Anda di halaman 1dari 7

Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

Penurunan COD, BOD DAN TSS Pada Limbah Cair Industri Tahu Melalui Sistem
Multy Soil Layering (MSL) Menggunakan Arang Karbon Ampas Tebu

Dessy Novela#1, Indang Dewata*2


#
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Padang
Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, Indonesia
Email: 1dessynovela16@gmail.com.id

Abstract
Tofu industry is one of the industries which causing pollution on the environment especially
water environment. The amount of wastewater-dumped and the content of organic
substances could damage the water ecosystem. Multi Soil Layering (MSL) as one of
alternative method is used in order to remove the tofu industrial wastewater pollution. MSL
is a method of wastewater treatment that enhances the function of soils to purify
wastewater. The research aimed to determine optimum loading rate and efficiency of
MSL system to remove TSS, BOD and COD. This research was carried out in February,
2019. The results revealed efficiency of MSL system to remove TSS, BOD and COD
were 86,86% ; 78,05% ; and 89,75 % respectively.

Keywords: MSL, Fuindustrial, Wastewater

A. PENDAHULUAN
Air limbah di Indonesia baik air limbah industri maupun limbah non industri sampai saat
ini masih menjadi masalah terhadap lingkungan. Sistem pengolahan air limbah di Indonesia
dilakukan secara modern dan konvensional. Pengolahan air limbah secara modern dan
konvensional proses pengolahan air limbahnya cendrung berlangsung lama, memerlukan areal
pengolahan yang luas, biaya operasional yang tinggi, pengolahan instalasi yang rumit dan
kompleks menjadi indikator penerapan pengolahan limbah cair pada industri kecil dan
menengah di Indonesia cenderung ditinggalkan.
Tahu merupakan jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kedelai yang sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia. air limbah yang dihasilkan dari proses produksi industri
tahu mengandung zat organik yang tinggi. Senyawa – senyawa organik tersebut dapat berupa
protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa protein memiliki jumlah yang paling besar yaitu
mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Yukamila (2018) menyatakan
pelaksanaan pengelolaan air limbah oleh beberapa pabrik tahu di Kota Padang tidak sesuai
dengan kewajiban yang tertera dalam Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) yang
telah dimiliki oleh pabrik tahu. Limbah padat ditemukan berceceran disekitar lokasi pabrik
sedangkan pengelolaan limbah cair berujung pada pembuangan limbah cair ke sungai yang
berada tepat di belakang pabrik, sedangkan sungai tersebut digunakan oleh warga untuk
keperluan sehari-hari.

8
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

Penelitian ini akan mendesain suatu model alternatif pengolahan air limbah industri tahu
untuk menghasilkan air limbah yang aman dibuang ke lingkungan serta teknik pengolahan
limbah organik yang lebih efektif, efisien, mudah, dan murah yaitu dengan menggunakan
metode Multi Soil Layering (MSL). Sistem MSL dikembangkan untuk meningkatkan
fungsi tanah dalam pengolahan limbah cair biogenik sebelum dilepas ke badan perairan.
Proses biodegradasi komponen air limbah dalam sistem MSL berlangsung melalui bantuan
bakteri-bakteri di bawah kondisi aerobik maupun anaerobik. Zona aerobik terjadi pada
lapisan kerikil. Zona anaerobik terjadi pada lapisan campuran tanah dengan arang ampas
tebu dan serbuk ampas tebu.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan
metode MSL dalam pengolahan limbah cair industri tahu. Adapun yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah: berapakah efisiensi penurunan konsentrasi COD, BOD
dan TSS pada penggunaan sistem Multi Soil Layering (MSL) terhadap pengolahan limbah
cair industri tahu?

B. METODE PENELITIAN
a) Alat dan Bahan
1. Alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: instrumen MSL, botol
winkler, alat-alat gelas, dan kertas
saring.
2. Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah: MgSO4, al kali azida, MnSO4, H2SO4
pekat, HgSO4, KMnO4, KI, Na2S2O3 Na2CO3, KH2PO4, Na2HPO4, NH4Cl, dan
aquadest.
b) B. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan sistem MSL
Instrumen sistem MSL terbuat dari bak kaca berukuran 50 cm x 15 cm x 50 cm (P x L x T)
dengan kran alir pada bagian bawah disiapkan. Dasar bak diisi dengan lapisan batuan (aerob)
yang berdiamter 3-5 mm dengan ketinggian 4 cm. Pada lapisan kedua diisi dengan campuran
lapisan tanah (anaerob), campuran tanah yang digunakan adalah tanah andisol, serbuk arang
aktif ampas tebu dan serbuk ampas tebu halus dengan perbandingan 85% : 10% : 5 %.
Campuran tanah dengan arang aktif ampas tebu dan serbuk ampas tebu ini kemudian dibentuk
menjadi blok batu bata, dengan dimensi 4 cm x 9 cm x 15 cm. Jarak horizontal antara blok
batu bata ini 2.5 cm yang diisi dengan lapisan batuan. Selanjutnya, lapisan batuan 4 cm diikuti
oleh blok batu bata 4 cm, hal ini dilakukan berulang hingga lapisan memenuhi instrumen
MSL. Pada lapisan ke-4 dan ke-5 dipasang pipa aerasi (diameter 1,5 cm) jarak antara lubang 5
cm dan dengan lebar lubang 0,5 cm.
2. Penentuan COD (Chemical Oxygen Demand) (SNI 6989.2:2009)
Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluk tertutup secara spektrofotometri.
Sampel limbah cair tahu dihomogenkan dengan menggunakan magnetik stirer, kemudian
dipipet sejumlah sampel ditambah digestion solution lalu refluks tertutup selama 2 jam pada
suhu 150 0C ± 2 0C. Dinginkan lalu ukur serapan pada λ= 600nm atau λ= 420nm. Kemudian
hitung kadar COD berdasarkan persamaan regresi linear yang terbentuk pada kurva kalibrasi.
3. Penentuan BOD (Biologycal Oxygen Demand ) (SNI 06-6989.14-2004)
Dipipet 100 ml sampel limbah cair tahu yang sudah disimpan selama 5 hari dalam botol
BOD (botol yang sudah dibungkus dengan kertas karbon kemudian ditutup tanpa adanya
rongga udara) dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan masing-masing 1 ml
MnSO4 dan 1 ml larutan alkali iodin. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk
gumpalan sempurna. Biarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai dengan 10 menit.

9
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat, homogenkan hingga endapan terlarut sempurna. Titrasi


dengan larutan tiosulfat 0,025 N sampai warna kuning pucat. Ditambahkan beberapa tetes
amilum atau kanji 1% (akan timbul warna biru) kemudian titrasi dilanjutkan sampai
warna biru tepat hilang. Catat ml (volume) tiosulfat yang terpakai untuk titrasi diatas.
Kadar DO dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
𝑚𝐿 𝑥 𝑁 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑥 8 𝑥 1000
DO (mg/l) = = mL sampel

Analisa kadar Biologycal Oxygen Demand (BOD)


Inkubasi sampel 5 hari dalam botol gelap, hindari gelembung udara pada botol
sampel.lakukan prosedur yang sama dengan penentuan kadar DO . Kadar BOD dapat dihitung
dengan rumus :
Kadar BOD (mg/l) = (DO 0 hari) – (DO 5 hari)
4. Penentuan TSS (Total Suspended Solid) (SNI 06-6989.3:2004)
Pengukuran TSS dilakukan dengan metode gravimetri. Diletakkan kertas saring pada alat
filtrasi lalu dicuci dengan air suling. Kemudian pindahkan kertas saring lalu keringkan dalam
oven pada suhu 103-1050 selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator lalu timbang.
Penimbangan dilakukan berulang kali hingga diperoleh berat konstan (perubahan berat ≤ 4%
atau ≤ 0,5 mg dari penimbangan sebelumnya). Pengujian dilakukan dengan cara
menghomogenkan sampel limbah cair tahu dengan pengadukan menggunakan magnetik
(stirer). Sampel limbah cair tahu dipipet 100 ml lalu disaring dengan menggunakan kertas
saring tadi, lalu keringkan dalam oven pada suhu 103-1050C selama 1 jam. Dinginkan dalam
desikator lalu timbang. Penimbangan dilakukan bnerulang kali hingga diperoleh berat konstan
(perubahan berat ≤ 4% atau ≤ 0,5 mg dari penimbangan sebelumnya). Kemudian dihitung
kadar TSS dalam mg/L menggunakan rumus:
△Berat kertas saring (mg)𝑥 1000
TSS (mg/l) = V sampel (ml)

5. Analisis Data
Data yang dikumpulkan adalah nilai BOD, COD, dan TSS limbah cair industri tahu
sebelum dan setelah dilakukan pengolahan dengan sistem MSL. Dari data tersebut
dihitung persentase penurunan BOD, COD, dan TSS setelah dilakukan pengolahan
dengan sistem MSL. Persentase penurunan dihitung dengan rumus:
konsentrasi awal−konsentrasi akhir
Kadar (%) = konsentrasi awal
x 100 %

C. Hasil dan Pembahasan


Sistem pengelolaan limbah cair pada umumnya mempunyai prinsip yaitu
menghilangkan atau mengurangi zat-zat pencemar dengan berbagai cara seperti filtrasi,
koagulasi dan menggunakan lumpur aktif. Sebelum limbah cair dibuang ke lingkungan
harus memenuhi beberapa syarat atau harus sesuai dengan standar Baku Mutu Air Limbah
yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran
batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang diperbolehkan
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Salah satu metode
pengelolaan limbah yang diharapkan dapat memenuhi standar Baku Mutu Air Limbah
adalah metode Multi Soil Layering atau MSL. Metode MSL diujicobakan pada salah satu
limbah cair industri di daerah Koto Tangah, Padang Utara, Kota Padang.

10
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

Tabel 1. Karakteristik Arang Karbon Ampas Tebu


Uji Kadar Ampas Tebu SNI Karbon Aktif
06 – 3730 – 1995
Kadar Air 2,41 % Maks 15 %
Kadar Abu 8,26 % Maks 10 %
Kadar Zat Terbang 2,58 % Maks 25 %
Karbon Terikat 89,16 % Min 65 %

Berdasarkan Tabel 1.karakteristik kadar air, kadar abu, kadar zat terbang yang
dihasilkan sebesar 2,41 %, 8,26%, 2,58% sampel karbon telah memenuhi standar SNI 06
– 3730 – 1995. Pengujian kadar air secara kimia H2O mulai mengalami perubahan fase
menjadi gas pada saat telah mencapai titik didihnya, yakni pada suhu 100°C. Kadar air
yang semakin tinggi akan menyebabkan daya serap karbon semakin berkurang. Pada uji
kadar abu didapatkan data yang cukup tinggi yaitu sebesar 8,26% hal ini bisa disebabkan oleh
terbentuknya garam-garam mineral pada saat proses pengarangan yang bila dilanjutkan akan
membentuk partikel-partikel halus dari garam mineral tersebut. Ini dapat disebabkan
karena adanya kandungan bahan mineral yang terdapat di dalam bahan awal biomassa
pembuat karbon. Bahan mineral inilah yang kemudian akan membentuk menjadi
senyawa abu apabila dilakukan proses oksidasi. Analisa kadar zat terbang merupakan
banyaknya senyawa yang lepas selama proses pemanasan. Semakin tinggi suhu maka zat
menguap yang menutupi karbon semakin banyak yang menguap, sehingga permukaan pori
karbon yang tadinya tertutup akan terbuka dan meningkatkan kemampuan menyerap
karbon.

Gambar 1. Pengujian FTIR Arang karbon Ampas Tebu


Analisis FTIR arang aktif ampas tebu muncul puncak pada angka gelombang 3339.29
cm-1 menunjukkan adanya gugus O-H asam karboksilat monomer yang yang biasanya
muncul pada angka gelombang 3500-3650 cm-1 . Munculnya puncak pada angka
gelombang 1365.53 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H Alkana yang biasanya muncul
pada angka gelombang 1340-1470 dan 2850-2970 cm-1. Munculnya puncak pada angka
gelombang 1563.53 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C cincin aromatik yang
biasanya muncul pada angka gelombang 1500-1600 cm-1. Prasetyo dan harun (2013)
menyatakan, gugus fungsi yang sesuai dengan struktur karbon aktif pada umumnya
mengandung O-H, C=O, C=C aromatik, dan gugus C-H, yang dijadikan gugus aktif untuk
menyerap absorbat. Dari hasil terlihat bahwa sebagian besar puncak tidak mengalami
pergeseran yang Nampak.

11
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Reaktor MSL


Tabel 2. Hasil analisa fisika air limbah industri tahu
Percobaan Kondisi Fisik
Warna Bau Lainnya
Inlet Putih gading Busuk Berbuih
1 jam ke 1 Putih gading Busuk Berbuih
1 jam ke 2 Keruh Berbau Tidak berbuih
1 jam ke 3 Bening Tidak berbau Bersih tidak berbuih
1 jam ke 4 Bening Tidak berbau Bersih tidak berbuih
1 jam ke 5 Bening Tidak berbau Bersih tidak berbuih
1 jam ke 6 Bening Tidak berbau Bersih tidak berbuih

Dari analisis secara fisika air limbah industri tahu terlihat berwarna putih gading berbuih
dan berbau busuk. Hal ini disebabkan kandungan zat organik seperti protein, karbohidrat dan
lemak yang terdapat pada limbah cair tahu. Kandungan senyawa protein pada limbah cair tahu
mencapai 40%-60%, karbohidrat 25%-50% dan lemak 10% (Sugiharto, 1994). Sementara bau
busuk yang tercium dari limbah tahu disebabkan oleh kandungan gas yang berasal dari
dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tahu seperi adalah oksigen
(O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4),
(Herlambang, 2005).
Tabel 3. Hasil Analisa secara kimia limbah cair tahu diolah dengan sistem MSL
Sampel COD (mg/L) BOD (mg/L) TSS (mg/L)
Inlet 609 198 481
1 jam ke 4 66,1 43,32 67,8
1 jam ke 5 64,9 41,58 66,7
1 jam ke 6 62,4 40,61 63,2

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa sistem MSL dapat bekerja dengan baik dalam
dekomposisi limbah cair industri tahu mampu menurunkan nilai TSS, BOD, COD.
Penurunan kadar TSS, BOD dan COD limbah cair industri tahu dengan metode Multi
Soil Layering (MSL) memberikan suatu indikasi terjadinya degradasi limbah cair
industri tahu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam sistem MSL tersebut. Choliq
(1992) menyatakan dalam proses pengolahan bahan organik limbah cair oleh
mikroorganisme terdapat dua peristiwa yang sangat penting yaitu pemakaian oksigen
oleh mikroorganisme untuk respirasi dan pembentukan sel mikroorganisme dengan
memanfaatkan zat organik sebagai sumber makanan dan energi. Proses penguraian tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut :
Zat Organik + O2 Sel baru + CO2 + H2O
Sel + O2 CO2 + H2O + NH3
Mikroorganisme yang berperan dalam degradasi limbah cair industri tahu yang terdapat
dalam sistem MSL, terdiri dari kelompok bakteri, fungi, plankton dan protozoa yang
bersimbiosis secara mutualisme. Proses degradasi ini berlangsung secara berantai antara
dua jenis mikroorganisme atau lebih. Menurut Tahir et al., (1997), dalam mekanisme
sistem MSL terjadi dua kondisi yaitu aerobik dan anaerobik. Pada kondisi aerobik,
yaitu pada lapisan batuan dan tempat bertemunya lapisan batuan dan tanah terjadi
12
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

dekomposisi senyawa organik, fiksasi fosfat dan proses nitrifikasi. Denitrifikasi dan
reduksi ion Fe3+ terjadi dalam kondisi anaerobik yang terjadi dalam lapisan tanah.
Pada kondisi aerob, nitrogenamonia (NH4-N) baik yang berasal dari limbah cair
industri tahu maupun dari bahan organik yang berdekomposisi diadopsi oleh batuan
kemudian mengalami nitrifikasi menjadi NO3- dengan bantuan O2. reaksi nitrifikasi yang
terjadi adalah :
2 NH4 + + 3 O2 2 NO2 - + 2 H2O + 4 H+ (Nitrit)
2 NO2 - + O2 2 NO3 - (Nitrat)
Nitrat hasil nitrifikasi secara bertahap bergerak ke dalam lapisan tanah campuran andisol
dan arang, dan mengalami denitrifikasi menjadi N2O. nitrogen oksida setelah mengalami
denitrifaksi total akan menjadi N2. reduksi N2O inilah yang berhubungan dengan kadar
nitrat dan COD. Arang ampas tebu yang dicampurkan ke dalam tanah andisol berperan
sebagai sumber karbon dalam proses denitrifikasi tersebut. Logam besi Fe3+ yang terdapat
dalam akan tereduksi menjadi ion Fe2+ dan secara bertahap ditransfer ke lapisan batuan
dimana ion tesebut berperan dalam proses adsorbsi fosfat. Reaksi yang terjadi pada proses
penguraian bahan organik baik secara aerob maupun anaerob adalah sebagai berikut :
Aerob : senyawa organik + O2 CO2 + H2O + e
Anaerob : senyawa organik + NO3- CO2 + N2 + e
senyawa organik + SO4 CO2 + H2S + e
senyawa organik asam-asam organik + CO2 + H2S + e
asam-asam organik CH4 + CO2 + e

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitisan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
bertikut :
1) Ampas tebu dapat dioptimalkan sebagai karbon aktif. Untuk nilai kadar air dan kadar
abu, semua sampel karbon rata-rata telah memenuhi kualitas standar SNI 06 –
3730 –1995.
2) Arang aktif dari ampas tebu memiliki gugus O-H, C=O, C=C aromatik, dan gugus
C-H, yang dijadikan gugus aktif untuk menyerap absorbat.
3) Metode Multi Soil Layering (MSL) dapat digunakan sebagai metode alternatif
dalam pengolahan limbah cair industri tahu untuk menurunkan kadar TSS, BOD
dan COD.
4) Efisiensi sistem MSL dalam penurunan kadar TSS, BOD dan COD limbah cair
masing-masing sebesar 86,86%, 78,87% dan 89,75%.

13
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU, Volume 3, Issue 21, September 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE: 2598-8131

REFERENSI
[1] Chen, X.; Luo, A.C.; Sato, K.; Wakasuki, T.; Masunaga, T. Anintroduction of a multi-
soil-layering system: A novel green technology for wastewater treatment in rural areas.
Water Environ. J. 2009, 23, 255–262.
[2] Cholid, A.U., 1992, Pengolahan Limbah Organik Dengan Sistem RBC, Proceeding
Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Tantangan Masa Depan. Jurusan Teknik
Lingkungan ITB, Bandung.
[3] Dewata, I. “Penilaian Kualitas Air dan Menentukan Daya Dukung Beban Pencemar
Sungai Batang Kuranji”. Jurnal Ilmu dan Teknik Material 335(1), 012027, 2018.
[4] Elystia S, S. Indah, D. Herald. 2012. Efisiensi Metode Multi Soil Layering dalam
Penyisihan COD dari Limbah Cair Hotel. Jurnal Teknik Lingkungan. UNAND, 9(2).
[5] Mujiharjo, S., B. Sidebang dan D. Darmadi. 2012. Penampilan Saringan Pasir Lambat
Pipa (SPL-P) pada Berbagai Tinggi Genangan (Headloss) dalam Memisahkan Polutan
Limbah Cair Industri Karet. J. Agroindustri 2(2):77-83.
[6] Mujiharjo, S., Syafnil, B. Sidebang, Sunita dan D.E. Sitepu. 2016. Effectiveness of
Bengkulu Coastal Sand as Media for Pipe Slow Sand Filter. Proc. Intern.
SeminarSustainable Utilization of Coastal Resources in Tropical Zone. Oct. 19-20,
Bengkulu, Indonesia. p:451-457.
[7] Munir, M. 1996. Tanah-tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta Timur.
[8] Rhodes, C.J. Properties and applications of zeolites. Sci. Prog. 2010, 93, 223–284.
[9] Salmariza, Sofyan, Hasni, 2002, “Minimalisasi Pencemaran Industri Crumb Rubber
dengan Metoda MSL (Multi Soil Latering)”. Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri, Padang.
[10] Samosir, N., 2010. Kajian Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Crude Palm
Oil (CPO) Menggunakan Sistem Multi Soil Layering (MSL) Ditinjau Dari Kadar
Minyak Dan Lemak, Amoniak, Angka COD Dan BODSerta Nilai pH. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.Bengkulu.
[11] Saeni, M. S. 1986. Kemampuan Saringan Pasir, Ijuk, dan Arang dalam
Meningkatkan Kualitas Fisika dan Kimia Air DAS Ciliwung. Thesis. Fakultas
Pascasarjana IPB. Bogor.
[12] Sugiharto.1987. Dasar dasar Pengelolaan Air Limbah. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
[13] Irmanto, Suyata dan Zusfahair, 2012, Peningkatan KinerjaMikroorganisme Tanah
Andisol dalam Sistem Multi SoilLayering untuk Menurunkan Kadar Amonia, Nitrit
dan Nitrat Limbah Cair Industri Etanol, Jurnal Sains dan Teknologi INOVASI
Vol.06 No.2
[14] Tahir, Y. T. Harada and T. Wakatsuki, 1997, Enchancement and Control of the
Functions of Soil Resources for Biogenic Wastewater Treatment by Multi Soil
Layering Method. In The Forth International Conference of East Federation of Soil
Science Societies. “Soil Quality Management and AgroEcosystem Health”. p. 241-
252. Cheju, Korea.
[15] Tchobanoglous, G., BURTON, F.L,Stenlesh, H.D., Wastewater Engineering :Treatment
and Reuse, McGraw HillCompany,NewYork(2003)
[16] Turmuzi, M., A. O. S. Tua, Fatimah. 2015. Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan
Karbon Aktif Dari Kulit Salak (SalaccaSumatrana) Dengan Aktifator Seng Klorida.
Jurnal Teknik Kimia USU. 4(2):5 9-64
[17] Yukarmila. 2018. Pengawasan Atas Pengelolaan Limbah Pabrik Tahu Super Indra Di
Kanpung Koto Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Skripsi. Fakultas Hukum Padang.
Universitas Andalas.

14
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
ojs.rc-institut.id Phone: 0813 6364 8687

Anda mungkin juga menyukai