PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah industri batik menjadi salah satu penyumbang pencemaran
lingkungan. Proses produksi pada industri batik meliputi beberapa tahapan dimulai
dengan persiapan, pemolaan, pemalaman, pewarnaan celup, penghilangan lilin
batik (pelodoran) dan finishing. Proses pengolahan kain dan pewarnaan
menghasilkan limbah cair yang mengandung zat-zat kimia berbahaya. Limbah
industri batik berpotensi menimbulkan pencemaran air karena memiliki kandungan
bahan organik, padatan tersuspensi, minyak atau lemak yang tinggi dan adanya
kandungan logam berat yang berbahaya seperti Cr, Cd, Cu, dan Pb (Desianna et
al., 2017). Kromium (Cr) merupakan logam berat yang sulit terurai di lingkungan
dan akhirnya terakumulasi dalam tubuh manusia melalui rantai makanan (Zarkasi
et al., 2018). Logam berat yang terkandung dalam limbah cair dapat masuk ke
dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran
pernapasan, pencernaan, dan penetrasi kulit (Yuliono et al., 2014) .
Kromium merupakan salah satu kandungan logam berat yang bersifat toksis
yang terdapat pada buangan industri batik. Kandungan kromium pada limbah cair
menyebabkan iritasi jika mengenai kulit , logam yang bersifat toksis karena dapat
menimbulkan terjadinya keracunan yang menyebabkan pembengkakan pada hati,
apabila terakumulasi dalam jumlah yang besar dalam tubuh adalah dapat
menimbulkan berbagai penyakit kanker paru-paru, pelubangan jantung, dermatitis,
alergi, dan iritasi apabila terkena mata (Desianna et al., 2017; Suhartini, 2012 ;
Yuliono et al., 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya solusi untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan akibat kadar logam Cr
pada limbah cair batik.
Alternatif guna mengurangi kadar logam berat yang terkandung pada limbah
batik yaitu dengan menggunakan metode adsorpsi. Adsorpsi merupakan teknik
pemurnian dan pemisahan yang efektif dipakai dalam industri karena dianggap
lebih ekonomis dalam pengolahan air dan limbah serta merupakan teknik yang
sering digunakan untuk mengurangi ion logam berat dalam air limbah (Desianna et
1
2
al., 2017). Ada beberapa tumbuhan yang mempunyai kemapuan sebagai adsorben
salah satunya adalah kulit pisang. Kulit pisang memiliki gugus fungsional yang
berperan dalam pengikatan ion-ion logam berat seperti gugus hidroksil dan asam
karboksilat. Gugus fungsional dari rantai polisakarida adalah gugus hidroksil (-
OH). Ikatan yang terjadi antara ion logam dengan polisakarida dapat terjadi melalui
ikatan hidrogen. Hal inilah yang menyebabkan kulit pisang dapat dimanfaatkan
sebagai bioadsorben logam berat (Suhartini, 2012).
Penelitian mengenai kemampuan pada kulit pisang sebagai adsorben sudah
banyak dilakukan oleh peneliti. Penelitian dengan menggunakan limbah kulit
pisang kepok (Musa acuminate) sebagai biosorpsi logam besi (Fe) dalam media
limbah cair artifisial dengan hasil kulit pisang kepok dapat digunakan sebagai
biosorben terhadap logam Fe. Pada penelitian ini, waktu kontak optimum dicapai
pada waktu kontak 30 menit dan pH larutan 6, dimana didapat persentase adsorpsi
yang diperoleh sebesar 86,387% dengan kapasitas adsorpsi sebesar 1,44 mg/g
(Arifiyana & Devianti, 2020) memanfaatkan kulit pisang kapok (Musa Acuminate
L) sebagai biosorben untuk menurunkan kadar timbal (Pb) pada larutan Pb (Anom
Putra et al., 2019). Kebaharuan dari penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya
adalah perlakuan variasi suhu pada saat pembuatan adsorben belum dilakukan, dan
pada kromium limbah cair batik belum dilakukan. Penelitian ini akan
menggunakan variasi suhu pada saat pembuatan adsorben untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kualitas limbah cair batik. Penelitian ini penting dilakukan
mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan apabila limbah industri batik
dibuang dengan pengelolaan yang belum maksimal. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat membantu mengenai pengelolaan limbah cair batik untuk
mengurangi daya cemar yang ditimbulkan menggunakan bahan yang mudah
didapatkan dan biaya yang cukup murah.
Hasil penelitian tentang pengaruh adsorpsi kulit Musa Paradisiaca L.
terhadap kualitas limbah cair batik memiliki kesesuaian konsep dengan mata
pelajaran Biologi SMA kelas X semester 2 pada materi Perubahan Lingkungan dan
Daur Ulang Limbah. Hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber
belajar yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) 4.11 yakni “Merumuskan
3
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
terkait pemanfaatan bagian lain tanaman pisang kepok seperti batang, dan jantung
pisang sebagai adsorben untuk pengelolaan limbah cair batik.