Disusun Oleh:
Ramadhani Savitri 135100307111058
Eko Widartiningsih 135100300111029
Sello Conni Prayudha 135100301111079
Muhammad Khoirul 135100301111091
Anam
El Poput Jis Popinoring 135100301111061
2.4.1 Pascapanen
Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama
penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan
dengan menambahkan es batu atau air dingin.Hasil gilingan berupa daging cincang
yang masih kasar.Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer untuk
mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang homogen.Agar
emulsi tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan pada suhu rendah
(10-16°C) (Wagiyono. 2003).
Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang
sebelumnya telah disterilkan dengan panas.Pengisian dilakukan dengan menyisakan
sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut head space. Kaleng yang telah diisi,
kemudian divakum (exhausting) dengan cara melewatkannya melalui ban berjalan ke
dalam exhauster box bersuhu 90-95°C selama 15 menit. Setelah keluar dari exhauster
box, kaleng dalam keadaan panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng
(Wagiyono. 2003).Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara
memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan 0,55
kg/cm2, selama 15 menit. Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan,
kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang
berisi air selama 20-25 menit.Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap
hingga kering, produk siap untuk diberi label dan dikemas (Wagiyono. 2003).
b. Chopping
Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama
penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan
dengan menambahkan es batu atau air dingin. Hasil gilingan berupa daging cincang
yang masih kasar.
c. Curing
d. Filling
Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang
sebelumnya telah disterilkan dengan panas. kemudian ditimbang dengan timbangan
kasar. Pengisian dilakukan dengan metode hot filling. Hot filling adalah kombinasi
proses pengawetan dengan pemanasan (pasteurisasi) dengan metode lainnya
(pengawetan sekunder) untuk memberikan tingkat keamanan produk yang diinginkan.
Produk pangan diisikan ke dalam kemasan dalam keadaan panas (hot fiiling),
umumnya pada suhu 180°F. Pemanasan yang diberikan tidak membunuh spora dan
pada proses pendinginan terbentuk kondisi vakum (anaerobik).. Setelah dilakukan
filling, kaleng disusun dalam nampan dan diletakkan ke atas conveyor belt. Lalu
dalam perjalanannya menuju ke exhauster box, kaleng-kaleng tersebut ditimbang
kembali dengan timbangan digital yang lebih akurat. Beratnya bervariasi tergantung
jenis kaleng yang digunakan. Pengisian dilakukan dengan menyisakan sedikit ruang
kosong di dalam kaleng, disebut head space. Ukuran head space bervariasi, umumnya
kurang dari ¼ tinggi kaleng.
e. Exhausting
f. Seaming
Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan panas langsung
ditutup dengan mesin penutup kaleng. Semakin tinggi suhu penutupan ka-leng, maka
semakin tinggi pula tingkat kevakumannya (semakin rendah tekanannya). Proses
penutupan kaleng juga merupakan hal yang sangat penting karena daya awet produk
dalam kaleng sangat tergantung pada kemampuan kaleng (terutama bagian-bagian
sambungan dan penutupan) untuk mengisolasikan produk di dalamnya dengan udara
luar. Penutupan yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran yang dapat
mengakibatkan kerusakan.
g. Pencucian
h. Sterilisasi
Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan, kaleng yang telah
disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang berisi air selama
20-25 menit. Pendinginan pasca sterilisasi menjadi penting karena timbul perbedaan
tekanan yang cukup besar yang dapat menyebabkan rekontaminasi dari air pendingin
ke dalam produk. Perlu dipastikan bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi
persyaratan mikrobiologis. Untuk industri besar, proses pendinginan biasanya
dilakukan secara otomatis di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimadkan
maka segera dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang besar, maka tekanan
udara dalam retort perlu dikendalikan sehingga tidak menyebabkan terjadinya kaleng-
kaleng yang menggelembung dan rusak.
Apabila produk di dalam kaleng memberikan cita rasa asam karena adanya aktivitas
mikroba tanpa memproduksi gas, kebusukan tersebut dikenal dengan sebutan flat
sour (kaleng tetap datar, tidak menggembung, tetapi produk menjadi asam). Jenis
kebusukan ini disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak
terhancurkan selama proses sterilisasi. Hal tersebut bisa terjadi akibat sanitasi selama
pengolahan yang buruk atau karena proses pengolahan tidak tepat.
Kaleng yang gembung dapat terjadi akibat terbentuknya gas di dalam wadah
karena adanya pertumbuhan dan aktivitas mikroba.Adanya gas tersebut menyebabkan
meningkatnya tekanan di dalam kaleng, sehingga kaleng menjadi gembung pada
bagian tutup dan dasar kaleng.Kaleng yang gembung dapat juga disebabkan oleh
penuhnya pengisian kornet, sehingga tidak cukup adanya ruang kosong di dalam
kaleng.
•StackBurn
Stack burn terjadi akibat pendinginan yang tidak sempurna, yaitu kaleng yang
belum benar-benar dingin sudah disimpan. Biasanya produk di dalam kaleng menjadi
lunak, berwarna gelap, dan menjadi tidak dapat dikonsumsi lagi.