TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerang Hijau
Kerang termasuk dalam Kelas Bivalvia, yang termasuk dalam
Kelas ini adalah tiram, kerang, remis dan sebagainya. Cangkang yang
terdiri dari dua belah inimerupakan ciri khas dari Bivalvia. Kedua
cangkang tersebut dapat membuka atau pun menutup dikarenakan
adanya otot pengikat dan terdapat dua otot pengikat satu padabagian
depan dan satunya lagi pada bagian belakang. Kerang Hijau (Pena
viridis)memiliki ciri - ciri seperti yang disebutkan di atas maka dari itulah
Kerang Hijau termasuk dalam Kelas Bivalvia.
5
6
asetilasi maka semakin tinggi pula peran dari kitosan dalam menjalankan
fungsinya sebagai antibakteri (Sarwono, 2010). Selain sebagai pengawet
alami pada bahan pangan, kitosan juga dapat menghambat pertumbuhan
mikroba. Mekanisme dari kitosan yaitu dengan merusak dinding sel dari
mikroba sehingga tidak berkembang dan mati. Pada makanan
pertumbuhan bakteri dapat terhambat sebab kitosan mempunyai bentuk
membran berpori yang dapat menyerap air pada makanan.
E. Ikan bandeng
G. Bahan-BahanEkstraksiKitosan
1. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima prot
on dari Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali,
yakni Natrium (Na+). Ciri–ciri yang dimiliki golongan alkali seperti reduktor
kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan
penghantar arus listrik yang baik dan panas,urutankereaktifannya
meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom (Fauzan 2011).
Larutan alkali yang ditambahkan saat deproteinasi akan masuk
kecelah-celah untuk memutuskan ikatan antara kitin dan protein. Ion Na+
akan mengikat ujung rantai protein menjadi Na-proteinat yang selanjutnya
dapat dipisahkan kembali dengan menurunkan pH karena terjadi
pengendapan natrium. Produk akhir dari proses demineralisasi dan
deproteinasi tersebut adalah kitin (Purwatiningsih, 1992).
Larutan NaOH konsentrasi tinggi pada proses deasetilasi
berfungsi memutuskan ikatan antar gugus karboksil dengan atom nitrogen
dari kitin yang memiliki struktur kristal tebal dan panjang (Angka dan
Suhartono, 2000). Tingginya konsentrasi NaOH menyebabkan gugus
fungsional amino (-NH2+) yang mensubstitusi gugus asetil kitin di dalam
sistem larutan semakin aktif sehingga proses deasetilasi semakin baik.
Berdasarkan derajat deasetilasi kitosan yang dihasilkan >70 %, maka
kitosan ini dapat diaplikasikan untuk bidang pangan.
2. Asam Klorida
Penggunaan HCl dilakukan untuk melarutkan ion Ca2+ dalam
bentuk CaCO3(s) sehingga menghasilkan CaCl2(aq) yang larut air dengan
16
produk samping gas CO2 dan air. CaCO3(s) pada serbuk cangkang kerang
darah akan bereaksi dengan HCl membentuk gelembung yang
menandakan adanya gas CO2 (Masindi, 2017). Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
3. Kalium Hidroksida
Kalium hidroksida (KOH) atau nama latinnya yaitu Potassium
Hydroxide. Kalium hidroksida teknis padat adalah bahan kimia berbentuk
padatan putih, yang bagian terbesar terdiri dari KOH dan digunakan untuk
industri (Sutrisno, 2010).
Gambar 2.5 Reaksi Pemutusan Ikatan Kitin dan Protein (Yesi, 2016)
3. Deasetilasi
Pembuatan kitosan yaitu dengan cara penghilangan gugus asetil
(-COCH3) (deasetilasi) dari kitin yang dilakukan dengan menggunakan
larutan NaOH pekat (50%) dengan perbandingan 1:20 selama 1 jam pada
suhu 120-140oC (Suptijahetal.1992).
Proses deasetilasi dengan menggunakan alkali pada suhu tinggi
akan menyebabkan terlepasnya gugus asetil (CH3CHO) dari molekul kitin.
Gugus amina pada kitin akan berikatan dengan gugus hidrogen yang
bermuatan positif sehingga membentuk gugus amina bebas –NH2
(Rahayu, 2007).
Adapun tahapan proses pembuatan kitosan menurut Rahayu
(2007) yaitu limbah cangkang rajungan dibersihkan dari sisa-sisa kotoran
menggunakan air mengalir kemudian dikeringkan. Limbah cangkang
rajungan setelah dikeringkan, digerinding dan ditapis dengan ayakan
ukuran 100 mesh.
Selanjutnya dilakukan proses deproteinasi dengan cara cangkang
rajungan dilakukan proses deproteinasi menggunakan larutan NaOH 2,0
N dengan perbandingan 1 : 6 (b/v) sambil diaduk dan dipanaskan pada
18
suhu 80oC selama 1 jam, kemudian disaring dan residu hasil penyaringan
dicuci dengan aquades hingga pH netral. Setelah mencapai pH netral
rendemen dikeringkan dalam oven suhu 70 – 80 oC hingga kering
(Rahayu, 2007).
Padatan kering hasil deproteinasi selanjutnya dilakukan
demineralisasi dengan menggunakan larutan HCl 1,5 N(perbandingan
1:12 b/v) dan diaduk pada suhu kamar selama 1 jam, kemudian disaring
dan residu hasil penyaringan dicuci dengan aquades hingga pH netral.
Setelah mencapai pH netral residu dikeringkan dalam oven suhu 70 –
80oC hingga kering. Produk yang diperoleh dari proses ini dinamakan kitin
(Rahayu, 2007).
Proses deasetilasi kemudian dilakukan dengan cara merebus kitin
dalam larutan NaOH 50 % dengan perbandingan 1 : 20 (b/v) pada suhu
70oC, 80oC, 90oC, dan 100oC , masing-masing dengan waktu perebusan
30, 60, 90, dan 120 menit, kemudian disaring dan residu hasil
penyaringan dicuci dengan aquades hingga pH netral. Setelah mencapai
pH netral residu dikeringkan dalam oven suhu 70 – 80 oC hingga kering.
Produk yang diperoleh dari proses ini dinamakan kitosan (Rahayu, 2007).
Cangkang rajungan
TahapDeproteinasi
ekstraksidengan NaOH 2,0Nperbandingan 1:6 (b/v)
selama1jam ,disaring, di netralkan dan dikeringkan (T=80)
TahapDemineralisasi
Residuditambahkandengan HCl 1,5N perbandingan 1:112 (b/v),
diaduk1 jam, disaringsampainetral dan dikeringkan
Kitin
Deasetilasi
Ekstraksidengan NaOH 50%, di netralkan, disaring dan dikeringkan.
Kitosan
Gambar 2.6 Diagram Alir Proses Pembuatan Kitosan Limbah Cangkang
Rajungan (Rahayu, 2007)
19
J. Analisis Keputusan
Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk
memilih tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan adalah proses yang mencakup semua pikiran
dan kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan
pikiran baik tersebut. Analisa keputusan adalah untuk memilih alternatif
20
terbaik yang dilakukan antara aspek kualitas dan aspek kuantitas dari
produk olahan yang dihasilkan dengan kombinasi setiap perlakuan .
Analisis keputusan pada dasarnya adalah sutau prosedur yang
logis dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai
pengambilan keputusan, tetapi juga merupakan suatu cara untuk
membuat keputusan (Suntoyo, 1993). Pengambilan keputusan pada
penelitian ini berdasarkan sifat fisik dan kimia terbaik.
K. Landasan Teori
Kitosan adalah hasil deasetilasi kitin menggunakan basa kuat.
Kitin merupakan bahan polimer terdapat pada bahan alam seperti kulit
udang, kerang, ketam, yeast, serangga dan jamur, yang paling banyak
kandungan kitinnya adalah binatang bercangkang (shellfish) (Sarwono,
2010). Cangkang kerang sendiri kandungan kitin berkisar 14 – 35%
(Margonof, 2003).
Secara umum isolasi kitosan terdiri dari deproteinasi,
demineralisasi dan deasetilasi. Demineralisasi merupakan proses untuk
mengurangi garam mineral pada cangkang dengan penambahan asam
klorida. Deproteinasi merupakan proses untuk memisahkan ikatan antara
kitin dengan protein (kitin protein). Deproteinasi secara kimiawi
menggunakan basa natrium hidroksida (Masindi, 2017). Proses
deasetilasi bertujuan untuk memutuskan ikatan kovalen antara gugus
asetil dengan nitrogen pada gugus asetamida kitin sehingga berubah
menjadi gugus amina (–NH2) (Azhar, 2010).
Proses deasetilasi dilakukan dengan menggunakan alkali pada
suhu tinggi, hal ini akan menyebabkan terlepasnya gugus asetil
(CH3CHO-) dari molekul kitin. Gugus amida pada kitin akan berikatan
dengan gugus hidrogen yang bermuatan positif sehingga membentuk
gugus amina bebas –NH2 (Mekawati dkk., 2000).
Kitin bertindak sebagai amida dan NaOH sebagai basa. Mula-mula
ikatan rangkap antara C dan O akan terlepas sehingga C bermuatan
positif dan O bermuatan negatif, selanjutnya. OH- dari NaOH yang lebih
elektronegatif akan menyerang C yang lebih elektropositif, sedangkan
Na+ akan berikatan dengan O dari NHCOCH 3. Selanjutnya pasangan
21
elektron bebas dari -NH akan berikatan dengan H dari OH. Selanjutnya
akan terjadi delokalisasi elektron, -NH2 yang kurang elektron mendapat
donor dari C. Hal ini menyebabkan C kekurangan elektron, supaya stabil
satu elektron dari O digunakan untuk berikatan dengan C, ikatan asetil
dengan amida ini akan terputus sehingga terbentuk gugus -NH2 (Nurmala,
2018).
larutan alkali dengan konsentrasi tingi serta suhu tinggi selama proses
deasetilasi dapat mempengaruhi besarnya drerajat deasetilasi.
Azhar dkk (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh
konsentrasi NaOH dan KOH terhadap derajat deasetilasi kitin dari limbah
kulit udang. Pada penelitian tersebut dilakukan proses deasetilasi
menggunakan larutan basa kuat yaitu KOH dan NaOH dengan masing-
mang perlakuan konsentrasi 40% dan 50%. Hasil penelitian tersebut
diperoleh perlakuan terbaik adalah NaOH 50% dengan derajat deasetilasi
kitin terdeasetilasi adalah 65,64%.Masindi (2017) melakukan penelitian
pembuatan kitosan dari cangkang kerang darah. Penelitian tersebut
dilakukan proses deasetilasi dengan larutan basa kuat yaitu NaOH
sebanyak 60%. Hasil penelitian tersebut diperoleh kadar air ≤10%, kadar
abu ≤2%, derajat deasetilasi ≥70% serta memiliki gugus fungsi spesifik
yang menunjukkan gugus fungsi kitosan.
Kitosan memiliki kemampuan dalam menekan pertumbuhan
bakteri karena kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang (El. Ghaouthet
al.,1994).karena kitosan berbentuk membran berpori yang dapat
menyerap air pada makanan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroba di dalam makanan tersebut. Disamping itu kitosan mempunyai
gugus fungsional amina (-NH) yang bermuatan positif sangat kuat yang
dapat menarik molekul asam amino bermuatan negatif pembentuk protein
dalam mikroba. Gugus fungsional amina juga memiliki pasangan elektron
bebas sehingga dapat menarik mineral Mg2+yang terdapat pada ribosom
dan mineral Ca2+ yang terdapat pada dinding sel mikroba membentuk
ikatan kovalen koordinasi. Hal tersebut menjadikan kitosan dapat
mengakibatkan timbulnya kebocoran konstituen intraseluler sehingga
mikroba tersebut akan mati (Sarwono, 2010).
Penelitian yang dilakukan Damayanti (2016) tentang aplikasi
kitosan sebagai antibakteri pada filet patin selama penyimpanan suhu
rendah dengan perlakuan perendaman kitosan 0%, 1%, 2% dan 3%.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan antibakteri
kitosan 1% terhadap ketiga bakteri uji lebih baik dibandingkan kitosan
2%dan 3%, namun tidak memberikan masa simpan yang lebih lama
23
L. Hipotesis
Diduga perbedaan jenis larutan basa kuat dan konsentrasi basa
kuat yang digunakan berpengaruh terhadap karakteristik kitosan yang
dihasilkan, juga diduga dapat memberkan pengaruh terhadap masa
simpan ikan bandeng.