Disusun Oleh:
Kelompok 9
Muhammad Royhand A 230210180009
Gina Anifah 230210180021
Kemaal Sayyid Z 230210180033
Muhammad Haiman A 230210180064
Khairul Muhammad 230210180072
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya terdapat interaksi yang kuat
antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi bersifat dinamis dan saling
mempengaruhi. Lingkungan menyediakan tempat hidup bagi organisme-organisme yang
menempatinya sebaliknya makluk hidup dapat mengembalikan energi yang
dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur energi memberikan contoh nyata
akan keberadaan interaksi tersebut. Di laut terjadi transfer energi antar organisme pada
tingkatan tropis yang berbedadengan demikian terjadi proses produksi. Organisme di
dalam air sangat beragam dan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk kehidupannya
atau kebiasaan hidupnya yaitu: bentos, Periphyton, Plankton, Nekton dan Neuston.
Plankton adalah organisme melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan
geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas, sehingga organisme tersebut selalu terbawa oleh
arus (Kaswadji, 2001). Zooplankton merupakan konsumen pertama dalam tingkatan
trofik di ekosistem perairan. Keberadaan plankton menjadi sangat penting dalam
ekosistem perairan karena plankton menjadi rantai utama jaring – jaring makanan yang
selanjutnya akan diteruskan oleh nekton dan bentos. Menurut Nybakken (1988)
mengatakan zooplankton yang hidup sangat beraneka ragam, yang terdiri atas berbagai
bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hamper seluruh filum hewan. Zooplankton
menempati posisi penting dalam rantai makanan dan jarring-jaring kehidupan di
perairan. Kemelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan oleh
karena itu, dengan mengetahui keadaan plankton (zooplankton termasuk di dalamnya) di
suatu daerah perairan, maka akan diketahui kualitas perairan tersebut.
.
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil
yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai
hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat
mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan
berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu
sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan
sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok
ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau
plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Raymont, 1983;
Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994).
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Moluska, Byrozoa, Echinodermata,
Coelenterata atau planula Cnidaria, berbagai macam Nauplius dan zoea sebagai
Artrhopoda yang hidup di dasar, juga telur dan tahap larva kebanyakan ikan. Kemudian
yang termasuk holoplankton antara lain: Filum Arthopoda terutama Subkelas Copepoda,
Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo
Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan Newell, 1977; Raymont, 1983; Omori
dan Ikeda, 1984).
Kelas Sarcodinea
Subkelas Rhizopoda
Ordo Foraminifera
:Globigerina, Globorotalia.
Kelas Sarcodinea
Subkelas Actinopoda
Ordo Radiolaria
:Acanthometron, Aulosphaera
Kelas Cilliata
Ordo Holotricha : Mesodinium
Ordo Spirotrica : Condonella, Favella,
Parafavella, Tintinnus
1. Holoplankton, Plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai
dari telur, larva, hingga dewasa. Contohnya Kopepoda, Amfipoda.
2. Meroplankton, Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton
hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur
dan larva saja, beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton. Contohnya kerang
dan karang.
3. Tikoplankton, Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota
ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun karena
gerakan air ia bisa terangkat lepas dari dasar dan terbawa arus mengembara
sementara sebagai plankton. Contohnya Kumasea (Nontji, 2008).
1. Salinitas
Salinitas adalah komposisi ion-ion dalam perairan (Wetzel, 1983). Ion-ion yang
terdapat dalam perairan laut terdiri dari enam elemen, yaitu klorin, sodium,
magnesium, sulfur, kalsium dan potassium. Menurut Andrews dkk, (2003)
salinitas atau kadar garam merupakan jumlah total material terlarut dalam air.
Salinitas dapat berfluktuasi karena pengaruh penguapan dan hujan. Salinitas
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan zooplankton, pada
kisaran salinitas yang tidak sesuai berpengaruh terhadpa tingkat kelangsungan
hidupnya dan pada tingkat pertumbuhannya. Salinitas yang ekstrim dapat
menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kematian pada zooplankton
(Odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), pada salinitas 0-10 ppt hidup plankton
air tawar, pada salinitas 10-20 ppt hidup plankton air payau, sedangkan pada
salinitas yang lebih besar dari 20 ppt hidup plankton air laut.
2. Suhu
Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap
fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis
perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kemelimpahan
zooplankton. Suhu mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan faktor
pembatas penyebaran suatu jenis dalam hal ini mempertahankan kelangsungan
hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi (Krebs, 1985). Sedangkan
menurut Dawes (1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal adalah
20-35ºC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5ºC. Menurut Dawson (1979) suhu
yang baik untuk kemelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum
berkisar antara 24-30 ˚C.
3. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya
suatu perairan. Menurut Raymont (1983), pH dapat mempengaruhi plankton
dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun
pada reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi
pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.
Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas
dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut
menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi
kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1992).
Menurut Raymont (1983), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang
dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.
2.Arthropoda
Filum arthropoda adalah bagian terbesar zooplankton dan hampir semuanya termasuk
kelas Crustacea. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai shell terdiri dari
chitine atau kapur, yang sukar dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi
perairan adalah Copepoda yang merupakan Crustacea holoplanktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera
3.Moluska
Dalam dunia hewan, filum moluska adalah nomor dua terbesar (Nybakken, 1992).
Moluska bertubuh lunak, tidak beruas-ruas dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang
terbuat dari kalsium karbonat. Cangkang tersebut berguna untuk melindungi organ dalam
dan isi rongga perut, tetapi ada pula moluska yang tidak bercangkang. Antara tubuh dan
cangkang terdapat bungkus yang disebut mantel. Reproduksi terjadi secara seksual
dengan fertilisasi internal..
4.Coelenterata
Coelenterata atau Cnidaria adalah invertebrata laut hewan diploblastic dengan simetri
radial, tanpa sistem organ dan anus dan memiliki satu Gastrovaskuler tubular dan dengan
tentakel dan nematocysts. pada taraf dewasa sering dijumpai. Biota-biota dalam filum ini
meliputi hydra, ubur-ubur, anemon laut dan koral (Nybakken, 1992). Coelenterata
mempunai siklus hidup yang menarik. Proses reproduksi aseksual maupun seksual
menunjukkan suatu siklus hidup yang terkait dengan periode planktonik
5.Chordata
Anggota filum Chordata yaitu Memiliki notokord, yaitu kerangka berbentuk batangan
keras tetapi lentur. Notokord terletak di antara saluran pencernaan dan tali saraf,
memanjang sepanjang tubuh membentuk sumbu kerangka. Memiliki tali saraf tunggal,
berlubang terletak dorsal terhadap notokord, dan memiliki ujung anterior yang
membesar berupa otak.Memiliki ekor yang memanjang ke arah posterior terhadap
anus.Memiliki celah faring. Chordata yang planktonik termasuk dalam kelas Thaliacea
dan Larvacea, memiliki tubuh agar-agar dan makan dengan cara menaring makanan
dari air laut. Larvaceae membangun cangkang di sekelilingnya dan memompa air agar
melalui suatu alat penyaring di dalam cangkang ini terus menerus dibangun dan
ditanggalkan.
6.Chaetognatha
Chaetognatha adalah invertebrata laut dengan jumlah spesies relatif sedikit tetapi sangat
berperan terhadap jaring-jaring makanan di laut. Biota ini memiliki ciri-ciri antara lain
bentuk tubuh memanjang seperti torpedo, transparan, organ berpasangan pada masing-
masing sisi, memiliki bagian caudal yang memanjang sirip dan kepala dengan sepasang
mata dan sejumlah duri melengkung di sekeliling mulut
Nybakken (1992) menyatakan pada estuaria, sekitar 50-60 % persen produksi bersih
fitoplankton dimakan oleh zooplankton. Pada dasarnya hampir semua fauna akuatik
muda yang terdapat pada ekosistem mangrove, dikategorikan sebagai zooplankton. Usia
muda dari fauna akuatik (larva) sebagian besar berada di ekosistem mangrove. Dan larva
dikategorikan sebagai zooplankton, karena termasuk fauna yang pergerakannya masih
dipengaruhi oleh pergerakan air, sebagaimana pengertian dari plankton itu sendiri. Oleh
karena itu juga Tait (1981) mengkategorikan Gastropoda, Bivalva, telur ikan, dan larva
ikan kedalam zooplankton.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa zooplankton dari filum Protozoa,
memakan bakteri dan fungi yang terdapat pada ekosistem mangrove. Selain itu taksa
zooplankton yang sering dan banyak terdapat pada ekosistem mangrove adalah
Copepoda. Ikan-ikan pelagis seperti teri, kembung, lemuru, tembang dan bahkan
cakalang berprefensi sebagai pemangsa Copepoda dan larva Decapoda. Oleh karena itu,
terdapat ikan penetap sementara pada ekosistem mangrove, yang cenderung hidup
bergerombol dikarenakan kaitannya yang erat dengan adanya mangsa pangan pada
ekosistem itu sendiri (Nybakken, 1992).
Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Crustacea disebut juga hewan
bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang paling
umum adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di air tawar
dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Tubuh Crustacea bersegmen
(beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta
abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar,
sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat
beberapa alat mulut, yaitu: 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula, untuk
menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped. Maksilla dan
maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke
mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan
berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.
Sistem Organ
a. Tembolok
b. Lambung otot
Sistem
c. Lambung kelenjar
pencernaan
makanan
Di dalam perut Crustacea terdapat gigi-gigi kalsium yang
teratur berderet secara longitudinal. Selain gigi kalsium ini
terdapat pula batu-batu kalsium gastrolik yang berfungsi
mengeraskan eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi eksdisis
(penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai
dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus),
usus dan anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa
metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau.
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah
Sistem peredaran terbuka karena beredar tanpa melelui pembuluh darah. Darah
darah tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin
yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.
Crustacea bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang
Sistem respirasi /
bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan
pernapasan
memiliki sebuah jantung untuk memompa darah.
Alat indera berupa sepasang mata majemuk (faset) bertangkai
yang berkembang dengan baik. Alat pencium dan peraba
Alat indera dan berupa dua pasang antena. Sistem syarafnya berupa tangga tali.
sistem syaraf Pada sistem syarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan
ganglion dan dari pasangan-pasangan ganglion keluar syaraf
yang menuju ke tepi.
Sistem reproduksinya bersifat diesis (berkelamin satu).
Sistem
Pembuahan terjadi secara eksternal. Telur menetas menjadi
reproduksi
larva yang sangat kecil, berkaki tiga pasang dan bersilia.
B. Klasifikasi Crustacea
C. Kelas Branchiopoda
D. Decapoda
3.1 Kesimpulan
Zooplankton merupakan konsumen pertama dalam tingkatan trofik di
ekosistem perairan. Keberadaan plankton menjadi sangat penting dalam
ekosistem perairan karena plankton menjadi rantai utama jaring – jaring
makanan yang selanjutnya akan diteruskan oleh nekton dan bentos.
Kemelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan
Berdasarkan iklus hidup zooplankton dibedakan menjadi 2 yaitu meroplankton
dan holoPlankton. Kelompok meroplankton disebut plankton sementara
sedangkan holoplankton tetap yaitu biota yang sepanjang hidupnya tetap
menjadi plankton.
Besar dari zooplankton sendiri berkisar dari mikroplankton yang paling kecil
dengan ukuran 200 µm sampai yang paling besar megaplankton dengan ukuran
20mm.
6
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, C., E. Adrian. & C. Neville. (2003). Manual of Fish Health. A Firefly
Publisher. Canada. Fisrt Printing. hlm. 207.
Anugrah, Nontji. (2008). Plankton Lautan. Jakarta: LIPI Press.
Arinardi, O.H., S.H. Trimaningsih., E. Riyono, E. Asnaryanti. (1994). Pengantar
Tentang Plankton Serta kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di
sekitar Pulau Jawa dan Bali. LP3O- LIPI. Jakarta : 113 hlm.
Boyd, C. E. (1982). Water Quality Management for Pond Fish Culture
Development in Aquaculture and Fish Science, Vol. 9. Elsevier Scintific
Pub. Comp.
Dawes, C. J. (1981). Marine Botany. John Wiley and John, Inc. New York. 628 pp.
Dawson, J.K. (1979). Pollution Ecology of Estuarine Environment. Academic
Press. London.
Hutabarat, S & Evans, S. M. (1986). Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta: UI
Press.
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian
bahan
Krebs C.J. (1985). Ecological Methodology. Harper Collins Publishers. New York.
Murtidjo, B. A. (1992). Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Newell, G.E. and R.C. Newell. (1977). Marine Plankton : A Practical Guide.
Hutchison.
Nyabakken, J. W (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekolog. Penerjemah:
Ediman, dkk. Jakarta: Gramedia.
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT.
Gramedia.
Odum. (1993). Fundamental of Ecology. W.B. Souders Company. Toronto. 577 pp.
Omori. M dan T. Ikeda. (1984). Methods in Marine Zooplankton Ecology. John
Willey and Sons. A Willey Intercine. New York. 332 Hal.
Parsons et al. (1984). Biological Oceanography Process. Third Edition. Pergamon
Press, New York : 61-117 hlm.
Raymont, J. E. E. (1983). Plankton and Productivity in the Ocean. 2nd edition.
Pergamon Press, Oxford. 770 pp.
Sachlan, M. (1982). Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Tait,R.V. (1981). Element of Marine Ecology. An Introduction. Cambridge
University Press. New York. 356 pp.
Wetzel, R.G. (1983). Limnology. 2nd Edition. Toronto: Saunders College
Publishing.
7
Ahmad, F. (2014). Komposisi Jenis dan Kelimpahan Zooplankton di Perairan
Teluk Buli , Halmahera Timur.