Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah durian banyak diproduksi di Indonesia khususnya di provinsi sumatera s
elatan dengan total produksi sebanyak 185,22 ton/tahun. Jumlah ini diperkirakan a
kan terus meningkat. Dengan jumlah produksi buah durian yang cukup banyak, m
aka akan menghasilkan limbah yang cukup banyak juga.
Buah durian terdiri dari daging, biji dan kulit. Kulit durian sampai saat ini bel
um dimanfaatkan dengan cendrung menjadi limbah padat yang mencemari lingku
ngan. Berdasarkan penelitian, kulit durian mengandung bahan yang tersusun dari s
elulosa yang tinggi (50%-60%), lignin dan pati yang rendah (5%) (siregar, 2013)
yang dimana solulosa merupakan struktur dari polisakarida yang cukup tinggi ber
potensi untuk dijadikan sebagai bioetanol.
Bioetanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi glukosa menggunakan ban
tuan bakteri sebagai mikroorganisme yang menggubah glukosa menjadi bioetanol
(siregar, 2013).
Penelitian terdahulu sudah dilakukan adalah :
Cahya Aprian Syaputra dan I Wawan Susila (2016), tentang pengaruh jumlah
ragi dan ezim terhadap kualitas bioethanol dari limbah kulit durian (durio zibethin
us). Dari hasil eksperimen dan uji lab didapatkan perbangingan parameter yang ter
baik yaitu 250 gram limbah kulit durian, 1000 ml air, 7 hari fermentasi, 12,5 gram
ragi, 25 ml enzim menghasilkan kadar bioethanol 12%. Perbandingan parameter t
erbaik tersebut dijadikan acuan peneliti memproduksi bioethanol skala besar untu
k diuji karakteristiknya. Perbandingan 1000 gram limbah kulit durian, 4000 ml air,
7 hari fermentasi, 50 gram ragi, 100 ml enzim menghasilkan 210 ml bioethanol k
adar 95%. Hasil pengujian karakteristik bioethanol limbah kulit durian adalah kad
ar bioethanol 95%, kadar methanol 0,464067%-v, kadar air 0,008235%-v, kadar t
embaga (Cu) 0,181 mg/kg, keasaman sebagai asetat 0,42 mg/L, tampakan jernih, t
erang dan tidak kotor, kadar ion klorida (Cl) 22 mg/L, kandungan belerang (S) 0
mg/L, kadar getah (gum) 1,4 mg/L.

1 Universitas Muhammadiyah Palembang


2

Irhamni (2017), tentang pengaruh massa ragi, jenis ragi dan waktu fermentasi
pada bioetanol dari biji durian. Hasil analisa dari penelitian ini adalah bioetanol da
ri limbah kulit durian diperoleh pada pH optimum 4,5 dan suhu 35 oC dengan kada
r etanol tertinggi dalam air yaitu sebesar 16,69. Konsentrasi etanol dalam air palin
g rendah dicapai pada pH 5 sebesar 8,02%. Kemurnian bioetanol hasil destilasi m
enggunakan rotary evaporator dan dianalisa menggunakan alat GCMS sebesar 96,
99% dimenit ke 2,163 adalah bioetanol sedangkan di menit ke 13,279 adalah asam
asetat 3,01%.
Dari data penelitian terdahulu diatas, maka diharapkan pada peneliti
untuk menghasilkan konsentrasi bioethanol yang lebih maksimal.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui pengaruh konsentrasi ragi dan indeks bias untuk
menghasilkan konsentrasi bioetanol yang maksimal.
b. Mengalaisis FTIR untuk mengatahui gugus kimia yang terkandung pada
Kulit durian.

1.3 Rumusan Masalah


a. Bagaimana konsentrasi ragi dan indeks bias berpengaruh dalam
menghasilkan konsentrasi bioethanol yang maksimal?

1.4 Manfaat Penelitian


a. Sebagai landasan penelitian lebih lanjut sehigga dapat bermanfaat bagi
pengolahan limbah kulit durian menjadi bioetanol.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk
membuat bahan bakar alternatif ramah lingkungan yaitu bioetanol.
c. Menghasilkan data-data sebagai sarana sumber ilmu pengetahuan tentang
pengaruh konsentrasi ragi dan indeks bias pada pembuatan bioethanol
dari kulit durian kepada masyarakat.

Universitas Muhammadiyah Palembang


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Durian


Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari asia tenggara. Nama it
u diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehun
gga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah “raja dari segala buah”, dan duri
an adalah buah yang konteroversial.
Spesifikasi Durian :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombaceace
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr

Gambar 2.1. Buah durian dan kulit durian


Kulit durian dapat diperoleh pada beberapa daerah yang mempunyai potensi a
kan adanya buah durian salah satunya adalah Provinsi Sumatera Selatan, dimana k
ulit tersebut menjadi salah satu limbah yang terbengkalai atau tidak dimanfaatkan,
yang sebenarnya banyak mengandung nilai tambah. Agar limbah ini dapat dimanf

3 Universitas Muhammadiyah Palembang


4

aatkan sebagaimana sifat bahan tersebut dan digunakan dalam waktu yang relative
lama, perlu diproses lebih lanjut, menjadi beberapa hasil yang bervariasi.

Tabel 2.1 produksi durian di Indonesia


No Provinsi Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1. Aceh 22.613 16.999 23.888 21.241 24.149
2. Sumatera Utara 80.441 65.530 74.811 64.659 82.872
3. Sumatera Barat 58.343 52.502 43.886 74.540 57.670
4. Riau, jambi 32.677 28.506 20.616 33.741 47.834
5. Sumatera Selatan 13.993 32.561 14.205 19.930 56.843
6. Bengkulu, lampung 61.417 64.506 41.480 44.574 34.740
7. Kep. Bangka Belitung 6.507 5.042 1.761 3.195 7.189
8. Kep. Riau, DKI Jakarta 7.412 5.561 3.000 2.234 4.654
12. Jawa Barat, Jawa Tengah 158.661 209.561 131.631 157.699 238.283
14. DI Yogyakarta 7.894 8.355 8.328 6.767 6.596
15. Jawa Timur 167.887 233.715 201.687 227.952 276.426
16. Banten, Bali 40.927 63.800 18.046 31.063 102.213
18. Nusa Tenggara Barat 9.799 14.205 13.064 11.948 13.491
19. Nusa Tenggara Timur 1.233 1.816 1.690 1.089 2.007
20. Kalimantan Barat 25.255 19.042 11.676 15.022 25.282
21. Kalimantan Tengah 14.302 13.191 7.365 4.098 11.232
22. Kalimantan Selatan 15.099 15.419 12.548 6.954 25.291
23. Kalimantan Timur 20.802 10.173 9.078 7.166 9.192
24. Kalimantan Utara - 3.333 4.364 5.359 15.517
25. Sulawesi Utara 2.319 7.464 8.561 4.317 9.355
26. Sulawesi Tengah 19.278 19.962 17.666 13.770 13.945
27. Sulawesi Selatan 49.593 58.519 37.140 17.068 35.808
28. Sulawesi Tenggara 7.652 9.376 3.061 2.622 6.862
29. Gorontalo 1.926 3.079 1.297 4.034 4.409
30. Sulawesi Barat 9.070 13.110 16.146 5.954 9.574
31. Maluku, Maluku Utara 12.027 17.945 8.034 7.757 9.570
33. Papua Barat, Papua 1890 2.060 393 451 1.090
Indonesia 859.118 995.729 735.419 795.200 1.142.094
Sumber : www.pertanian.go.id (2017)

Dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa Sumatera Selatan merupakan Provinsi den
gan jumlah produksi buah durian yang cukup banyak, sangat disayangkan apabila
kulit durian yang sering kita anggap sebagai limbah ataupun sampah, tidak kita m
anfaatkan dengan baik. Kulit durian bisa kita manfaatkan sebagai bahan baku pem
buatan bioetanol yang bernilai ekonomis.

Tabel 2.1 kandungan dalam buah durian per 100 gram

Universitas Muhammadiyah Palembang


5

Nilai : 100 gr per bagia Mineral Vitamin


n yang dapat dimakan

Air 64, 990 g Kalsium (Ca) 6 mg Vitamin C19,7 mg


Energi 147 kkal Besi (Fe) 0,430 mg Tiamin 0,374 mg
Energi 615 kj Magnesium (Mg) 30 mg Riboflavin 0,2 mg
Protein 1,47 Fosfor (P) 38 mg Niasin 1,074 mg
Total lemak 5,33 g Kalium (K) 436 Panthothenic acid 0,23 m
g
Karbohidrat 27,09 g Natrium (Na) 1 mg Vitamin B6 0,316 mg
Serat 3,8 g Zinc (Zn) 0,28 mg Vitamin A 45,000 IU
Tembaga (Cu) 0,207 mg
Mangan (Mn) 0,324 mg
Sumber : www.jualbenihmurah.com

Zat Per 100 gram biji Per 100 gram biji


Zat segar (mentah) telah dimasak tanpa
tanpa kulitnya kulitnya
Kadar Air 51,5 g 51,1 g
Lemak 0,4 g 0,2 – 0,23 g
Protein 2,6 g 1,5 g
Karbohidrat 43,6 43,2 g
Serat kasar 0,7 – 0,071 g
Nitrogen 0,297 g
Kalsium 17 mg 3,9 – 88,8 mg
Pospor 68 mg 86,65 – 87 mg
Besi 1,0 mg 0,6 – 0,64 mg
Natrium 3 mg
Kalium 962 mg
Riboflavin 0,05 mg 0,05 - 0,052 mg
Sumber : docplayer

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa kulit durian mengandung selulosa c


ukup tinggi, sehingga kulit durian dapat dijadikan bioetanol.

Universitas Muhammadiyah Palembang


6

2.2 Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam perkemb
angannya, produksi bioetanol yang paling banyak digunakan adalah dengan prose
s fermentasi dan destilasi. Bioetanol merupakan etanol yang proses produksinya
menggunakan bahan baku alami dan dilakukan dengan proses biologis (panji tri at
mojo, 2010).
Bioetanol adalah sumber energi terbarukan yang dibuat melalui tanaman y
ang mengandung komponen gula dan pati melalui proses fermentasi. Hal ini dihas
ilkan dari produk pertanian seperti jagung, tebu, kentang, beras, bit dan baru baru
menggunakan anggur, pisang, tanggal dan limbah lainnya. Hal ini disebabkan jum
lah penurunan bahan bakar fosil, sumber energi alternatif perlu terbarukan, berkel
anjutan, efisien, efektif biaya, nyaman dan aman.
Permintaan minyak diperkirakan akan meningkat 57% dari tahun 2002 ke t
ahun 2030. Akibatnya, produksi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar fosil. Se
makin rendah biaya untuk menghasilkan bioetanol yang berasal dari biomassa lim
bah karena tersedianya bahan baku yang berlimpah salah satunya adalah limbah k
ulit durian.
Durian (Durio zibethinusMurr) adalah buah klimakterik yang memiliki um
ur waktu penyimpanan yang singkat. Suhu penyimpanan tidak boleh lebih rendah
dari15°C karena suhu dingin yang lebih rendah menginduksi kerusakan, dimana, k
ulit berubah coklat gelap, daging buah kehilangan aroma dan pelunakan buah tertu
nda (Ketsadan Paull, 2008). Kulit buah durian menunjukkan tingkat yang lebih tin
ggi dari produksi etilena dari daging buah.
Bahan baku yang digunakan untuk produksi bioetanol terbagi menjadi:
a. Gula (glukosa)
Merupakan bentuk bahan baku yang paling sederhana dengan rumus kimia C6
H12O6.
b. Pati (starch)
Pati banyak ditemukan pada jagung, singkong, sagu dan berbagai makanan pok
ok manusia yang mengandung karbohidrat. Rumus kimia dari pati adalah (C6H1

Universitas Muhammadiyah Palembang


7

0O5)n dengan jumlah n antara 40 – 3000. Sebagai bahan baku bioetanol, pati m
embutuhkan proses untuk memecah ikatan kimianya menjadi glukosa.
c. Selulosa
Merupakan polisakarida dengan rumus (C6H10O5)n, dengan jumlah n ribuan ba
hkan lebih dari puluhan ribu, yang membentuk dinding tanaman dan kayu. Selu
losa merupakan senyawa organic yang paling banyak jumlahnya di muka bumi.
Diperkirakan selulosa akan mendominasi sebagai bahan baku pembuatan bioet
anol (panji tri atmojo, 2010).
Etanol (bioetanol) dikategorikan dalam dua kelompok utama:
a. Etanol (bioetanol) 95 – 96% v/v, disebut “etanol hidrat” yang dibagi dalam:
 Technical/raw spit grade, digunakan untuk bahan bakar spirtus, minu
man, desinfektan dan pelarut
 Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industry pelarut
 Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi
b. Etanol (bioetanol) > 99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimur
nikan lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan palarut di
laboratorium analisis.
Bioetanol memiliki banyak manfaat bagi masyarakat karena memiliki sifat
yang tidak beracun. Selain itu bioetanol juga memiliki banyak sifat-sifat, baik
secara fisika maupun kimia. Adapun sifat-sifat fisika bioetanol dapat dilihat pa
da tabel 2.2.

Tabel 2.2 spesifikasi kandungan bioetanol


Sifat fisika Kuantitatif
Massa molekul relative 46.07 g/mol
Titik beku -114.10C
Titik didih normal 78.320C
Densitas pada 200C 0.7893 g/ml
Viskositas 200C 1.17 Cp
Kalor spesifik 200C 0.579 kal/g0C
Kalor pembakaran 200C 7092.1 kal/g
Kalor penguapan 200.6
Warna Cairan Tidak berwarna
Kelarutan Larut dalam air dan eter
Aroma Memiliki aroma yang khas
Sumber : siregar, (2013)

Universitas Muhammadiyah Palembang


8

2.3 Ragi
Ragi atau fermen merupakan zat yang dapat menyebabkan fermentasi. Ragi bi
asanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biaka
n bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran
kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untu
k membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti,
dan bir. contoh dan peranan ragi:
a. Saccharomyces cerevciae berpungsi untuk pembuatan roti, tape, dan alkohol.
tumbuh baik pada suhu 30ºC dan pH 4,5-5.
b. Saccharomyces tuac berfungsi untuk menggubah air niral legen benjadi tuak.
c. Saccharomyces ellipsoideus berfungsi untuk peragian buah anggur menjadi
bir/minuman anggur.
d. Rhizopus Oryzae berfungsi untuk pembuatan tempe dan produksi minuman
beralkohol. Rhizopus Oryzae berfungsi untuk pembuatan tempe dan produksi
minuman beralkohol. Rhizopus tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6 dan suhu
optimal untuk pertumbuhan 35ºC, minimal 5-7ºC dan maksimal 44ºC.

2.4 Fermentasi
a. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel, dalam keadaan anaer
obic (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respi
rasi anaerobic, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisi
kan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobic dengan tanpa ak
septor electron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fe
rmentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Perubahan yang terjadi sela
ma proses fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol oleh sel ragi tape dan
ragi roti.
 Reaksi Hidrolisis
(C6H10O5) + nH2O → n(C6H12O6)
Selulosa air glukosa

Universitas Muhammadiyah Palembang


9

 Reaksi Fermentasi
ragi
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Bioetanol

b. Sejarah Fermentasi
Ahli Kimia Prancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertama ke
tika pada tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendefinisikan
fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan) tanpa udara". Pasteur melakukan p
enelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpendapat bahwa ferme
ntasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pertumbuhan dan multipli
kasi sel-sel secara simultan..... Jika ditanya, bagaimana proses kimia hingga
mengakibatkan dekomposisi dari gula tersebut... Saya benar-benar tidak tahu".
Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun 1907, ber
hasil menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dar
i ragi yang ia sebut sebagai zymase. Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsb
erg (sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin meningkatkan pengetahuan
tentang ragi dan brewing (cara pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dia
nggap sebagai pendorong dari berkembangnya biologi molekular.

c. Jenis-jenis Fermentasi
1. Fermantasi Alkohol
Ahli Kimia Prancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertam
a ketika pada tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendef
inisikan fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan) tanpa udara". Pasteur
melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpend
apat bahwa fermentasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pert
umbuhan dan multiplikasi sel-sel secara simultan..... Jika ditanya, bagaim
ana proses kimia hingga mengakibatkan dekomposisi dari gula tersebut...
Saya benar-benar tidak tahu". Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, peme
nang Nobel Kimia tahun 1907, berhasil menjelaskan bahwa fermentasi se

Universitas Muhammadiyah Palembang


10

benarnya diakibatkan oleh sekeresi dari ragi yang ia sebut sebagai zymas
e. Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di
Denmark semakin meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing
(cara pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendor
ong dari berkembangnya biologi molekular.

2. Fermentasi Laktat
1. Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa
menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida. Organisme yang b
erperan yaitu Saccharomyces cerevisiae ragi untuk pembuatan tape, r
agi roti atau minuman keras.
2. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hew
an atau manusia, ketika keutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bek
erja terlalu berat di dalam sel otot asa laktat dapat menyebabkan geja
la kram dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk lim
bah dapat menyebabkan otot letih dan yeri, namun secara perlahan di
angkat oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat. Glu
kosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis, me
mbentuk 2 ATP dan 2 NADH.
3. Fermentasi Asam Cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam kea
daan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetob
acter aceti) dengan substrat etanol. Energy yang dihasilkan 5 kali leb
ih besar dari energy yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara a
naerob (Wikipedia).

d. Manfaat Fermentasi
Fermentasi mempunyai beberapa manfaat bagi kita, diantaranya:
1. Memperkaya variasi makanan dengan mengganti aroma, rasa, dan
komposisi makanan.

Universitas Muhammadiyah Palembang


11

2. Mengawetkan makanan dengan mereproduksi sejumlah asam laktat,


alkohol, dan asam asetat dalam besaran yang relevan.
3. Memperkaya nutrisi makanan dengan menambahkan sejumlah protein,
asam amino, bersama vitamin.
4. Mengeliminasi senyawa anti nutrien.
5. Mengemat waktu dan sumber kapasitas yang dibutuhkan dalam
memproses makanan
6. Makanan berfermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bagi yang
mengkonsumsi.
7. Makanan atau minuman berfermentasi dapat meningkatkan mutu
kesehatan karena mengandung prebiotik.
8. Manfaat makanan atau minuman berfermentasi dapat meningkatkan nilai
jual produk serta bernilai ekonomis (seputarpengetahuan,2018).

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fermentasi


Keberhasilan fermentasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Keasaman (pH)
Makanan yang mengandung asam bisanya tahan lama, tetapi jika oksigen
cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung
terus, maka daya awet dari asam tersebut akan hilang. Tingkat keasaman
sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasaman yang
baik untuk bakteri adalah 4,5–5,5.
2. Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau
dibekukan.
3. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan
selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan
yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu suhu
yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
4. Oksigen

Universitas Muhammadiyah Palembang


12

Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan
atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti
(Saccharomycess cereviseae) akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik,
tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat
dengan keadaan anaerobik.
5. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, bakteri akan membelah sekali setiap
20 menit. Untuk beberapa bakteri memilih waktu generasi yaitu selang waktu
antara pembelahan, dapat dicapai selama 20 menit. Jika waktu generasinya 20
menit pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat menghasilkan beberapa juta
sel selama 7 jam (indotetis.com, 2017).

2.5 Destilasi
Destilasi ataupun disebut dengan distilasi (penyulingan) ialah sebuah
metode yang dipakai memisahkan bahan kimia menurut perbedaan kecepatan
ataupun kemudahan menguap maupun volatilitas bahan. Pada proses penyulingan
ini, zat bercampur akan didihkan agar menguap dan uap itu berikutnya akan di
didihkan lagi ke bentuk cairan. Sedangkan zat yang mempunyai titik didih lebih
sedikit juga akan menguap terlebih dahulu. Adapun pengertian destilasi lainnya
ialah. Destilasi merupakan cara pemisahan antara zat cair terhadap campurannya
menurut perbedaan titik didih ataupun kemampuan zat guna menguap.
Prinsip kerja destilasi ialah:” bila suatu zat pada larutan tak sama-sama
menguap, berarti uap larutan akan mempunyai komponen yang beda dengan
larutan yang aslinya”. Jika salah satu dari zat menguap, berarti pemisahannya
akan terjadi secara sempurna. Tapi jika kedua zat itu menguap, proses
pemisahannya hanya terjadi secara sebagian tapi destilat ataupun produk akan
memiliki kaya dapat dari komponen dibandingkan larutan aslinya.
Berikutnya adalah tujuan destilasi ialah untuk memurnikan bentuk cair di
titik didihnya serta memisahkan cairan terhadap zat padatnya. Uap tersebut akan

Universitas Muhammadiyah Palembang


13

dikeluarkan terhadap campurannya sebagai uap bebas. Adapun konsentrat yang


jatuh juga sebagai destilat serta bagian cair yang tak menguap merupakan residu.
Bila yang diinginkan dibagian campuran yang tak teruapkan, berarti proses
tersebut disebut menjadi pengentalan dengan evaporasi (Ruangguru.co.id, 2018).
Destilasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Destilasi Sederhana.
Destilasi jenis ini biasanya melalui cara menaikan suhu, sehingga tekanan uapnya
ada diluar cairan ataupun tekanan atmosfer ataupun titik didih normal. Pada
destilasi sederhana ini, dasar dari pemisahannya adalah perbedaan dari titik
didihnya yang jauh maupun salah satu komponennya bersifat volatin. Jika
campuran tersebut dipanaskan/dididihkan, maka komponen yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Beberapa penelitian dari pemanfaatan kulit durian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Siregar (2013), fermentasi kulit durian menjadi bioetanol dengan
menggunakan zymomonas mobilis. dari hasil penelitian dan pembahasan yang
telah diperoleh pada fermentasi kulit durian menjadi bioetanol menggunakan
zymomonas mobilis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pada proses
fermentasi kondisi terbaik diperoleh panambahan starter dengan konsentrasi
starter 11% dan waktu fermentasi selama 8 hari yang menghasilkan kadar etanol
sebesar 10,04%, Pada kondisi terbaik proses fermentasi bakteri Zymomonas
mobilis mampu mengkonversi glukosa sebesar 98,26%, dan didapatkan yield
etanol sebesar 55,73%. Dan setelah didestilasi selama 8 jam menghasilkan
bioetanol dengan konsentrasi 40,59%, Kulit durian dapat digunakan sebagai
bahan baku alternative pembuatan bioetanol dengan proses hidrolisis dan
fermentasi.
Cahya Aprian Syaputra dan I Wawan Susila, pengaruh jumlah ragi dan
ezim terhadap kualitas bioethanol dari limbah kulit durian (durio zibethinus). Dari
hasil eksperimen dan uji lab didapatkan perbangingan parameter yang terbaik
yaitu 250 gram limbah kulit durian, 1000 ml air, 7 hari fermentasi, 12,5 gram ragi,
25 ml enzim menghasilkan kadar bioethanol 12%. Perbandingan parameter
terbaik tersebut dijadikan acuan peneliti memproduksi bioethanol skala besar
untuk diuji karakteristiknya. Perbandingan 1000 gram limbah kulit durian, 4000
ml air, 7 hari fermentasi, 50 gram ragi, 100 ml enzim menghasilkan 210 ml

Universitas Muhammadiyah Palembang


14

bioethanol kadar 95%. Hasil pengujian karakteristik bioethanol limbah kulit


durian adalah kadar bioethanol 95%, kadar methanol 0,464067%-v, kadar air
0,008235%-v, kadar tembaga (Cu) 0,181 mg/kg, keasaman sebagai asetat 0,42
mg/L, tampakan jernih, terang dan tidak kotor, kadar ion klorida (Cl) 22 mg/L,
kandungan belerang (S) 0 mg/L, kadar getah (gum) 1,4 mg/L.
Beberapa penelitian pembuatan bioethanol dengan menggunakan berbagai
jenis bahan baku yang pernah dilakukan sebelumnya. Jhonprimen (2012),
pengaruh massa ragi, jenis ragi, dan waktu fermentasi pada bioethanol dari biji
durian. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Etanol
dapat dihasilkan dari hasil tanaman pertanian, dalam penelitian ini adalah Biji
durian. 2. Dari penelitian ini, diperoleh kadar etanol terbesar, yaitu 24,01% pada
waktu fermentasi 3 hari, dengan jenis ragi tapai pada tahapan hidrolisis, Dan rasio
berat bahan baku dengan volume katalis sebesar 250 ml : 3%.
Farida (2013), pengaruh massa ragi dan waktu fermentasi terhadap
bioetanol dari biji durian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Jumlah bioetanol
optimum yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 3,7 ml dengan densitas
0,9669 gr/ml dengan waktu 48 jam dan pemberian jumlah ragi 6%. Kadar
bioetanol yang diperoleh sebesar 18,999 % dengan waktu fermentasi 48 jam. Nilai
kalor optimum sebesar 167,092 kkal/kg dengan waktu fermentasi 48 jam dan
pemberian jumlah ragi sebesar 6% dari jumlah bahan baku.
Novia, Astriana dan Rosmawati (2014), pembuatan bioethanol dari jerami
padi dengan metode ozonolisis – simultaneous saccharification and fermentation
(SSF). Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan.
Semakin lama waktu simultaneous saccharification and fermentation (SSF), maka
kadar bioetanol yang dihasilkan semakin tinggi. Lamanya waktu SSF
menggunakan ragi saccharomyces cereviceae memiliki waktu yang optimal dalam
memaksimalkan pembentukan bioetanol. Waktu SSF terbiak adalah 7 hari yang
merupakan waktu SSF terlama pada penelitian ini dengan kadar bioetanol 5,653%
pada saat konsentrasi ragi 40%. Semakan besar konsentrasi ragi, maka semakin
tinggi kadar bioetanol yang dihasilkan. Semakin besar konsentrasi ragi maka
nutrient yang diperlukan oleh saccharomyces cereviceae untuk melewati fase lag
semakin menurun dan akhirnya saccharomyces cereviceae mampu dengan cepat

Universitas Muhammadiyah Palembang


15

memproduksi bioetanol dari gula dan menyebabkan pembentukan kadar bioetanol


yang makin banyak karena pemanfaatan glukosa yang optimal. Kadar bioetanol
tertinggi adalah 5,653% diperoleh pada saat kondentrasi rago 40% dan waktu SSF
7 hari.
Osvaldo, Panca dan Faisal (2012), pengaruh konsentrasi asam dan waktu
pada proses hidrolisis dan fermentasi pembuatan bioethanol dari alang-alang.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa percobaan pada konsentrasi asam 2,0%,
temperature 1400C, waktu hidrolisa 150 menit dan menggunakan ragi tape hari
ketiga memberikan kadar alkohol tertinggi 5,0675%.
Murniati, Sri dan Dwi (2018), bioetanol dari limbah biji durian (durio
zibethinus). Penelitian ini menggunakan biji durian yang dihidrolisis dengan
H2SO4 2,5% selama 3 jam pada suhu 700C, kemudian diukur kadar glukosa dan
difermentasi pada variasi pH = 3,4,5 dan 6 selama 48 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa biji durian memiliki kadar pati yang berlimpah sebesar
45,85%, sehingga bahan tersebut mampu diolah dan difermentasi untuk
menghasilkan bioetanol. Kadar bioetanol yang dihasilkan pada penelitian.
Diah, Anastasia dan tri (2013), proses pembuatan bioetanol dari kulit
pisang kapok. Dengan menggunakan ragi roti kadar bioetanol yang dihasilkan
lebih baik yaitu sebesar 6,1277% disbanding ragi tape yang hanya menghasilkan
kadar bioetanol sebesar 5,2897%. Pada konsentrasi ragi 3% berat sampel,
dihasilkan kadar bioetanol yang baik yaitu sebesar 7,0774%. Pada pH 4,
dihasilkan bioetanol yang baik yaitu sebesar 7,5995%. Pada waktu fermentasi 2
hari dihasilkan bioetanol yang baik yaitu sebesar 6,2646%. Dengan perebusan
bahan baku terlebih dahulu dihasilkan kadar bioetanol yang baik yaitu sebesar
9,7917% disbanding dengan kadar bioetanol tanpa perebusan yaitu sebesar
6,2646%.
Rosdiana dan Shinta (2010), pembuatan bioetanol dari bengkuang dengan
variasi berat ragi, waktu, dan jenis ragi. Pemanfaatan bengkuang terkadang
menjadi masalah terutama pada saat musim panen. Etanol dari bahan baku
bengkuang, dengan bantuan ragi, lama fermentasi (3, 5, dan 7 hari. Jenis ragi
(ragi tape dan ragi roti),semakin besar berat ragi maka semakin tinggi etanol yang
terbentuk. Pada penelitian ini, kadar etanol tertinggi dari bengkuang yang

Universitas Muhammadiyah Palembang


16

difermentasi dengan berat ragi 6 gr dan dengan lama fermentasi 5 hari didapat
sebesar 22 %.
Erna, Irwan dan Paulus (2016), bioetanol dari limbah kulit singkong
(manibot esculenta crantz) melalui proses fermentasi.fermentasi kulit singkong ka
bupaten tojo una-una menghasilkan kadar glukosa sebesar 9,9% dengan etanol tert
inggi sebesar 6,00% pada waktu fermentasi 8 hari.
Hartono dan Halifah (2011), analisa kadar etanol hasil fermentasi ragi roti
pada tepung umbi gadung (dioscorea hispida dennst) terhadap kadar etanol. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama fermentasi terhadap kadar
etanol hasil fermentasi ragi roti pada tepung umbi gadung. Lama fermentasi yang
terbaik adalah 144 jam dengan melihat kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol
dari lama fermentasi terbaik (144 Jamadalah (3,6%).
Wusnah, Samsul dan Dwi (2016), proses pembuatan bioetanol dari kulit
pisang kapok (musa acuminate B. C) secara fermentasi. Sampe dengan penggunan
volume starter sebanyak 350 ml pada waktu fermentasi 7 hari menghasilkan kadar
etanol tertinggi yaitu 40%.
Wijaya, Arthawan dan Anis (2012), potensi nira kelapa sebagai bahan
baku bioetanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan frekuensi
destilasi dalam produksi bioetanol yang dihasilkan dari nira kelapa, serta untuk
menentukan kualitas bioetanol. Tiga langkah dilakukan dalam produksi bioetanol:
langkah pertama adalah fermentasi getah kelapa dalam suhu kamar selama dua
hari, langkah kedua adalah destilasi getah kelapa yang difermentasi (tuak) pada
780C untuk membuat kadar alkohol e ”94%, dan Langkah terakhir adalah
penentuan kualitas bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi
destilasi dalam produksi bioetanol dari nira kelapa adalah 14 kali dengan kadar
alkohol 92,17%. Hasilnya 4,83%, kualitas bioetanol adalah kadar etanol 95,13%,
kepadatan 0,766 kg / ltr, berat jenis 0,786, gravitasi API 48,61 dan energi panas
11,211,94 kkal / kg. Kesimpulannya, bioetanol yang dihasilkan dari nira kelapa
dalam penelitian ini bertemu dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bioetanol.

Universitas Muhammadiyah Palembang


17

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan agustus 2020 di laboratorium Politeknik
Sriwijaya Palembang. Waktu penelitian dilakukan dari pukul 08.00-17.00 WIB.

3.2 Variabel Penelitian


a. Variabel Tetap
Variabel tetap dalam penelitian ini adalah Jumlah bahan baku kulit durian,
H2SO4 dan Lama fermentasi
b. Variabel Bebas
Variable bebas dalam penelitian pembuatan bioetanol dari kulit durian adala
h:
 Variasi Jumlah Ragi Tape
c. Variabel Terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil bioetanol

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Peralatan pretreatmen : Blender, Beacker Glass, Neraca analitik, Pisau,
Telenan, Hot Plate, Selang, Botol aquadest, Corong, Saringan, pipet tetes, PH
meter, Baskom, Erlenmeyer, Gabus, Spatula; Peralatan analisis : peralatan
fermentasi; Peralatan permurnian : seperangkat alat destilasi; Peralatan
analisa : FTIR, Refractometer
3.3.2 Bahan
1. Kulit durian yang berasal dari Pasar Kuto dan Demang Lebar daun
2. Ragi tape yang berasal dari pasar tradisional Kota Palembang
3. H2SO4 yang berasal dari toko kimia Palembang

Universitas Muhammadiyah Palembang


18

4. Aquadest,
3.4 Rancangan Penelitian
3.4.1 Variabel yang diteliti 18

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu :


a. Variasi konsentrasi ragi tape 5 %, 7.5 %, 10 %, 12.5 %, 15 %.
b. Lama Fermentasi 7 hari.

3.4.2 Proses Pembuatan Bioetanol


1. Persiapan bahan baku
a. Pertama-pertama dilakukan proses pembersih kulit durian. Diambil kul
it bagian dalam di cuci dan tiriskan. Potong kecil-kecil kulit durian.
b. Proses selanjutnya kulit durian yang sudah dipotong masing-masing
sampel sebanyak 200 gram, lalu dicampur dengan 1000 ml aquadest
kemudian di haluskan menggunakan blender sampai halus.
2. Proses Hidrolisis
a. Dilakukan penyaringan untuk di ambil ekstraknya, dengan masing-
masing sampel 250 ml.
b. Kemudian penambahan 10% H2SO4, selanjutnya dilakukan dihidrolisis
selama 45 menit dengan suhu 120ºC. Setelah dihidrolisis diamkan
ekstrak kulit durian hingga mencapai suhu kamar.
3. Fermentasi
a. Hasil dari pemanasan dari ekstrak kulit durian kemudian dilakukan
fermentasi dengan bantuan ragi tape yaitu 5 %, 7.5 %, 10 %, 12.5 %,
15 %, pada suhu lingkungan yaitu pada suhu 28oC dengan lama ferme
ntasi yang sudah ditentukan yaitu 7 hari.
4. Destilasi
a. Hasil bioetanol yang didapat dari proses fermentasi dilakukan pemurni
an ettanol pada suhu 70-80 oC (suhu tetap dijaga).
b. Kemudian menganalisis kadar bioetanol dengan menggunakan
refractrometer.

Universitas Muhammadiyah Palembang


19

3.4.3 Diagram Alir Pembuatan

Persiapan Sampel limbah kulit durian

Blender kulit durian dengan menambahkan Analisa FTIR


1000 ml air

Ampas Disaring

Penambahan H2SO4 Pada ekstrak kulit


durian lalu di hidrolisis selama 30 menit

Dinginkan sampai mencapai suhu kamar


30ºC

Penambahan variasi ragi tape 5; 7,5 ; 10 ;


12,5 ; 15 %

Fermentasid dilakukan selama 7 hari

Destilasi

Analisa

Bioetanol

Universitas Muhammadiyah Palembang


20

3.5 Prosedur Analisa


3.5.1 Analisis Hasil Proses
a. Analisis Indeks Bias
Analisa ini bertujuan mengalisa kadar etanol yang terkandung dengan
mengguankan alat refractometer, yaitu dengan meneteskan etanol ke salah
satu bagian refractometer. Metode ini menggunkan prinsip indeks bias. Makin
tinggi kadar etanol makan indeks biasnya semakin tinggi sehingga
refractometer akan menunjukan skala yang semakin besar. Semakin tinggi
nilai intensitas sinar matahari maka semakin tinggi skala refractometer yang
akan didapatkan (Misto & Mulyono, 2017; Milman & Halkias, 1985 ; Yasin
et al., 2010)
b. Analisa Fourier Trasform Infra Red (FT-IR)
Analisa ini bertujuan untuk mengalisis frekuensi dalam sinyal gabungan.
FTIR merupakan spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan
transformasi Fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Spektrum
inframerah tersebut dihasilkan dari pentrasmisian cahaya yang melewati
sampel, pengukuran intensitas cahaya dengan detector dan dibandingkan
dengan intensitas tanpa sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrum
inframerah yang diperoleh kemudian diplot sebagai intensitas fungsi energi,
panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm -1) (Marcott (1986),
Anam (2007).

BAB IV

Universitas Muhammadiyah Palembang


21

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Fourier Trasform Infra Red (FTIR)


Tabel 4.1 Pita Absorpsi Infra Merah
_______________________________________________________________
Nama
Gugus Senyawa Frekuensi Lingkungan lingkungannya

(cm-1) Spectral
cm-1 (μ)
_____________________________________________________________________________________
OH Alkohol 3580-3650 3333-3704
Asam 2500-2700 (2,7-3,0μ)
NH Amina primer -3500
dan sekunder 3310-3500
Amida 3140-3320 2857-3333 Lingkungan
(3,0-3,5 μ) vibrasi ulur
Hydrogen
CH Alkuna 3300
Alkena 3010-3095
Aromatik -3030
Alkana 2853-2962
Aldehida 2700-2900 2500-2857
(4,0-4,5 μ)
SH Sulfur 2500-2700
C=C Alkuna 2190-2260
C=N Alkilnitril 2240-2260 2222-2500 Lingkungan
(4,5-5,0 μ) ikatan ganda
Tiga
Iosianat 2240-2275
Arilnitril 2220-2240
-N=C=N Diimida 2130-2155 2000-2222
(5,0-5,5 μ)
-N3 Azida 2120-2160
>CO Aldehid 1720-1740 (818-2000)
(5,5-6,0 μ)
Keton 1675-1725
Asam karbok- 1700-1725
Silat
Ester 2000-2300
Asilhalida 1755-1850 1667-1818 Lingkungan
(6,0-6,5 μ) ikatan ganda dua
Amida 1670-1700
CN Oksim 1640-1690
CO β-diketon 1540-1640
C=O Ester 1650
C=C Alkena 1620-1680
N-H(b) Amina 1575-1650 1538-1667
-N=N- Azo 1575-1630 (6,5-7,5 μ) Daerah sidik jari
-C-NO2 Nitro 1550-1570 1538-1667
-C-NO2 Nitro aromatic 1300-1570
C-O-C Eter 1230-1270 1053-1333
(7,5-9,5 μ)
-(CH2)n Senyawaan lain -722 666-900
(11-15,0 μ)

22

Universitas Muhammadiyah Palembang


22

KULIT DURIAN
100

90

2159,16

513,46
80
Polisakarida
70
Transmittance

1635,17
60
%

50
3333,94

40

598,05
30
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)

Gambar 4.1 Spektrum FTIR (Fourier Transform Infra Red) Etanol Dari Kulit
Durian

Dari data Spektrum dapat di cermati puncak serapan gelombang yang


diperlihatkan dapat dianalisa bahwa pada bilangan gelombang 3333,94 cm- 1 terdapat
serapan medium dan melebar, hal ini menunjukkan adanya interaksi antara molekul
elektronegatif O dengan positif H yang membentuk ikatan hidrogen. Hal ini berarti
terdapat gugus –OH dalam Sampel. Bilangan gelombang pada 2159,16 cm- 1 dan di
dekat 2250 cm-1 kemungkinan ada 2 gugus fungsi rangkap tiga yang menunjukkan
adanya ikatan alkuna (C≡C) dengan serapan lemah tajam dan adanya ikatan

Universitas Muhammadiyah Palembang


23

Alkilnitril (C≡N) dengan serapan lemah tajam Serta pada bilangan gelombang 1600-
1500 cm-1 dan 1390 – 1300 cm- 1 terdapat ikatan gugus nitro (NO2) dengan serapan
lemah dan tajam. Maka dari hasil analisis FTIR ini dapat disimpulkan bahwa sampel
mengandung polisakarida yang bisa dimanfaatkan menjadi bioetanol.

4.2 Analisis Konsentrasi Bioetanol


Kadar bioetanol yang dihasilkan setelah didistilasi dapat ditentukan
menggunakan kurva Kalibrasi Standar. Kurva Kalibrasi Standar adalah sebuah kurva
yang dibuat dengan mengukur indeks bias etanol dari 0 sampai 50 % dengan
menggunakan alat refactometer. Kurva kalibrasi Standar etanol dapat dilihat pada
lampiran dengan persamaan y = 0.0002x + 1.3308.
Dapat diketahui bahwa untuk konsentrasi ragi 5% dengan indeks bias 1,3320
konsentrasi bioetanol nya adalah 6%, untuk konsentrasi ragi 7,5% dengan indeks bias
1,3328 konsentrasi bioetanol nya adalah 10%, untuk konsentrasi ragi 10% dengan
indeks bias 1,3332 konsentrasi bioetanol nya adalah 12%, untuk konsentrasi ragi
12,5% dengan indeks bias 1,3342 konsentrasi bioetanol nya adalah 17%, dan untuk
konsentrasi ragi 15% dengan indeks bias 1,3339 konsentrasi bioetanol nya adalah
15,5%.

Universitas Muhammadiyah Palembang


24

4.2.1 Hubungan konsentrasi ragi terhadap konsentrasi bioetanol


Tabel 4.3 Konsentrasi ragi terhadap konsentrasi bioetanol
Kosentrasi Ragi (%) Kadar Bioetanol (%)
5 6
7,5 10
10 12
12,5 17
15 15,5

18
16
14
12
Konsentrasi Bioeanol
10
8
6
4
2
0
4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%
Konsentrasi Ragi
Grafik 4.3 Hubungan Konsentrasi ragi dan kadar bioetanol dengan lama
fermentasi 7 hari

Universitas Muhammadiyah Palembang


25

Dari gambar 4.3 hubungan konsentrasi ragi terhadap konsentrasi bioetanol


dihasilkan bioetanol 6% ; 10% ; 12% ; 17% dan 15,5% dengan konsentrasi raginya
5% ; 7,5% ; 10% ; 12,5% dan 15% dari hasil penelitian bahwa bioetanol cendrung
mengalami kenaikan, namun pada konsentrasi ragi 15% mengalami penurunan.
Dapat dianalisis bahwa semakin banyak jumlah ragi konsentrasi bioetanol
akan mengalami kenaikan, namun setelah Kosentrasi ragi 15% konsentrasi bioetanol
pada sampel mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena jumlah ragi telah
mencapai optimum pada konsentrasi 12,5%, kadar bioetanol mengalami penurunan
setelah melewati waktu optimalnya. Kenaikan kadar bioetanol ini terjadi karena
adanya penurunan aktivitas bakteri akibat pertumbuhan bakteri yang cepat tidak
diimbangi dengan nutrisi yang cukup dan bakteri akan mati karena kehabisan nutrisi

Universitas Muhammadiyah Palembang


26

4.2.2 Hubungan indeks bias terhadap konsentrasi bietanol


Tabel 4.3 Hubungan Indeks Bias terhadap konsentrasi bioetanol
Indeks Bias Kadar bioetanol (%)
1,3320 6
1,3328 10
1,3332 12
1,3342 17
1,3339 15,5

Y-Values
18
16
14
12
Konsentrasi 10
Bioeanol
8
6
4
2
0
1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33

Indeks Bias
Gambar 4.4 Hubungan Indeks Bias terhadap nilai kadar bioetanol

Dari gambar 4.4 hubungan indeks bias dengan konsentrasi bioetanol


dihasilkan konsentrasi bioetanol 6% ; 10% ; 12% ; 17% dan 15,5% dengan indeks
biasnya 1,3320 ; 1,3328 ; 1,3332 ; 1,3342 ; 1,3339, dapat di analisa bahwa
konsentrasi bioetanol berbanding lurus, yaitu semakin besar indeks bias maka
konsentrasi bioetanol yang di peroleh akan semakin besar (Parmitasari dan
Hidayanto, 2013). Hal ini sebabkan karena ketika konsentrasi bioetanol semakin
besar maka partikel-partikel yang ada pada larutan bioetanol akan semakin rapat,

Universitas Muhammadiyah Palembang


27

sehingga terjadi peningkatan kemampuan cahaya dalam menembus larutan bioetanol


dan menjadikan indeks bias semakin besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas maka diperoleh kesimpulan seperti berikut:

a. Pada analisis FTIR bahwa pada bilangan gelombang 3333,94 cm-1 terdapat
serapan medium dan melebar, menunjukkan adanya gugus –OH dalam
Sampel. Bilangan gelombang pada 2159,16 cm-1 dan di dekat 2250 cm-1
kemungkinan ada 2 gugus fungsi rangkap tiga yang menunjukkan adanya
ikatan alkuna (C≡C) dengan serapan lemah tajam dan adanya ikatan
Alkilnitril (C≡N) dengan serapan lemah tajam Serta pada bilangan
gelombang 1600-1500 cm-1 dan 1390 – 1300 cm-1 terdapat ikatan gugus
nitro (NO2) dengan serapan lemah dan tajam. Maka FTIR ini dapat
disimpulkan bahwa sampel mengandung polisakarida yang bisa di
manfaatkan menjadi bioetanol.
b. Penelitian ini diketahui bahwa untuk konsentrasi ragi 5% dengan indeks
bias 1,3320 konsentrasi bioetanol nya adalah 6%, untuk konsentrasi ragi
7,5% dengan indeks bias 1,3328 konsentrasi bioetanol nya adalah 10%,
untuk konsentrasi ragi 10% dengan indeks bias 1,3332 konsentrasi
bioetanol nya adalah 12%, untuk konsentrasi ragi 12,5% dengan indeks
bias 1,3342 konsentrasi bioetanol nya adalah 17%, dan untuk konsentrasi
ragi 15% dengan indeks bias 1,3339 konsentrasi bioetanol nya adalah
15,5%. Proses fermentasi pada waktu 7 hari menghasilkan konsentrasi
bioetanol tertinggi yaitu 17%. Dimana aktivitas bakteri pada konsentrasi
ragi 12,5% paling optimum, setelah konsentrasi 12,5% konversi glukosa
akan menurun karena penurunan aktivitas bakteri akibat pertumbuhan
bakteri yang cepat tidak diimbangi dengan nutrisi yang cukup dan bakteri

Universitas Muhammadiyah Palembang


28

akan mati karena kehabisan nutrisi sehingga tidak ada lagi pembentukan
bioetanol dalam fermentasi tersebut.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan menggunakan bahan lainnya pada proses
pembuatan bieotanol dengan variable lain serta dilakukan analisis FTIR untuk
mengetahui gugus kimia apa saja yang terdapat dalam sampel dan sebaiknya
penelitian selanjutnya dapat menggunakan destilasi bertingkat untuk
mendapatkan nilai konsentrasi bioetanol tinggi dan di lakukan analisa Gas
Chromatograpy untuk mengetahui kadar bietanol lebih akurat.

Universitas Muhammadiyah Palembang


29

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul. Sirojudin dkk. April 2007. Analisis Gugus Fungsi Pada Sampel Uji,
Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi FT-IR. Berkala
Fisika. Vol 10 no.1. 79-85.

Dewi Mulyati dkk. 2017. Bioetanol Limbah Kulit Durian Dengan Metode
Sakarifikasi dan Liquifikasi. Jurusan Fakultas MIPA Kimia Universitas Syiah
Kuala: Banda Aceh.

Erna dkk. 2016. Bioetanol Dari Limbah kulit singkong (Manibot Esculenta Crantz)
Melalui Proses Fermentasi. Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako: Palu.

Hanum, Farida dkk. 2013. Pengaruh Massa Ragi Dan Waktu Fermentasi Terhadap
Bioetanol Dari Biji Durian. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara: Medan.

Hartono dan Halifa P. 2011. Analisis Kadar Hasil Fermentasi Ragi Roti Pada
Tepung Umbi Gadung (Dioscorea Hispida Dennst) Terhadap Kadar Etanol.
Jurudan Biologi Fakultas MIPA universitas Negeri Makassar.

Irhamni dkk. 2017. Produksi Bioetanol Dari Limbah Kulit Durian. Departemen Of
Industrial Engineering Faculty Of Engineering University Of Serambi
Mekkah: Banda Aceh.

Jhonprimen H.S dkk. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis Ragi Dan Waktu
Fermentasi Pada Bioetanol Dari Biji Durian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

Moeksin, Rosdiana dan Shinta Francisca. 2010. Pembuatan Etanol Dari Bengkuang
Dengan Variasi Berat Ragi, Waktu Dan Jenis Ragi. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

Murniati dkk. 2018. Bioetanol Dari Limbah Biji Durian (Durio Zibethinus). Program
Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Mataram. NTB.

Novia dkk. 2014. Pembuatan Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Metode
Ozonolisis-Simultaneous Saccharification And Fermentation (SSF). Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

Universitas Muhammadiyah Palembang


30

Osvaldo Z. S., Panca Putra S. dan M. Faizal. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam Dan
Waktu Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol Dari Alang-
Alang. Jurusan Teknik Kimia Fakultas30
Teknik Universitas Sriwijaya:
Inderalaya.

Setiawati, Diah S dkk. 2013. Proses pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

Siregar, Bintang Uinna Oktaria. 2013. Fermentasi Kulit Durian Menjadi Bioetanol
Dengan Menggunakan Zymomonas Mobilis. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri UPN Veteran: Surabaya.

Wijaya, I Made Anom Sutrisna dkk. 2012. Potensi Nira Kelapa Sebagai Bahan Baku
Bioetanol. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian universitas
Udayana: Denpasar.

Universitas Muhammadiyah Palembang


31

LAMPIRAN I
PERHITUNGAN

A. Perhitungan etanol dengan indeks bias


1. Perhitungan Pengenceran Kalibrasi Standar.
Dengan menggunakan rumus : M1 x V1 = M2 x V2
Diketahui : V1 = 50 ml , M2 = 96%
M1 = 10%, 20%, 30%, 40%, 50%
Ditanya: V2 = …..?
Penyelesaian :
 M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
10 % x 50
V2 =
96
V2 = 5,208 ml

 M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
20 % x 50
V2 =
96
V2 = 10,416 ml

 M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
30 % x 50
V2 =
96
V2 = 15,625 ml

Universitas Muhammadiyah Palembang


32

 M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
40 % x 50
V2 =
96
V2 = 20,83 ml
 M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
50 % x 50
V2 =
96
V2 = 26,04 ml

 Kalibrasi Standar
Kalibrasi Indeks Bias
10 1.3326
20 1,3352
30 1,3373
40 1,3394
50 1,3305

1.34

1.34 f(x) = 0 x + 1.33


R² = 0.98

1.34

1.34
Indeks bias
1.33 Linear ()

1.33

1.33

1.33
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

Etanol

Universitas Muhammadiyah Palembang


33

2. Perhitungan Konsentrasi bioetanol


Dengan menggunakan rumus persamaan dari kurva kalibrasi standar:
y = 0.0002x + 1.3308
 Sampel Ragi 5 gram = 1,3320 indeks bias
Diketahui : y = 1,3320
Ditanya : x…….?
Penyelesaian :
y = 0.0002x + 1.3308
1,3320−1.3308
x=
0.0002
x = 6%

 Sampel Ragi 7.5 gram = 1,3328 indeks bias


Diketahui : y = 1,3328
Ditanya : x…….?
Penyelesaian :
y = 0.0002x + 1.3308
1,3328−1.3308
x=
0.0002
x = 10%

 Sampel Ragi 10 gram = 1,3332 indeks bias


Diketahui : y = 1,3332
Ditanya : x…….?
Penyelesaian :
y = 0.0002x + 1.3308
1,3332−1.3308
x=
0.0002
x = 12%

Universitas Muhammadiyah Palembang


34

 Sampel Ragi 12,5 gram = 1,3342 indeks bias


Diketahui : y = 1,3342
Ditanya : x…….?
Penyelesaian :
y = 0.0002x + 1.3308
1,3342−1.3308
x=
0.0002
x = 17%
 Sampel Ragi 15 gram = 1,3339 indeks bias
Diketahui : y = 1,3339
Ditanya : x…….?

Penyelesaian :
y = 0.0002x + 1.3308
1,3339−1.3308
x=
0.0002
x = 15,5%

B. Cara untuk membaca interpretasi spektrum infra merah (FTIR)


Untuk mempermudah melakukan interpretasi suatu spektrum infra merah,
periksa adanya puncak absorpsi (pita) dari gugus fungsional utama seperti C=O, O-H,
N-H, C-O, C=C, C=N, C=C dan NO2. Tahap-tahap berikut ini dapat dilakakun:
1. Apakah terdapat gugus karbonil ?
Terdapat adanya gugus karbonil (C=O) pada daerah 1820-1600 cm -1 dengan
serapan medium dan tajam.
2. Bila gugus C=O ada, ujilah daftar berikut ini. Bila tidak ada langsung pada nomor
3.
a. Asam : apakah ada –OH ?
Terdapat adanya –OH pada daerah 3400-2400 cm-1 dengan serapan medium
dan melebar (biasanya tumpang tindih dengan C-H).

Universitas Muhammadiyah Palembang


35

b. Amida : apakah ada N-H ?


Tidak di temukan adanya Serapan medium di dekat 3500 cm-1.
c. Ester : apakah ada C-O ?
Tidak ditemukan adanya serapan di dekat 1300-1000 cm-1
d. Anhidrida : memiliki dua serapan C=O di dekat 1810 dan 1760 cm-1
Terdapat adanya dua serapan C=O di dekat 1810 dan 1760 cm-1
e. Aldehida : apakah ada C-H aldehida ?
Tidak ditemukan adanya dua serapan lemah di dekat 2850 dan 2750 cm- 1 atau
di sebelah kanan serapan C-H.
f. Keton : bila kelima kemungkinan di atas tidak ada.
3. Bila gugus C=O tidak ada.
Alkohol : ujilah untuk O-H
a. Serapan melebar di dekat 3600-300 cm-1.
b. Selanjutnya yaitu adanya serapan C-O di dekat 1300-1000 cm-1.
Amida : ujilah untuk N-H
Serapan medium di dekat 3500 cm-1
Eter : ujilah serapan C-O (serapan O-H tidak ada) di dekat 1300-1000 cm-1
4. Ikatan rangkap dua dan/atau cincin aromatik.
a. tidak ditemukan adanya gugus C=C memiliki serapan lemah di dekat 1650
cm-1
b. Serapan medium dan kuat pada daerah 1650-1450 cm-1. Sering menunjukkan
adanya cincin aromatik.
c. Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan di daerah C-H.
Aromatik dan vinil C-H terdapat di sebelah kiri 3000 cm-1. Sedangkan serapan
C-H alifatik muncul di sebelah kanan daerah tersebut.
5. Ikatan rangkap tiga
a. Terdapat sedikit ditemukan C≡N memiliki serapan medium dan tajam di dekat
2250 cm-1.
b. Terdapat ditemukan adanya C≡C memiliki serapan lemah tapi tajam di dekat
2150 cm-1. Ujilah C-H asetilenik di dekat 3300 cm-1.

Universitas Muhammadiyah Palembang


36

6. Gugus nitro
Terdapat ditemukan sedikit dua serapan kuat pada 1600-1500 cm-1 dan 1390 –
1300 cm-1.
7. Hidrokarbon
a. Keenam serapan di atas tidak ada.
b. Serapan utama untuk C-H di dekat 3000 cm-1.
c. Spektrumnya sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain-lain di dekat 1450
cm-1 dan 1375 cm-1.

LAMPIRAN II

FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Gambar 1. Persiapan bahan baku

Gambar 2. Proses hidrolisis Gambar 3. Penambahan variasi ragi

Universitas Muhammadiyah Palembang


37

Gambar 4. Proses Fermentasi Gambar 5. Destilasi

HASIL BIOETANOL

Universitas Muhammadiyah Palembang


38

GAMBAR ANALISA BIOETANOL

1. Analisa Kadar Bioetanol

Gambar 6. Alat Refractometer

2. Analisa Fouier Transform Infra Red

Universitas Muhammadiyah Palembang


39

Gambar 7. Alat Fouier Transform Infra Red

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai