Anda di halaman 1dari 32

KINETIKA HIDROLISIS LIMBAH KERTAS DENGAN

KATALIS ASAM SULFAT SECARA FED-BATCH

PROPOSAL PENELITIAN

Daniel Tumpal Sinurat


119280089
Mai Melsi S R Sihombing
119280031

Dosen Pembimbing 1:
Dr. Jabosar Ronggur Hamonangan Panjaitan, S.T., M.T

Dosen Pembimbing 2:
Andri Sanjaya, S.T., M. Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini masalah limbah masih dipandang sebelah mata oleh
kebanyakan orang, salah satu contohnya adalah limbah kertas. Limbah kertas
dapat berupa kertas bekas pakai yang dapat ditemukan disekitar rumah, sekolah,
kampus dan perkantoran. Strukturnya yang tipis,ringan dan penggunaan yang luas
serta terjangkau membuat kebutuhan terhadap kertas terus meningkat.
Berdasarkan data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) tahun 2021, industri
pulp dan kertas di Indonesia pada tahun 2021 mengalami pertumbuhan sebesar
6% dari tahun 2020 yang jumlahnya sebesar 13,33 juta ton[1]. Disamping itu,
limbah kertas yang dihasilkan juga meningkat. Berdasarkan data Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, data limbah kertas pada tahun 2016 sebesar
10% dari 66 juta ton sampah pertahunnya[2], sementara data limbah kertas pada
tahun 2019 adalah 15% dari 67,8 juta ton sampah pertahunnya[3].
Jenis limbah kertas dapat berupa kertas HVS (kertas komputer dan kertas
tulis), kertas kraft, kertas karton, kertas koran, kertas berlapis plastik dan
sebagainya. Limbah kertas mengandung 60-70% selulosa,10-20% hemiselulosa
dan 5-10% lignin [1]. Tingginya kandungan selulosa ini menjadikan limbah kertas
sebagai objek penting yang perlu dikembangkan sebagai alternatif dalam berbagai
kebutuhan industri seperti material pengisi komposit,tekstil hingga pemanfaatan
selulosa sebagai sumber energi terbarukan seperti bioetanol.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam memanfaatkan selulosa
limbah kertas adalah metode hidrolisis. Hidrolisis merupakan reaksi antara
reaktan dengan air sehingga terjadi penguraian senyawa[4]. Pada proses hidrolisis,
selulosa limbah kertas akan dihidrolisis dengan air sehingga menghasilkan
senyawa glukosa. Reaksi hidrolisis ini berlangsung sangat lambat sehingga
dibutuhkan bantuan katalis berupa asam, basa atau enzim untuk mempercepat laju
reaksi[5]. Proses hidrolisis dapat dilakukan secara hidrolisis enzimatis dan
hidrolisis asam. Pada umumnya hidrolisis enzimatis menggunakan enzim
sellulase, sedangkan pada hidrolisis asam menggunakan asam klorida (HCl) atau
asam sulfat (H2SO4) [6]. Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam yang paling
banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk proses hidrolisis asam. Proses hidrolisis
menggunakan katalis asam sulfat (H2SO4) dapat memberikan perolehan produk
yang lebih besar daripada katalis asam klorida (HCl)[4]. Hal ini dapat terjadi
karena asam sulfat memiliki ion H+ yang lebih banyak daripada asam klorida
sehingga pemutusan ikatan menjadi monomer-monomer lebih baik[4].
Pengumpanan substrat limbah kertas pada proses hidrolisis umumnya
dapat dilakukan melalui metode batch dan fed-batch. Metode batch merupakan
sebuah proses dimana semua reaktan dimasukkan bersama-sama pada awal proses
dan produk dikeluarkan pada akhir proses[7]. Dalam proses ini, reaktan
ditambahkan diawal proses dan tidak ada penambahan atau pengeluaran ketika
proses berlangsung[7]. Penambahan substrat yang berlebihan diawal proses batch
dapat berakibat pada transfer massa antara katalisator dengan substrat tidak
berjalan dengan baik, yang akan menurunkan kemampuan katalisator serta
menggangu pembebasan glukosa yang terbentuk serta menurunkan efisiensi
hidrolisis[8]. Untuk mengatasi pembebanan substrat yang berlebih pada awal
proses dapat dilakukan dengan pengembangan metode fed batch[9]. Metode fed-
batch merupakan metode penambahan substrat secara bertahap atau terus
menerus[9]. Penggunaan metode fed batch memberi keunggulan berupa produk
yang dihasilkan lebih besar, efisiensi hidrolisis lebih tinggi daripada metode batch
serta dapat dioperasikan dalam periode yang lebih lama[9].
Proses hidrolisis dengan menggunakan asam secara fed-batch dipengaruhi
oleh ukuran bahan, kecepatan pengadukan, konsentrasi asam, rasio bahan, suhu
dan waktu. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kinetika reaksi
seperti, konstanta laju reaksi, orde reaksi dan energi aktivasi[5]. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan yang terjadi selama interval waktu tertentu. Orde
reaksi fungsinya untuk mengetahui banyaknya faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Sedangkan energi aktivasi adalah energi yang
dibutuhkan oleh suatu molekul untuk dapat bereaksi[5].
Pada penelitian ini akan diteliti tentang kinetika hidrolisis limbah kertas
dengan katalis asam sulfat (H2SO4) secara fed-batch. Pada penelitian ini akan
diperoleh data kinetika reaksi seperti, konstanta laju reaksi, orde reaksi dan energi
aktivasi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan substrat secara bertahap terhadap
konversi produk cair pada reaksi hidrolisis?
2. Berapa nilai konstanta laju reaksi pada proses hidrolisis limbah kertas
dengan katalis asam sulfat secara fed-batch?
3. Berapa nilai orde reaksi yang digunakan pada proses hidrolisis limbah
kertas dengan katalis asam sulfat secara fed-batch?
4. Berapa besar energi aktivasi yang diperlukan pada proses hidrolisis
limbah kertas dengan katalis asam sulfat secara fed-batch?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan substrat secara bertahap
terhadap konversi produk cair pada reaksi hidrolisis.
2. Untuk mengetahui nilai konstanta laju reaksi proses hidrolisis limbah
kertas dengan katalis asam sulfat secara fed batch.
3. Untuk mengetahui nilai orde reaksi yang digunakan pada proses
hidrolisis limbah kertas dengan katalis asam sulfat secara fed batch.
4. Untuk mengetahui besar energi aktivasi yang diperlukan pada proses
hidrolisis limbah kertas dengan asam sulfat secara fed batch.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi sampel yang digunakan yaitu
kertas HVS bekas yang diperoleh dari percetakan Mitra Jaya, jenis katalis yang
digunakan yaitu asam sulfat pekat 98%, penambahan sampel dilakukan secara
bertahap (fed-batch) dengan berfokus pada kinetika reaksi hidrolisis limbah
kertas.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
kinetika hidrolisis limbah kertas dengan katalis asam sulfat secara fed-batch.

1.6 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penambahan substrat secara bertahap berpengaruh terhadap konversi
produk cair limbah kertas.
2. Penambahan substrat secara bertahap berpengaruh terhadap konstanta
laju reaksi, orde reaksi dan energi aktivassi hidrolisis limbah kertas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Kertas


Kertas merupakan produk yang berasal dari pemanfaatan selulosa sebagai
bahan bakunya. Kertas dapat dibuat dari semua bahan setengah jadi (pulp) yang
mengandung selulosa. Namun demikian, selulosa kayu sampai saat ini masih
mendominasi bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan kertas[10].
Kertas sudah menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga pemakaian kertas setiap harinya sangat besar. Kebutuhan kertas yang
sangat besar dapat mendorong meningkatnya produksi industri kertas, selain itu
kebutuhan kertas yang sangat besar dapat menimbulkan masalah-masalah lain
diantaranya adalah masalah lingkungan yaitu penebangan pohon di hutan,
pencemaran air dan udara dan juga limbah kertas yang menumpuk.
Berdasarkan data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) tahun 2021
industri pulp dan kertas di Indonesia pada tahun 2021 mengalami pertumbuhan
sebesar 6% dari tahun 2020 yang jumlahnya sebesar 13,33 juta ton[1]. Disamping
itu, limbah kertas yang dihasilkan juga meningkat Berdasarkan data Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, data limbah kertas pada tahun 2016 sebesar
10% dari 66 juta ton sampah pertahunnya[2], sementara data limbah kertas pada
tahun 2019 adalah 15% dari 67,8 juta ton sampah pertahunnya[3].
Limbah kertas dapat berupa kertas bekas pakai seperti kertas HVS (kertas
komputer dan kertas tulis), kertas kraft, kertas karton, kertas koran, kertas berlapis
plastik dan sebagainya. Limbah kertas mengandung 60-70% selulosa,10-20%
hemiselulosa dan 5-10% lignin[11].
Kertas bekas sendiri merupakan salah satu sumber serat yang cukup
potensial, dimana dapat memberikan sumber serat sekunder pada pembuatan
kertas daur ulang. Penggunaan serat sekunder sebagai bahan baku dalam industri
akan memberikan beberapa keuntungan, seperti harganya yang lebih murah,
stabilitas dimensi yang tinggi dan formasi lembaran yang diberikan lebih
baik[12]. Masing-masing jenis kertas juga memiliki karakteristik dan kemampuan
daur ulang serta produknya yang berbeda-beda[13].
Kertas HVS merupakan salah satu jenis kertas yang banyak digunakan
sebagai media menulis, surat-menyurat hingga percetakan yang hampir setiap hari
digunakan dengan jumlah yang besar. Disamping itu kertas HVS bekas yang
sudah digunakan belum ditangani dengan baik. Komposisi utama kertas HVS
sebagian besar terdiri dari selulosa dibandingkan lignin dan hemiselulosa. Kertas
HVS kosong mengandung 60,5% selulosa, 30,2% hemiselulosa dan 1,2% lignin
sementara kertas HVS bekas bertinta mengandung 58,3% selulosa, 30,2%
hemiselulosa dan 1,3% lignin seperti pada Tabel 2.2 yang memuat data
komposisi kertas HVS[14].
Tabel 2.1 Komposisi kertas HVS
Jenis Bahan Selulosa (%) Hemiselulosa (%) Lignin (%)

HVS kosong 60,5 30,2 1,2


HVS bertinta 58,3 30,2 1,3
Sumber: [14]

2.1.1 Selulosa
Selulosa atau (C6H10O5) n merupakan polimer berantai panjang
polisakarida karbohidrat, dari β-glukosa. Selulosa terdapat pada sebagian besar
dalam dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tumbuh tumbuhan. Selulosa
dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti produksi kertas, fiber, maupun untuk
industri plastik. Adapun sifat dari selulosa adalah berbentuk senyawa berserat,
mempunyai tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air dan pelarut organik.
Sifat-sifat bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat
polimerisasi molekul selulosa[6].

Gambar 2.1 Struktur selulosa


Pada saat ini selulosa tidak hanya diperoleh dari tumbuh tumbuhan saja
melainkan dapat berasal dari limbah-limbah yang mengandung selulosa untuk
digunakan sebagai sumber gula dalam proses fermentasi. Sumber selulosa yang
dapat digunakan diantaranya sisa-sisa produk pertanian dan hasil hutan, kertas
bekas, dan limbah industri[6].

2.1.2 Lignin
Lignin merupakan bagian utama penyusun dinding sel tanaman yang
berfungsi sebagai pengikat antar serat dan sebagai polimer terbanyak setelah
selulosa. Meskipun lignin tersusun atas karbon, hydrogen, dan oksigen namun
lignin bukanlah karbohidrat[6]. Lignin adalah heteropolimer yang kompleks
dengan berat molekul tinggi. Lignin terdiri dari sistem aromatic yang tersusun atas
unit-unit fenilpropana yang berbeda yaitu p-kumaril, koniferil, dan sinapil
alkohol, Sifat-sifat lignin yaitu tidak larut dalam air dan asam mineral kuat, larut
dalam pelarut organik, dan larutan alkil encer. Dalam pembuatan kertas, jika
kandungan lignin ada yang terikut dalam produk maka dapat menurunnya
kekuatan kertas dan menyebabkan kertas menguning[6].

Gambar 2.2 Struktur lignin


2.1.3 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan salah satu penyusun dinding sel tumbuhan selain
selulosa dan lignin, yang terdiri dari kumpulan beberapa unit gula atau disebut
heteropolisakarida, dan dikelompokkan berdasarkan residu gula utama sebagai
penyusunnya seperti xylan, mannan, galactan dan glucan. Hemiselulosa terikat
dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih mudah larut dibandingkan
dengan selulosa[6].

Gambar 2.3 Struktur hemiselulosa

2.2 Proses Penghilangan Tinta


Proses penghilangan tinta (deinking) adalah sebuah proses untuk
menghilangkan kontaminan dari serat kertas yang dapat dipakai lagi[15].
Penghilangan tinta tergantung pada tipe tinta, proses percetakannya dan tipe
serat[16]. Kertas bekas yang mengandung tinta dengan bahan dasar minyak akan
dengan mudah dihilangkan tintanya dengan menggunakan metode penghilangan
tinta konvensial, sedangkan kertas campuran perkantoran/mixed office waste
(MOW) sulit dihilangkan dengan metode konvensional akan tetapi, lebih mudah
jika menggunakan enzim[16]. Enzim sebagai agen penghilangan tinta
mempunyai banyak kelebihan antara lain lebih efisien, cepat dan ramah
lingkungan[16]. Enzim yang biasa digunakan pada proses penghilangan tinta
adalah selulase, xylanase, hemiselulosa, lipase dan novozyme[16]. Penghilangan
tinta konvensional biasanya menggunakan penambahan zat kimia seperti sodium
hidroksida, sodium karbonat, sodium silikat, hidrogen peroksida, dan penambahan
surfaktan pada proses repulping. Proses konvensional yang paling umum
diterapkan adalah proses penghilangan tinta dengan proses flotasi dan pencucian.
Penghilangan tinta ini dapat diaplikasikan pada berbagai kertas bekas, tetapi mutu
produk yang dihasilkan bervariasi. Akan tetapi proses flotasi konvensional ini
tidak efektif untuk deinking tinta. Hal ini sebabkan dalam suasana basa tinta
tersebut akan terdispersi dalam fase cair membentuk partikel hidrofilik berukuran
mikro (<1 mikron), yang dapat mengakibatkan afinitas dari partikel tinta
terdispersi dalam gelembung udara menjadi kecil, dan efektifitas flotasi menjadi
rendah.

2.3 Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah beberapa molekul
dengan penambahan molekul air dengan tujuan untuk mengkonversi polisakarida
menjadi monomer-monomernya[6]. Hidrolisis merupakan proses pemecahan
polimer menjadi monomernya agar suatu senyawa pecah terurai seperti glukosa.
Pada proses hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan glukosa sedangkan
hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentosa (C5) dan heksosa
(C6).Hidrolisis bertujuan merusak struktur kristal selulosa serta meningkatkan
porositas bahan. Rusaknya struktur kristal selulosa akan mempermudah terurainya
selulosa menjadi glukosa[4]. Secara umum hidrolisis selulosa adalah sebagai
berikut:
(C ¿ ¿ 6 H 10 O5) n+ n H 2 O Katalis n ( C6 H 12 O6 ) ¿………………………..

(2.1)

Hidrolisis dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu hidrolisis murni


(sebagai reaktan hanya air), hidrolisis dengan asam dan basa (asam encer atau
pekat), hidrolisis dengan asam (basa encer atau pekat) dan hidrolisis dengan
menggunakan enzim. Asam yang biasanya digunakan pada proses hidrolisis yaitu
asam asetat, asam fosfat, asam klorida, dan asam sulfat. Proses hidrolisis akan
semakin cepat jika konsentrasi asam yang digunakan semakin tinggi. Proses
hidrolisis yang paling umum digunakan adalah hidrolisis enzim dan hidrolisis
asam[6].
a. Hidrolisis Enzim
Hidrolisis enzim adalah suatu proses penguraian polimer yang
kompleks menjadi monomer penyusunnya dengan menggunakan enzim.
Ada beberapa enzim yang biasa digunakan untuk memecah rantai selulosa
menjadi monomer-monomer glukosa, diantaranya enzim selulase[6].
Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
hidrolisis asam, antara lain:
1. tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis
2. kondisi proses yang lebih lunak (pH sekitar 4,70-4,80 dan suhu 45–
50°C)
3. tidak terjadi reaksi samping
4. lebih ramah lingkungan
5. tidak melibatkan bahan - bahan yang bersifat korosif.
Sedangkan kelemahan dari hidrolisis enzimatis antara lain adalah
membutuhkan waktu yang lebih lama, kerja enzim dihambat oleh produk
dan harga enzim yang relatif lebih mahal dibandingkan asam. Selain itu,
enzim bekerja secara spesifik dan tidak bisa menembus lignin yang
mengikat selulosa dan hemiselulosa. Sehingga sebelum dihidrolisis secara
enzimatis, limbah lignoselulosa harus mengalami proses penghilangan
lignin atau biasa disebut delignifikasi[6].

b. Hidrolisis Asam
Hidrolisis asam adalah hidrolisis dengan menggunakan asam
seperti asam sulfat dan asam klorida yang dapat mengubah polisakarida
(pati, selulosa) menjadi gula. Asam akan bersifat sebagai katalisator yang
dapat membantu dalam proses pemecahan karbohidrat menjadi gula[6].
Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti atau
dimanfaatkan untuk hidrolisis asam[6]. Proses hidrolisis menggunakan
asam sulfat dapat menghasilkan produk yang lebih banyak karena asam
sulfat memiliki jumlah ion hidronium yang lebih banyak daripada asam
kuat lainnya seperti asam klorida[6]. Hal ini dapat menyebabkan
pemutusan monomer dalam pati akan berlangsung lebih baik. Hidrolisis
asam juga membutuhkan temperatur yang tinggi dan waktu reaksi yang
cukup lama untuk menghasilkan glukosa lebih tinggi[6].
2.4 Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan[17]. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat
98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat[17]. Terdapat berbagai jenis
konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti
kegunaan laboratorium, asam baterai, asam bilik atau asam menara dan asam
pekat[17]. Asam sulfat dapat dibuat dari belerang (S), pyrate (FeS) dan juga
beberapa logam sulfida (CuS, ZnS dan NiS) melalui proses kamar timbal (Pb) dan
proses kontak[18].
 Sifat Fisika:
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,08 g/mol
Wujud dalam kondisi kamar : Cair
Warna : Tidak berwarna
Titik didih pada 1 atm : 340oC
Titik leleh pada 1 atm : 10,49oC
Specific gravity : 1,834

 Sifat Kimia:
1. Dengan basa membentuk garam dan air.
H2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + H2O
2. Dengan alkohol membentuk eter dan air.
2C2H5OH + H2SO4 →C2H5OC2H5 +H2O + H2SO4

2.5 Metode Fed-batch


Metode fed batch adalah metode pemasukan substrat yang dilakukan
secara bertahap atau terus menerus[9]. Metode ini merupakan solusi untuk
mengurangi pembebanan substrat yang berlebih pada awal proses, dimana pada
proses batch konsentrasi dan produk yang dihasilkan menurun karena terhambat
konsentrasi substrat yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya
produksi yang tinggi. Metode fed batch berpotensi meningkatkan kapasitas
produk yang dihasilkan dan mengurangi masalah yang berkaitan dengan biaya
produksi serta dapat dioperasikan dalam periode waktu yang lebih lama[9].

Gambar 2.4 Mekanisme fed batch pada reaktor semi batch


Salah satu alasan untuk menggunakan reaktor semi batch adalah untuk
meningkatkan selektivitas reaksi dalam fase cair. Sebagai contoh, pertimbangan
pada dua reaksi berikut yang berjalan secara bersamaan[19].
Satu reaksi menghasilkan produk yang diinginkan yaitu D
A+ B k D D………………………………… (2.2)

dengan ketetapan laju


2
r D=k D C A C B………………………………… (2.3)

dan reaksi lainnya menghasilkan produk yang tidak diinginkan yaitu U


A+ B k U U ……………………………………. (2.4)

dengan ketetapan laju


2
r U =k U C A C B ………………………………….. (2.5)
Sehingga selektivitas reaksi dapat dirumuskan dengan:
2
rD k D CA CB k D CA
S D= = = ………………………………….. (2.6)
U
r U k U C A C 2B k U C B

Untuk meningkatkan pembentukan D dan menurunkan pembentukan U dapat


dilakukan dengan menjaga konsentrasi A tetap tinggi dan konsentrasi B rendah.
Hasil ini dapat dicapai dengan menggunakan reaktor semibatch, dengan
komponen A murni dan B diumpankan secara perlahan ke dalam medium yang
berisi komponen A[19].

2.6 Kinetika Hidrolisis Limbah Kertas


Persamaan reaksi hidrolisis pada limbah kertas dapat dituliskan sebagai berikut:
(C ¿ ¿ 6 H 10 O5) n+ n H 2 O H 2 SO 4 n ( C6 H 12 O6 ) ¿………………….

(2.7)
A+ B →C
Reaksi hidrolisis pada umumnya menggunakan pereaksi berupa air yang
jumlahnya dibuat berlebihan dapat dituliskan sebagai:
−d C A
−r A = =k CαA C βB…………………..……… (2.8) [2]
dt

dimana:
rA = Laju berkurangnya A (mol/liter menit)
CA = konsentrasi selulosa (mol/L)
CB = konsentrasi air (mol/L)
CC = konsentrasi glukosa (mol/L)
t = waktu reaksi (menit)
α ,β = orde reaksi

Dengan jumlah air yang berlebihan, maka dapat dianggap konsentrasi air tetap
selama reaksi, maka persamaan menjadi:
' β
k =k C B ………………………………………….. (2.9)
−d C A
−r A = =k ' CαA ……………………………… (2.10)
dt
−d C A α
=k ' C A ……………………………………….. (2.11)
dt
Setelah mengambil logaritma natural dari kedua sisi, maka diperoleh persamaan
−d C A
ln ⁡( )=ln k '+ α ln C A ……………………….(2.12)[19]
dt
−d C A
Selanjutnya ln ⁡( ) diplotkan terhadap ln C A untuk memperoleh nilai ( α )dan
dt
'
k ( k A ) [19].

Gambar 2.5 Menentukan orde reaksi dengan metode diferensial [19]

−d C A
Gambar 2.5 menunjukkan plot ln ⁡( ) versus ln C A dimana
dt
kemiringannya (slope) sama dengan orde reaksi[19]. Konstanta laju reaksi
diperoleh dengan terlebih dahulu memilih salah satu konsentrasi (C ¿¿ Ap) ¿ pada
grafik dan kemudian ditemukan nilai yang sesuai dari ¿ pada grafik seperti pada
gambar 2.5 (b) [19]. Nilai k diperoleh dengan menyubstitusikan nilai (C ¿¿ Ap)¿
dan ¿ ke persamaan (4) sehingga diperoleh:
'
k =−¿ ¿ ……………………….. (2.13)[19]
−dC A
Untuk memperoleh nilai ( ) dapat menggunakan tiga metode yaitu[19]:
dt
 metode grafik
 metode numerik
 metode diferensiasi polinomial

2.5.1 Metode Grafik


−∆ C A
Metode grafik melibatkan plot ( ) sebagai fungsi t lalu
∆t
menggunakan diferensiasi luas daerah yang sama untuk menentukan nilai
−d C A
( ) [19]. Penggunaan metode ini didasasri pada kemudahan dalam
dt
melihat perbedaan data dan juga metode ini dapat digunakan untuk
menganalisis data sebelum melakukan eksperimen berikutnya[19].

2.5.2 Metode Numerik


Diferensiasi numerik dapat digunakan ketika data memiliki range
yang sama, seperti t 1−t 0=t 2−t 1 =∆ t .
Tabel 2.2 Data mentah menggunakan metode numerik
Waktu t0 t1 t2 t3 t4 t5
(menit)
Konsentras C A0 C A1 C A2 C A3 C A5 C A5
i (mol/dm3)
Sumber:[19]
Finite differential method
dC A −3C A 0 + 4 C A 1−C A 2
Nilai awal : ( ) = …………………………
dt t 0
2∆t
(2.14)
dC A 1
Nilai interior : ( )= [( C A ( i+1) −C A (i−1) ) ]……………… (2.15)
dt t 2 ∆ t
i

dC A 1
misalnya :( ) = [( C A 4−C A 2 ) ]
dt t 2 ∆t
3

dC A −3C A 3 + 4 C A 4−C A 5
Nilai akhir : ( ) = …………………………………
dt t 5
2∆t
(2.16)
Pada umumnya nilai konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh faktor
tumbukan, energi aktivasi, dan temperatur reaksi yang dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan matematis sesuai persamaan Arrhenius[20]:
−E a

k=Ae RT ………………………………………….. (2.17)

Ea
ln k =ln A−( )………………………………….. (2.18)
RT
k 2 Ea 1 1
ln = ( − )…………………………………. (2.19)
k1 R T 1 T 2
dengan:
k = konstanta laju reaksi
A= frekuensi tumbukan
E = energi aktivasi (cal/gmol)
T= temperatur reaksi, K
R = tetapan gas (cal/gmol K)

2.7 State of The Art


State of the art adalah langkah untuk mempresentasikan kebaharuan dari
penelitian yang akan dilakukan. Berikut merupakan tabel yang berisikan daftar
hasil penelitian terdahulu sebagai pendukung dan acuan dari penelitian ini
Tabel 2.3 Penelitian terdahulu mengenai pembuatan selulosa
Rujukan
No Bahan Baku Pelarut Katalis Kondisi Operasi Metode

Selulosa Air Asam sulfat 95- Temperatur: 150°C [21]


1 Waktu: 7jam Batch
mikrokristalin deionisasi 97%
Yield: 60%
Temperatur: 160°C
[22]
2 Asam sulfat Waktu: 70 menit Batch
Ampas tebu Air suling
encer Yield: 70%

Temperatur: 50°C [23]


3 Kertas bekas Air Novozymes Waktu: 96jam Fedbatch
Yield: 48,3%
Temperatur: 150°C [24]
Waktu:20 menit
4 Eceng Air Asam sulfat 95- Batch
Yield: 53%
gondok deionisasi 97%

Temperatur: 100°C Hidrolisis dua [25]


5 Asam sulfat
Ampas tebu Air Waktu: 90 menit
encer tahap
Recovery: 95%
Kebaharuan dari penelitian ini adalah proses hidrolisis selulosa limbah
kertas menggunakan katalis asam sulfat dengan substrat diumpankan secara
bertahap (fed-batch). Pada penelitian sebelumnya proses hidrolisis selulosa limbah
kertas dilakukan menggunakan katalis enzimatik dengan substrat diumpan secara
bertahap (fed-batch).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian


3.1.1 Alat Penelitian
Alat utama yang digunakan pada penelitian kali ini adalah reaktor
hidrolisis yang terdiri dari magnetic stirrer, water bath, labu leher tiga,
termometer, kondenser, klem dan statif.

Keterangan:
1. Hot plate
2. Magnetic stirrer
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Kondensor
6. Klem
7. Statif
Gambar 3.1 Rangkaian peralatan hidrolisis asam

3.1.2 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kertas HVS A4
bekas yang dikumpulkan dari tempat pembuangan kertas akademik Institut
Teknologi Sumatera sebagai sumber selulosa yang ditunjukkan pada
Tabel 2.2. Asam sulfat (H2SO4) P.a liquid (Merck) sebagai katalis, NaOH P.a
pellet (Merck) sebagai agen untuk menghilangkan tinta pada kertas serta
akuades.

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel tetap
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel tetap adalah:
 massa limbah kertas : 162 gram
 kecepatan pengadukan hidrolisis : 100 rpm
 rasio substrat terhadap pelarut : 1:20 b/b
 konsentrasi asam sulfat : 1% v/v
3.2.2 Variabel berubah
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel berubah adalah:
 Temperatur reaksi : 70°C,80°C,90°C,
 Waktu reaksi : 30, 60 dan 90 menit

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Skema Penelitian
Limbah kertas

Pretreatment
limbah kertas

H2SO4 1% Hidrolisis limbah


kertas

Separasi Sisa hidrolisis

Produk

Gambar 3.2 Skema penelitian

3.3.2. Pre-treatment Limbah Kertas


Pada tahap pre-treatment akan dilakukan pengecilan ukuran, uji kadar air
dan proses penghilangan tinta terhadap kertas HVS A4 bekas.
Mulai

Preparasi kertas HVS


bekas

Uji kadar air

Deinking Kertas HVS


NaOH bekas pulp
1% v pengadukan: 100 rpm kertas 
 

Uji kandungan air

Selesai

Gambar 3.4 Diagram alir pre-treatment limbah kertas

3.3.2.1 Preparasi limbah kertas


Kerta HVS bekas dikumpulkan dari percetakan Mitra Jaya. Kertas HVS
A4 bekas dipotong menjadi bagian-bagian kecil menggunakan gunting dengan
ukuran 2x2 cm kemudian ditimbang sebanyak 18gram untuk selanjutnya
dilakukan uji kadar air.

3.3.2.2 Uji kadar air


Kertas HVS A4 yang telah dipotong menjadi bagian-bagian kecil
kemudian akan dilakukan uji kadar air sebelum dan sesudah proses penghilangan
tinta (deinking). Uji kadar air merujuk pada uji kadar air SNI 01-2891-1992. Uji
kadar air sebelum proses deinking dilakukan dengan terlebih dahulu menimbang
kertas HVS A4 bekas kemudian dikeringkan di dalam oven selama tiga jam
dengan temperatur 105°C. Setelah kertas HVS dikeringkan, selanjutnya kertas
HVS didinginkan selama ±10 menit kemudian ditimbang untuk dihitung kadar
airnya.

massa awal ( g )−massa akhir ( g)


Kadar air ( % )= x 100 %
massa awal (g)

3.3.2.3 Penghilangan tinta (deinking) kertas HVS A4 bekas


Kertas HVS yang sudah diuji kadar air dimasukkan ke dalam gelas beaker,
kemudian ditambahkan 360 ml pelarut akuades dan ditambahkan 1% larutan
NaOH. Campuran kertas HVS dan NaOH direndam lalu diikuti dengan
pengadukan pada kecepatan 100 rpm selama satu jam. Substrat dicuci dengan air
untuk menghilangkan kandungan NaOH, lalu dikeringkan kemudian dilakukan uji
kadar air. Uji kadar air dilakukan dengan terlebih dahulu mencuci bubur kertas
dengan akuades kemudian dikeringkan di dalam oven selama tiga jam dengan
temperatur 105°C. Setelah bubur kertas dikeringkan kemudian didiamkan selama
±10 menit selanjutnya ditimbang untuk dihitung kadar airnya.

3.3.3 Hidrolisis Kertas HVS A4 bekas

Mulai

Penimbangan substrat
hidrolisis

Hidrolisis
T: 70,80,90°C
H2SO4 1%
t :30,60,90 menit Produk cair

Penimbangan sisa
hidrolisis

Perhitungan kinetika

Selesai

Gambar 3.5 Diagram alir hidrolisis limbah kertas

Preparasi substrat hidrolisis diawali dengan menimbang substrat yang


telah melalui proses deinking sebanyak 162gram yang digunakan untuk seluruh
tahapan hidrolisis. Selanjutnya substrat sebanyak 162gram tersebut dibagi
berdasarkan variasi temperatur. Variasi temperatur yang digunakan adalah 70,80
dan 90°C sehingga substrat yang digunakan pada setiap temperatur adalah
54gram. Hidrolisis akan dilakukan dengan total waktu reaksi 180 menit pada yang
dibagi menjadi tiga variasi waktu total reaksi 30,60 dan 90 menit pada setiap
variasi temperatur, sehingga substrat yang digunakan pada setiap variasi waktu
total reaksi sebanyak 18gram. Selanjutnya membuat larutan yang berisi pelarut
akuades sebanyak 360 ml dan 1% larutan asam sulfat kemudian larutan
dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang akan dipasangkan pada reaktor
hidrolisis. Larutan pelarut akan dibuat pada setiap variasi waktu total reaksi.
Proses hidrolisis dilakukan dengan terlebih dahulu memanaskan pelarut
hingga temperatur 70°C. Ketika temperatur pemanasan mencapai 70°C dan
mengatur kecepatan pengaduk pada 100 rpm, penambahan susbtrat pada variasi
temperatur 70°C dengan waktu total reaksi 30 menit dilakukan. Substrat sebanyak
18gram dibagi menjadi tiga bagian masing-masing sebanyak enam gram,
kemudian ditambahkan ke dalam reaktor hidrolisis secara bertahap dengan selang
waktu 10 menit. Substrat pertama ditambahkan ketika temperatur pemanasan
pelarut mencapai 70°C dan dianggap sebagai waktu awal reaksi (menit 0),
kemudian substrat kedua ditambahkan 10 menit setelah penambahan substrat
pertama dan substrat ketiga ditambahkan 10 menit setelah penambahan substrat
kedua. Setelah waktu total reaksi terpenuhi, reaktor hidrolisis dihentikan untuk
mengambil substrat yang terhidrolisis dan tidak terhidrolisis untuk dilakukan
penimbangan massa substrat yang tidak terhidrolisis.
Setelah proses hidrolisis pada waktu total reaksi 30 menit selesai,
kemudian proses hidrolisis dilanjutkan pada variasi waktu total reaksi 60 menit.
Proses hidrolisis dilakukan dengan terlebih dahulu memanaskan pelarut hingga
temperatur 70°C. Ketika temperatur pemanasan mencapai 70°C dan mengatur
kecepatan pengaduk pada 100 rpm, penambahan susbtrat pada variasi temperatur
70°C dengan waktu total reaksi 60 menit dilakukan. Substrat sebanyak 18gram
dibagi menjadi enam bagian masing-masing sebanyak tiga gram, kemudian
ditambahkan ke dalam reaktor hidrolisis secara bertahap dengan selang waktu 10
menit. Substrat pertama ditambahkan ketika temperatur pemanasan pelarut
mencapai 70°C dan dianggap sebagai waktu awal reaksi (menit 0), kemudian
substrat kedua ditambahkan 10 menit setelah penambahan substrat pertama dan
substrat ketiga ditambahkan 10 menit setelah penambahan substrat kedua dan
berlanjut sampai penambahan substrat ke-6. Setelah waktu total reaksi terpenuhi,
reaktor hidrolisis dihentikan untuk mengambil substrat yang terhidrolisis dan
tidak terhidrolisis untuk dilakukan penimbangan massa substrat yang tidak
terhidrolisis.
Setelah proses hidrolisis pada waktu total reaksi 60 menit selesai,
kemudian proses hidrolisis dilanjutkan pada variasi waktu total reaksi 90 menit.
Proses hidrolisis dilakukan dengan terlebih dahulu memanaskan pelarut hingga
temperatur 70°C dan mengatur kecepatan pengaduk pada 100 rpm. Ketika
temperatur pemanasan mencapai 70°C, penambahan susbtrat pada variasi
temperatur 70°C dengan waktu total reaksi 90 menit dilakukan. Substrat sebanyak
18gram dibagi menjadi sembilan bagian masing-masing sebanyak dua gram,
kemudian ditambahkan ke dalam reaktor hidrolisis secara bertahap dengan selang
waktu 10 menit. Substrat pertama ditambahkan ketika temperatur pemanasan
pelarut mencapai 70°C dan dianggap sebagai waktu awal reaksi (menit 0),
kemudian substrat kedua ditambahkan 10 menit setelah penambahan substrat
pertama dan substrat ketiga ditambahkan 10 menit setelah penambahan substrat
kedua dan berlanjut sampai penambahan substrat ke-9. Setelah waktu total reaksi
terpenuhi, reaktor hidrolisis dihentikan untuk mengambil substrat yang
terhidrolisis dan tidak terhidrolisis untuk dilakukan penimbangan massa substrat
yang tidak terhidrolisis. Pada proses hidrolisis pada variasi temperatur 80 dan
90°C dilakukan dengan cara dan variasi massa substrat yang sama seperti
hidrolisis pada teperatur 70°C. Sehingga dari setiap proses hidrolisis yang
dilakukan diperoleh sampel dari sisa hidrolisis yaitu sebanyak sembilan sampel
yang akan digunakan dalam perhitungan kinetika reaksi hidrolisis.

3.4 Metode Analisis


Pengambilan sampel padatan sisa hidrolisis merujuk pada prinsip uji
padatan tersuspensi total (total suspended solid) SNI 06-6989.3-2004.
Pengambilan sampel padatan sisa hidrolisis dilakukan dengan memisahkan
padatan dari produk cair hidrolisis menggunakan kertas saring. Kertas saring yang
digunakan terlebih dahulu ditimbang dalam keadaan kosong. Setelah melakukan
penyaringan dan memperoleh padatan pada kertas saring kemudian kertas saring
ditimbang kembali untuk mengetahui massa padatan sisa hidrolisis. Selanjutnya
padatan pada kertas saring dilakukan uji kadar air dengan dikeringkan ke dalam
oven pada temperatur 103°C-105°C selama 3 jam.
3.5 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari proses hidrolisis limbah kertas dengan katalis
asam sulfat secara fed-batch berupa massa produk sisa hidrolisis pada setiap
variasi waktu total dan temperatur reaksi
3.5.1 Skema pengolahan data

Penimbangan produk
sisa hidrolisis

Perhitungan konversi
hidrolisis

Penentuan konsentrasi
produk sisa hidrolisis

Penentuan –(dCA/dt)
dengan metode
diferensial

Penentuan orde reaksi

Penentuan konstanta
laju reaksi

Penentuan energi
aktivasi

Gambar 3.3 Skema pengolahan data

3.5.2 Prosedur pengolahan data


Setelah melakukan serangkian percobaan, data kinetika yang diperoleh
tersebut kemudian diolah. Tujuan pengolahan data kinetika adalah untuk
mendapatkan persamaan laju reaksi, konstanta laju reaksi, orde reaksi dan energi
aktivasi. Data yang diperoleh berupa massa kertas sisa hidrolisis yang kemudian
akan digunakan untuk menghitung nilai konversi dan konsentrasi, selanjutnya
nilai konsentrasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan nilai (-dCA/dt).
Setelah nilai (-dCA/dt) diperoleh, maka dapat ditentukan nilai orde dan konstanta
laju reaksi melalui metode diferensial seperti pada persamaan (2.8) hingga (2.13).
Energi aktivasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Arrhenius
seperti pada persamaan (2.17) hingga (2.19).

a. Konversi produk hidrolisis


mA 0−m A
%X = x 100 %
mA0
dengan :
X : konversi hidrolisis
mA0 : massa kertas mula-mula (gr)
mA : massa kertas sisa hidrolisis (gr)

b. Konsentrasi kertas sisa hidrolisis


massa kertas sisa 1
C A= x
Mr kertas V pelarut

dengan :
CA : Konsentrasi kertas sisa hidrolisis (mol/L)
Mr : Berat molekul kertas (gr/mol)
V : Volume pelarut (L)

3.6 Jadwal Penelitian


Tabel 3.1 Rencana Penelitian
Bulan ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyusunan proposal                
2 Bimbingan                
3 Survey penelitian                
4 Seminar proposal                
5 Penelitian                
6 Pengolahan data                
7 Analisis data                
Penyusunan laporan
8                
akhir
9 Seminar hasil                
DAFTAR PUSTAKA

[1] R. Lestari, “Serapan Domestik Dorong Produksi Pulp dan Kertas,”


Bisnis.com, 2021.
[2] D. P. P. dan K. Lingkungan, “Ayo Kendalikan Sampah Plastik,” Ditjen
PPKL-KEMENLHK, 2018.
[3] A. Sindonews.com, “Ternyata Indonesia Hasilkan 67,8 Juta Ton Sampah
Setiap Tahun,” Okezone.com, 2021.
https://nasional.okezone.com/read/2021/02/25/337/2368472/indonesia-
ternyata-hasilkan-67-8-juta-ton-sampah-setiap-tahun
[4] R. Safitri, I. D. Anggita, F. M. Safitri, and A. A. I. Ratnadewi, “Pengaruh
konsentrasi asam sulfat dalam proses hidrolisis selulosa dari kulit buah
naga merah (Hylocereus costaricensis) untuk produksi bioetanol,” 9th
Industial Res. Work. Natl. Semin., pp. 1–5, 2018.
[5] E. Kriswiyanti, “PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM
TERHADAP KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PELEPAH PISANG
(Musa Paradisiaca L),” Ekuilibium, vol. 11, no. 2, pp. 73–77, 2012, doi:
10.20961/ekuilibrium.v11i2.2216.
[6] A. M. Fuadi and K. Harismah, “Perbandingan Efektifitas Pembuatan
Glukosa dari Kerta Bekas Secara Hidrolisis Asam dan Enzim,” J. Teknol.
Bahan Alam, vol. 1, no. 1, pp. 6–11, 2017.
[7] H. S. Fogler, “Elements of Chemical Reaction Engineering 3rd ed – Hall
International. Inc, USA.,” Usa, pp. 175–185, 2004.
[8] M. N. Aini, R. S. Soetopo, K. Septiningrum, S. Saepulloh, and P. B.
Asthary, “Sakarifikasi Lumpur Primer Industri Kertas Secara Fed Batch
Menjadi Glukosa Untuk Pembuatan Bioetanol (Fed Batch Saccharification
of Primary Paper Mill Sludge To Produce Fermentable Sugar),” J.
Selulosa, vol. 7, no. 02, p. 69, 2017, doi: 10.25269/jsel.v7i02.169.
[9] Rahmayetty, N. Kanani, I. Fauziah, and N. Ukhdiya, “Pengaruh Laju
Pembebanan Substrat Terhadap Produksi Asam Laktat Berbahan Baku
Molase,” J. Integr. Proses, vol. 8, no. 2, pp. 76–81, 2019.
[10] E. Apriani and J. A. Malik, “Pembuatan kertas daur ulang dari limbah serat
kelapa muda dan kertas bekas,” Pros. Konf. Nas. Eng. Perhotelan X, vol.
2019, no. September, pp. 242–247, 2019.
[11] V. Kumar, P. Pathak, and N. K. Bhardwaj, “Waste paper: An underutilized
but promising source for nanocellulose mining,” Waste Manag., vol. 102,
pp. 281–303, 2020, doi: 10.1016/j.wasman.2019.10.041.
[12] E. Apriani, “Pengaruh Komposisi Bahan Baku dan Lama Waktu
Pemasakan terhadap Kekuatan Tarik pada Pembuatan Kertas Seni dari
Limbah Batang Jagung dan Kertas Bekas,” J. Mek. dan Sist. Termal, vol. 1,
no. 2, pp. 38–42, 2016.
[13] S. Wahyono, “Pengelolaan Sampah Kertas di Indonesia,” J. Teknol.
Lingkung., vol. 2, no. 3, pp. 276–280, 2001.
[14] V. Ruseimy, “Konversi Limbah Kertas Menjadi Ethanol Dengan
Menggunakan Enzim Selulase Melalui Sakarifikasi Dan Fermentasi
Serentak,” Skripsi, pp. 1–58, 2009.
[15] H. H. A. Gil et al., “Study of the enzymatic/neutral deinking process of
waste photocopy paper,” O Pap., vol. 74, no. 8, pp. 61–65, 2013.
[16] L. Hakim, “DEINKING ENZIMATIK PULP KERTAS CETAK LASER
Pernyataan,” 2007.
[17] I. Arita, Susila;Sari, Risa;Liony, “No Title,” Purifikasi Limbah Spent Acid
dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Zeolit dan Bentonit, vol. 21, 2015.
[18] A. Lutfiati, “No Title,” Prarancangan Pabrik Asam Sulfat dari Sulfur dan
Udar. dengan Proses Kontak Kapasitas 225000, 2008.
[19] H. S. Fogler, Elements of Chemical Reaction. 2007.
[20] M. Yuniwati, D. Ismiati, and R. Kurniasih, “Kinetika Reaksi Hidrolisis Pati
Pisang Tanduk Dengan Katalisator Asam Chlorida,” J. Teknol. dan Ind.
Pangan, vol. 4, no. 2, pp. 1–6, 2011.
[21] B. Girisuta, L. P. B. M. Janssen, and H. J. Heeres, “Kinetic study on the
acid-catalyzed hydrolysis of cellulose to levulinic acid,” Ind. Eng. Chem.
Res., vol. 46, no. 6, pp. 1696–1708, 2007, doi: 10.1021/ie061186z.
[22] L. V. A. Gurgel, K. Marabezi, M. D. Zanbom, and A. A. D. S. Curvelo,
“Dilute acid hydrolysis of sugar cane bagasse at high temperatures: A
Kinetic study of cellulose saccharification and glucose decomposition. Part
I: Sulfuric acid as the catalyst,” Ind. Eng. Chem. Res., vol. 51, no. 3, pp.
1173–1185, 2012, doi: 10.1021/ie2025739.
[23] V. Brummer et al., “Enzymatic hydrolysis of pretreated waste paper -
Source of raw material for production of liquid biofuels,” Bioresour.
Technol., vol. 152, no. 2014, pp. 543–547, 2014, doi:
10.1016/j.biortech.2013.11.030.
[24] B. Girisuta, B. Danon, R. Manurung, L. P. B. M. Janssen, and H. J. Heeres,
“Experimental and kinetic modelling studies on the acid-catalysed
hydrolysis of the water hyacinth plant to levulinic acid,” Bioresour.
Technol., vol. 99, no. 17, pp. 8367–8375, 2008, doi:
10.1016/j.biortech.2008.02.045.
[25] S. Kumar, P. Dheeran, S. P. Singh, I. M. Mishra, and D. K. Adhikari,
“Kinetic studies of two-stage sulphuric acid hydrolysis of sugarcane
bagasse,” Renew. Energy, vol. 83, pp. 850–858, 2015, doi:
10.1016/j.renene.2015.05.033.

LAMPIRAN
Preparasi Larutan NaOH
 Data yang diketahui
1. Massa limbah kertas : 200gram
2. S/L : 1: 20 m/m
3. NaOH 1% m/m
4. ρ NaOH : 2,13 g/ml
 Massa larutan
S 1
=
L 20
Volume larutan=200 gr ×20 gram=4000 gram
 Massa NaOH menggunakan persen massa
1
mNaOH = m
100 larutan
1
mNaOH = × 4000 gram
100
mNaOH =40 gram
 Volume NaOH
mNaOH
ρ NaOH =
V NaOH

m NaOH
V NaOH =
ρ NaOH
40 gram
V NaOH = =18,779 ml
2,13 gr / ml
 Massa akuades
Massa akuades=4000 gram−40 gram=3960 gram
 Volume akuades
m akuades
ρakuades =
V akuades
makuades
V akuades =
ρ akuades

3960 gram
V akuades = =3,973,9 ml
0,997 gr /ml
Preparasi Larutan H2SO4
 Data yang diketahui
1. Massa limbah kertas : 18gram
2. S/L : 1: 20 m/m
3. H2SO4 1% m/m
4. ρ H2SO4 : 1,83gram/ml
 Massa Larutan
S 1
=
L 20

massa larutan=18 gr ×20 gram=360 gram

 Massa H2SO4 1%
1
mH 2 SO 4= m
100 larutan
1
mH 2 SO 4= ×360 gram=36 gram
100
 Volume H2SO4
m H 2 SO 4
ρ H 2 SO 4=
V H 2 SO 4
mH 2 SO 4
V H 2 SO 4=
ρ H 2 SO 4

36 gram
V NaOH = =19,67 ml
1,83 gr /ml
 Massa akuades
Massa akuades=360 gram−36 gram=324 gram
 Volume akuades
m akuades
ρakuades =
V akuades
324 gram
V akuades = =324,97 ml
0,997 gr /ml
Volume larutan=324 ml+19,67 ml=344,64 ml
ALTERNATIF 2
Preparasi Larutan NaOH
 Data yang diketahui
1. Massa limbah kertas : 200gram
2. S/L : 1: 20 b/v
3. NaOH 1% v/v
4. ρ NaOH : 2,13 g/ml
 Volume larutan
S 1
=
L 20
Volume larutan=200 ml ×20=4000 ml
 Volume NaOH
a
V 1= ×V
100
1
V 1= x 4000 ml=40 ml
100
 Volume akuades
Massa akuades=4000 ml−40 ml=3960 ml

Preparasi Larutan H2SO4


 Data yang diketahui
1. Massa limbah kertas : 18gram
2. S/L : 1: 20 m/m
3. H2SO4 1% m/m
4. ρ H2SO4 : 1,83gram/ml
 Massa Larutan
S 1
=
L 20

Volume larutan=18 ml ×20 ml=360 ml

 H2SO4 1%
Pengenceran :C1 ×V 1=C 2 × V 2
98 % × V 1=1 % ×360 mL
0,01 ×360 mL
V 1= =3,673 mL
0,98
 Volume akuades
Volume akuades=Volume larutan−Volume H 2 SO 4
Volume akuades=360 ml−3,673 ml=356,327 ml

Anda mungkin juga menyukai