Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang berjumlah sekitar 17.499
pulau, dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Dari total
luas wilayah tersebut, 3,25 juta km 2adalah lautan dan 2,55 juta km 2adalah
Zona Ekonomi Eksklusif sedangkan wilayah daratan sekitar 2,01 juta km2
(Pratama, 2020). Perairan Indonesia kaya akan pontensi flora dan fauna.
Banyaknya flora dan fauna air di Indonesia dipengaruhi letak geografis
Indonesia yang strategis. Indonesia terletak di antara Benua Asia dan
Benua Australia serta Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sehingga
Indonesia kaya akan potensi lautnya, banyak komoditas laut yang dapat
dimanfaatkan termasuk hewan rajungan.
Rajungan adalah nama sekelompok kepiting. Nama ilmiah dari
rajungan adalah Portunidaea yang merupakan sejenis kepting yang dapat
berenang dan sepenuhnya hidup di laut. Ciri-ciri dari rajungan adalah
memiliki tubuh yang lebih ramping, memiliki capit lebih panjang serta
ramping, dan rajungan memiliki warna tubuh kebiruan dengan bercak
putih lebih terang. Rajungan dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
rajungan biasa, rajungan bunga, dan rajungan biru (Anggraini, 2018).
Rajungan biasanya ditemukan di wilayah pantai yang dangkal di
Indonesia, rajungan menyebar dari sebelah utara Pulau Sumatera sampai
ujung timur Papua. Rajungan berkembang biak dengan bertelur. Rajungan
betina dengan lebar karapas berkisar antara 95,5 mm dan 124,4 mm dapat
memproduksi telur berkisar antara 351.214 sampai 1.347.029 butir dengan
rata-rata 957.196 butir (Ernawati, dkk., 2014). Karena tingkat derajat
penetasan yang tinggi rajungan banyak diolah dan diekspor.
Di Desa Gunungsari Kecamatan Batangan Kabupaten Pati, rajungan
dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor. Tetapi yang diekspor hanya
bagian dagingnya saja, sedangkan cangkang, jeroan, dan kotoranya
dibuang sebagai limbah. Pengolahan rajungan ini membawa dampak

1
2

positif dan negatif. Salah satu dampak positif adalah dapat memajukan
perekonomian desa dengan memberdayakan para ibu rumah tangga dengan
membentuk beberapa kelompok kerja kecil yang sering disebut kelompok
“citet rajungan”. Sementara itu dampak negatifnya adalah limbah yang
tidak dikelola dengan baik sehingga berdampak menurunnya kualitas
lingkungan, yaitu pencemara air, pencemaran udara, dan pencemaran
tanah (Annisa, 2020). Limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan pruduksi
manusia idealnya harus diproses dan diolah sesuai dengan standar
lingkungan, untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.
Kegiatan produksi yang diimbangi dengan pengolahan limbah yang baik
dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang selaras dengan kelestarian
lingkungan yang sehat (Pratama, 2015).
Limbah rajungan yang belum diolah secara maksimal dapat
dipotensialkan sebagai biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh
aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan – bahan organik termasuk
diantaranya adalah kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah
tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas
adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan maupun diolah kembali menjadi bahan bakar minyak
yang lebih spesifik (Christvidya, 2021). Dari permasalahan diatas
penelitian ini diarahkan untuk mencoba pembuatan biogas dengan
menggunakan limbah yang berasal dari pengolahan rajungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah menggunakan bahan baku limbah rajungan dapat
menciptakan bahan bakar baru (biogas)?
2. Bagaimana cara pembuatan dan pengolahan sehingga dapat mengolah
limbah rajungan menjadi sebuah biogas?
3

3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pemanfatan limbah


rajungan menjadi biogas terutama bagi masyarakat sekitar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui bahwa limbah rajungan dapat diolah menjadi bahan
bakar pengganti berupa (biogas).
b. Mengetahui cara pembuatan dan pengolahan limbah rajungan
menjadi biogas.
c. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan limbah
rajungan terutama untuk masyarakat sekitar.
2. Tujuan Khusus:
Untuk pemenuhan penyelesaian KIR (Karya Ilmiah Remaja) bagi
siswa-siswi SMA N 1 Rembang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoretis (Akademis)
a. Dapat menemukan bahan bakar pengganti yang berasal dari bahan
baku limbah yang tidak terpakai.
b. Mengurangi pencemaran yang terjadi karena limbah rajungan
yang dibuang sebarangan.
c. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan, yaitu
membuat inovasi penggunaan metode eksperimen untuk melatih
anak menjadi maju dalam penemuan bahan bakar pengganti dari
limbah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang
cara menemukan bahan bakar pengganti dangan bahan limbah
melalui sains dan metode Eksperimen, serta cara membuat KIR
yang baik dan benar agar siap diperguruan tinggi. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman
4

berfikir ilmiah, kritis, kreatif dan inovatif melalui kegiatan


penelitian sebagai bekal dasar penelitian lebih lanjut.
b. Bagi pendidik dan calon pendidik
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangsih pemikiran tentang
salah satu inovasi dalam pemanfaatan limbah rajungan sebagai
bahan baku biogas.
c. Bagi sekolah
Diharapkan kegiatan penelitian ini dapat meningkatkan situasi
dan kondisi sekolah yang kondusif untuk belajar serta
mengembangkan sekolah sebagai tempat pengembangan
riset/penelitian.
5

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Rajungan
a. Pengertian Rajungan
Rajungan adalah nama sekelompok kepiting dari beberapa
marga anggota suku Portunidae. Jenis-jenis kepiting ini dapat
berenang dan sepenuhnya hidup di laut. Rajungan (Portunus
pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang
banyak terdapat di perairan Indonesia. Rajungan di Indonesia
merupakan komoditas yang memilliki nilai ekonomis tinggi yang
diekspor terutama ke Negara Amerika, yaitu mencapai 60% dari
total hasil tangkapan rajungan (Yusfiandayani., dan Sobari, 2011).
Departemen Kelautan dan Perikanan (dalam Yanuar, dkk., 2009)
menjelaskan bahwa ekspor rajungan beku sebesar 2813,67 ton
tanpa kulit (dagingnya saja), dan rajungan tidak beku (bentuk
segar maupun dalam kaleng) sebesar 4312,32 ton per tahun
b. Limbah Rajungan
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan
buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses
perindustrian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa limbah
industri dapat menghasilkan bahan toksik terhadap lingkungan,
yang berdampak negatif terhadap manusia dan komponen
lingkungan lainnya (Supraptini, 2002).
Rajungan dimanfaatkan dagingnya saja, untuk diekspor ke
berbagai daerah serta ke beberapa negara tertentu seperti Negara
Amerika. Sementara itu limbah berupa cangkang dan kotoran
yang tidak dimanfaatkan tersebut dibuang begitu saja. Limbah
yang dihasilkan dari industri rajungan membutuhkan penanganan
dan pengolahan agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan.
6

Achillas, dkk (dalam Wulandari., dan Pramono, 2018: 79)


menjelaskan bahwa Limbah yang dikelola dengan baik akan
memberikan manfaat bagi lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dari cangkang limbah rajungan
yang dibuang seperti pencemaran. Pencemaran dibedakan
menjadi tiga, yakni: pencemaran udara, pencemaran air, dan
pencemaran tanah. Contoh dampak pencemaran udara seperti
menurun kualitas dan fungsi udara. Sementara dampak
pencemaran air berupa air yang tercemar tidak bisa dimanfaatkan
dan menyebabkan penyakit. Dan dampak yang ditimbulkan dari
pencemaran tanah berupa penurunan kesehatan manusia, karena
tanah yang tercemar akan mengandung bakteri penyebab
penyakit, pencemaran tanah juga bisa berdampak terhadap
ekosistem, dan kualitas asam tanah yang selanjutnya berpengaruh
pada produktivitas tanaman (Welianto, 2020).
c. Kandungan dari Limbah Rajungan.
Limbah rajungan biasanya hanya berupa cangkang karena
dagingnya yang dimanfaatkan. Srijanto (dalam Wisuda, dkk.,
2014), mengemukakan bahwa cangkang limbah rajungan
mengandung zat sebagai berikut:
1) protein 30% – 40 %
2) mineral (CaCO3) 30% – 50 %
3) kitin 20% – 30 %
Kandungan yang terdiri dari protein, mineral, dan kitin tersebut
banyak membantu proses pembentukan biogas. Pada proses
pembentukan biogas terdapat bakteri metanogenik atau
metanogen, yaitu bakteri yang terdapat pada bahan-bahan organik
yang dapat menghasilkan gas metana serta gas-gas lainnya.
Supaya bakteri tersebut dapat menghasilkan gas, harus dilakukan
dengan proses keseluruhan rantai hidupnya dalam keadaan
anaerobik.
7

Pada saat keadaan anaerob, glukosa diperlukan sebagai


substrat. Hal ini dikarenakan komposisi gas pada dasarnya
ditentukan oleh substrat pada proses fermentasi (Ridlo, 2017).
Glukosa di cangkang rajungan terdapat pada zat kitin. Zat kitin
adalah homopolimer linear mirip selulosa. Kitin merupakan
biopolimer yang melimpah di alam setelah selulosa. Biopolimer
ini merupakan komponen utama arthopoda serta rangka luar dari
serangga, kepiting, kulit udang, dan dinding fungi atau alga
merah. Struktur molekul kitin mirip selulosa. Persamaan antara
selulosa dengan kitin adalah ikatan antara monomernya yaitu
ikatan glikosida pada posisi β–(1,4)-N-asetil-D-glukosamin
(Pratiwi, dan Purwanti., 2019).
Selulosa adalah polisakarida yang terbuat dari glukosa. Zat
kitin pada cangkang rajungan membantu pada proses respirasi
anaerob. Selain itu karena bakteri metanogen hidup di lingkungan
yang seperti dasar rawa-rawa, tempat penampungan limbah, dan
saluran pencernaan hewan termasuk manusia (Daydream,2019).
Sehingga mineral yang terkandung dalam cangkang rajungan
dapat berfungsi untuk melembabkan tempat pembuatan biogas,
yang menyebabkan bakteri metanogen dapat berkembang biak
dengan baik.
2. Biogas
a. Pengertian Biogas
Biogas mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan
dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifatnya yang ramah
lingkungan dan dapat diperbarui merupakan keunggulan dari
biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Selain itu
penggunaan bahan bakar fosil dapat meyebabkan pemanasan
global. Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna
dapat menyebabkan peningkatan gas(Co¿¿ 2)¿ . Peningkatan(Co2 )
dapat menyebabkan efek rumah kaca yang bisa membangkitkan
8

suhu panas di bumi. Meningkatnya konsentrasi ( Co 2 )di atmosfer


juga dapat menyebabkan pemanasan global yang berdampak
cuaca yang ekstrim (BPPT, 2021).
Biogas sebagai salah satu energi alternatif yang dapat
dipastikan menggantikan bahan bakar fosil. Hal tersebut
dikarenakan keberadaan bahan bakar fosil yang semakin hari
semakin terbatas. Biogas secara tidak langsung telah membawa
banyak manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya
dibuang, dapat dimanafaatkan secera sederhana sebagai biogas,
yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan
pemanfaatan limbah rajungan tersebut minimal dapat mengurangi
limbah yang dapat mencemari lingkungan.
b. Prinsip Dasar Biogas
Biogas merupakan salah satu sumber energi terbaru yang
dapat menjawab kebutuhan energi alternatif. Biogas adalah gas
yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme dalam keadaan anaerob, di mana dalam
melakukan metabolisme tidak diperlukan bantuan oksigen. Untuk
menghasilkan biogas dibutuhkan reactor biogas (digester) yang
merupakan suatu instalasi kedap udara. Dalam hal ini,
reactor/digester diganti dengan menggunakan alat sederhana yaitu
berupa tong, gallon, atau ember kecil agar dapat digunakan secara
mudah dan lebih ekonomis serta dapat berfungsi normal seperti
reactor/digester. Tujuan dari penggunaann digester/ruang tertutup
yaitu untuk mengoptimalkan dekomposisi bahan organik.
Keuntungan dari penggunaan gester/ruang tertutup ini dapat
mengurangi gas metana ( CH 4 ) yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya fenomena efek gas rumah kaca yang dapat
berakibat pemanasan global (Mardatila, 2020). Prinsip dasar
biogas dapat dijelaskan sebagai berikut:
9

1) Biogas
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat
terurai secara alami dalam kondisi anaerobi. Komposisi
biogas bervariasi tergantung dari asal proses anaerobik yang
terjadi.
Tabel 2.1 Komposisi Biogas
Sumber: Ridlo, Komponen Persentase (%)
(2017)
a) Metan (𝐶𝐻4)  50-75 vol.%
Gas metan
b) Karbondioksida (𝐶𝑂2)  25-45 vol.%
( CH 4 ) yang
c) Air (𝐻2𝑂)  2-7 vol.%
merupakan
d) Hidrogen sulfida(𝐻2𝑆)  20-20.000 ppm
komponen
e) Nitrogen (𝑁2)  <2 vol.%
utama biogas
f) Oksigen (𝑂2)  <2 vol.%
merupakan
g) Hidrogen (𝐻)
bahan bakar  <1 vol.%

yang berguna
karena
mempunyai nilai kalor cukup tinggi, yaitu sekitar 4800-6700 Kkal/m³, sedangkan
gas metan murni mengadung energi 8900 Kkal/m³ (Dhanavia, 2018). Biogas dapat
dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakkan mesin, dan
sebagainya. Selain itu karena metana ( CH 4 ) yang memiliki satu karbon dalam
setiap rantainya, dapat membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan
dibandingkan bahan bakar berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena
jumlah ( Co 2 )yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon
pendek adalah lebih sedikit.
2) Bakteri Metanogenik atau Metanogen
Bakteri Metanogenik adalah bakteri yang terdapat pada
bahan-bahan organik yang dapat menghasilkan gas metan
serta gas-gas lainnya. Bakteri Metanogenik untuk
10

menghasilkan gas dilakukan dengan proses keseluruhan


rantai hidupnya dalam keadaan anaerobik. Sebagai
organisme-organisme hidup, ada kecenderungan untuk
menyukai kondisi tertentu dan peka pada iklim mikro dalam
digester.
Terdapat banyak spesies dari metanogen dan variasi
sifat-sifatnya. Bakteri pembentuk metan memiliki sifat-sifat
fisiologi seperti bakteri pada umumnya. Famili metanogen
(bakteri metana) digolongkan menjadi empat genus
berdasarkan perbedaan sitologi.
a) Bakteri berbentuk batang
(1) tidak berspora, methanobacterium.
(2) berspora, methanobacillus.
b) Bakteri berbentuk lonjong,
(1) sarcine, methanosarcina.
(2) tidak termasuk grup sarcinal, methanococcus.
Bakteri metanogenik berkembang lambat dan sensitif
terhadap perubahan mendadak pada kondisi-kondisi fisik dan
kimiawi. Sebagai contoh, penurunan 2°C secara mendadak
pada sludge mungkin secara signifikan berpengaruh pada
pertumbuhannya dan laju produksi gas (Wahyuni, 2013).
3) Proses Fermentasi
Proses fermentasi mengacu pada berbagai reaksi dan
interaksi yang terjadi di antara bakteri metanogen dan non-
metanogen serta bahan yang diumpamakan ke dalam digester
sebagai input. Penghancuran input yang merupakan bahan
organik dicapai dalam tiga tahapan, yaitu

a) Hidrolisa.
b) Acidification (Tahap pembentukan asam).
c) Methanization (Tahap pembentukan metana).
11

Berikut tahapan tahapan pada proses fregmentasi.

Bagan 2.1 Skema Representasi dari Dekomposisi Anaerobik


Sumber: Ridlo, (2017)

B. Kerangka Berfikir
Hewan rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor dari
Indonesia. Dalam proses perindustrian rajungan banyak menghasilkan
12

limbah baik berupa cangkang, jeroan, dan kotoran. Hal tersebut


disebabkan karena yang diekspor hanya bagian dagingnya saja. Limbah
yang dibuang begitu saja dapat menyebakan pencemaran lingkungan baik
pencemaran air, tanah, dan udara (Welianto, 2020). Limbah rajungan
mayoritasnya berupa cangkang rajungan yang mengandung protein,
mineral, dan zat kitin Srijanto (dalam Wisuda, dkk., 2014). Dengan
berbagai kandungan yang terdapat pada cangkang limbah rajungan dapat
diolah, salah satunya sebagai biogas.
Pada dasarnya pembuatan biogas memerlukan bakteri Matogen/
matogenetik untuk menghasilkan gas. Bakteri Metanogenetik proses
keseluruhan rantai hidupnya dalam keadaan anaerobik, di mana dalam
melakukan metabolisme tidak menggunakan bantuan oksigen (Wahyuni,
2013). Dalam keadaan aneaerobik memerlukan substrat yang mana dapat
disediakan oleh zat kitin (Glukosa) yang merupakan salah satu penentu
komposisi. Selain itu mineral yang terkandung pada cangkang rajungan
juga dapat menyediakan lingkungan yang sesuai dengang lingkungan
bakteri (lembab) agar bakteri Matogen/matogenetik dapat berkembang
biak dengan baik.
Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini mencoba menjadikan
limbah hasil industri rajungan (cangkang, tulang, dan jeroan) untuk
dijadikan sebagai biogas. Pemanfaatan limbah rajungan sebagai biogas
merupakan salah satu inovasi yang bertujuan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang dibuang tanpa
dikelola terlebih dahulu. Kerangka berfikir ini dapat di gambarkan melalui
bagan sebagai berikut.
13

Banyak Limbah Rajungan yang Dibuang


Tanpa Diolah Terlebih Dahulu

Limbah Rajungan Mengandung Zat yang


Dapat Membantu Proses Pembentukan Biogas

Pencemran Lingkungan: Baik Pencemaran Air,


Udara, dan Tanah

Mengurangi Dimanfaatkan sebagai Mengetahui


Limbah Rajungan Biogas Apakah Limbah
Rajungan dapat
diolah Menjadi
Biogas
Menemukan
Sumber Energi
Terbarukan dan
Ramah Lingkungan
dari Limbah

Bagan 2.2 Kerangka Berfikir

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penilitian dan RancanganPenelitian
14

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam “Pemanfaatan Limbah


Rajungan Sebagai Biogas” adalah penelitian deskriptif kualitatif. Jenis
penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang
memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif. Jenis
penelitian deskriptif kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis
kejadian, fenomena, dan keadaan baik berupa masalah sosial maupun
percobaan eksperimen (Sendari, 2019). Adapun tujuan dari peneliti
memilih jenis penelitian deskriptif kualikatif yaitu adalah mendiskripsikan
tentang proses pembuatan dan pemaanfaatan biogas dari limbah rajungan.
Hal tersebut dilakukan dengan mengungkapkan kejadian, fenomena,
variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan
menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Untuk itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat mengurangi dampak
yang ditimbulkan dari pencemaran limbah rajungan
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini akan dimulai dengan mengumpulkan limbah
rajungan (cangkang, jeroan, dan kotoran) yang merupakan limbah hasil
dari pengolahan rajungan yang ada di daerah tempat tinggal peneliti.
Setelah itu, menyiapkan alat yang digunakan untuk mengolah limbah
rajungan (digester tempat tertutup untuk pengolahan limbah rajungan
sebagai biogas). Kemudian limbah rajungan akan diolah melalui beberapa
tahap. Melakukan uji terhadap biogas dan melakukan analisis terhadap
penggunaan limbah rajungan sebagai biogas. Lalu data yang diperoleh
akan dibuat dalam bentuk sistematis dan tersetruktur.

C. Tempat dan Waktu Penelitian.


1. Tempat
15

Proses penelitian dilakukan di Desa Gunungsari RT 03/ RW 01,


Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Peneliti memilih tempat
tersebut untuk menghemat waktu dan biaya serta mempermudah
peneliti dalam melakukan proses penelitian.
2. Waktu
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah sejak
tanggal dikeluarkannya izin penelitian, yaitu dalam kurun waktu
kurang lebih 2 (dua) bulan, yang terbagi dalam dua bagian, yaitu 1
(satu) bulan pengumpulan data dan 1 (satu) bulan untuk pengolahan
data yang meliputi penyajian dalam bentuk KIR dan proses bimbingan
berlangsung.
D. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Pada subjek penelitian ini mengambil informasi dari narasumber.
Pada penelitian ini mencoba untuk mengumpulkan informasi secara
ringkas dan jelas dari berbagai narasumber baik dari masyarakat biasa
maupun pekerja rajungan atas pembuatan biogas berbahan dasar
limbah rajungan sejumlah 5 orang.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah limbah rajungan yang akan diolah
menjadi biogas. Pada umumnya prinsip pembuatan biogas adalah
membuat gas metana, kemudian gas tersebut dapat dibuat oleh bakteri
matogenetik. Dalam pekembangan bakteri metanogenik memerlukan
kondisi yang anaerob. Di mana kondisi tersebut dapat disediakan oleh
lapisan dari cangkang rajungan berupa zat kitin. Selain itu, agar
perkembangan bakteri metanogenik dapat berkembang dengan baik
memerlukan kondisi yang lembab. Selain zat kitin juga terdapat
mineral yang banyak di dalam cangkang limbah rajungan, sehingga
dapat menyediakan linkungan yang lembab.
E. Data dan Sumber Penelitian
1. Data Penelitian
16

Data penelitian ini berupa data kualitatif. Hal itu dikarenakan data
yang diambil bukan berbentuk bilangan satuan. Penelitian kualitatif
bisa dipahami sebagai prosedur riset yang memanfaatkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
pelaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif dilakukan untuk
menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, dinamika sosial,
sikap kepercayaan, dan persepsi seseorang atau kelompok terhadap
sesuatu. Maka, proses penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun
asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang dikumpulkan dalam riset kemudian ditafsirkan
(Anwar, 2021). Oleh karena itu data yang diambil dari penelitian ini
berupa hasil dari proses pembentukan limbah rajungan sebagai biogas.
2. Sumber Penelitian
Menurut Zuldafrial (Putra, 2020), sumber data adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Ada dua macam sumber data, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer adalah sumber data diperoleh langsung oleh
peneliti. Untuk data primer diperoleh dan diambil langsung dari
lingkungan peneliti. Data primer tersebut adalah “Pemanfaatan
Limbah Rajungan sebagai Biogas”.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak diperoleh
langsung oleh peneliti, biasanya sumber data ini diperoleh dari
pihak lain. Untuk contoh sumber yang dimaksud adalah jurnal
penelitian, hasil penelitian yang dilakukan, buku ataupun artikel
di internet. Data sekunder tersebut peneliti mengambilnya dari
buku dan artikel di internet yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.

F. Teknik dan Instrument Pengumpul Data


1. Teknik Pengumpulan Data
17

Penelitian ini menggunakan data kualitatif, di mana instrument


pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Menurut Rahardjo (2011)
dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan
dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu;
wawancara, eksperimen, observasi, dan dokumentasi. Pada
penenelitian ini memiliki keterbatasan dalam mengingat dan
menentukan data yang harus dikumpulkan. Dalam hal ini penelitian
yang dilakukan memerlukan alat bantu berupa pedoman wawancara
yang berbentuk angket atau kuisioner kepada responden, pedoman
eksperimen berupa landasan teori yang didapat dari berbagai pedoman
baik dari intenet, artikel, jurnal, dan buku, pedoman observasi yang
dialandaskan pada hasil eksperimen, dan pedoman dokumentasi.
Selain itu observasi serta pedoman dokumentasi dapat digunakan
dengan tujuan agar pengumpulan data penelitian ini dapat terarah serta
berfokus pada permasalahan yang ingin dipecahkan.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (dalam Burhanuddin, 2013), instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Untuk pemanfaatan
limbah rajungan sebagai biogas menggunakan eksperimen atau
pengamatan berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian serta
pemberian kuisioner atau angket yang berisi pertanyaan yang dijawap
oleh responden.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah metode dalam memproses data menjadi
informasi. Menurut Purbowati (2021) langkah-langkah yang dilakukan
peneliti untuk menganalisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Data


18

Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis


data adalah dengan melakukan pengumpulan data yang didasarkan
pada hasil eksperimen dan hasil dari angket atau kuesioner yang telah
diisi oleh para responden.
2. Tahap Editing
Tahap yang kedua adalah tahap editing. Di tahap ini peneliti akan
memeriksa hasil angket dari para responden mengenai kejelasan dan
juga kelengkapan dalam pengisian instrumen pengumpulan data,
apakah sudah sesuai ataukah ada yang kurang.
3. Tahap Identifikasi dan Klarifikasi (Koding)
Tahap ketiga adalah tahap identifikasi dan juga klarifikasi
terhadap pernyataan yang ada pada instrumen pengumpulan data
berdasarkan variabel yang sedang di teliti dari hasil angket atau
kuesioner.
4. Tahap Pengujian
Tahap keempat adalah tahap proses pengujian data. Di tahap ini
peneliti akan menguji hasil penelitian yaitu pemanfaatan limbah
rajungan sebagai biogas. Hal-hal yang akan di uji mulai dari
keamanan, efek samping, keberhasilan dari penelitian, dan lain
sebagainya
5. Tahap Mendeskripsikan Data
Tahap kelima adalah tahap mendeskripsikan data. Pada tahap ini
peneliti akan membuat deskripsi data dari penelitian dengan
menyajikannya apa yang sebenarnya terjadi pada proses penelitian.
6. Tahap Pengujian Hipotesis
Tahap yang terakhir adalah tahap pengujian hipotesis. Pada tahap
ini peneliti akan mengadakan proses pengujian “Pemanfaatan limbah
rajungan sebagai biogas”. Pada tahap ini peneliti akan membuat
kesimpulan terkait biogas dari limbah rajungan sebagai bahan bakar
alternatif.
19

Anda mungkin juga menyukai