I. PENDAHULUAN
Budidaya tanaman obat adalah salah satu cara penglolaan tanaman obat
pada bidang pertanian dan industri yang biasa disebut agroindustri. Dalam sistem
produk pertanian yang dapat diolah sehingga mampu meningkatkan nilai jual
devisa bagi negara dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi yang
ini terletak pada akar tongkatnya yang disebut rimpang, yang biasa dikonsumsi
sebagai penghangat, bumbu dapur dan sebagai bahan baku obat herbal. Rimpang
tanaman ini menjadi komoditas ekspor yang sangat penting dan telah diekspor ke
berbagai negara seperti negara-negara timur tengah, Jepang, Amerika, dan Eropa.
Indonesia sebagai negara tropis merupakan daerah yang cocok untuk tanaman
jahe. Data produksi tanaman jahe di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Produksi Tanaman Jahe Menurut Provinsi Di
Indonesia Tahun 2010 s.d 2014 (kg)
mencapai 107.468.433 kg. Pada tahun 2011 mengalami penurunan tetapi tahun-
produksi terbesar terjadi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 sebesar
81.081.205 kg.
Produksi tanaman jahe di Provinsi Bali yang paling besar dan merupakan
sentra penghasil tanaman jahe di Bali adalah Kabupaten Gianyar. Data terinci
Tabel 1.2
Produksi Tanaman Jahe Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Tahun 2010 s.d 2014 (kg)
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Jembrana 0 263 0 0 0
2 Tabanan 22.500 4.500 1.488 94.800 14.273
3 Badung 193.538 111.240 70.625 106.250 296.250
4 Gianyar 585.879 58.000 85.480 267.300 1.172.288
5 Klungkung 0 0 0 0 0
6 Bangli 0 722.284 237.335 50.181 49.305
7 Karangasem 2.900 687 3.605 2.798 394.163
8 Buleleng 0 0 1.332 1.665 1.840
9 Denpasar 0 0 0 0 0
10 Bali 804.817 896.974 399.865 522.994 1.928.119
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015
Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa produksi jahe di Kabupaten Gianyar pada
tahun 2014 mengahasilkan sebanyak 1.172.288 kg sekitar 60,80 persen dari total
yang lebih besar baik bagi para petani, maupun industri dalam meningkatkan
penghasilan dari produk jahe. Pengembangan agroindustri dengan bahan baku
yang tersedia dalam jumlah dan jangka waktu yang sesuai, merupakan syarat
dicapai pada pola industri yang berintegrasi langsung dengan usahatani keluarga
dan perusahaan pertanian. Nilai tambah merupakan perbedaan nilai suatu produk
(Harmono dan Agus Andoko 2005). Pengolahan tanaman jahe ini juga bertujuan
agar masyarakat kembali untuk menggunakan obat herbal yang bebas dari
komponen bahan kimia dan memperoleh nilai jual yang tinggi di pasaran.
Tanaman obat (jahe) dan hasil olahannya mempunyai nilai ekonomi yang baik
yang bergerak di industri pengolahan tanaman obat dan salah satunya tanaman
jahe merah yang diolah menjadi minuman herbal (herbal drink) yang berupa
ekstrak powder jahe merah. Herbal drink jahe merah ini sangat baik untuk
berat dan lain sebagainya. Pengolahan jahe merah menjadi minuman herbal ini
herbal yang bebas dari komponen bahan kimia dan memanfaatkan jahe merah
agar memperoleh nilai jual yang tinggi di pasaran. Melalui proses produksi akan
dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya sehingga
terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan yang diterima lebih besar
jahe merah ini dapat mengubah bentuk dari produk primer menjadi produk baru
pilihan untuk membantu kalangan petani di tanah air guna memperbaiki nasib
akan terjadi proses nilai tambah terhadap berbagai komoditi pertanian yang akan
diberikan dari produk olahan jahe merah tersebut, maka menarik untuk dikaji
analisis nilai tambah jahe merah sehingga bisa diketahui apakah usaha yang
1. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan jahe merah
Herbal Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai tambah jahe merah sebagai bahan baku minuman
Herbal Indonesia.
sejenis selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini meliputi analisis nilai tambah pada olahan jahe merah
tambah dan mengetahui besarnya total penerimaan dari usaha pengolahan jahe
Hayami dengan siklus satu kali produksi. Harga bahan baku dihitung berdasarkan