Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN
(AMPC-2502)

Disusun Oleh:
Mahmud Hidayat (1710119310009)

Rahmi Latifah (1710119320021)

Dosen Pembimbing:
Monry Fraick Nicky Gillian Ratumbusyang, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Implementasi Pendidikan Biologi terhadap Kewirausahaan” ini tepat pada
waktunya. Tak lupa pula shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat, kerabat dan pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan baik dari segi susunan
ataupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini.
Makalah ini berisi pembahasan mengenai bentuk implementasi konsep difusi
osmosis dalam dunia pangan salah satunya yaitu dalam bentuk manisan buah, cara
membuat produk manisan buah, hingga cara memasarkan produk tersebut.
Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin yarabbal alamin.

Banjarmasin, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kewirausahaan merupakan suatu proses dinamis untuk menciptakan nilai
tambah atas barang dan jasa serta kemakmuran. Kewirausahaan merupakan proses
penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari
peluang yang dihadapi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang
(Saragih, 2017). Orang yang menerapkan konsep kewirauahaan ini disebut
dengan wirausahawan.
Untuk menjadi seorang wirausahawan, kita tidak harus berasal dari
mereka yang mendalami ilmu ekonomi atau bisnis saja. Setiap orang bisa dan
berhak menjadi wirausahawan, termasuk bagi mereka yang mendalami ilmu lain
seperti pendidikan biologi. Pemerintah sendiri saat ini berusaha mendorong
lulusan dari perguruan tinggi agar berani terjun langsung menjadi wirausahawan.
Oleh karena itu, kiranya perlu juga bagi kita dari program studi pendidikan biologi
untuk dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan biologi terhadap
kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kayu Manis
Kayu manis (Cinnamomum sp.)merupakan tumbuhan asli Asia Selatan,
Asia Tenggara dan daratan Cina, termasuk Indonesia (Smith, 1986). Tanaman
kayu manis yang dikembangkan di Indonesia sebagian besar adalah jenis
Cinnamomum burmanii Blume. Jenis kayu manis ini merupakan tanaman asli
Indonesia. Selain C. burmanii, Indonesia pun masih memiliki beberapa jenis
tanaman dari keluarga Cinnamomum, yaitu C. Cassia dan C. cullilawan. Namun
kualitas kulitnya masih lebih rendah dibanding C. Burmanii (Rismunandar dan
Paimin, 2009). Kayu manis termasuk famili Lauraceae yang memiliki nilai
ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk
diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang
hasil ikutannya adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai
rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan
dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan
sebagainya (Heyne, 1987).
Kayu manis merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang banyak
dibudidayakan di Indonesian. Kayu manis dibudidayakan untuk diambil kulit
kayunya yang biasanya digunakan sebagai bumbu masakan. Tanaman kayu manis
dapat tumbuh di daerah pegunungan sampai ketinggian 1.500 m dengan tinggi 1-
12 m, daun lonjong atau bular telur, warna hijau, dan daun muda berwarna merah.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis kayu manis antara lain Cinnamomun
burmanni. Jenis kayu manis yang berbeda dengan Cinnamomun zeylanicum dan
Cinnamomun cassia dan beberapa jenis tanaman kayu manis asli Indonesia.
(Rismunandar, 2001).
Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) merupakan salah satu jenis dari
famili Lauraceae yang dipilih untuk penelitian ini. Tumbuhan ini banyak terdapat
di daerah sub tropis dan tropis. Penelitian terhadap minyak atsiri dari
Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan
oleh Wang, dkk (2009) melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang
terkandung adalah transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin
(13,39%).

2.2 Perekonomian Masyarakat


Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan juga merupakan daerah
pengembang tanaman kayu manis jenis C. Burmanii dengan kualitas nomor dua
setelah Sumatera. Beberapa daerah penghasil kayu manis diKalimantan Selatan
adalah Loksado dan Padang Batung, dimana keduanya masuk dalam Kabupaten
HuluSungai Selatan yang berlokasi di sepanjang punggung Pegunungan Meratus.
Masyarakat Dayak Meratusmerupakan produsen utama kayu manis di propinsi
ini. Daerah Kalimantan Selatan lainnya, yaitu Kotabarudan Kabupaten Hulu
Sungai Tengah juga merupakan pengembang kayu manis. Kawasan - kawasan
inimemiliki potensi rempah – rempah yang sangat besar dan secara ekonomis
dapat bersaing dengan produkkayu manis dari daerah manapun (Wangsa dan
Nuryati, 2006; BPS Kab. Hulu Sungai Selatan, 2004).
Pengusahaan kayu manis oleh masyarakat petani di Kalimantan Selatan
pada umumnya masih dalam taraf industri hulu. Keuntungan yang mereka peroleh
adalah dari hasil penjualan kulit kayu manis. Sebagian diantara mereka ada yang
berusaha mendapatkan nilai tambah dengan cara menjual kayu manis dalam
bentuk produk sirup. Cara pembuatannya pun masih dilakukan secara tradisional.
Penyusunan makalah ini bertujuan mengetahui pemanfaatan dan pengusahaan
kayu manis serta berbagai kendala yang dihadapi oleh petani kayu manis di
Kalimantan Selatan, khususnya di daerah Loksado, Kab. Hulu Sungai Selatan.
Pengusahaan kayu manis oleh masyarakat petani di Kalimantan Selatan
pada umumnya masih dalam taraf industri hulu. Keuntungan yang mereka peroleh
adalah dari hasil penjualan kulit kayu manis. Sebagian diantara mereka ada yang
berusaha mendapatkan nilai tambah dengan cara menjual kayu manis dalam
bentuk produk sirup. Cara pembuatannya pun masih dilakukan secara tradisional.
Penyusunan makalah ini bertujuan mengetahui pemanfaatan dan pengusahaan
kayu manis serta berbagai kendala yang dihadapi oleh petani kayu manis di
Kalimantan Selatan, khususnya di daerah Loksado, Kab. Hulu Sungai Selatan.
Pengusahaan kayu manis di Loksado masih terbatas pada pengusahaan
bagian kulit dari pohon kayu manisnya saja. Kegiatan yang dilakukan meliputi
produksi, penjemuran kulit kayu manis, dan distribusi produk dari kulit kayu
manis baik itu dalam bentuk gulungan (mentah) maupun sirup. Meski demikian,
sejak tahun 2010, kayu manis dari Loksado telah mendapatkan sertifikat organik
SNI. Adanya sertifikasi ini cenderung berkontribusi dalam meningkatkan
pendapatan petani sehingga memotivasi petani kayu manis untuk meningkatkan
produktivitasnya. Di kecamatan ini hampir sebagian besar masyarakat bermata
pencaharian utama sebagai petani kayu manis. Pohon kayu manis di Loksado
sebagian besar berada di luar kawasan hutan, yaitu di tanah atau kebun masyarakat
yang berkembang secara sporadis dari hasil budidaya.
Pada awalnya produksi kayu manis dilakukan oleh masyarakat Dayak
setempat dengan cara meramu kayu manis di dalam hutan sepenuhnya.
Keberadaan pohon kayu manis di dalam hutan yang semakin langka, mendorong
masyarakat Dayak untuk membudidayakannya. Budidaya kayu manis baru
dimulai sekitar tahun 2000-an dengan bantuan pemerintah daerah. Budidaya kayu
manis yang dipusatkan di beberapa wilayah hutan balai adat di Kecamatan
Loksado ini telah dikenal baik oleh masyarakat. Teknik penanaman
dikembangkan dari biji dan cabutan anakan yang tumbuh di sekitar pohon kayu
manis. Sebelumnya kayu manis yang dipasarkan oleh masyarakat setempat
berasal dari pohon kayu manis yang tumbuh alami di dalam hutan. Pohon kayu
manis hanya bisa dipanen satu kali. Untuk mengambilnya, warga harus memasuki
hutan belantara, berjalan hingga berjam – jam. Dari waktu ke waktu jarak yang
ditempuh semakin jauh karena jumlah pohon kayu manis semakin berkurang.
Hanya saja, berbeda dengan masyarakat petani kayu manis di Kalimantan Selatan,
cara pemanenan kayu manis di Jambi dan Sumatera Barat dinilai lebih lestari. Di
Kalimantan Selatan, pohon kayu manis ditebang dahulu baru dikuliti, sedangkan
di Jambi pemanenan dilakukan dengan menyisakanpotongan batang bawah
(tunggul) yang akan dipelihara dan bisa bisa dipanen lagi 5-6 tahun kemudian.
Diinformasikan, tanaman kayu manis yang dikembangkan di Indonesia sebagian
besar adalah jenis Cinnamomum burmanii Blume. Jenis kayu manis ini
merupakan tanaman asli Indonesia.

2.3 Daerah Aliran Sungai


2.4 Minuman Kayu Manis Produk Unggul Desa Loksado dan Mendorong Parawisata
Kec Hulu Sungai Selatan.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
BAB IV
KESIMPULAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai