2019
dengan Proses KBR
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan 1 1
Oleh karena itu, pendirian pabrik fenol dan aseton di Indonesia sangat
tepat mengingat kebutuhan akan fenol dan aseton yang tergolong tinggi. Dengan
pendirian pabrik tersebut dapat mengurangi ketergantungan impor dari negara lain
dan diharapkan juga dapat menjadi komoditi ekspor.
1.2 Tujuan
Prarancangan pabrik fenol dan aseton adalah ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fenol dan aseton dalam negeri yang selama ini masih
diimpor dari negara lain dan selanjutnya dikembangkan menjadi komoditi ekspor.
Selain itu, diharapkan dengan berdirinya pabrik ini akan memberi lapangan
pekerjaan baru sehingga akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Laporan 1 2
Laporan 1 3
Laporan 1 4
Laporan 1 5
Laporan 1 6
Laporan 1 7
Jumlah impor fenol dan aseton ini diperkirakan akan terus meningkat tiap
tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menekan volume impor
fenol dan aseton di Indonesia dengan cara meningkatkan kapasitas produksi fenol
dan aseton di Indonesia. Selain itu, dengan terpenuhinya kebutuhan di Indonesia,
diharapkan Indonesia memiliki peluang ekspor yang lebih besar untuk fenol dan
Laporan 1 8
aseton di dunia. Permintaan fenol dan aseton yang tinggi tidak hanya terdapat di
Indonesia, namun secara global. Penggunaan dan konsumsi fenol dan aseton di
dunia dapat dilihat pada Gambar 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4.
4% 7%
Kaprolaktam
30% Bisfenol-A
Alkilfenol
Asam Adipat
49% Fenolik Resin
2% Lain-Lain
8%
8% 6%
7% Isopropanol
DAA/MIBK/Keton
27% Pelarut
27% Aseton Sianohidrin
Biosfenol-A
Lain-Lain
24%
Laporan 1 9
Gambar 1.3 Konsumsi Fenol di Dunia Tahun 2017 (IHS Markit, 2018)
Gambar 1.4 Konsumsi Aseton di Dunia Tahun 2017 (IHS Markit, 2018)
Laporan 1 10
Laporan 1 11
Laporan 1 12
Berdasarkan perbandingan GPM pada tabel 1.9, maka dapat dilihat bahwa gross
profit margin tertinggi didapatkan dengan produksi fenol melalui proses sulfonasi
benzena. Sedangkan pada proses KBR Phenol Process berada pada urutan ketiga
yaitu dengan GPM senilai IDR 2.580,43 per kg fenol setelah proses Toluena –
Asam Benzoat. Namun Proses KBR tetap dipilih sebagai proses yang akan
digunakan karena melalui proses ini, dihasilkan yield fenol yang lebih tinggi yaitu
99% serta penggunaan electricity yang relatif lebih rendah dari proses Raschig
yaitu 170 kWh.
Laporan 1 13
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Laporan 1 14
Laporan 1 15
Laporan 1 16
yang paling penghasil fenol yang efektif. Oksidasi dilakukan dengan tekanan yang
rendah serta stripping udara dikombinasikan dengan partisi asam ke kondensat
dalam sistem pemulihan cumene.
Pemekatan CHP dilakukan ketika keluaran dari reaktor pengoksidasi
terkonsentrasi ke tingkat 75 hingga 85% berat sebelum didekomposisi menjadi
fenol dan aseton. Bagian dekomposisi atau pembelahan dari proses melibatkan
dekomposisi katalitik CHP pekat dengan adanya bagian per sejuta asam menjadi
crude fenol dan aseton mentah. Proses ini melibatkan penggunaan backmixed
pada suhu rendah / waktu kontak yang lebih tinggi untuk langkah dekomposisi
CHP utama, diikuti oleh bagian dehidrasi plug-flow pada suhu yang lebih tinggi /
waktu kontak singkat untuk konversi dicumylper-oxide (DCP) ke AMS. Proses
Sunoco / UOP menghasilkan sekitar 90 persen hasil AMS dari DMPC
(dimethylphenylcarbinol). Ini juga menghasilkan hasil fenol yang lebih tinggi dan
dengan demikian menurunkan konsumsi cumene dan lebih sedikit residu.
Penetralan asam diperlukan sebagai upaya pencegahan terhadap
kehilangan hasil karena reaksi samping dan melindungi dari korosi pada bagian
fraksionasi. Proses fenol Sunoco / UOP menggunakan pendekatan baru untuk
netralisasi yaitu katalis asam dinetralkan dengan menyuntikkan sejumlah diamina
yang tidak perlu dihilangkan dari proses. Fenol merupakan hasil utama dari reaksi
produksi ini sedangkan aseton merupakan produk samping. Yield fenol yang
didapatkan melalui reaksi ini adalah 90%.
Laporan 1 17
Reaksi pembentukan fenol melalui proses KBR diperlihatkan melalui gambar 2.3
sebagai berikut:
(a)
(b)
Gambar 2.3 (a) Reaksi Pembentukan Cumene Hydroperoxide dan (b) Reaksi
Pembentukan Fenol dan Aseton (Meyers, 2005)
Pabrik fenol berdasarkan teknologi KBR terdiri dari dua bagian proses
utama, yaitu proses pertama merupakan area reaksi, cumene dioksidasi untuk
membentuk cumene hidroperosida (CHP), yang kemudian dibelah (cleaved) untuk
menghasilkan fenol dan aseton. Proses kedua merupakan bagian pemulihan
(recovery) produk menggunakan fraksinasi serta pemurnian produk fenol dan
aseton. KBR telah mengembangkan sistem yang sangat terintegrasi yakni
menghasilkan fenol dengan kemurnian sangat tinggi (99,99%) dan aseton
(99,75%) dengan peroleha dengan perolehan yield sebesar 95%. Blok diagram
pembuatan fenol dengan proses KBR ditampilkan dalam Gambar 2.4 berikut ini.
Laporan 1 18
Gambar 2.4 Blok Diagram Pembuatan Fenol dengan Proses KBR (Meyers, 2005)
Laporan 1 19
Berdasarkan reaksi diatas, maka proses ini terdiri atas tiga tahapan. Pertama,
oksidasi toluena dengan udara dan digunakan katalisator cobalt benzoate yang
akan menghasilkan asam benzoat. Pada tahap ini, reaksi oksidasi toluena menjadi
asam benzoat dengan air dan katalis kobalt terjadi pada suhu 121 – 177 °C dan
tekanan 2 atm dan konsentrasi katalis sebesar 0,1 - 0,3% berat. Pada proses ini,
yield reaksi yang diperoleh sebesar 68% terhadap Toluena.
Kemudian proses kedua asam benzoat dioksidasi dan dihidrolisis menjadi
fenol, yang dilakukan pada dua reaktor seri. Pada reaktor pertama asam benzoat
dioksidasi menjadi fenil benzoat menggunakan udara dengan menggunakan
katalisator copper dan garam magnesium. Reaktor dioperasikan pada temperatur
234 °C dan tekanan 1,5 atm. Fenil benzoat selanjutnya dihidrolisis menggunakan
steam pada reaktor kedua. Reaksi ini terjadi pada temperatur 200 ºC dan tekanan
atmosfer. Yield fenol yang diperoleh yaitu sebesar 88% (Kirk dan Othmer, 1995).
Blok diagram pembuatan fenol dari reaksi oksidasi toluena - asam benzoat di
tampilkan pada gambar 2.5.
Laporan 1 20
Gambar 2.5 Blok Diagram Pembuatan Fenol Dari Toluena – Asam Benzoat
(Kirk dan Othmer, 1995)
Laporan 1 21
natrium. Yield yang diperoleh dari proses ini adalah sebesar 82% (Kirk dan
Othmer, 1995). Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H6 + Cl2 + 3NaOH + HCl C6H5OH + 2H2O + 3NaCl…..…(2.6)
Benzena Klorin Natrium Asam Fenol Air Natrium
Hidroksida Klorida Klorida
Process Flow Diagram dari produksi fenol melalui proses oksiklorinasi benzena
ditampilkan pada Gambar 2.6.
Laporan 1 22
Gambar 2.6 Process Flow Diagram Pembuatan Fenol dari Oksiklorinasi Benzena
(Cauvel dan Gilles, 1989)
Laporan 1 23
Laporan 1 24
Gambar 2.7 Block Diagram Fenol dan Aseton Menggunakan Proses KBR
Laporan 1 25
Laporan 1 26
fenol dan residu serta memurnikan produk aseton. Unit fraksinasi aseton
dijalankan dibawah kondisi operasi temperatur 100 ºC dengan tekanan 1 atm.
Produk netralisasi difraksinasi menjadi aliran overhead yang terdiri dari produk
aseton, air, cumene, AMS, dan bahan ringan lainnya dan bagian bottom yang
terdiri dari komponen fenol dan fraksi yang lebih berat.
Fraksinasi fenol menggunakan umpan yang berasal dari produk bawah
kolom fraksinasi aseton Aliran ini terutama terdiri dari fenol, air, asetofenon, dan
komponen organik berat seperti cumylphenol, dan dimer AMS. Fraksinasi fenol
dilakukan pada temperatur 152 ºC dan tekanan 1 atm. Tujuan dari fraksinasi fenol
adalah untuk mengisolasi dan memurnikan produk fenol dan untuk me-recovery
produk yang dapat di recycle. Selanjutnya, hasil atas dari fraksinasi aseton berupa
air, cumene, AMS dan komponen ringan lainnya di alirkan menuju unit fraksinasi
AMS. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan temperatur operasi 175 ºC,
tekanan 1 atm. Pada unit fraksinasi AMS dihasilkan dua produk yaitu komponen
ringan serta AMS dan cumene yang kemudian dikirim menuju unit hidrogenasi
AMS.
Unit hidrogenasi AMS merupakan unit yang digunakan untuk mereaksikan
AMS dengan hidrogen. Proses ini dijalankan dengan temperatur 92 ºC beserta
tekanan 1 atm. Pada proses ini terbentuk produk berupa yang nantinya akan di
recycle untuk di umpankan sebagai bahan baku pada kolom oksidator. Produksi
fenol dan aseton dengsn menggunakan proses KBR dinilai sangat efisien karena
di dalam prosesnya, konsumsi cumene terjadi sekitar 1.308 per kg dari produksi
fenol dengan persentase yield sebesar 95%.
Laporan 1 27
BAB III
DASAR PERANCANGAN
Laporan 1 28
Laporan 1 29
Dari data pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.3 yang kemudian diplot kedalam
grafik regresi linear yang digunakan untuk mengestimasi kebutuhan impor dan
ekspor fenol di Indonesia pada tahun 2024.
30000
25000
f(x) = 1279.63208181818 x + 10390.7319636364
Impor (Ton/Tahun)
20000 R² = 0.835856854312436
15000
10000
5000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
3500
3000 f(x) = 256.191433333333 x + 916.192722222222
R² = 0.899159751285597
Ekspor (Ton/Tahun)
2500
2000
1500
1000
500
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Laporan 1 30
Pabrik ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2024 dengan
perencanaan pembangunan pabrik selama 3 tahun. Berdasarkan Perhitungan pada
Lampiran D, didapatkan estimasi kebutuhan impor fenol pada tahun 2024 adalah
30.864,6 ton/tahun dan nilai ekspor fenol pada tahun 2024 adalah 4.759,04
ton/tahun. Berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 1999 pasal 17 diketahui
bahwa pelaku usaha dilarang menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis
barang tertentu. Maka ditetapkan kapasitas produksi pabrik yang akan didirikan
adalah 18.00 ton/tahun (50% dari kebutuhan impor dan ekspor fenol Indonesia).
Laporan 1 31
2. Asam Sulfat
Asam sulfat digunakan sebagai katalis dalam proses produksi fenol dan
aseton dari cumene. Spesifikasi asam sulfat sebagai berikut.
Tabel 3.5 Spesifikasi Asam Sulfat
Sifat Spesifikasi
Kemurnian Min. 98%
Grade Technical Grade
Specific Gravity Min. 1,8
Fe Max. 100 ppm
Mn Max. 1 ppm
Pb Max. 10 ppm
(Indonesian Acids Industry, 2019)
Laporan 1 32
2. Aseton
Tabel 3.7 Spesifikasi Aseton
Sifat Spesifikasi
Specific Gravity 25C/25C 0,7860 - 0,7890
Specific Gravity 20C/20C 0,7910 - 0,7930
Kemurnian Min 99,5 wt.%
Grade Technical grade
Udara Max. 0,5 wt.%
Air Max. 0,5 wt.%
Alkalinitas Max. 0,001 wt.%
Keasaman Max. 0,002 wt%
Materi Nonvolatil Max 10 ppm
(Altivia Petrochemicals, 2015)
Laporan 1 33
Gambar 3.3 Lokasi Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene dengan Proses KBR
di Dumai
Laporan 1 34
Laporan 1 35
3.4.2 Fenol
Fenol merupakan bahan yang dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.
Fenol bersifat sensitif terhadap udara, cahaya dan hygroscopic sehingga wadah
penyimpanan harus ditutup rapat dan berada di area sejuk serta berventilasi baik.
dan hindari fenol dari sumber api dan panas. Jauhkan fenol dari zat-zat yang tidak
kompatibel atau dengan zat pengoksidasi seperti senyawa nitrat karena akan
Laporan 1 36
menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau dengan kalsium hipoklorit
yang menghasilkan panas dan asap beracun yang dapat menyala.
Penyimpanan fenol dalam kondisi normal biasaya dapat dilakukan
dalam tangki baja ringan atau drum karena akan dilakukannya proses
pemurnian untuk menghilangkan kotoran yang masih terkandung pada
fenol. Fenol disimpan dalam tangki stainless steel atau alumunium dalam
jangka panjang dan menghindari kontaminasi zat besi dan warna. Fenol
memiliki titik nyala yakni 79°C dan bahan yang mudah terbakar pada suhu
tinggi.
Bila ditinjau dari keamanan lingkungan, fenol harus ditangani sesuai
dengan standar industri, pemeliharan, dan keselamatan yang baik. Pada dasarnya,
fenol tidak beracun. Namun bila terjadi iritasi dan kontan langsung dengan mata,
maka dapat segera dibilas.
3.4.3 Aseton
Aseton adalah cairan yang mudah menyala dengan titik nyala yaitu -17 oC.
Sifat yang paling penting adalah nilai ambang batas mudah terbakar (flammabilty)
dan meledak dengan adanya zat-zat yang tidak kompatibel seperti basa dan asam
kuat. Fenol bersifat sensitif terhadap panas dan hygroscopic sehingga wadah
penyimpanan harus ditutup rapat dan berada dia area sejuk serta berventilasi baik.
Tangki penyimpanan aseton memiliki penutup dengan katup pelepas tekanan
dengan material tangki penyimpanan berupa tangki stainless steel atau
alumunium.
Beberapa sifat aseton memerlukan kontrol tambahan untuk memastikan
penggunaannya secara aman. Akibatnya, ventilasi dan deteksi kebocoran yang
memadai adalah elemen penting dalam desain sistem aseton yang dibutuhkan
dalam area penyimpanan aseton. Pada pabrik juga diperlukan detector api khusus
Laporan 1 37
untuk pencegahan ledakan dan kebakaran dikarenakan nyala api yang hampir
tidak terlihat.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan 1 38
Laporan 1 39
Laporan 1 40
LAMPIRAN A
PROPERTI BAHAN BAKU DAN PRODUK
Berat Molekul 120,2 g/mol 98,08 g/mol 94,11 g/mol 58,08 g/mol
Rumus Struktur
Laporan 1 40
LAMPIRAN B
KINETIKA REAKSI
k 1A
H + ROOH
+
ROOH2+ Equilibrium……………(B.4)
k-1B
k2
ROOH2 +
RO+ + H2O Equilibrium……………(B.5)
k-2
k3
RO +
R’OR” Slow………….………(B.6)
k4
Laporan 1 55
LAMPIRAN C
HARGA PRODUK DAN BAHAN BAKU
Spectrum Chemical
Cumene 147,90 USD/LT 2.031,134
MFG 2019
Spectrum Chemical
Fenol 750 USD/2,5 LT 4.119,94
MFG 2019
Spectrum Chemical
Aseton 91,10 USD/LT 1.251.09
MFG 2019
Oksigen 0 0 -
Spectrum Chemical
Toluena 89,90 USD/4LT 308,625
MFG 2019
Spectrum Chemical
Benzena 482,45 USD/4LT 1.656,39
MFG 2019
Spectrum Chemical
Asam Sulfat 119,20 USD/2,5 LT 654,797
MFG 2019
Spectrum Chemical
Klorin 234 USD/LT 3213,559
MFG 2019
Laporan 1 56
USD 13.957,86
AUD 9.559,74
BND 10.242,80
CAD 10.691,58
CHF 14.030,82
CNH 1.977,68
CNY 1.977,15
DKK 2.073,70
EUR 15.491,83
GBP 17.931,66
PGK 3.998,93
SGD 10.242,80
THB 461,57
(Bank Indonesia, 2019)
Laporan 1 57
Laporan 1 27
Laporan 1 58
Laporan 1 59
Laporan 1 60
Laporan 1 61
Laporan 1 62
Laporan 1 63
Laporan 1 64