BAB I
PENDAHULUAN
Irhamni (2017), tentang pengaruh massa ragi, jenis ragi dan waktu fermentasi
pada bioetanol dari biji durian. Hasil analisa dari penelitian ini adalah bioetanol da
ri limbah kulit durian diperoleh pada pH optimum 4,5 dan suhu 35 oC dengan kada
r etanol tertinggi dalam air yaitu sebesar 16,69. Konsentrasi etanol dalam air palin
g rendah dicapai pada pH 5 sebesar 8,02%. Kemurnian bioetanol hasil destilasi m
enggunakan rotary evaporator dan dianalisa menggunakan alat GCMS sebesar 96,
99% dimenit ke 2,163 adalah bioetanol sedangkan di menit ke 13,279 adalah asam
asetat 3,01%.
Dari data penelitian terdahulu diatas, maka diharapkan pada peneliti
untuk menghasilkan konsentrasi bioethanol yang lebih maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aatkan sebagaimana sifat bahan tersebut dan digunakan dalam waktu yang relative
lama, perlu diproses lebih lanjut, menjadi beberapa hasil yang bervariasi.
Dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa Sumatera Selatan merupakan Provinsi den
gan jumlah produksi buah durian yang cukup banyak, sangat disayangkan apabila
kulit durian yang sering kita anggap sebagai limbah ataupun sampah, tidak kita m
anfaatkan dengan baik. Kulit durian bisa kita manfaatkan sebagai bahan baku pem
buatan bioetanol yang bernilai ekonomis.
2.2 Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam perkemb
angannya, produksi bioetanol yang paling banyak digunakan adalah dengan prose
s fermentasi dan destilasi. Bioetanol merupakan etanol yang proses produksinya
menggunakan bahan baku alami dan dilakukan dengan proses biologis (panji tri at
mojo, 2010).
Bioetanol adalah sumber energi terbarukan yang dibuat melalui tanaman y
ang mengandung komponen gula dan pati melalui proses fermentasi. Hal ini dihas
ilkan dari produk pertanian seperti jagung, tebu, kentang, beras, bit dan baru baru
menggunakan anggur, pisang, tanggal dan limbah lainnya. Hal ini disebabkan jum
lah penurunan bahan bakar fosil, sumber energi alternatif perlu terbarukan, berkel
anjutan, efisien, efektif biaya, nyaman dan aman.
Permintaan minyak diperkirakan akan meningkat 57% dari tahun 2002 ke t
ahun 2030. Akibatnya, produksi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar fosil. Se
makin rendah biaya untuk menghasilkan bioetanol yang berasal dari biomassa lim
bah karena tersedianya bahan baku yang berlimpah salah satunya adalah limbah k
ulit durian.
Durian (Durio zibethinusMurr) adalah buah klimakterik yang memiliki um
ur waktu penyimpanan yang singkat. Suhu penyimpanan tidak boleh lebih rendah
dari15°C karena suhu dingin yang lebih rendah menginduksi kerusakan, dimana, k
ulit berubah coklat gelap, daging buah kehilangan aroma dan pelunakan buah tertu
nda (Ketsadan Paull, 2008). Kulit buah durian menunjukkan tingkat yang lebih tin
ggi dari produksi etilena dari daging buah.
Bahan baku yang digunakan untuk produksi bioetanol terbagi menjadi:
a. Gula (glukosa)
Merupakan bentuk bahan baku yang paling sederhana dengan rumus kimia C6
H12O6.
b. Pati (starch)
Pati banyak ditemukan pada jagung, singkong, sagu dan berbagai makanan pok
ok manusia yang mengandung karbohidrat. Rumus kimia dari pati adalah (C6H1
0O5)n dengan jumlah n antara 40 – 3000. Sebagai bahan baku bioetanol, pati m
embutuhkan proses untuk memecah ikatan kimianya menjadi glukosa.
c. Selulosa
Merupakan polisakarida dengan rumus (C6H10O5)n, dengan jumlah n ribuan ba
hkan lebih dari puluhan ribu, yang membentuk dinding tanaman dan kayu. Selu
losa merupakan senyawa organic yang paling banyak jumlahnya di muka bumi.
Diperkirakan selulosa akan mendominasi sebagai bahan baku pembuatan bioet
anol (panji tri atmojo, 2010).
Etanol (bioetanol) dikategorikan dalam dua kelompok utama:
a. Etanol (bioetanol) 95 – 96% v/v, disebut “etanol hidrat” yang dibagi dalam:
Technical/raw spit grade, digunakan untuk bahan bakar spirtus, minu
man, desinfektan dan pelarut
Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industry pelarut
Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi
b. Etanol (bioetanol) > 99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimur
nikan lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan palarut di
laboratorium analisis.
Bioetanol memiliki banyak manfaat bagi masyarakat karena memiliki sifat
yang tidak beracun. Selain itu bioetanol juga memiliki banyak sifat-sifat, baik
secara fisika maupun kimia. Adapun sifat-sifat fisika bioetanol dapat dilihat pa
da tabel 2.2.
2.3 Ragi
Ragi atau fermen merupakan zat yang dapat menyebabkan fermentasi. Ragi bi
asanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biaka
n bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran
kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untu
k membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti,
dan bir. contoh dan peranan ragi:
a. Saccharomyces cerevciae berpungsi untuk pembuatan roti, tape, dan alkohol.
tumbuh baik pada suhu 30ºC dan pH 4,5-5.
b. Saccharomyces tuac berfungsi untuk menggubah air niral legen benjadi tuak.
c. Saccharomyces ellipsoideus berfungsi untuk peragian buah anggur menjadi
bir/minuman anggur.
d. Rhizopus Oryzae berfungsi untuk pembuatan tempe dan produksi minuman
beralkohol. Rhizopus Oryzae berfungsi untuk pembuatan tempe dan produksi
minuman beralkohol. Rhizopus tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6 dan suhu
optimal untuk pertumbuhan 35ºC, minimal 5-7ºC dan maksimal 44ºC.
2.4 Fermentasi
a. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel, dalam keadaan anaer
obic (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respi
rasi anaerobic, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisi
kan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobic dengan tanpa ak
septor electron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fe
rmentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Perubahan yang terjadi sela
ma proses fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol oleh sel ragi tape dan
ragi roti.
Reaksi Hidrolisis
(C6H10O5) + nH2O → n(C6H12O6)
Selulosa air glukosa
Reaksi Fermentasi
ragi
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Bioetanol
b. Sejarah Fermentasi
Ahli Kimia Prancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertama ke
tika pada tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendefinisikan
fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan) tanpa udara". Pasteur melakukan p
enelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpendapat bahwa ferme
ntasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pertumbuhan dan multipli
kasi sel-sel secara simultan..... Jika ditanya, bagaimana proses kimia hingga
mengakibatkan dekomposisi dari gula tersebut... Saya benar-benar tidak tahu".
Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun 1907, ber
hasil menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dar
i ragi yang ia sebut sebagai zymase. Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsb
erg (sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin meningkatkan pengetahuan
tentang ragi dan brewing (cara pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dia
nggap sebagai pendorong dari berkembangnya biologi molekular.
c. Jenis-jenis Fermentasi
1. Fermantasi Alkohol
Ahli Kimia Prancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertam
a ketika pada tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendef
inisikan fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan) tanpa udara". Pasteur
melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpend
apat bahwa fermentasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pert
umbuhan dan multiplikasi sel-sel secara simultan..... Jika ditanya, bagaim
ana proses kimia hingga mengakibatkan dekomposisi dari gula tersebut...
Saya benar-benar tidak tahu". Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, peme
nang Nobel Kimia tahun 1907, berhasil menjelaskan bahwa fermentasi se
benarnya diakibatkan oleh sekeresi dari ragi yang ia sebut sebagai zymas
e. Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di
Denmark semakin meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing
(cara pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendor
ong dari berkembangnya biologi molekular.
2. Fermentasi Laktat
1. Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa
menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida. Organisme yang b
erperan yaitu Saccharomyces cerevisiae ragi untuk pembuatan tape, r
agi roti atau minuman keras.
2. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hew
an atau manusia, ketika keutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bek
erja terlalu berat di dalam sel otot asa laktat dapat menyebabkan geja
la kram dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk lim
bah dapat menyebabkan otot letih dan yeri, namun secara perlahan di
angkat oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat. Glu
kosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis, me
mbentuk 2 ATP dan 2 NADH.
3. Fermentasi Asam Cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam kea
daan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetob
acter aceti) dengan substrat etanol. Energy yang dihasilkan 5 kali leb
ih besar dari energy yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara a
naerob (Wikipedia).
d. Manfaat Fermentasi
Fermentasi mempunyai beberapa manfaat bagi kita, diantaranya:
1. Memperkaya variasi makanan dengan mengganti aroma, rasa, dan
komposisi makanan.
Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan
atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti
(Saccharomycess cereviseae) akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik,
tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat
dengan keadaan anaerobik.
5. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, bakteri akan membelah sekali setiap
20 menit. Untuk beberapa bakteri memilih waktu generasi yaitu selang waktu
antara pembelahan, dapat dicapai selama 20 menit. Jika waktu generasinya 20
menit pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat menghasilkan beberapa juta
sel selama 7 jam (indotetis.com, 2017).
2.5 Destilasi
Destilasi ataupun disebut dengan distilasi (penyulingan) ialah sebuah
metode yang dipakai memisahkan bahan kimia menurut perbedaan kecepatan
ataupun kemudahan menguap maupun volatilitas bahan. Pada proses penyulingan
ini, zat bercampur akan didihkan agar menguap dan uap itu berikutnya akan di
didihkan lagi ke bentuk cairan. Sedangkan zat yang mempunyai titik didih lebih
sedikit juga akan menguap terlebih dahulu. Adapun pengertian destilasi lainnya
ialah. Destilasi merupakan cara pemisahan antara zat cair terhadap campurannya
menurut perbedaan titik didih ataupun kemampuan zat guna menguap.
Prinsip kerja destilasi ialah:” bila suatu zat pada larutan tak sama-sama
menguap, berarti uap larutan akan mempunyai komponen yang beda dengan
larutan yang aslinya”. Jika salah satu dari zat menguap, berarti pemisahannya
akan terjadi secara sempurna. Tapi jika kedua zat itu menguap, proses
pemisahannya hanya terjadi secara sebagian tapi destilat ataupun produk akan
memiliki kaya dapat dari komponen dibandingkan larutan aslinya.
Berikutnya adalah tujuan destilasi ialah untuk memurnikan bentuk cair di
titik didihnya serta memisahkan cairan terhadap zat padatnya. Uap tersebut akan
difermentasi dengan berat ragi 6 gr dan dengan lama fermentasi 5 hari didapat
sebesar 22 %.
Erna, Irwan dan Paulus (2016), bioetanol dari limbah kulit singkong
(manibot esculenta crantz) melalui proses fermentasi.fermentasi kulit singkong ka
bupaten tojo una-una menghasilkan kadar glukosa sebesar 9,9% dengan etanol tert
inggi sebesar 6,00% pada waktu fermentasi 8 hari.
Hartono dan Halifah (2011), analisa kadar etanol hasil fermentasi ragi roti
pada tepung umbi gadung (dioscorea hispida dennst) terhadap kadar etanol. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama fermentasi terhadap kadar
etanol hasil fermentasi ragi roti pada tepung umbi gadung. Lama fermentasi yang
terbaik adalah 144 jam dengan melihat kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol
dari lama fermentasi terbaik (144 Jamadalah (3,6%).
Wusnah, Samsul dan Dwi (2016), proses pembuatan bioetanol dari kulit
pisang kapok (musa acuminate B. C) secara fermentasi. Sampe dengan penggunan
volume starter sebanyak 350 ml pada waktu fermentasi 7 hari menghasilkan kadar
etanol tertinggi yaitu 40%.
Wijaya, Arthawan dan Anis (2012), potensi nira kelapa sebagai bahan
baku bioetanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan frekuensi
destilasi dalam produksi bioetanol yang dihasilkan dari nira kelapa, serta untuk
menentukan kualitas bioetanol. Tiga langkah dilakukan dalam produksi bioetanol:
langkah pertama adalah fermentasi getah kelapa dalam suhu kamar selama dua
hari, langkah kedua adalah destilasi getah kelapa yang difermentasi (tuak) pada
780C untuk membuat kadar alkohol e ”94%, dan Langkah terakhir adalah
penentuan kualitas bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi
destilasi dalam produksi bioetanol dari nira kelapa adalah 14 kali dengan kadar
alkohol 92,17%. Hasilnya 4,83%, kualitas bioetanol adalah kadar etanol 95,13%,
kepadatan 0,766 kg / ltr, berat jenis 0,786, gravitasi API 48,61 dan energi panas
11,211,94 kkal / kg. Kesimpulannya, bioetanol yang dihasilkan dari nira kelapa
dalam penelitian ini bertemu dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bioetanol.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
4. Aquadest,
3.4 Rancangan Penelitian
3.4.1 Variabel yang diteliti 18
Ampas Disaring
Destilasi
Analisa
Bioetanol
BAB IV
(cm-1) Spectral
cm-1 (μ)
_____________________________________________________________________________________
OH Alkohol 3580-3650 3333-3704
Asam 2500-2700 (2,7-3,0μ)
NH Amina primer -3500
dan sekunder 3310-3500
Amida 3140-3320 2857-3333 Lingkungan
(3,0-3,5 μ) vibrasi ulur
Hydrogen
CH Alkuna 3300
Alkena 3010-3095
Aromatik -3030
Alkana 2853-2962
Aldehida 2700-2900 2500-2857
(4,0-4,5 μ)
SH Sulfur 2500-2700
C=C Alkuna 2190-2260
C=N Alkilnitril 2240-2260 2222-2500 Lingkungan
(4,5-5,0 μ) ikatan ganda
Tiga
Iosianat 2240-2275
Arilnitril 2220-2240
-N=C=N Diimida 2130-2155 2000-2222
(5,0-5,5 μ)
-N3 Azida 2120-2160
>CO Aldehid 1720-1740 (818-2000)
(5,5-6,0 μ)
Keton 1675-1725
Asam karbok- 1700-1725
Silat
Ester 2000-2300
Asilhalida 1755-1850 1667-1818 Lingkungan
(6,0-6,5 μ) ikatan ganda dua
Amida 1670-1700
CN Oksim 1640-1690
CO β-diketon 1540-1640
C=O Ester 1650
C=C Alkena 1620-1680
N-H(b) Amina 1575-1650 1538-1667
-N=N- Azo 1575-1630 (6,5-7,5 μ) Daerah sidik jari
-C-NO2 Nitro 1550-1570 1538-1667
-C-NO2 Nitro aromatic 1300-1570
C-O-C Eter 1230-1270 1053-1333
(7,5-9,5 μ)
-(CH2)n Senyawaan lain -722 666-900
(11-15,0 μ)
22
KULIT DURIAN
100
90
2159,16
513,46
80
Polisakarida
70
Transmittance
1635,17
60
%
50
3333,94
40
598,05
30
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)
Gambar 4.1 Spektrum FTIR (Fourier Transform Infra Red) Etanol Dari Kulit
Durian
Alkilnitril (C≡N) dengan serapan lemah tajam Serta pada bilangan gelombang 1600-
1500 cm-1 dan 1390 – 1300 cm- 1 terdapat ikatan gugus nitro (NO2) dengan serapan
lemah dan tajam. Maka dari hasil analisis FTIR ini dapat disimpulkan bahwa sampel
mengandung polisakarida yang bisa dimanfaatkan menjadi bioetanol.
18
16
14
12
Konsentrasi Bioeanol
10
8
6
4
2
0
4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%
Konsentrasi Ragi
Grafik 4.3 Hubungan Konsentrasi ragi dan kadar bioetanol dengan lama
fermentasi 7 hari
Y-Values
18
16
14
12
Konsentrasi 10
Bioeanol
8
6
4
2
0
1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33
Indeks Bias
Gambar 4.4 Hubungan Indeks Bias terhadap nilai kadar bioetanol
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas maka diperoleh kesimpulan seperti berikut:
a. Pada analisis FTIR bahwa pada bilangan gelombang 3333,94 cm-1 terdapat
serapan medium dan melebar, menunjukkan adanya gugus –OH dalam
Sampel. Bilangan gelombang pada 2159,16 cm-1 dan di dekat 2250 cm-1
kemungkinan ada 2 gugus fungsi rangkap tiga yang menunjukkan adanya
ikatan alkuna (C≡C) dengan serapan lemah tajam dan adanya ikatan
Alkilnitril (C≡N) dengan serapan lemah tajam Serta pada bilangan
gelombang 1600-1500 cm-1 dan 1390 – 1300 cm-1 terdapat ikatan gugus
nitro (NO2) dengan serapan lemah dan tajam. Maka FTIR ini dapat
disimpulkan bahwa sampel mengandung polisakarida yang bisa di
manfaatkan menjadi bioetanol.
b. Penelitian ini diketahui bahwa untuk konsentrasi ragi 5% dengan indeks
bias 1,3320 konsentrasi bioetanol nya adalah 6%, untuk konsentrasi ragi
7,5% dengan indeks bias 1,3328 konsentrasi bioetanol nya adalah 10%,
untuk konsentrasi ragi 10% dengan indeks bias 1,3332 konsentrasi
bioetanol nya adalah 12%, untuk konsentrasi ragi 12,5% dengan indeks
bias 1,3342 konsentrasi bioetanol nya adalah 17%, dan untuk konsentrasi
ragi 15% dengan indeks bias 1,3339 konsentrasi bioetanol nya adalah
15,5%. Proses fermentasi pada waktu 7 hari menghasilkan konsentrasi
bioetanol tertinggi yaitu 17%. Dimana aktivitas bakteri pada konsentrasi
ragi 12,5% paling optimum, setelah konsentrasi 12,5% konversi glukosa
akan menurun karena penurunan aktivitas bakteri akibat pertumbuhan
bakteri yang cepat tidak diimbangi dengan nutrisi yang cukup dan bakteri
akan mati karena kehabisan nutrisi sehingga tidak ada lagi pembentukan
bioetanol dalam fermentasi tersebut.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan menggunakan bahan lainnya pada proses
pembuatan bieotanol dengan variable lain serta dilakukan analisis FTIR untuk
mengetahui gugus kimia apa saja yang terdapat dalam sampel dan sebaiknya
penelitian selanjutnya dapat menggunakan destilasi bertingkat untuk
mendapatkan nilai konsentrasi bioetanol tinggi dan di lakukan analisa Gas
Chromatograpy untuk mengetahui kadar bietanol lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. Sirojudin dkk. April 2007. Analisis Gugus Fungsi Pada Sampel Uji,
Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi FT-IR. Berkala
Fisika. Vol 10 no.1. 79-85.
Dewi Mulyati dkk. 2017. Bioetanol Limbah Kulit Durian Dengan Metode
Sakarifikasi dan Liquifikasi. Jurusan Fakultas MIPA Kimia Universitas Syiah
Kuala: Banda Aceh.
Erna dkk. 2016. Bioetanol Dari Limbah kulit singkong (Manibot Esculenta Crantz)
Melalui Proses Fermentasi. Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako: Palu.
Hanum, Farida dkk. 2013. Pengaruh Massa Ragi Dan Waktu Fermentasi Terhadap
Bioetanol Dari Biji Durian. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Hartono dan Halifa P. 2011. Analisis Kadar Hasil Fermentasi Ragi Roti Pada
Tepung Umbi Gadung (Dioscorea Hispida Dennst) Terhadap Kadar Etanol.
Jurudan Biologi Fakultas MIPA universitas Negeri Makassar.
Irhamni dkk. 2017. Produksi Bioetanol Dari Limbah Kulit Durian. Departemen Of
Industrial Engineering Faculty Of Engineering University Of Serambi
Mekkah: Banda Aceh.
Jhonprimen H.S dkk. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis Ragi Dan Waktu
Fermentasi Pada Bioetanol Dari Biji Durian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Moeksin, Rosdiana dan Shinta Francisca. 2010. Pembuatan Etanol Dari Bengkuang
Dengan Variasi Berat Ragi, Waktu Dan Jenis Ragi. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Murniati dkk. 2018. Bioetanol Dari Limbah Biji Durian (Durio Zibethinus). Program
Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Mataram. NTB.
Novia dkk. 2014. Pembuatan Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Metode
Ozonolisis-Simultaneous Saccharification And Fermentation (SSF). Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Osvaldo Z. S., Panca Putra S. dan M. Faizal. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam Dan
Waktu Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol Dari Alang-
Alang. Jurusan Teknik Kimia Fakultas30
Teknik Universitas Sriwijaya:
Inderalaya.
Setiawati, Diah S dkk. 2013. Proses pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Siregar, Bintang Uinna Oktaria. 2013. Fermentasi Kulit Durian Menjadi Bioetanol
Dengan Menggunakan Zymomonas Mobilis. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri UPN Veteran: Surabaya.
Wijaya, I Made Anom Sutrisna dkk. 2012. Potensi Nira Kelapa Sebagai Bahan Baku
Bioetanol. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian universitas
Udayana: Denpasar.
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
20 % x 50
V2 =
96
V2 = 10,416 ml
M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
30 % x 50
V2 =
96
V2 = 15,625 ml
M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
40 % x 50
V2 =
96
V2 = 20,83 ml
M1 x V1 = M2 x V2
M 1 xV 1
V2 =
M2
50 % x 50
V2 =
96
V2 = 26,04 ml
Kalibrasi Standar
Kalibrasi Indeks Bias
10 1.3326
20 1,3352
30 1,3373
40 1,3394
50 1,3305
1.34
1.34
1.34
Indeks bias
1.33 Linear ()
1.33
1.33
1.33
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Etanol
Penyelesaian :
y = 0.0002x + 1.3308
1,3339−1.3308
x=
0.0002
x = 15,5%
6. Gugus nitro
Terdapat ditemukan sedikit dua serapan kuat pada 1600-1500 cm-1 dan 1390 –
1300 cm-1.
7. Hidrokarbon
a. Keenam serapan di atas tidak ada.
b. Serapan utama untuk C-H di dekat 3000 cm-1.
c. Spektrumnya sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain-lain di dekat 1450
cm-1 dan 1375 cm-1.
LAMPIRAN II
HASIL BIOETANOL