Disusun Oleh :
Anggota Kelompok 5:
Dosen Pengampu :
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Tugas Besar dalam Mata Kuliah
Pengelolaan Limbah Industri yang berjudul, “Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Industri Pulp and Paper” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pengolahan limbah cair
pada industry pulp and paper. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada kami sehingga laporan ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan laporan tugas besar ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Yasdi,M.Eng, dan Ibu Shally Yanova,Ssi.,M.si. dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan laporan kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kertas merupakan material yang tipis dan rata, dihasilkan dengan kompresi serat yang
berasal dari pulp atau bubur kertas. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis,
mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya
kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Keberadaan kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan
arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa dahulu menggunakan
tablet yang berasal dari tanah lempung yang dibakar. Hal yang dibakar. Hal ini dapat dijumpai
dari peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra,
bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah-naskah nusantara beberapa abad
lampau.
Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia denagn menghasilkan
178 juta kertas, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton kayu.
Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2% hingga 3,5% per tahun,
sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan seluas 1 sampai 2 juta
hektar setiap tahun.
Proses produksi industri kertas membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini
dapat mengancam kelestarian habitat di sekitarnya karena mengurangi tingkat ketersediaan air
bagi kehidupan hewan air maupun suhu air. Banyaknya jumlah air yang digunakan juga
berdampak pada produksi limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair yang tidak terolah dapat
menyebakan pencemaran baik pada badan air maupun tanah sehingga diperlukan proses
pengolahan pada limbah tersebut. Maka dari itu, laporan ini dibuat untuk mengetahui bagaimana
proses pengelolaan limbah cair dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
baik dan benar pada industri kertas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses produksi industri kertas?
2. Apa saja jenis dan karakteristik limbah cair pada produksi industri kertas?
3. Bagaimana pengelolaan limbah cair pada industri kertas?
PRODUKSI INDUSTRI
Menurut Anonim (2018), sebagian besar kertas dibuat dalam bentuk kertas karton
(hampir setengah dari semua kertas di AS) yang digunakan dalam berbagai jenis kemasan.
Karton lipat, yang begitu penting dalam pengemasan, pertama kali diperkenalkan pada tahun
1880. Kartu bergelombang, terbuat dari lembaran kertas bergelombang di antara dua lembar
kertas karton, berguna karena ringan namun kuat. Meskipun pulp yang digunakan harus kuat,
warna putih tidak diperlukan, sehingga proses semi-mekanik atau kimia, tanpa tambahan
pemutih, digunakan pada tahap pembuatan pulp.
Produk spesialis lain yang terbuat dari kertas termasuk insulasi untuk papan listrik, sirkuit
tercetak untuk industri elektronik, filter untuk banyak aplikasi, pakaian sekali pakai untuk
keperluan medis, perban, filter mobil dan papan fasia, kursus anti lembab, kembang api dan
peluru senapan. Perlakuan khusus dapat diterapkan untuk membuat kertas tahan api atau mampu
menyimpan informasi keamanan yang hanya terlihat di bawah sinar ultra-violet. Kertas juga
dapat dipintal menjadi tali dan digunakan untuk mengikat dan menyegel atau untuk membuat
furnitur dan penutup lantai.
Kertas buatan tangan sering lebih disukai untuk penerbitan buku berkualitas tinggi serta
untuk tujuan konservasi dalam perbaikan buku dan lukisan tua. Banyak pembuat cetak dan
seniman cat air juga bergantung pada kertas buatan tangan dan di Cina dan Jepang mereka
digunakan secara luas untuk tujuan seremonial. Serat pada kertas buatan tangan cenderung jauh
lebih panjang daripada serat pada kertas yang diproduksi secara mekanis, serat ini jauh lebih kuat
dan dapat digunakan, setelah diminyaki agar tahan air, untuk partisi rumah, jendela dan payung.
Proses pencelupan kertas merupakan salah satu proses yang menghasilkan kontaminan
tingkat tinggi. Hal ini dikarenakan zat warna yang digunakan merupakan zat organik rantai
panjang dengan penambahan zat aditif tertentu. Zat warna pada proses pembuatan kertas terdiri
dari zat warna asam, zat warna dasar, zat warna langsung dan zat warna. Tepung sering
ditambahkan, yang meningkatkan kandungan padatan terlarut dalam kertas bekas (Monica, dkk,
2009).
1. Selulosa : merupakan susunan molekul glukosa rantai lurus dan panjang (komponen
penting kertas);
2. Hemiselulosa : susunan glukosa rantai pendek dan bercabang dan sifatnya lebih
mudah larut dalam air sehingga proses pulping biasanya hilang Manajemen Industri
Kertas;
3. Lignin : merupakan jaringan polimer fenolik tiga dimensi berfungsi untuk merekatkan
serat selulosa agar menjadi kaku;
4. Ekstraktif : merupakan hormon tumbuhan, resin, asam lemak yang beracun dan
berbahaya untuk perairan.
2.3 Proses Produksi Kertas
Proses pembuatan kertas melalui dua langkah pengolahan. Tahap pertama adalah
pengolahan produk setengah jadi, proses dari penghancuran kayu menjadi pulp. Tahap kedua
adalah produksi produk jadi Dengan kata lain, proses pengubahan pulp kayu menjadi kertas jadi.
Kedua tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Magnetic Separntor, Magnetic yang bekaja secara magnetic, yaitu memisahkan kotoran
yang mengandung logam seperti kawat pengikat pulp, seng serta partikel - partikel
lainnya yang bersifat magnet.
HCC (High Consistency Cleaner) bekerja sccara sentrifugal, yaitu memisahkan kotoran
yang ukurannya hampir sama dengan serat berdasarkan berat jenisnya.
3. Refining
Refining adalah proses penggilingan bubur serat lebih lanjut untuk menghasilkan bubur
serat yang lebih halus. Setelah itu bubur serat tersebut diolah kembali dengan cara dipotong dan
digiling dengan menggunakan 2 buah pisau pemotong yang berbentuk disc plate.
4. Oxygen Delignification
Penghilangan lignin (delignifikasi) rfenggunakan oksigen diperlukan untuk
menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap prebleaching. Dengan
mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih putih. Oksigen ditambahkan ke dalam
brownstock dalam reactor pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan
pencucian dan ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang
dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).
5. Bleaching
Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan 1 tanpa merusak
selulosa. Dalam industri kertas terdapat bebera dalam proses pemutihan. Masing-masing tahapan
dijabarkan di bawah ini :
8. Paper Making
Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuatan kertas dimana akan
dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran dengan kombinasi vakum,
panas dan tekanan yang diberikan di bagian penggulung. Kertas jadi dibuat dengan berbagai
jenis berat dan digulung menjadi gulungan besar untuk di proses lebih lanjut.
Mesin ini berupa saringan kasa tembaga (Fine mesh bronse screen) meyerupai pita besar
yang tidak putus karena terus berputar. Diatas saringan ini adonan ditebarkan hingga membentuk
lembaran tanpa putus yang terus bergerak. Di tengah-tengah saringan terdapat rol penggilas
(dandy roll) yang berfungsi sebagai pemeras air. lembaran yang telah dilewati dandy roll kadar
airnya berkurang dan rata tebalnya. Keluar dari mesin Fourdriner, kemudian lembaran kertas
basah (web) masuk kedalam mesin press.
Prinsip kerja mesin ini tidak beda jauh dengan mesin terdahulu tetapi lebih banyak memiliki
rol-rol penggilas agar lebih menekan air sebanyak-banyaknya keluar dari kertas.Press part
berfungsi untuk membuang air dari web sehingga kadar padatnya mencapai 50%. Hasilnya
masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah. Kertas masuk diantara dua
roll yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air keluar dari web. Bagian ini
dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30%). Dryer
berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6%. Hasilnya digulung di
pop reel sehingga berbentuk gulungan kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini yang
dipotong-potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen.
1. Penyiapan kayu
Tanah, kotoran, kulit kayu, puing-puing dipisahkan dari kulit kayu dan air yang
digunakan Kemudian kayu dibersihka. Jadi air limbah dari sumber ini mengandung
padatan tersuspensi, BOD, kotoran, pasir, serat, dan partikel lainnya.
2. Digester house
Air Limbah yang dihasilkan dari digester house disebut black liquor, Kraft yang
tertinggal dari proses pemasakan black liquor mengandung zat kimia seperti lignin dan
zat hasil ekstraksi kayu lainnya. Air limbah yang dihasilkan mengandung resin, asam
lemak, warna, BOD, COD, AOX, VOC (terpen, alkohol, fenol, metanol, aseton,
kloroform dan lainnya).
3. Pencucian Pulp
Air limbah yang dihasilkan dari proses pencucian pulp mengandung pH tinggi, BOD,
COD, padatan tersuspensi dan berwarna coklat
4. Pemutihan Pulp
Air limbah yang dihasilkan dari proses pemutihan mengandung lignin terlarut,
karbohidrat, warna, COD, AOX, senyawa klorin inorganik seperti klorat ClO3-, senyawa
organik klorin seperti dioksin, furan, klorofenol, VOC seperti aseton, metil klorida,
karbon disulfida, kloroform, klorometan, dan lainnya.
5. Pembuatan Kertas
Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan kertas, mengandung limbah partikulat,
senyawa organik, pewarna anorganik, COD, aseton, dan lainnya.
BAB III
Air limbah dari proses pembuatan kertas mengandung senyuawa-senyawa organik seperti
selulosa, karbohidrat, dan partikel serat. Pada umumnya air limbah industri pulp dan kertas
mengandung bahan-bahan pencemar yang sangat potensial terutama adalah padatan tersuspensi,
BOD, dan COD yang bersifat koloidal stabil dan sulit dipisahkan . Parameter yang lain adalah
pH dan temperatur yang sangat berpengaruh pada pros aruh pada proses biologis yang terjadi
pada proses pengolahan limbah industri pulp dan kertas. Karakteristik air limbah cair dapat
diketahui menurut sifat-sifat dan karaktersitik fisika, kimia dan biologis.Dalam menentukan
karakteristik limbah cair, ada tiga sifat yang harus diketahui, yaitu :
Kualitas fisik menurut Qasim (1999) dilihat berdasarkan kandungan bahan padat
terapung, tersuspensi, terlarut, dan mengendap. Bahan yang mengendap terdiri dari: pasir dan
lumpur kasar, lumpur halus, lumpur koloid, masing-masing bahan padatan dalam air limbah
sebagai berikut :
a. Total solid, yaitu materi organik dan anorganik yang mampu mengendap sendiri
(settleable), tersuspensi (suspended) atau terlarut (suspended) atau terlarut (dissolved).
b. Settleable solid, mL/L, yaitu padatan organik atau anorganik yang mengendap dalam
waktu 1 jam dalam imhoff cone.
c. Suspended solid (TSS), mg/L merupakan bagian dari padatan organik dan anorganik yang
disisihkan oleh lapisan saringan, yang dapat pula sebagai koloid.
d. FSS, mg/L, yaitu komponen dari TSS yang tidak terbakar.
e. VSS (Volatile Suspended Solid ), mg/L yaitu komponen TSS yang terbakar pada suhu
f. Dissolved Solid (total), mg/L, bagian dari padatan organik atau anorganik yang tidak
tersaring. Ukuran padatan lebih kecil dari µm.
g. Fixed Dissolved Solid (VDS), mg/L, komponen padatan terlarut yang tidak terbakar atau
berupa mineral.
h. Volatile Dissolved Solid (VDS), mg/L,komponen padatan terlarut yang terbakar pada
suhu (550±50)0C atau berupa komponen organik.
a. Warna, air limbah yang berwarna coklat muda berumur 6 jam, abu-abu tua merupakan air
limbah yang sedang mengalami pembusukan, hitam adalah warna air limbah yang sudah
membusuk oleh bakteri anaerob.
b. Bau. Limbah berbau busuk pada saat air limbah terurai pada kondisi anaerob. Air limbah
industri memiliki bau yang khas .
c. Suhu. suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari suhu air bersih. Temperatur
mempengaruhi aktivitas biologi, kelarutan gas, dan viskositas. Massa jenis air, tegangan
permukaan, dan tekanan uap juga akan berubah seiring dengan perubahan temperatur.
Selanjutnya temperatur juga mempengaruhi laju proses kimia ataupun biologi sehingga
diperlukan penyesuaian rentang temperatur air limbah yang akan diolah dalam unit
pengolah
d. Kekeruhan dalam air limbah sangat Kekeruhan dalam air limbah sangat disebabkan oleh
oleh padatan tersuspensi. Pada umumnya a adatan tersuspensi. Pada umumnya air limbah
yang berat memiliki kekeruhan yang tinggi
3.2 Karakteristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak
menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan
tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa
oksigen terlarut didalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan
oksigen adalah tinggi.
BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima
hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 200C.
Hasilnya dinyatakan dengan ppm.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per
milion) atau ml O2/ liter. Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain
pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan kebutuhan
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang
tidak dapat dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam
laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat pengoksidasi
K2Cr2O7 yang digunakan sebagi sumber oksigen.
c. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme.
DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas. Keadaan DO
berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah DO. Keadaan
DO dalam air dapat menunjukan tanda-tanda kehidupan organisme dalam perairan.
Angka DO yang tinggi menunjukan keadaan air yang semakin baik.
d. Derajat keasaman (pH)
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi-
rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH dapat mempengaruhi kehidupan
biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan
mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air 6 – 8.
e. Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponan anorganik, diantaranya berbagai jenis logam
berat yang berbahaya. Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik
sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah
Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Kromium (Cr),
dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu
organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun
yang terakumulasi.
1) Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam
ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan.Unsur tembaga di alam, dapat
ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam
bentuk persenyawaan atau senyawa padat dalam bentuk mineral, seperti dari
peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral.
Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan bermacam-
macam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak digunakan, seperti
pada industri cat sebagai antifoling, industri insektisida dan fungisida, dan lain-
lain. Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh
debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur penafasan sebelah
atas.
2) Cadmium (Cd)
Logam Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam, namun hanya satu
jenis mineral Cd di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan
bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Logam ini bersifat lunak, ductile,
berwarna putih seperti putih perak.
Prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah sebagai bahan ”stabilisasi”
sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun
sebagian besar dari substansi logam cadmium ini juga digunakan pada baterai.
Keracunan yang diakibatkan oleh Cd dapat bersifat akut dan kronis.Keracunan
akut oleh logam Cd menimbulkan penyakit paru-paru. Sedangkan keracunan
kronik yang diakibatkan logam Cd adalah kerusakan pada banyak sistem
fisiologis tubuh.
3.3 Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi
sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya
mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus
penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan
(effluent) pengolahan air.
b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air
limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak
terdapat pada air hasil pengolahan limbah.
d. Shigella Spp adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang
tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran
manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
e. Basillus Antraksis adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan
sporanya tahan terhadap pengolahan.
f. Mycobacterium Tuberculosa adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama
terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium
Adapun sumber limbah cair pada proses produksi pulp dan kertas yaitu sebagai berikut :
Debit yang air limbah dihasilkan dari proses produksi dimisalkan dengan 10 m3/hari
dengan waktu operasional selama 24 jam dalam sehari, dimana pabrik beroperasi dalam waktu 7
hari dalam 1 minggu.
Berdasarkan debit yang diperoleh tersebut selanjutnya dilakukan konversi pada debit
tersebut untuk memperoleh satuan dalam m3/detik dan L/detik. Perhitungan debit didasarkan
pada Persamaan 4.1.
= 0,00012 m3/detik
= 0,12 L
Untuk perhitungan debit puncak diasumsikan 2x kali debit rata-rata. Perhitungan debit
didasarkan pada Persamaan 4.2.
= 0,24 L/detik
Desain unit ipal dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria desain pada tiap unit agar
desain yang diperoleh dapat bekerja dengan baik. Desain setiap unit disajikan sebagai berikut
Unit prasedimentasi didesain berdasarkan 4 zona yang ada pada unit prasedimentasi. Zona
tersebut antara lain: zona inlet, zona pengendapan, zona outlet dan zona lumpur. Setiap zona
didesain secara terpisah dengan tujuan agar aliran yang masuk ke dalam unit prasedimentasi
dapat laminar. Zona pada bak prasedimentasi disajikan pada Gambar 4.1.
Pada desain bak prasedimentasi terlebih dahulu dilakukan uji pengendapan untuk
mengetahui kemampuan penyisishan padatan yang terjadi pada proses sedimentasi. Waktu
tinggal yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 2 jam.
Zona Lumpur
= 1,0 m
l. Freeboard (fb) = 0,2 m
m. Kedalaman bak total (H) = h + fb
= 1,0 m + 0,2 m
= 1,2 m
Vs = 45 m/hr
= 0,052083 cm/det
Specific Gravity (Ss) = 2,65
o. D partikel terkecil = ((18 x Vs x v)/(g x (Ss-1)))0,5
yang diendapkan = 0,00002 cm
p. k = 0,05
f = 0,02
Berdasarkan Hasil perhitungan nilai Nre dan Nfr sudah memenuhi kriteria, sehingga pada
inlet saluran tidak perlu di pasang perforated baffle. Nilai Nre pada zona pengendapan < 2000
menunjukkan kondisi aliran laminar. Sedangkan nilai Nfr > 10-5 menunjukkan tidak ada aliran
singkat dalam bak prasedimentasi.
Dimensi bak
a. td rencana = 5 menit
b. Volume (V) inlet zone = Q x td
= 0,00023 m3/det x 60 x 5 menit
= 0,06944 m3
= (0,231481 m2)0,5
= 0,5 m
f. Freeboard = 0,1 m
g. Kedalaman total (H) = h+freeboard
= 0,4 m
= 0,0016 m/det
= 0,134 m
= 7,6362x10-6 m
Pintu air berfungsi untuk mengontrol aliran air limbah yang masuk ke unit prasedimentasi
melalui bukaan pada pintu air. Selain itu pintu air juga dapat berfungsi sebagai penghenti aliran
dengan cara menutup bukaan pintu air. Hal ini berguna ketika salah satu unit prasedimentasi
dibersihkan.
BOD = 77,1 %
COD = 78,8 %
SS = 99,5 %
i. kadar air = 94 %
= 407,94 kg/hari
= 1,099 gr/cm3
= 1099 kg/cm3
h. Volume lumpur (Vol) = (Berat SS+Berat air)/Density lumpur
= 6,1865 m3/hari
= 3,0933 m3/hari
= 1,000 m2
p. Luas dasar limas (A’) = L' x P'
= 0,01 m2
q. Tinggi = 0,3 m
r. Jumlah kompartemen = 1 buah
s. Volume = t x (A+A'+((A x A')0,5))/3
= 0,111 m3
= 14 Kali
Q = 1,375 x b x (h1,5)
h = (Q/(1,375 x b))(2/3)
= 0,036 m
freeboard = 0,1 m
h total = h+freeboard
= 0,136 m
g. Tinggi air di atas pelimpah (H)
Q = 1,84 x Ltot x (H^1,5)
H = (Q/(1,84 x Ltot))^(2/3)
= 0,01 m
= 40,000 m3/m.hr
Bak ekualisasi berfungsi untuk meratakan beban organik dengan cara meratakan debit
aliran yang masuk ke pengolahan tahap kedua. Selain itu bak ekualisasi juga mencegah
terjadinya hydraulic dan organic shock loading pada pengolahan biologis.
Bak ekualisasi diletakkan setelah bak pengendap I dengan fungsi sebagai penerima debit
dari bak pengendap I (inline equalization). Dengan tujuan agar debit dan beban yang dihasilkan
seragam dibandingkan jika diletakkan secara offline equalization.
Keuntungan dari penempatan bak ekualisasi setelah bak pengendap I adalah lebih
menghasilkan sedikit masalah terhadap timbulnya endapan atau buih (Metcalf dan Eddy, 2003).
Sehingga dengan penempatan tersebut akan lebih efisien dalam segi perawatan.
A = V/H
= 1/1
= 1 m2
Ditentukan rasio p:l = 2:1
L = (1/2)0,5
=1m
P = 2x1 m
=2m
Freeboard = 0,3 m
H total = 1.3 m
Jadi luas lahan yang diperlukan untuk bak ekualisasi adalah 1 m2.
Perhitungan Pompa
a. Q = 0,00024 m3/det.
b. v. Asumsi = 0,5 m/det
c. Jumlah Pompa = 1 buah
d. Q tiap pompa = Q/jumlah pompa
= 0,00024 m3/det
= 0,00024/0,5
= 0.00046 m2
f. Diameter Pipa = (4 x A/3.14)1/2
= (4 x 0,00046/3,14)1/2
= 0.025 m
= 25 mm
Perhitungan Head Pompa
= x2 Berdasarkan hasil
perhitungan head pompa
= 0,037 m
yang diperlukan adalah
c. Hf minor = Hf Bend 90 + Hf Tee + Hf Kecepatan
1,37 m. Jenis pompa
= (0,5+0,9+1) x v2/2g yang digunakan adalah
pompa submersible air
=(0,5+0,9+1) x 0.52/2 x 9,81
limbah.
= 0,031 m
4.1.3. Desain Unit Bak
d. Head pompa = Hs + Hf mayor + Hf minor + Sisa tekan
Koagulasi-Flokulasi-
= 1 + 0,037 + 0,031 + 0,3
Sedimentasi 2
= 1,37 m
Bak koagulasi berfungsi untuk meratakan atau mendispersikan koagulan dalam air
limbah. Adapun koagulan yang digunakan dalam desain kali ini adalah PAC (Poly Aluminum
Chloride). Selain itu terdapat penambahan MgO yang berfungsi untuk menurunkan pH air
limbah.Bak koagulasi didesain berbentuk terjunan. Pembubuhan koagulan dilakukan sebelum air
limbah jatuh ke bak penampung.
Air limbah yang telah mengalami proses pengadukan cepat selanjutnya dilakukan
pengadukan lambat. Pengadukan lambat bertujuan untuk membentuk flok. Pada desain IPAL
digunakan tiga tahapan pengadukan lambat dengan gradient kecepatan menurun. Hal ini
bertujuan agar flok yang terbentuk dapat bergabung dengan flok yang lain, sedangkan gradient
kecepatan yang menurun bertujuan agar flok yang dihasilkan tidak pecah.
Pada desain IPAL, pengadukan lambat digunakan sistem hydraulic jet flokulator (HJF).
Pada sistem ini pengadukan berlangsung pada penyempitan penampang saluran. Penyempitan
penampang saluran berupa perforated baffle. Gradien kecepatan pengadukan diatur melalui
jumlah bukaan (lubang) yang ada pada baffle.
Flok yang telah terbentuk diendapkan menggunakan bak sedimentasi. Bak sedimentasi
didesain berdasarkan empat zona yang ada pada bak sedimentasi. Zona-zona yang didesain antara
lain zona inlet, zona pengendapan, zona outlet dan zona lumpur.
Untuk menentukan dosis pembubuhan dilakukan uji jartest terhadap supernatan hasil uji
imhoff cone. Dosis pembubuhan untuk MgO dimisalkan 35 mg/L. Sedangkan dosis pembubuhan
PAC dimisalkan 240 mg/L.
b. Q = 0,00012 m3/detik
c. Direncanakan suhu air : 30oC
μ = 0,0008004 N.s/m2
ν = 8,039 x 10-7 m2/s
ρ = 0,99568 gr/cm3
= 995,68 kg/m3
g = 9,81 m/s2
d. Gradien kecepatan (G) = 600 /detik
e. Waktu detensi (td) = 30 m
= 0,00012 m3/s x 30 s
= 0,003 m3
=1m
c. A surface bak = Volume/kedalaman bak
= 0,003 m3/0.1 m
= 0,035 m2
d. Rasio panjang:lebar =1
e. Panjang bak (P) = Asurface1/2
= 0,0350,5
= 0,2 m
a. td rencana = 20 detik
b. Volume = Q x td
= 0,00012 m3/s x 30 s
= 0,002314815 m3
= 0,003 m3/0,1 m
= 0,023148148 m2
= 0,0350,5
= 0,2 m
= 0,00409 Ft3/detik
c. Gradien kecepatan rencana (G):
Kompartemen 1 = 50 /detik
Kompartemen 2 = 40 /detik
Kompartemen 3 = 25 /detik
Kompartemen 2 = 5 menit
Kompartemen 3 = 5 menit
= 900 detik
= 0,3 m
= 0,9 m
m. Jari-jari hidrolis (R) = A/K
.
= (l x h)/(2h+l)
= 0,11538461 m
= 0,03472222 m3
H Kompartemen 2 = 0,04 m
H kompartemen 3 = 0,02 m
= 0,0005 m2
= 0,0006 m2
= 0,0010 m2
N Kompartemen 3 = 9 buah
Kompartemen 2 = 3 buah
Kompartemen 3 = 3 buah
))
y. Jarak antar lubang vertical (Sv) = )
Kompartemen 1 = 16 cm
Kompartemen 2 = 12 cm
Kompartemen 3 = 12 cm
))
z. Jarak antar lubang horizontal (Sh) = )
Kompartemen 1 = 9 cm
Kompartemen 2 = 7 cm
Kompartemen 3 = 7 cm
Vs = 30 m/hr
= 0,034722 cm/det
diendapkan = 0,00002 cm
p. k = 0,05
f = 0,02
q. Kecepatan penggerusan (Vsc)= (8 x k x (Ss-1) x g x d/f)0,5
= 0,768 cm/det
r. Kecepatan horizontal (Vh) = Q/(lebar x kedalaman bak)
= 0,02222 cm/det OK (Vh < Vs)
s. Keliling basah (R) = (b x h)/(b+2h)
= 0, 248 m
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Nre dan Nfr yang memenuhi. Sehingga
pada desain inlet tidak perlu dilengkapi dengan baffle.
Zona inlet pada bak sedimentasi adalah outlet dari bak pengaduk lambat. Sehingga dalam
desain tidak diperlukan pintu air mengingat desain bak yang menjadi satu dengan bak pengaduk
cepat dan pengaduk lambat.
TSS = 64 mg/l
BOD = 92,4 %
COD = 92,7 %
TSS = 99,8 %
- kadar air = 94 %
= 3,13872 kg/hari
= 1,099 gr/cm3
= 1099 kg/cm3
= 0,0476 m3/hari
= 0,800 m2
= 0,04 m2
r. Volume tinggi (t) = t x (A+A'+((A x A')0,5))/3
= Vol x 3 / (A+A'+((A x A')0,5))
= 0,400 m
Pengurasan lumpur dilakukan menggunakan pompa lumpur
s. Q yang drencanakan = 10 l/det
= 0,01 m3/det
u. Waktu (t) pengurasan = Volume / Q per hari
= 4,7600 detik
= 0,079 menit
4). Desain Zona Outlet
Q = 1,375 x b x (h1,5)
h = (Q/(1,375 x b))(2/3)
= 0,014 m
freeboard = 0,2 m
h total = h+freeboard
= 0,214 m
H = (Q/(1,84 x Ltot))(2/3)
= 0,01 m
= 10,000 m3/m.hr
D. Desain unit Bak Filter karbon
Bak karbon aktif berfungsi sebagai unit yang berfungsi untuk menghilangkan sisa warna
yang tidak tereduksi pada unit koagulasi-flokulasi. Selain itu, unit filter karbon juga berfungsi
mengurangi konsentrasi dari zat organik yang ada pada air limbah.
Perhitungan
a. Q rencana = 10 m3/hari
= 0,42 m3/jam
= 0,00012 m3/detik
b. Densitas arang (p) = 550 kg/m3
c. Volume treated/kg arang = 0,05 m3/kg
d. vb = 0,02 m3
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA