Anda di halaman 1dari 52

Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.

2019
dengan Proses KBR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kimia di Indonesia masih dihadapkan dengan persoalan
ketergantungan impor bahan baku, diantaranya impor fenol dan aseton. Nilai
impor tersebut terus meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan akan terus
meningkat pada tahun-tahun mendatang apabila tidak dilakukan upaya
pembangunan industri kimia nasional. Jika bahan-bahan tersebut dapat diproduksi
di dalam negeri, maka dapat menghemat pengeluaran devisa negara dan bahkan
dapat meningkatkan nilai ekspor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
dalam 5 tahun terakhir nilai impor fenol berkisar antara 20.000 – 26.000 ton/tahun
dan nilai impor aseton berkisar anatara 17.000 – 22.000 ton/tahun (BPS, 2019).
Fenol atau hidroksibenzen mempunyai banyak kegunaan diantaranya
sebagai bahan baku pembuatan bisfenol-A yang digunakan dalam industri plastik,
bahan baku industri kaprolaktam yang digunakan dalam pembuatan nilon, bahan
baku dalam pembuatan fenolik resin, alkilfenol, dan anilin (Kirk dan Othmer,
1995).
Aseton dikenal juga dengan dimetil keton atau 2 propanon merupakan
pelarut yang sangat baik untuk getah, lilin, resin, lemak, minyak, zat warna, dan
selulosa. Aseton digunakan sebagai pembawa asetilena, dalam pembuatan pelapis
dan plastik. Fungsi lain dari aseton adalah sebagai bahan baku untuk sintesis
kimia berbagai produk seperti keton, metil metakrilat, bisfenol-A, alkohol
diaseton, metil isobutil keton, heksilen glikol, dan isoforon (Kirk dan Othmer,
1991). Kebutuhan aseton di Indonesia tergolong tinggi. Sementara di Indonesia
belum terdapat pabrik aseton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia
masih mendatangkan aseton dari negara lain seperti: Amerika Serikat, Belanda,
Cina, Korea, Jepang, dan Singapura.

Laporan 1 1

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Oleh karena itu, pendirian pabrik fenol dan aseton di Indonesia sangat
tepat mengingat kebutuhan akan fenol dan aseton yang tergolong tinggi. Dengan
pendirian pabrik tersebut dapat mengurangi ketergantungan impor dari negara lain
dan diharapkan juga dapat menjadi komoditi ekspor.

1.2 Tujuan
Prarancangan pabrik fenol dan aseton adalah ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fenol dan aseton dalam negeri yang selama ini masih
diimpor dari negara lain dan selanjutnya dikembangkan menjadi komoditi ekspor.
Selain itu, diharapkan dengan berdirinya pabrik ini akan memberi lapangan
pekerjaan baru sehingga akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari perancangan pabrik fenol dan aseton meliputi
penentuan bahan baku dan proses yang akan digunakan, dimana bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan fenol dan aseton adalah cumene dengan proses KBR.
Hasil produksi pabrik akan dipasarkan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
industri yang menggunakan fenol dan aseton sebagai bahan baku dan selanjutnya
fenol dan aseton akan dikembangkan sebagai komoditi ekspor.

1.4 Analisa Pasar


Analisis pasar merupakan suatu langkah untuk mengetahui seberapa besar
minat pasar terhadap suatu produk. Analisa pasar membahas tentang data impor,
data ekspor, data konsumsi, dan data produksi fenol serta aseton. Data impor dan
ekspor fenol dan aseton di Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2019 dapat
dilihat pada Tabel 1.1 sampai dengan Tabel 1.6.

Laporan 1 2

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Table 1.1 Data Impor Fenol di Indonesia pada Tahun 2009-2013


Tahun
Bulan
2009 2010 2011 2012 2013
Januari 448,948 476,186 2277,253 1568,3 985,849
Februari 642,044 1255,364 1473,543 859,356 1179,812
Maret 268,048 1022,204 2680,533 1068,224 2114,872
April 1371,277 1878,823 66,405 1654,736 1158,385
Mei 1508,630 977,579 2834,504 192,282 1681,199
Juni 789,247 1415,122 176,462 2305,099 859,762
Juli 1254,831 1803,569 1871,903 1623,721 1700,714
Agustus 1623,110 1233,167 1280,936 518,817 640,658
September 2153,605 628,331 197,527 1550,03 1425,798
Oktober 829,380 724,173 2685,088 1771,116 992,784
November 1954,006 2248,667 1449,783 330,641 2874,414
Desember 1194,455 272,253 2296,764 1150,791 1016,202
TOTAL
14.037,58 13.935,43 19.290,70 14.593,11 16.630,44
(Ton/Tahun
1 8 1 3 9
)
(BPS, 2019)

Laporan 1 3

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Table 1.2 Data Impor Fenol di Indonesia pada Tahun 2014-2019


Tahun
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 1824,933 1492,405 1627,798 2156,957 2643,040 2908,009
Februari 1082,272 2093,925 1397,605 232,793 1908,036 1003,052
Maret 1351,015 1871,424 1115,822 1554,992 2384,047 3411,041
April 2048,472 1360,420 1595,393 2328,852 2153,665 1315,050
Mei 2072,828 1254,379 2226,750 3070,171 1322,345 3039,899
Juni 620,802 2309,161 2232,214 207,897 2170,303 152,463
Juli 2408,989 658,593 563,490 1792,475 1839,758 3207,089
Agustus 574,3 1156,849 2806,557 2622,894 1899,014 1287,762
September 3119,122 2282,843 1326,537 1859,986 2872,605 -
Oktober 823,303 2504,869 312,640 676,766 2936,244 -
November 1232,214 1635,581 3704,642 3511,429 4138,019 -
Desember 3178,929 2514,423 2215,744 1021,885 224,977 -
TOTAL
20.337,179 21.134,872 21.125,192 21.037,097 26.492,053 16.324,365
(Ton/Tahun)
(BPS, 2019)

Laporan 1 4

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Table 1.3 Data Impor Aseton di Indonesia pada Tahun 2009-2013


Tahun
Bulan
2009 2010 2011 2012 2013
Januari 22,734 830,333 808,357 1247,196 103,261
Februari 512,408 714,632 1681,377 69,502 2416,591
Maret 2386,206 1548,848 2095,474 4098,727 108,326
April 621,269 1619,050 2384,488 1573,609 2098,904
Mei 3314,725 862,346 1118,866 3780,633 2602,993
Juni 973,794 1648,774 2995,624 96,905 2690,140
Juli 1557,612 152,853 1424,560 1705,908 1045,854
Agustus 2954,351 2158,568 787,837 812,174 119,474
September 462,063 1042,830 2234,036 1374,122 2849,785
Oktober 1341,145 2428,145 3518,585 3590,683 1225,650
November 732,035 25,575 58,332 1389,792 2541,947
Desember 1653,770 2376,163 935,876 1564,031 808,782
TOTAL
16.532,11 15.408,11 20.043,41 21.303,28 18.611,70
(Ton/Tahun
2 7 2 2 7
)
(BPS, 2019)

Laporan 1 5

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Table 1.4 Data Impor Aseton di Indonesia pada Tahun 2014-2019


Tahun
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 2805,961 2263,112 2145,444 2181,848 647,637 2772,34
Februari 9723,61 1109,199 2298,352 2265,428 1416,802 244,829
Maret 82,629 114,28 124,141 1716,536 3148,781 2234,614
April 1337,382 2178,257 2332,57 239,55 1032,328 3080,4
Mei 2070,109 1584,867 2162,415 2244,339 1557,473 1221,718
Juni 2196,473 2081,608 949,438 995,408 1586,870 467,51
Juli 2627,245 621,985 1283,713 1445,119 1537,344 4239,046
Agustus 72,307 2084,537 1141,713 2946,488 1143,124 1231,201
September 1125,283 1001,405 2056,316 2284,592 4369,989 -
Oktober 2126,204 2222,622 1086,673 1224,334 912,26 -
November 213,854 626,72 1578,894 2318,199 2741,538 -
Desember 2081,268 2912,508 1647,677 1676,914 2257,327 -
TOTAL
17.711,076 18.801,1 18.807,346 21.538,755 22.351,473 15.491,658
(Ton/Tahun)
(BPS, 2019)

Laporan 1 6

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Table 1.5 Data Ekspor Fenol di Indonesia pada Tahun 2009-2013


Tahun
Bulan
2009 2010 2011 2012 2013
Januari 15,023 67,663 116,850 171,210 130,371
Februari 52,702 94,300 127,886 204,535 124,585
Maret 27,229 75,915 126,470 159,705 164,771
April 87,651 82,763 137,073 146,145 77,345
Mei 90,502 73,446 174,813 158,696 192,845
Juni 125,498 74,953 115,290 138,055 249,970
Juli 79,311 66,656 132,026 210,144 300,088
Agustus 127,456 87,365 143,110 226,330 232,605
September 88,489 80,756 171,747 185,145 179,352
Oktober 206,929 151,899 119,963 207,415 244,892
November 227,698 64,867 86,438 199,630 205,782
Desember 164,427 146,116 93,520 209,100 213,677
TOTAL
(Ton/Tahun 1.292,915 1.066,699 1.545,186 2.216,11 2.316,283
)
(BPS, 2019)

Laporan 1 7

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Table 1.6 Data Ekspor Fenol di Indonesia pada Tahun 2014-2019


Tahun
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 138,85 145,807 153,297 244,22 108,93 30,495
Februari 259,46 219,031 236,4 246,915 12,4 15,6
Maret 189,085 214,05 245,448 229,925 34,3 16,12505
April 227,002 222,255 200,208 193,655 46,1921 29,3702
Mei 279,723 226,46 142,63 249,32 39,315 14,427
Juni 193,041 252,199 202,522 181,77 13,695 5,94
Juli 357,545 204,972 143,905 282,465 21,5605 21,014
Agustus 217,675 242,605 295,71 319,4099 31,2045 12,36
September 269,525 169,497 221,575 318,59 28,580 -
Oktober 253,709 288,76 213,048 392,685 42,225 -
November 199,415 279,097 349,16 291,455 15,747 -
Desember 157,09 249,265 240,64 286,085 30,621 -
TOTAL
2.742,12 2.713,998 2.644,543 3.236,495 424,7701 145.331,25
(Ton/Tahun)
(BPS, 2019)

Jumlah impor fenol dan aseton ini diperkirakan akan terus meningkat tiap
tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menekan volume impor
fenol dan aseton di Indonesia dengan cara meningkatkan kapasitas produksi fenol
dan aseton di Indonesia. Selain itu, dengan terpenuhinya kebutuhan di Indonesia,
diharapkan Indonesia memiliki peluang ekspor yang lebih besar untuk fenol dan

Laporan 1 8

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

aseton di dunia. Permintaan fenol dan aseton yang tinggi tidak hanya terdapat di
Indonesia, namun secara global. Penggunaan dan konsumsi fenol dan aseton di
dunia dapat dilihat pada Gambar 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4.

4% 7%
Kaprolaktam
30% Bisfenol-A
Alkilfenol
Asam Adipat
49% Fenolik Resin
2% Lain-Lain
8%

Gambar 1.1 Penggunaan Fenol di Dunia (ICIS, 2015)

8% 6%
7% Isopropanol
DAA/MIBK/Keton
27% Pelarut
27% Aseton Sianohidrin
Biosfenol-A
Lain-Lain
24%

Gambar 1.2 Penggunaan Aseton di Dunia (ICIS, 2015)

Laporan 1 9

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Gambar 1.3 Konsumsi Fenol di Dunia Tahun 2017 (IHS Markit, 2018)

Gambar 1.4 Konsumsi Aseton di Dunia Tahun 2017 (IHS Markit, 2018)

Berdasarkan Gambar 1.3 dan 1.4, Asia merupakan wilayah permintaan


fenol dan aseton tertinggi di dunia. Permintaan fenol dan aseton tertinggi lainnya
diikuti oleh negara-negara di wilayah Amerika dan Eropa. Prediksi permintaan
fenol dan aseton di dunia akan terus berkembang.

Laporan 1 10

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Negara-negara produsen fenol dan aseton terbesar di dunia, yaitu, Cina,


India, Jerman, Italia, Jepang dan Brazil. Keenam negara ini mengekspor fenol dan
aseton ke negara-negara yang membutuhkan fenol dan aseton, khususnya negara-
negara yang sedang berkembaang di bidang Industri, salah satunya Indonesia.
Data Perusahaan dan negara yang memproduksi fenol dan Aseton di Dunia dapat
dilihat pada Tabel 1.7 dan 1.8.
Tabel 1.7 Perusahaan yang Memproduksi Fenol di Dunia

Perusahaan Lokasi Kapasitas (Ton/tahun)

Rhodia Brazil 115.000


Enichem Italia 385.000
Phenolchemie Jerman 500.000
Phenolchemie Belgia 200.000
Mitsui Petrochemical Jepang 220.000
Yanshan P.C Cina 60.000
Hindustan Organic Chem India 40.000
(Kirk dan Othmer, 1995)

Table 1.8 Perusahaan yang Memproduksi Aseton di Dunia


Kapasitas
Perusahaan Lokasi
(Ton/tahun)
Allied Signal Corporation Frankford, Pa. 221.000
Aristech Chemical Corporation Haverhill, Ohio 172.000
Dow Chemical U.S.A. Oyster Creek, Tex. 152.000
General Electric Company Mount Vemon, Ind. 177.000
Georgia Gulf Corporation Plaquemine, La. 109.000
Shell Oil Company Deer Park, Tex. 45.000
(Kirk dan Othmer, 1991)

Laporan 1 11

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Berdasarkan Tabel 1.7, Jerman merupakan negara yang memproduksi


fenol terbesar di dunia yaitu Jerman, diikuti oleh Italia, Belgia, dan Jepang.
Kapasitas rata-rata produksi pabrik fenol yaitu 326.000 ton/tahun. Dan
berdasarkan Tabel 1.8, Amerika Serikat merupakan Negara memproduksi aseton
terbesar didunia dengan kapasitas rata-rata produksi pabrik yaitu 146.000
ton/tahun.
Kebutuhan fenol dan aseton sebagai bahan baku pada industri lain sangat
penting dan seiring peningkatan jumlah penduduk, permintaan terhadap barang
siap pakai dengan bahan baku fenol dan aseton akan semakin meningkat. Industri
Fenol berpeluang dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan bisfenol-A yang
digunakan dalam industri plastik, bahan baku industri kaprolaktam yang
digunakan dalam pembuatan nilon, bahan baku dalam pembuatan fenolik resin,
alkilfenol, dan anilin. Selain digunakan sebagai pelarut yang sangat baik untuk
industri getah, lilin, resin, lemak, minyak, zat warna, dan selulosa. Aseton juga
berpeluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku untuk sintesis kimia
berbagai produk seperti keton, metil metakrilat, bisfenol-A, alkohol diaseton,
metil isobutil keton, heksilen glikol, dan isoforon.

Laporan 1 12

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

1.5 Analisa Ekonomi (GPM, Gross Profit Margin)


GPM dari proses pembuatan fenol dan aseton ditampilkan pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9 GPM Proses Pembuatan Fenol dan Aseton


Gross Profit Margin (GPM)
Jenis Proses Reaksi
(Rp/kg fenol)
KBR Phenol C6H5(CH3)2 + O2 →
2.580,43
Process C6H5OH + CH3COCH3
SUNOCO/UOP C6H5(CH3)2 + O2 →
2.580,43
Phenol Process C6H5OH + CH3COCH3
Toluena – Asam C6H5CH3 + 2O2 →
3.811,315
Benzoat C6H5OH + H2O + CO2
C6H6 + H2SO4 + 2NaOH
Sulfonasi Benzena → C6H5OH + Na2SO3 + 2.099.516
2H2O
C6H6 + Cl2 + 3NaOH +
Klorimasi Benzena HCl → C6H5OH + 2H2O 791,0931
+ 3NaCl
Proses Raschig C6H6 + ½ O2  C6H5OH 2.743,65

Berdasarkan perbandingan GPM pada tabel 1.9, maka dapat dilihat bahwa gross
profit margin tertinggi didapatkan dengan produksi fenol melalui proses sulfonasi
benzena. Sedangkan pada proses KBR Phenol Process berada pada urutan ketiga
yaitu dengan GPM senilai IDR 2.580,43 per kg fenol setelah proses Toluena –
Asam Benzoat. Namun Proses KBR tetap dipilih sebagai proses yang akan
digunakan karena melalui proses ini, dihasilkan yield fenol yang lebih tinggi yaitu
99% serta penggunaan electricity yang relatif lebih rendah dari proses Raschig
yaitu 170 kWh.

Laporan 1 13

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Teknologi Produksi Fenol dan Aseton


Fenol merupakan komponen aromatik yang mengandung satu atau lebih
gugus hidroksil yang melekat pada cincin aromatik. Secara umum, fenol dikenal
sebagai hidroksibenzena dengan rumus struktur C6H5OH. Biasanya, fenol
memiliki keutamaan dalam pembuatan resin fenolik, bisfenol-A, kaprolaktam,
anilin, dan alkilfenol (kirk dan Othmer, 1995). Sebelum perang dunia ke-II, fenol
di recovery dari coal tar serta dari proses sulfonasi dan klorinasi benzene
kemudian diikuti dengan hidrolisis fenol dengan garam sebagai produk samping
(Meyers, 2005).
Aseton merupakan produk selain fenol yang dihasilkan melalui
dekomposisi reaksi dengan menggunakan katalis asam mineral kuat. Proses ini
dikenal dengan produksi fenol dan aseton dari peroksidasi cumene. Lebih dari
90% permintaan didunia terhadap fenol terpenuhi melalui rute cumene. Tentu saja
hal ini membentuk suatu persaingan bagi teknologi pengembang fenol untuk
semakin meningkatkan yield, keamanan proses, dan kualitas fenol - aseton yang
dihasilkan (Meyers, 2005). Berikut dijelaskan mengenai proses untuk
menghasilkan fenol:

2.1.1 Pembuatan Fenol dari Cumene


Produksi Fenol menggunakan bahan baku cumene merupakan proses
pembuatan fenol yang paling banyak digunakan. Metode ini berdasarkan hasil
research oleh Hock dan Lng pada tahun 1994, yang difokuskan pada pemisahan
cumyl hydroperoxide menjadi fenol dan aseton (Chauvel dan Gilles, 1989).Pada
proses ini cumene hidroperoksida yang dibentuk melalui reaksi oksidasi cumene
dengan cepat terdekomposisi menjadi fenol dan aseton dengan bantuan katalis
asam kuat. Reaksi pembentukan fenol dari cumene adalah sebagai berikut:

C6H5CH(CH3)2 + O2  C6H5OH + (CH3)2CO………………….(2.1)

Laporan 1 14

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Pada proses ini reaksi pemecahan cumene hidroperoksida menjadi fenol


dan aseton. Reaksi dijalankan pada suasana asam dengan mengunakan asam sulfat
yang berfungsi sebagai katalis dengan konsentrasi 98% (Kirk dan Othmer, 1995).
Menurut Meyers (2005), pembuatan Fenol melalui reaksi oksidasi cumene
digunakan oleh 2 teknologi yaitu Sunoco/UOP Phenol Process dan KBR Phenol
Process.

2.1.1.1 Sunoco /UOP Phenol Process


Sunoco/UOP Phenol Process merupakan suatu proses untuk mendapatkan
fenol dan aseton dengan kemurnian yang tinggi melalui cumene peroxidation
route menggunakan bantuan oksigen dari udara. Dalam prosesnya, tahapan
oksidasi dilakukan dengan menggunakan tekanan yang rendah dengan tujuan
untuk meningkatan yield dan faktor keamanan, pembelahan CHP (cumene
hidroperoksida) untuk produk yang selektif, netralisasi proses yang inovatif
sehingga meminimalkan limbah, serta biaya recovery produk yang murah.
Hasilnya, konsumsi cumene pada proses pembuatan terbilang sangat rendah yaitu
dengan rasio 1,31 wt cumene / wt fenol, yang dicapai tanpa recycle aseton dan
tar cracking. Reaksi utama pembentukan fenol dan aseton yang terjadi
diperlihatkan melalui gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Reaksi pembentukan fenol (Meyers, 2005)

Deskripsi proses produksi fenol dan aseton melalui teknologi Sunoco


/UOP ditampilkan berdasarkan blok diagram yang terdapat pada Gambar 2.2.

Laporan 1 15

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Gambar 2.2 Blok Diagram Pembuatan Fenol dengan Proses Sunoco/UOP


(Meyers, 2005)

Dari blok diagram dapat diketahui mengenai tahapan proses yang


dibutuhkan untuk menghasilkan fenol. Tahapan proses tersebut yaitu: (1) Oksidasi
cumene fase cair menjadi cumene hidroperoksida (CHP), (2) pemekatan CHP, (3)
dekomposisi menggunakan katalis asam dari CHP menjadi fenol dan aseton, (4)
neutralisasi dari produk dekomposisi asam, (5) fraksinasi untuk recovery aseton,
fenol, AMS, dan residu, (6) recovery fenol dan luaran limbah melalui proses
ekstraksi untuk memenuhi spesifikasi kualitas limbah, dan (7) hidrogenasi AMS
menjadi cumene untuk recycle.
Pada bagian oksidasi teknologi Sunoco/UOP, meliputi beberapa bagian
seperti Perbaikan terbaru pada bagian oksidasi meliputi penggunaan adsorpsi
arang dengan efisiensi tinggi dan instalasi semprotan air darurat. Pengurangan
oksigen isi gas ventilasi sehingga mengurangi kapasitas kompresor udara,
penggunaan suku cadang umum untuk pompa pengoksidasi dan pendingin
darurat. Semua peningkatan ini berfungsi untuk mengurangi biaya modal dan
operasional dari proses, menjadikan teknologi Sunoco/UOP sebagai salah satu

Laporan 1 16

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

yang paling penghasil fenol yang efektif. Oksidasi dilakukan dengan tekanan yang
rendah serta stripping udara dikombinasikan dengan partisi asam ke kondensat
dalam sistem pemulihan cumene.
Pemekatan CHP dilakukan ketika keluaran dari reaktor pengoksidasi
terkonsentrasi ke tingkat 75 hingga 85% berat sebelum didekomposisi menjadi
fenol dan aseton. Bagian dekomposisi atau pembelahan dari proses melibatkan
dekomposisi katalitik CHP pekat dengan adanya bagian per sejuta asam menjadi
crude fenol dan aseton mentah. Proses ini melibatkan penggunaan backmixed
pada suhu rendah / waktu kontak yang lebih tinggi untuk langkah dekomposisi
CHP utama, diikuti oleh bagian dehidrasi plug-flow pada suhu yang lebih tinggi /
waktu kontak singkat untuk konversi dicumylper-oxide (DCP) ke AMS. Proses
Sunoco / UOP menghasilkan sekitar 90 persen hasil AMS dari DMPC
(dimethylphenylcarbinol). Ini juga menghasilkan hasil fenol yang lebih tinggi dan
dengan demikian menurunkan konsumsi cumene dan lebih sedikit residu.
Penetralan asam diperlukan sebagai upaya pencegahan terhadap
kehilangan hasil karena reaksi samping dan melindungi dari korosi pada bagian
fraksionasi. Proses fenol Sunoco / UOP menggunakan pendekatan baru untuk
netralisasi yaitu katalis asam dinetralkan dengan menyuntikkan sejumlah diamina
yang tidak perlu dihilangkan dari proses. Fenol merupakan hasil utama dari reaksi
produksi ini sedangkan aseton merupakan produk samping. Yield fenol yang
didapatkan melalui reaksi ini adalah 90%.

2.1.1.2 KBR Phenol Process


KBR Phenol Process adalah proses fenol yang terkemuka. Proses ini
telah dilisensikan untuk memproduksi lebih dari setengah kapasitas fenol dunia.
Beberapa keuntungan yang ditawarkan dari teknologi ini adalah diperolehnya
yield yang tinggi, produk dengan kemurnian tinggi, investasi modal rendah,
kebutuhan energi rendah, kontrol lingkungan yang efisien, dan operasi yang
aman.

Laporan 1 17

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Reaksi pembentukan fenol melalui proses KBR diperlihatkan melalui gambar 2.3
sebagai berikut:

(a)

(b)
Gambar 2.3 (a) Reaksi Pembentukan Cumene Hydroperoxide dan (b) Reaksi
Pembentukan Fenol dan Aseton (Meyers, 2005)

Pabrik fenol berdasarkan teknologi KBR terdiri dari dua bagian proses
utama, yaitu proses pertama merupakan area reaksi, cumene dioksidasi untuk
membentuk cumene hidroperosida (CHP), yang kemudian dibelah (cleaved) untuk
menghasilkan fenol dan aseton. Proses kedua merupakan bagian pemulihan
(recovery) produk menggunakan fraksinasi serta pemurnian produk fenol dan
aseton. KBR telah mengembangkan sistem yang sangat terintegrasi yakni
menghasilkan fenol dengan kemurnian sangat tinggi (99,99%) dan aseton
(99,75%) dengan peroleha dengan perolehan yield sebesar 95%. Blok diagram
pembuatan fenol dengan proses KBR ditampilkan dalam Gambar 2.4 berikut ini.

Laporan 1 18

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Gambar 2.4 Blok Diagram Pembuatan Fenol dengan Proses KBR (Meyers, 2005)

Berdasarkan blok diagram diatas, maka tahapan dalam pembuatan fenol


dan aeton berasarkan proses KBR adalah (1) oksidasi, (2) pemekatan cumene, (3)
reaksi pembelahan, (4) neutralisasi, (5) fraksinasi aseton, (6) fraksinasi fenol dan
penghilangan residu, (7) hidrogenasi AMS dan purifikasi. Kemudian dilengkapi
dengan adanya control terhadap lingkungan, seperti dephenolation dan sistem
manajemen ventilasi proses. Sejumlah kecil aliran limbah yang mengandung
senyawa organik ringan dan berat diperoleh kembali dan dapat dibakar dalam
boiler OSBL untuk menghasilkan uap. Dengan demikian, tidak ada aliran limbah
organik limbah yang membutuhkan perhatian pembuangan.

2.1.2 Pembentukan Fenol dari Toluena - Asam Benzoat

Laporan 1 19

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Pembentukan fenol dari oksidasi Toluena telah digunakan oleh Dow


Chemical Coorporation. Berikut ditampilkan persamaan reaksi dari proses
oksidasi toluene – asam benzoat utuk menghasilkan fenol:

C6H5CH3 + 3/2O2  C6H5COOH + H2O…………….(2.2)


Toluena Oksigen Asam Benzoat Air

2C6H5COOH + 1/2O2  C6H5 COOC6H5 + H2O + CO2………..(2.3)


Asam Benzoat Oksigen Fenil Benzoat Air Karbon
dioksida

C6H5COOC6H5 + H2O  C6H5OH + C6H5COOH………………(2.4)


Air Fenol Asam Benzoat
Fenil Benzoat

Berdasarkan reaksi diatas, maka proses ini terdiri atas tiga tahapan. Pertama,
oksidasi toluena dengan udara dan digunakan katalisator cobalt benzoate yang
akan menghasilkan asam benzoat. Pada tahap ini, reaksi oksidasi toluena menjadi
asam benzoat dengan air dan katalis kobalt terjadi pada suhu 121 – 177 °C dan
tekanan 2 atm dan konsentrasi katalis sebesar 0,1 - 0,3% berat. Pada proses ini,
yield reaksi yang diperoleh sebesar 68% terhadap Toluena.
Kemudian proses kedua asam benzoat dioksidasi dan dihidrolisis menjadi
fenol, yang dilakukan pada dua reaktor seri. Pada reaktor pertama asam benzoat
dioksidasi menjadi fenil benzoat menggunakan udara dengan menggunakan
katalisator copper dan garam magnesium. Reaktor dioperasikan pada temperatur
234 °C dan tekanan 1,5 atm. Fenil benzoat selanjutnya dihidrolisis menggunakan
steam pada reaktor kedua. Reaksi ini terjadi pada temperatur 200 ºC dan tekanan
atmosfer. Yield fenol yang diperoleh yaitu sebesar 88% (Kirk dan Othmer, 1995).
Blok diagram pembuatan fenol dari reaksi oksidasi toluena - asam benzoat di
tampilkan pada gambar 2.5.

Laporan 1 20

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Gambar 2.2 Pembentukan fenol dari Toluena - Asam Benzoat

Gambar 2.5 Blok Diagram Pembuatan Fenol Dari Toluena – Asam Benzoat
(Kirk dan Othmer, 1995)

2.1.3 Pembuatan Fenol dengan Proses Sulfonasi Benzena


Pada proses sulfonasi benzena, benzena disulfonasi menggunakan asam
sulfat untuk membentuk asam benzena sulfonat pada suhu 150 ºC. Kemudian
asam benzena sulfonat dinetralisasi menggunakan natrium sulfit menjadi natrium
benzena sulfonat. Natrium benzena sulfonat direaksikan dengan kaustik soda
untuk menghasilkan natrium fenat. Fenol yang didapatkan yaitu dengan yield 88%
(Kirk dan Othmer, 1995). Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah sebagai
berikut:
C6H6 + H2SO4 + 2NaOH  C6H5OH + Na2SO3 + 2H2O……(2.5)
Benzena Asam Natrium Fenol Natrium Air
Sulfat Hidroksida Sulfit

2.1.4 Pembuatan Fenol dari Klorinasi Benzena


Pada proses ini benzena di klorinasi pada temperatur 38 – 40 ºC dengan
bantuan katalis FeCl3, kemudian hidrolisis menggunakan NaOH pada temperatur
400 ºC dan tekanan 260 atm untuk membentuk natrium fenat. Natrium fenat yang
tidak murni bereaksi dengan asam klorida untuk melepaskan fenol dari garam

Laporan 1 21

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

natrium. Yield yang diperoleh dari proses ini adalah sebesar 82% (Kirk dan
Othmer, 1995). Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H6 + Cl2 + 3NaOH + HCl  C6H5OH + 2H2O + 3NaCl…..…(2.6)
Benzena Klorin Natrium Asam Fenol Air Natrium
Hidroksida Klorida Klorida

2.1.5 Pembuatan Fenol dari oksiklorinasi Benzena (Proses Raschig)


Proses ini pertama kali dilakukan pada tahun 1932 oleh Khoene-Poulenc.
Reaksi klorinasi benzena menggunakan asam klorida dan udara dengan katalis
besi dan tembaga klorida berlangsung pada suhu 200 – 260 ºC menghasilkan
klorobenzena. Klorobenzena dihidrolisa pada furnace dengan suhu 480 °C dengan
katalis SiO2 dan membentuk fenol. HCl yang terbentuk pada proses ini kemudian
di-recycle. Yield proses fenol terhadap benzene yang didapat sebesar 90% (Kirk
dan Othmer, 1995). Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah sebagai
berikut:

C6H6 + ½O2  C6H5OH…………..….………..(2.7)


Benzena Oksigen Fenol

Process Flow Diagram dari produksi fenol melalui proses oksiklorinasi benzena
ditampilkan pada Gambar 2.6.

Laporan 1 22

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Gambar 2.6 Process Flow Diagram Pembuatan Fenol dari Oksiklorinasi Benzena
(Cauvel dan Gilles, 1989)

2.2 Analisa Pemilihan Proses


Analisa pemilihan proses pada perancangan pabrik fenol dan aseton ini
didasarkan pada yield fenol, produk akhir yang dihasilkan, katalis, serta konsumsi
energi terhadap air pendingin (cooling water) dan listrik yang disajikan pada tabel
2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan Fenol dan Aseton

Laporan 1 23

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Teknologi Yield Produk Katalis Cooling Electricity


Produksi Water (kWh)
(m )
3

Toluena – 88 % Fenol dan Cobalt 650 600


Asam Benzoat Asam Benzoate
benzoate
Sulfonasi 88 % Fenol dan Asam Sulfat 80 100
Benzena Na2SO3
Raschig Phenol 90 % Fenol dan Besi dan 50 350
Process HCL yang tembaga
di-recycle klorida serta
SiO2
Klorinasi 82 % Fenol dan Besi Klorida 250 3900
Benzena HCl (FeCl3)
SANOCO/UOP 90 % Fenol dan Asam Sulfat 350 260
Phenol Process Aseton
KBR Phenol 95 % Fenol dan Asam Sulfat 290 170
Process Aseton
(Meyers, 2005; Kirk and Othmer 1995; Cauvel dan Gilles, 1989)

Berdasarkan tabel diatas, maka proses yang paling menguntungkan dalam


memproduksi fenol dan aseton adalah dengan menggunakan teknologi KBR
Phenol Process. Pemilihan ini didasarkan pada data penggunaan listrik yaitu 170
kWh serta penggunaan air pendingin sejumlah 290 m 3 yang relatif lebih rendah,
juga dikarenakan persentase konversi fenol yang dihasilkan jauh lebih besar, yaitu
senilai 99% serta dibandingkan melalui proses SANOCO/ UOP Phenol Process
dengan bahan baku serupa yaitu cumene serta beberapa proses lainnya.
Perhitungan GPM (Gross Profit Margin) untuk proses produksi fenol dengan
teknologi KBR adalah senilai Rp 2580,43/kg.

Laporan 1 24

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

2.3 Uraian Singkat Produksi Fenol dan Aseton Menggunakan Proses


KBR
Teknologi KBR dalam proses produksi fenol dan aseton terdiri atas dua
bagian proses utama, yaitu proses pertama merupakan area reaksi, cumene
dioksidasi untuk membentuk cumene hidroperoksida (CHP), yang kemudian
dibelah (cleaved) untuk menghasilkan fenol dan aseton. Proses kedua merupakan
bagian pemulihan (recovery) produk menggunakan fraksinasi serta pemurnian
produk fenol dan aseton. KBR telah mengembangkan sistem yang sangat
terintegrasi yakni menghasilkan fenol dengan kemurnian sangat tinggi (99,99%)
dan aseton (99,75%). Berikut ditampilkan block Diagram pembuatan fenol dan
aseton dengan menggunkan proses KBR melalui Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Block Diagram Fenol dan Aseton Menggunakan Proses KBR

Laporan 1 25

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Berdasarkan Gambar 2.7, dalam proses KBR menggunakan bahan baku


berupa cumene yang diumpankan kedalam reaktor oksidator bersama udara
dengan tujuan membentuk cumene hidroperoksida (CHP). Proses ini dicapai
dengan mengoksidasi cumene bersama udara dengan kondisi tekanan 6 atm dan
temperatur 95 ºC. konsentrasi CHP maksimum biasanya kurang dari 25%, dan
jumlah tahap oksidasi adalah tiga atau empat tergantung pada kapasitas pabrik.
Hal ini memberikan desain yang dioptimalkan secara ekonomi, dengan hasil
oksidasi antara 95% dan 96% teoritis.
Keluaran dari tahap oksidasi biasanya mengandung sekitar 22% hingga
28% berat CHP, DMBA dan Acetophenon serta sisa berupa cumene yang tidak
bereaksi. Cumene dipisahkan dari effeluent oksidator dengan distilasi vakum
karena ketidakstabilan CHP pada suhu tinggi. Cumene yang di-recovery di
recycle ke unit oksidasi.
Fenol dan aseton dibentuk melalui dekomposisi CHP yang dikatalisis oleh
asam, yaitu asam sulfat. Langkah ini dilakukan dalam system cleavage melalui
pembelahan dua tahap, di mana kondisi operasi diatur dengan temperatur 100 ºC
dan tekanan 6 atm. Pada tahap ini, dimethylbenzyl alcohol (DMBA), produk
samping dari oksidasi, didehidrasi menjadi AMS. Produk reaktor selanjutnya
dimasukkan ke reaktor tahap kedua untuk menyelesaikan reaksi CHP dan dicumyl
peroxide (DCP). Produk keluaran dari reaktor cleavage, kemudian didinginkan
sebelum memasuki bagian netralisasi. Effeluent dari reaktor cleavage berupa
fenol, aseton, air, AMS, dan sisa asam sullfat kemudian alirkan menuju tahap
neutralisasi. Tahapan ini bertujuan untuk meminimalisasi masalah korosi pada
peralatan yang disebabkan oleh asam. Dalam prosesnya, digunakan bantuan
sodium fenat. Sodium fenat digunakan untuk mengekstraksi senyawa organik
menjadi fase berair.
Setelah tahapan cleavage dan netralisasi, produk campuran difraksinasi
dan dimurnikan. Sistem fraksinasi aseton bertujuan untuk pemisahan aseton dari

Laporan 1 26

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

fenol dan residu serta memurnikan produk aseton. Unit fraksinasi aseton
dijalankan dibawah kondisi operasi temperatur 100 ºC dengan tekanan 1 atm.
Produk netralisasi difraksinasi menjadi aliran overhead yang terdiri dari produk
aseton, air, cumene, AMS, dan bahan ringan lainnya dan bagian bottom yang
terdiri dari komponen fenol dan fraksi yang lebih berat.
Fraksinasi fenol menggunakan umpan yang berasal dari produk bawah
kolom fraksinasi aseton Aliran ini terutama terdiri dari fenol, air, asetofenon, dan
komponen organik berat seperti cumylphenol, dan dimer AMS. Fraksinasi fenol
dilakukan pada temperatur 152 ºC dan tekanan 1 atm. Tujuan dari fraksinasi fenol
adalah untuk mengisolasi dan memurnikan produk fenol dan untuk me-recovery
produk yang dapat di recycle. Selanjutnya, hasil atas dari fraksinasi aseton berupa
air, cumene, AMS dan komponen ringan lainnya di alirkan menuju unit fraksinasi
AMS. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan temperatur operasi 175 ºC,
tekanan 1 atm. Pada unit fraksinasi AMS dihasilkan dua produk yaitu komponen
ringan serta AMS dan cumene yang kemudian dikirim menuju unit hidrogenasi
AMS.
Unit hidrogenasi AMS merupakan unit yang digunakan untuk mereaksikan
AMS dengan hidrogen. Proses ini dijalankan dengan temperatur 92 ºC beserta
tekanan 1 atm. Pada proses ini terbentuk produk berupa yang nantinya akan di
recycle untuk di umpankan sebagai bahan baku pada kolom oksidator. Produksi
fenol dan aseton dengsn menggunakan proses KBR dinilai sangat efisien karena
di dalam prosesnya, konsumsi cumene terjadi sekitar 1.308 per kg dari produksi
fenol dengan persentase yield sebesar 95%.

Laporan 1 27

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

BAB III
DASAR PERANCANGAN

3.1 Kapasitan Pabrik


Pemilihan kapasitas perancangan pabrik fenol dan aseton didasarkan pada
kebutuhan impor dan ekspor fenol dan aseton di Indonesia. Data impor dan ekspor
fenol dan impor aseton dapat dilihat pada Tabel 3.1, 3.2, dan 3.3.

Tabel 3.1 Data Impor Fenol Tahun 2008-2019


Tahun Impor fenol (Ton/Tahun)
2008 10.140,094
2009 13.935,438
2010 19.290,701
2011 14.593,113
2012 14.037,581
2013 16.630,449
2014 20.337,179
2015 21.134,872
2016 21.125,192
2017 21.037,097
2018 26.492,053
2019 16.324,365
(BPS, 2019)

Laporan 1 28

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Tabel 3.2 Data Impor Aseton Tahun 2009-2019


Tahun Impor Aseton (Ton/Tahun)
2009 16.532,112
2010 15.408,117
2012 20.043,412
2013 21.303,282
2014 17.711,076
2015 18.801,100
2016 18.807,346
2017 21.538,755
2018 22.351,473
2019 15.491,658
(BPS, 2019)

Tabel 3.3 Data Ekspor Fenol Tahun 2009-2019


Tahun Ekspor Fenol (Ton/Tahun)
2009 1.292,915
2010 1.066,699
2011 1.545,186
2012 2.216,11
2013 2.316,283
2014 2.742,120
2015 2.713,998
2016 2.644,543
2017 3.236,495
2018 424,7701
2019 145.331,25
(BPS, 2019)

Laporan 1 29

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Dari data pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.3 yang kemudian diplot kedalam
grafik regresi linear yang digunakan untuk mengestimasi kebutuhan impor dan
ekspor fenol di Indonesia pada tahun 2024.

30000

25000
f(x) = 1279.63208181818 x + 10390.7319636364
Impor (Ton/Tahun)

20000 R² = 0.835856854312436

15000

10000

5000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Gambar 3.1. Grafik Impor Fenol Tahun 2008-2018

3500
3000 f(x) = 256.191433333333 x + 916.192722222222
R² = 0.899159751285597
Ekspor (Ton/Tahun)

2500
2000
1500
1000
500
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 3.2 Grafik Ekspor Fenol Tahun 2009-2018

Laporan 1 30

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Pabrik ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2024 dengan
perencanaan pembangunan pabrik selama 3 tahun. Berdasarkan Perhitungan pada
Lampiran D, didapatkan estimasi kebutuhan impor fenol pada tahun 2024 adalah
30.864,6 ton/tahun dan nilai ekspor fenol pada tahun 2024 adalah 4.759,04
ton/tahun. Berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 1999 pasal 17 diketahui
bahwa pelaku usaha dilarang menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis
barang tertentu. Maka ditetapkan kapasitas produksi pabrik yang akan didirikan
adalah 18.00 ton/tahun (50% dari kebutuhan impor dan ekspor fenol Indonesia).

3.2 Spesikasi Bahan Baku dan Produk


3.2.1 Spesifikasi Bahan Baku
1. Cumene
Spesifikasi cumene dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Spesifikasi Cumene
Sifat Spesifikasi
Kemurnian 99,8 wt.%
Grade High Purity Grade
Warna 5 max Pt/Co
Indeks Bromid Max. 125 mg/100g
Benzena Max. 10 ppm
Etilbenzen Max. 300 ppm
n-Propilbenzen Max. 500 ppm
Alpa-metilstiren Max. 10 ppm
(Kumho P&B Chemicals, 2015)

Laporan 1 31

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

2. Asam Sulfat
Asam sulfat digunakan sebagai katalis dalam proses produksi fenol dan
aseton dari cumene. Spesifikasi asam sulfat sebagai berikut.
Tabel 3.5 Spesifikasi Asam Sulfat
Sifat Spesifikasi
Kemurnian Min. 98%
Grade Technical Grade
Specific Gravity Min. 1,8
Fe Max. 100 ppm
Mn Max. 1 ppm
Pb Max. 10 ppm
(Indonesian Acids Industry, 2019)

3.2.2 Spesifikasi Produk


1. Fenol
Tabel 3.6 Spesifikasi Fenol
Sifat Spesifikasi
Kemurnian 88 % - 92 wt.%
Air 8 % - 12 wt.%
Grade Technical Grade
Titik Leleh 22 oC
Titik Didih 181,9 oC
Sulfur <0,2 kg/m
Karbonil <100 kg/m
(Cepsa, 2018)

Laporan 1 32

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

2. Aseton
Tabel 3.7 Spesifikasi Aseton
Sifat Spesifikasi
Specific Gravity 25C/25C 0,7860 - 0,7890
Specific Gravity 20C/20C 0,7910 - 0,7930
Kemurnian Min 99,5 wt.%
Grade Technical grade
Udara Max. 0,5 wt.%
Air Max. 0,5 wt.%
Alkalinitas Max. 0,001 wt.%
Keasaman Max. 0,002 wt%
Materi Nonvolatil Max 10 ppm
(Altivia Petrochemicals, 2015)

3.3 Lokasi Pabrik


Untuk menentukan lokasi pendirian suatu pabrik, perlu
diperhatikan beberapa pertimbangan yang menentukan keberhasilan dan
kelangsungan kegiatan industri pabrik tersebut, baik produksi maupun
distribusinya. Oleh karena itu, pemilihan lokasi pabrik harus memiliki
pertimbangan tentang biaya distribusi dan biaya produksi yang minimum
agar pabrik dapat terus beroperasi dengan keuntungan yang maksimal.
Faktor-faktor lain selain biaya yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi pabrik adalah diantaranya adalah ketersediaan bahan
baku, transportasi, utilitas, lahan dan tersedianya tenaga kerja.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka lokasi pabrik fenol dipilih di
daerah Dumai, Provinsi Riau.

Laporan 1 33

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Untuk praperancangan pabrik fenol ini, dipilih lokasi Dumai,


Indonesia (Provinsi Riau) tertera pada Gambar 3.3. Daerah ini merupakan
daerah yang umum menjadi lokasi pabrik, dimana telah banyak berdiri
pabrik-pabrik industri di kawasan ini. Dumai, Indonesia (Provinsi Riau)
merupakan tempat yang strategis untuk dijadikan sebagai lokasi pendirian
pabrik fenol.
Pabrik cumene ini akan didirikan di Kawasan Industri Dumai,
berdasarkan pertimbangan kemudahan transportasi produk dengan
tersedianya fasilitas pelabuhan, faktor akses bahan baku yang dekat,
peluang perluasan pabrik, kebijakan pemerintah.

Gambar 3.3 Lokasi Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene dengan Proses KBR
di Dumai

3.3.1 Faktor Utama Pemilihan Lokasi Pabrik


Beberapa Faktor utama dalam pemilihan lokasi pabrik adalah sebagai
berikut :

Laporan 1 34

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

1. Sumber bahan baku


Sumber bahan baku pada perancangan pabrik fenol dan aseton dari
cumene dengan proses KBR dapat dilihat pada Tabel 3.8

Tabel 3.8 Sumber Bahan Baku


Bahan Baku Sumber
Cumene PT Kumho P&B Chemicals, Korea Selatan
PT. Indonesian Acid Industry, Jakarta Timur,
H2SO4
Indonesia

PT Kumho P&B Chemicals memiliki kapasitas produksi cumene


yang cukup besar, yaitu 900.000 ton/tahun, sehingga dengan kapasitas
produksi tersebut diharapkan memenuhi kebutuhan bahan baku dalam
memproduksi fenol dan aseton. Bahan baku H2SO4 yang berasal dari PT.
Indonesian Acid Industry memproduksi H2SO4 sebanyak 82.500 ton/tahun.
2. Sarana Transportasi
Transportasi pada perancangan pabrik fenol dan aseton dari
cumene dengan proses KBR dapat dilihat pada Tabel .3.9.
Tabel 3.9 Sarana Transportasi
Jenis Transportasi Akses
Jalan raya, jalan tol Pekanbaru –
Darat
Kandis – Dumai
Laut Pelabuhan Internasional Dumai
Udara Bandar Udara Pinang Kampai

Sarana Transportasi yang tersedia memudahkan dalam transportasi bahan baku


dan pemasaran produk baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
untuk komoditi ekspor.

Laporan 1 35

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

3.4 Aspek Keselamatan dan Keamanan Pabrik


3.4.1 Cumene
Cumene adalah bahan berupa cairan yang mudah terbakar dan dengan
kemurnian tinggi yang harus ditangani dengan khusus agar tidak terkontaminasi
oleh senyawa lain. Cumene disimpan di dalam tangki penyimpanan yang terbuat
dari stainless steel atau alumunium untuk menghindari terkontaminasi zat besi dan
warna. Cumene bersifat sensitif terhadap udara sehingga wadah penyimpanan
harus ditutup rapat dan berada dia area sejuk serta berventilasi baik. Jangan
simpan diatas suhu 30°C (86°F). Untuk pendistribusian produk, maka dapat
diangkut dan didistribusikan dalam tongkang, mobil tangki berjajar, dan tangki
khusus truk.
Cumene adalah senyawa yang mudah terbakar dan meledak
sehingga harus dijauhkan dari sumber api. Wadah bekas cumene dapat
menimbulkan risiko kebakaran, maka wadah dievaporasi dibawah lemari
asam setelah penggunaan. Jangan termakan dan jangan menghirup uap
cumene karena bersifat toksik. Selalu gunakan pakaian pelindung. Jika
keadaan ventilasi kurang memadai maka gunakanlah peralatan pernapasan
yang sesuai. Jika tertelan maka segera cari bantuan medis. Selain itu
hindari kontak langsung dengan kulit maupun mata untuk mengurangi
iritasi. Pastikan tempat pencucian tagan, mata, dan spot air mengalir
mudah ditemukan dikawasan pabrik.

3.4.2 Fenol
Fenol merupakan bahan yang dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.
Fenol bersifat sensitif terhadap udara, cahaya dan hygroscopic sehingga wadah
penyimpanan harus ditutup rapat dan berada di area sejuk serta berventilasi baik.
dan hindari fenol dari sumber api dan panas. Jauhkan fenol dari zat-zat yang tidak
kompatibel atau dengan zat pengoksidasi seperti senyawa nitrat karena akan

Laporan 1 36

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau dengan kalsium hipoklorit
yang menghasilkan panas dan asap beracun yang dapat menyala.
Penyimpanan fenol dalam kondisi normal biasaya dapat dilakukan
dalam tangki baja ringan atau drum karena akan dilakukannya proses
pemurnian untuk menghilangkan kotoran yang masih terkandung pada
fenol. Fenol disimpan dalam tangki stainless steel atau alumunium dalam
jangka panjang dan menghindari kontaminasi zat besi dan warna. Fenol
memiliki titik nyala yakni 79°C dan bahan yang mudah terbakar pada suhu
tinggi.
Bila ditinjau dari keamanan lingkungan, fenol harus ditangani sesuai
dengan standar industri, pemeliharan, dan keselamatan yang baik. Pada dasarnya,
fenol tidak beracun. Namun bila terjadi iritasi dan kontan langsung dengan mata,
maka dapat segera dibilas.

3.4.3 Aseton
Aseton adalah cairan yang mudah menyala dengan titik nyala yaitu -17 oC.
Sifat yang paling penting adalah nilai ambang batas mudah terbakar (flammabilty)
dan meledak dengan adanya zat-zat yang tidak kompatibel seperti basa dan asam
kuat. Fenol bersifat sensitif terhadap panas dan hygroscopic sehingga wadah
penyimpanan harus ditutup rapat dan berada dia area sejuk serta berventilasi baik.
Tangki penyimpanan aseton memiliki penutup dengan katup pelepas tekanan
dengan material tangki penyimpanan berupa tangki stainless steel atau
alumunium.
Beberapa sifat aseton memerlukan kontrol tambahan untuk memastikan
penggunaannya secara aman. Akibatnya, ventilasi dan deteksi kebocoran yang
memadai adalah elemen penting dalam desain sistem aseton yang dibutuhkan
dalam area penyimpanan aseton. Pada pabrik juga diperlukan detector api khusus

Laporan 1 37

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

untuk pencegahan ledakan dan kebakaran dikarenakan nyala api yang hampir
tidak terlihat.

DAFTAR PUSTAKA

Altivia Petrochemicals, 2015, Acetone, https://www.altivia.com, Diakses tanggal


17 Oktober 2019.
Bank Indonesia, 2019, Informasi Kurs, https://www.bi.go.id /id/moneter
/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx, Diakses pada 30 Oktober 2019.
Cepsa, 2018, Phenol 90%, https://chemical.cepsa.com>PDFphenol90%, diakses
Tanggal 28 Oktober 2019.
Chauvel, A. dan Gilles, L., 1989, Petrochemical Process Technical and Economic
Characteristics, Imprimerie Nouvelle, Paris.
Chean, E.C.M. dan Stephen, L.S., 1980, The Kinetics and Thermodynamics of the
Phenol from Cumene Process, Journal of Chemical Education, 57(6): 458.
Dean, J.A., 1956, Langes’s Hanbook of Chemistry 15th Edition, Mc Graw-Hill,
lnc, New York.
HIS Markit. 2018. Chemical Economics Handbook. www.ihsmarkit.com. Diakses
tanggal 17 Oktober 2019.
ICIS, 2014. ICIS Phenol Europe, www.icis.com, Diakses 17 Oktober 2019.
ICIS, 2017. ICIS Acetone Asia Pasific, www.icis.com, Diakses 17 Oktober 2019.
ICIS, 2017, ICIS Pricing Cumene (USA), www.icis.com, Diakses 17 Oktober
2019.
ICIS, 2019, ICIS Plants & Projects, www.icis.com, Diakses 16 Oktober 2019.

Laporan 1 38

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Indonesian Acids Industry, 2019, Asam Sulfat, http://www.indoacid.


com/ind/asam_sulfat, Diakses tanggal 17 Oktober 2019.
Kirk R.E. dan Othmer, D.F., 1991, Encyclopedia of Chemical Technology, 4th
edition, Vol. 1, A Willey Interscience Publication, John Wiley and Sons
Co., New York.
Kirk R.E. dan Othmer, D.F., 1993, Encyclopedia of Chemical Technology, 4th
edition, Vol. 7, A Willey Interscience Publication, John Wiley and Sons
Co., New York.
Kirk R.E. dan Othmer, D.F., 1995, Encyclopedia of Chemical Technology, 4th
edition, Vol. 18, A Willey Interscience Publication, John Wiley and Sons
Co., New York.
Kumho P&B Chemicals, 2015, Cumene, http://www.kpb.co.kr/eng/product/
cumene, Diakses Tanggal 17 Oktober 2019.
Meyer, R.A., 2005, Hanbook Of Petrochemicals Production Process, Mc Graw-
Hill Handbooks, New York.
MSDS Sulfuric Acid, 2018, https://www.labchem.com, Diakses Tanggal 16
Oktober 2019.
Spectrum Chemical MFG Corp, 2019, https://www.spectrumchemical.com/
OA_HTML/chemicalproducts, Diakses tanggal 29 Oktober 2019.
Yaws, C. L., 1999, Chemical Properties Handbook, Physical, Thermodynamic,
Environmental, Transport, Safety, and Health Related Properties for
Organic and Inorganic Chemicals, Mc Graw Hill, New York.

Laporan 1 39

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 40

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

LAMPIRAN A
PROPERTI BAHAN BAKU DAN PRODUK

A.1 Sifat Fisika dan Kimia


Tabel A.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk

Properti Cumene Asam Sulfat Fenol Aseton

Berat Molekul 120,2 g/mol 98,08 g/mol 94,11 g/mol 58,08 g/mol

Rumus Molekul C9H12 H2SO4 C6H5OH C3H6O

Rumus Struktur

Titk Didih 152,39 oC 288 oC 181,75 oC 56,29 oC


Titik Beku -96,03 oC 3 oC 40,9 oC -94,6 oC
Titik Nyala 44 °C - 79 °C -17 °C
Suhu Kritis 351,4 oC 650,89 oC 421,1 oC 235,05 oC
Tekanan Kritis 3220 kPa 63,16 kPa 6130 kPa 4701 kPa
(Kirk dan Othmer, 1991; Kirk dan Othmer, 1993; Kirk dan Othmer, 1995; MSDS, 2018)

Laporan 1 40

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

LAMPIRAN B
KINETIKA REAKSI

Reaksi pembentukan cumene hidroperoksida dari cumene dengan katalis


asam:
C9H12 + O2  C6H5(C3H5OOH)…………….(B.1)
Reaksi pembentukan fenol dan aseton dari cumene hidroperoksida:
C6H5(C3H5OOH)  C6H5OH + (CH3)2CO………………(B.2)
Mekanisme reaksi:
k1B
H+ + H2O H3O+ Equilibrium……………(B.3)
k-1B

k 1A

H + ROOH
+
ROOH2+ Equilibrium……………(B.4)
k-1B

k2

ROOH2 +
RO+ + H2O Equilibrium……………(B.5)
k-2

k3

RO +
R’OR” Slow………….………(B.6)
k4

R’OR” + H2O R’OR”OH + H+ Fast………….………(B.7)


k5
R’OR”OH R’OH + CH3COCH3 Fast………………….(B.8)
R adalah C6H5C(CH3)2, R’ adalah C6H5, R” adalah CH3CH2CH3
Berdasarkan mekanisme diatas, reaksi (B.3), (B.4) dan (B.5) adalah reaksi
kesetimbangan, reaksi (B.6) adalah langkah penentuan laju, dan reaksi (B.7) dan
(B.8) adalah reaksi cepat. Sehingga didapatkan persamaan laju overall sebagai
berikut.
d [fenol ] K1 A K2
=k 3 [ ROOH ] ¿ ¿………………..……(B.9)
dt K 1B
(Chen dan Stephen, 1980)

Laporan 1 55

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

LAMPIRAN C
HARGA PRODUK DAN BAHAN BAKU

Table C.1 Harga Bahan Baku dan Produk


Harga
Bahan Harga Sumber
(IDR/kg)

Spectrum Chemical
Cumene 147,90 USD/LT 2.031,134
MFG 2019

Spectrum Chemical
Fenol 750 USD/2,5 LT 4.119,94
MFG 2019

Spectrum Chemical
Aseton 91,10 USD/LT 1.251.09
MFG 2019
Oksigen 0 0 -

Spectrum Chemical
Toluena 89,90 USD/4LT 308,625
MFG 2019

Spectrum Chemical
Benzena 482,45 USD/4LT 1.656,39
MFG 2019

Spectrum Chemical
Asam Sulfat 119,20 USD/2,5 LT 654,797
MFG 2019

Natrium Spectrum Chemical


280,55 USD/2,5 KG 1.565.793
Sulfit MFG 2019

Spectrum Chemical
Klorin 234 USD/LT 3213,559
MFG 2019

Natrium Spectrum Chemical


107,55 USD/2,5 KG 600.253
Klorida MFG 2019
Air 0 0 -
Spectrum Chemical
Asam Klorida 81,10 USD/2,5 LT 445,503
MFG 2019
Natrium Spectrum Chemical
148,45 USD/2,5 KG 828.522
Hidroksida MFG 2019

Laporan 1 56

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Tabel C.2 Kurs Mata Uang Asing

Kurs Beli (Rp)


Mata Uang
Tangal 30 Oktober 2019

USD 13.957,86

AUD 9.559,74

BND 10.242,80

CAD 10.691,58

CHF 14.030,82

CNH 1.977,68

CNY 1.977,15

DKK 2.073,70

EUR 15.491,83

GBP 17.931,66

PGK 3.998,93

SGD 10.242,80

THB 461,57
(Bank Indonesia, 2019)

Laporan 1 57

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 27

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 58

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 59

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 60

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 61

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 62

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 63

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh


Perancangan Pabrik Fenol dan Aseton dari Cumene 4.1.2019
dengan Proses KBR

Laporan 1 64

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh

Anda mungkin juga menyukai