuh
terutama dalam mencegah beberapa penyakit. Pati dari serat tergolong kedalam karbohidrat,
sedangkan karbohidrat terdiri dari karbon, glikogen, dan oksigen. Karbohidrat
dikelompokan menjadi 3 yaitu : monosokarida,s disakorida, dan polisokarida.
Rumput laut (Eucheuma Cottonii) adalah algae yang hidup di perairan dan merupakan
produk hasil laut yang dibudidayakan hampir diseluruh perairan di Indonesia. Rumput laut
ini dimanfaatkan dalam pembuatan karagenan. Rumput laut (Eucheuma Cottonii)
mengandung kadar serat yang tinggi,
BAB III
METODE PRAKTIK
Alat Bahan
Pipet ukur HCL 0,1N
Cawan Porselin Na2CO3
Labu ukur 250 Ml NaOH 0,1N
Batang pengaduk CH3COOH
Neraca Aquadest
Erlemeyer
Buret
Gelas ukur
• Metode Praktik
(1) Pipet 2,1 ml HCl p.a (12 N) masukkan dalam labu ukur 250 ml
(2) Larutkan dengan akuades hingga larutan menjadi 250 ml
(3) Larutan yang didapat adalah larutan 0,1 N
1. Timbang 5 gram Na2CO3 murni dengan menggunakan cawan porselin yang sudah
ditimbang lebih dahulu
2. Panaskan dalam pemanas oven pada suhu 260ºC - 270ºC selama 1-1,5 jam.
3. Dinginkan dan masukkan dalam desikator
4. Timbang dengan teliti Na2CO3 yang telah didinginkan sebanyak 2,5 gram
5. Pindahkan dalam gelas kimiar larutkan dengan akuades sebanyak 50 ml
6. Aduk baik-baik dengan menggunakan pengaduk kaca hingga larutan homogen
7. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur encerkan dengan air suling sambil di kocok
hingga volume menjadi 250 ml. Kocok dengan baik hingga larutan homogen
8. Pipet 25 ml dari larutan pindahkan erlenmeyer.
9. Beri indikator Metil Orange (MO) 2 tetes
10. Masukkan larutan baku HCl yang akan ditentukan normalitetnya ke dalam buret
11. Titrasi 25 ml larutan Na2CO3 yang berada dalam erlenmyer dengan larutan baku HCl
yang berada dalam buret. Lakukan perlahan-lahan sambil dikocok sampai larutan yang
berada dalam erlenmeyer berubah dari orange menjadi merah muda.
12. Tambahkan 0,5 – 1 ml larutan HCl secara perlahan-lahan. Bila warna tetap merah muda
berarti titrasi telah selesai.
13. Jumlah larutan HCl yang dipergunakan dikurangi dengan jumlah yang dipakai setelah
terjadi perubahan menjadi merah muda
14. Ulangi titrasi 2 kali dengan jumlah larutan Na2CO3 yang sama (25ml)
15. Jumlah larutan HCl yang dipergunakan untuk 3 kali titrasi di rata-ratakan
1. Timbang dengan teliti 2,3 gram NaOH kristal yang murni dalam cawan porselin
yang telah ditimbang
2. Masukkan ke dalam labu ukur 250 ml, dan bilas cawan porselin dengan akuades
yang telah dididihkan dalam keadaan dingin
3. Aduk secara merata, sehingga semua endapan larut
4. Tambahkan akuades yang telah dididihkan sehingga volume larutan 250 m l (sampai
tanda batas). Sambil dikocok hingga homogen
5. Simpan larutan dalam tempat tertutup.
1. Pipet 2,1 ml HCl p.a (12 N) masukkan dalam labu ukur 250 ml
2. Larutkan dengan akuades hingga larutan menjadi 250 ml
3. Pipet 25 ml dari larutan HCl dan masukkan dalam erlenmeyer. Beri indikator
phenolphtalin (PP) atau timol biru 2 tetes
4. Larutan baku NaOH yang akan ditentukan normalitetnya dimasukkan ke dalam buret.
5. Titrasi 25 ml larutan HCl yang berada dalam erlenmyer dengan larutan baku NaOH yang
berada dalam buret. Lakukan perlahan-lahan sambil dikocok sampai larutan yang berada
dalam erlenmeyer berubah menjadi merah muda.
6.Tambahkan 0,5 – 1 ml larutan NaOH secara perlahan-lahan. Bila warna tetap merah muda
berarti titrasi telah selesai.
7. Catat berapa ml larutan NaOH dalam buret yang dititrasi ke dalam larutan asam oksalat
dalam erlenmeyer hingga warna menjadi merah muda.
8. Ulangi titrasi 2 kali dengan jumlah larutan HCl yang sama (25ml)
9. Hasil dari 3 titrasi tersebut Jumlah larutan NaOH yang digunakan di rata-ratakan
Alat Bahan
Timbangan analitik Sampel (1) 2,00 g
Sampel (2) 2,00 g
Cawan porselin
Desikator
Oven
Sendok Stainles
Gegep/alat penjepit
Blender
• Metode Kerja
- Persiapkan sampel sebanyak 2gr
- Panaskan cawan porselin didalam oven dengan suhu 105oC selama 2 jam
- Timbang cawan porselin lalu beri kode
- Masukan sampel kedalam cawan porselin
- Masukan kembali cawan porselin kedalam oven denga suhu 105oC dan
panaskan selama 24 jam.
- Setelah 24 jam, keluarkan sampel dari oven lalu masukan kedalam
desikator selama 30 menit
- Lalu timbang cawan porselin
Alat Bahan
Timbangan analitik Sampel (1) 2,00 g
Sampel (2) 2,00 g
Cawan Abu porselin
Desikator
Tanur
Sendok Stainles
Gegep
Blender
• Metode Kerja
- Siapkan sampel lalu potong kecil-kecil
- Masukan cawan porselin kedalam tanur selama 1 jam dengan suhu 650oC
hingga cawan berwarna kemerahan.
- Setelah mencapai suhu 650o C, suhu tanur diturunkan hingga 100oC lalu
cawan porselin dikeluarkan dari tanur
- Masukan sampel yang sudah dihaluskan kedalam cawan porselin, lalu
masukan Kembali kedalam tanur.
- Naikan suhu tanur secara bertahap hingga mencapai suhu 650oC mulllau
dari suhu (150-350-650) selama 4 jam.
- Setelah itu turunkan Kembali suhu tanur menjadi 100oC lalu ambil cawan
porselin dan masukan kedalam desikator
- Setelah dingin, timbang berat cawan dan sampel yang ada didalamnya
3.4 Metode Uji Kadar Protein
Alat Bahan
1 Set Kjeltec TM 2100 H2SO4 pekat Green
Tabung Protein Campuran katalis k2SO4 dan CuSO4
(3:1)
Buret NaOH 4 %
Labu Ukur Indikator metil red
Neraca Indikator blue cresol
Gelas Ukur Larutan Boraks 0,1 N
Pipet gondok HCl 0,1 N
Botol semprot Indikator sampuran bromocresol green
dan metil red
Tissue Sampel (1) 2,024 g
Corong Sampel (2) 2,029 g
Beaker glass
• Metode Kerja
A. Pembakuan larutan HCl dengan larutan boraks 0,1 N
- Siapkan buret 50 ml yang bersih dan bilaslah dangan sedikit larutan HCl
yang akan dibakukan. Isilah buret tersebut dengan larutan HCl.
- Pipet 20 ml larutan boraks 0,1 N dengan mengunakan pipet gondok dan
pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
- Tambahkan 2 atau 3 tetes indikator metil red.
- Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah
warna menjadi merah muda.
- Ulangi titrasi sekali lagi dan hitung normalitas HCl.
B. Penyetingan Alat
- Untuk alat destruksi temperatur pemanasannya 410 oC, jika temperatur
berubah maka perlu di set ulang. Tekan tombol SET, pada monitor akan
muncul temperatur awal. Ubah temperatur dengan menekan tombol ↑ dan
↓, setelah itu lepas tombol SET.
- Untuk destilasi dibutuhkan 60 ml NaOH selama 5 menit. Cara
penyetingannya dengan tekan tombol kuning(jangan dilepas), nyalakan alat
destilasi. Setelah itu, setting alat dengan menekan tombol NaOH dan
≈, angka pada monitor akan naik. Tekan sampai menunjukan angka 60dan
5, kemudian lepaskan tombol kuning.
- Sebelum digunakan, pastikan semua selang dan kabel terpasang, dan
keran air dalam keadaan menyala.
C. Destruksi
- Panaskan alat destruksi.
- Timbang sampel yang telah dihomogenkan 1,00 – 0,50 gram (catat bobot
sampel) ke dalam tabung protein sebanyak 5 sampel dan 1 blanko (tanpa
sampel).
- Timbang 3 gr Campuran Katalis, masukkan secara merata ke masing-
masing labu.
- Masukan H2SO4 pekat sebanyak 12 ml ke dalam masing-masing tabung
protein, secara perlahan melalui dinding labu.
- Buka kran air yang terhubung pada tutup alat destruksi.
- Masukkan ke alat destruksi lalu ditutup, biarkan selama 1 jam, atau hingga
warna larutan menjadi transparan (tidak keruh).
- Dinginkan larutan, tambahkan 70 ml aquadest secara perlahan melalui
dinding labu.
D. Destilasi
- Buka kran air, pastikan pemanas telah terisi.
- Masukkan tabung protein ke dalam alat destilasi satu persatu.
- Nyalakan alat dan setel 60 ml NaOH 40 % selama 5 menit.
- Isi erlenmeyer 250 / 300 ml dengan asam borak 4% sebanyak 25 ml,
ditambah 20 tetes ind protein (metil merah (MM) : Brom Kresol Green
(BCG) ; 2 : 3).
- Pastikan air pada pemanas mendidih, lalu tekan tombol kuning.
- Tunggu hingga alat berhenti bekerja, dan hasil berubah warna pada
erlenmeyer menjadi hijau dan ada letupan-letupan kecil.
- Buang larutan di tabung protein pada aliran air. Dan titrasi larutan hasil
destilasi dengan HCl 0,1 N.
3.5 Metode Uji Kadar Lemak
Alat Bahan
Soxtec system Sampel (1) 2,0842 g
Sampel (2) 2,0051 g
Neraca digital N-Hexana
Oven
Desikator
Selubung lemak
Lumpang
• Metode Kerja
A. Persiapan Alat dan Sampel
- Cuci ectraction cup, keringkan dengan oven dan dinginkan dalam desikator,
kemudian timbang beratnya. Untuk selonsong lemak keringkandidalam oven.
- Sampel ikan dihancurkan dengan lumpang. Kemudian timbang diatas kertas
saring sebanyak ± 2 gram (catat beratnya). Bungkus sampel dengan kertas
saring, lalu masukkan kedalam selonsong lemak, dan tempelkan besi
selonsong dengan magnet yang ada di dalam alat ekstraksi (dalam posisi
boiling)
- Isi masing-masing ectraction cup dengan 50 ml N-Hexana. Masukkan
ectraction cup dengan menurunkan pemanas (hot plate) dengan menekantuas.
B. Proses Ekstraksi
- Rubah posisi alat dalam keadaan boiling, dan buka kran dengan posisi vertikal.
Masukkan selongsong lemak dan nyalakan alat. Dalam proses boiling
membutuhkan waktu 25 menit.
- Setelah proses boiling selesai, dan ubah posisi alat dalam keadan rinsing.
Dalam proses rinsing membutuhkan waktu 40 menit.
- Setelah rinsing selesai, tutup kran pelarut (horizontal), proses recovery solvent
akan berlangsung selama 10 menit.
- Setelah selesai alumunium cup dinginkan dalam desikator selama 15 menit,
jika masih terdapat N-Hexana diovenkan terlebih dahulu selama 30menit.
- Ambil selonsong lemak, buang sampelnya. Siapkan beaker glass untuk
menampung sisa N-hexana, buka kran pelarut untuk mengalirkan sisa N-
hexana.
3.6 Metode Uji Kadar Serat Kasar
Alat Bahan
Timbangan digital E.cottoni kering 0,508 g
Gelas ukur H2SO4
Pipet tetes NAOH
Erlemeyer Aquadest
Hotplate Etanol
Penjepit krus
Kertas saring
Gelas kimia
Oven
• Metode kerja :
- Kertas saring dimasukkan terlebih dahulu kedalam oven selama 1 jam dan
setelah selesai kemudian ditimbang
Pembahasan :
➢ Hasil
Perhitungan :
( 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛+𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
Kadar Air : x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Perhitungan sampel 18
( 14,59 + 2,00)−15,22)
- Kadar air : x 100%
2,00
: 68,5 %
( 14,59 + 2,00)−15,00)
- Kadar air : x 100%
2,00
: 79,5 %
Perhitungan sampel 82
: 75 %
( 12,81 + 2,00)−13,27)
-Kadar air : x 100%
2,00
: 77 %
Standar kadar air pada ikan segar berada diantara 60-80%, dari hasil yang didapat
bahwa kadar air pada ikan layang yang diuji secara duplo menunjukkan kadar air ikan
standart.
➢ Hasil
Perhitungan
➢ Perhitungan Sampel 14
: 2,5 %
➢ Perhitungan Sampel 4
: 3,02 %
Kandungan kadar abu yang diperoleh pada praktikum ini berada pada angka
2,5 – 3,02 %. Data ini diperoleh dari perhitungan hasil pengabuan duplo atau
dilakukan dengan menggunakan 2 cawan untuk menguji satu sampel yang sama.
Berdasarkan data dilakukan perbandingan dengan standar kadar abu yang sesuai
dengan materi jurnal perkuliahan yaitu antara 0,6-1,5% dan dinyatakan tidak akan
lebih dari 10%. Kandungan kadar abu pada daging dalam keadaan segar sebesar
1,3% sedangkan standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006 adalah
memiliki kadar abu kurang dari 2%.
4.4 Perhitungan Kadar Protein
➢ Hasil
2
➢ Rumus :
2,024 × 1000
= 50 (2,024-0,3) × 100%
2.024
= 4,25 %
➢ Hasil
Nama sampel Berat sampel (X) Berat labu lemak (A) Berat labu lemak + sampel (B)
Ikan layang 1 2,0842 21,5667 21,6100
Ikan layang 2 2,0052 21,5790 21,6089
➢ Perhitungan :
➢ Hasil
Nama sampel Berat sampel (m) Berat kertas saring Berat akhir
(gr)
e. Cottoni 0,508 gram 1,045 gram 1,287 gram
kering
➢ Perhitungan:
Dari hasil uji praktikum kadar serat kasar dengan menggunakan sampel rumput laut
e.cottonii kering dengan berat sampel 0,508 gram didapatkan hasil berat akhirnya 0,75 gram.
Sehingga dari hasil perhitungan berat residu atau berat serat kasar pada pengujian kali ini
yaitu 1,2087 gram.
BAB V
KESIMPULAN
2. Ikan layang sebagai sampel pengujian memiliki kadar air 77-79,5%, kadar
abu 3,02%, kadar protein 3,85%, kadar lemak 5,4%, dan kadar serat 0,75
gram.
Formatted: Font: Times New Roman