PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang berjumlah sekitar 17.499
pulau, dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Dari total
luas wilayah tersebut, 3,25 juta km 2adalah lautan dan 2,55 juta km 2adalah
Zona Ekonomi Eksklusif sedangkan wilayah daratan sekitar 2,01 juta km2
(Pratama, 2020). Perairan Indonesia kaya akan pontensi flora dan fauna.
Banyaknya flora dan fauna air di Indonesia dipengaruhi letak geografis
Indonesia yang strategis. Indonesia terletak di antara Benua Asia dan
Benua Australia serta Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sehingga
Indonesia kaya akan potensi lautnya, banyak komoditas laut yang dapat
dimanfaatkan termasuk hewan rajungan.
Rajungan adalah nama sekelompok kepiting. Nama ilmiah dari
rajungan adalah Portunidaea yang merupakan sejenis kepting yang dapat
berenang dan sepenuhnya hidup di laut. Ciri-ciri dari rajungan adalah
memiliki tubuh yang lebih ramping, memiliki capit lebih panjang serta
ramping, dan rajungan memiliki warna tubuh kebiruan dengan bercak
putih lebih terang. Rajungan dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
rajungan biasa, rajungan bunga, dan rajungan biru (Anggraini, 2018).
Rajungan biasanya ditemukan di wilayah pantai yang dangkal di
Indonesia, rajungan menyebar dari sebelah utara Pulau Sumatera sampai
ujung timur Papua. Rajungan berkembang biak dengan bertelur. Rajungan
betina dengan lebar karapas berkisar antara 95,5 mm dan 124,4 mm dapat
memproduksi telur berkisar antara 351.214 sampai 1.347.029 butir dengan
rata-rata 957.196 butir (Ernawati, dkk., 2014). Karena tingkat derajat
penetasan yang tinggi rajungan banyak diolah dan diekspor.
Di Desa Gunungsari Kecamatan Batangan Kabupaten Pati, rajungan
dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor. Tetapi yang diekspor hanya
bagian dagingnya saja, sedangkan cangkang, jeroan, dan kotoranya
dibuang sebagai limbah. Pengolahan rajungan ini membawa dampak
1
2
positif dan negatif. Salah satu dampak positif adalah dapat memajukan
perekonomian desa dengan memberdayakan para ibu rumah tangga dengan
membentuk beberapa kelompok kerja kecil yang sering disebut kelompok
“citet rajungan”. Sementara itu dampak negatifnya adalah limbah yang
tidak dikelola dengan baik sehingga berdampak menurunnya kualitas
lingkungan, yaitu pencemara air, pencemaran udara, dan pencemaran
tanah (Annisa, 2020). Limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan pruduksi
manusia idealnya harus diproses dan diolah sesuai dengan standar
lingkungan, untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.
Kegiatan produksi yang diimbangi dengan pengolahan limbah yang baik
dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang selaras dengan kelestarian
lingkungan yang sehat (Pratama, 2015).
Limbah rajungan yang belum diolah secara maksimal dapat
dipotensialkan sebagai biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh
aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan – bahan organik termasuk
diantaranya adalah kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah
tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas
adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan maupun diolah kembali menjadi bahan bakar minyak
yang lebih spesifik (Christvidya, 2021). Dari permasalahan diatas
penelitian ini diarahkan untuk mencoba pembuatan biogas dengan
menggunakan limbah yang berasal dari pengolahan rajungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah menggunakan bahan baku limbah rajungan dapat
menciptakan bahan bakar baru (biogas)?
2. Bagaimana cara pembuatan dan pengolahan sehingga dapat mengolah
limbah rajungan menjadi sebuah biogas?
3
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Rajungan
a. Pengertian Rajungan
Rajungan adalah nama sekelompok kepiting dari beberapa
marga anggota suku Portunidae. Jenis-jenis kepiting ini dapat
berenang dan sepenuhnya hidup di laut. Rajungan (Portunus
pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang
banyak terdapat di perairan Indonesia. Rajungan di Indonesia
merupakan komoditas yang memilliki nilai ekonomis tinggi yang
diekspor terutama ke Negara Amerika, yaitu mencapai 60% dari
total hasil tangkapan rajungan (Yusfiandayani., dan Sobari, 2011).
Departemen Kelautan dan Perikanan (dalam Yanuar, dkk., 2009)
menjelaskan bahwa ekspor rajungan beku sebesar 2813,67 ton
tanpa kulit (dagingnya saja), dan rajungan tidak beku (bentuk
segar maupun dalam kaleng) sebesar 4312,32 ton per tahun
b. Limbah Rajungan
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan
buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses
perindustrian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa limbah
industri dapat menghasilkan bahan toksik terhadap lingkungan,
yang berdampak negatif terhadap manusia dan komponen
lingkungan lainnya (Supraptini, 2002).
Rajungan dimanfaatkan dagingnya saja, untuk diekspor ke
berbagai daerah serta ke beberapa negara tertentu seperti Negara
Amerika. Sementara itu limbah berupa cangkang dan kotoran
yang tidak dimanfaatkan tersebut dibuang begitu saja. Limbah
yang dihasilkan dari industri rajungan membutuhkan penanganan
dan pengolahan agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan.
6
1) Biogas
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat
terurai secara alami dalam kondisi anaerobi. Komposisi
biogas bervariasi tergantung dari asal proses anaerobik yang
terjadi.
Tabel 2.1 Komposisi Biogas
Sumber: Ridlo, Komponen Persentase (%)
(2017)
a) Metan (𝐶𝐻4) 50-75 vol.%
Gas metan
b) Karbondioksida (𝐶𝑂2) 25-45 vol.%
( CH 4 ) yang
c) Air (𝐻2𝑂) 2-7 vol.%
merupakan
d) Hidrogen sulfida(𝐻2𝑆) 20-20.000 ppm
komponen
e) Nitrogen (𝑁2) <2 vol.%
utama biogas
f) Oksigen (𝑂2) <2 vol.%
merupakan
g) Hidrogen (𝐻)
bahan bakar <1 vol.%
yang berguna
karena
mempunyai nilai kalor cukup tinggi, yaitu sekitar 4800-6700 Kkal/m³, sedangkan
gas metan murni mengadung energi 8900 Kkal/m³ (Dhanavia, 2018). Biogas dapat
dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakkan mesin, dan
sebagainya. Selain itu karena metana ( CH 4 ) yang memiliki satu karbon dalam
setiap rantainya, dapat membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan
dibandingkan bahan bakar berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena
jumlah ( Co 2 )yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon
pendek adalah lebih sedikit.
2) Bakteri Metanogenik atau Metanogen
Bakteri Metanogenik adalah bakteri yang terdapat pada
bahan-bahan organik yang dapat menghasilkan gas metan
serta gas-gas lainnya. Bakteri Metanogenik untuk
10
a) Hidrolisa.
b) Acidification (Tahap pembentukan asam).
c) Methanization (Tahap pembentukan metana).
11
B. Kerangka Berfikir
Hewan rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor dari
Indonesia. Dalam proses perindustrian rajungan banyak menghasilkan
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penilitian dan RancanganPenelitian
14
Data penelitian ini berupa data kualitatif. Hal itu dikarenakan data
yang diambil bukan berbentuk bilangan satuan. Penelitian kualitatif
bisa dipahami sebagai prosedur riset yang memanfaatkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
pelaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif dilakukan untuk
menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, dinamika sosial,
sikap kepercayaan, dan persepsi seseorang atau kelompok terhadap
sesuatu. Maka, proses penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun
asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang dikumpulkan dalam riset kemudian ditafsirkan
(Anwar, 2021). Oleh karena itu data yang diambil dari penelitian ini
berupa hasil dari proses pembentukan limbah rajungan sebagai biogas.
2. Sumber Penelitian
Menurut Zuldafrial (Putra, 2020), sumber data adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Ada dua macam sumber data, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer adalah sumber data diperoleh langsung oleh
peneliti. Untuk data primer diperoleh dan diambil langsung dari
lingkungan peneliti. Data primer tersebut adalah “Pemanfaatan
Limbah Rajungan sebagai Biogas”.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak diperoleh
langsung oleh peneliti, biasanya sumber data ini diperoleh dari
pihak lain. Untuk contoh sumber yang dimaksud adalah jurnal
penelitian, hasil penelitian yang dilakukan, buku ataupun artikel
di internet. Data sekunder tersebut peneliti mengambilnya dari
buku dan artikel di internet yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.