Anda di halaman 1dari 13

POTENSI PRODUK KOPI SEBAGAI TANAMAN

AGROFORESTRY DI HKM WANA LESTARI DESA


KARANG SIDEMEN KECAMATAN BATUKLIANG
UTARA

Oleh:
Kelompok I
Abdul Halik Rifki (C1L020002)
Ade Isna Mulyanugroho (C1L020004)
Andy Maryadi (C1L019008)
Aprilia Ika Berliana (C1L020014)
Aulia Khairunnisa (C1L020020)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Agroforestry adalah sistem penggunaan lahan dimana adanya kombinasi antara


tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang di tanam baik secara bersamaan atau
bergantian dalam satu bidang lahan yang bisa meninngkatkan keuntungan baik secara
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan (Suharjito, 2000). Sistem agroforestry
memiliki keanekaragaman tanaman dalam suatu hamparan lahan yang bisa
mengurangi resiko kegagalan dan bisa melindungi tanah dari erosi serta mengurangi
kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar karena adanya daur ulang sisa tanaman.
Program hutan kemasyarakatan (HKm) menumbuhkan harapan baru bagi
masyarakat sekitar kawasan untuk masa depan yang lebih baik (Wibowo. 2016),
karena masyarakat mendapat kesempatan untuk menanam tanaman semusim di
antara tanaman kehutanan sehingga akan meningkatkan pendapatan rumah tangga
petani (Cardozo. 2015). Pengembangan program HKm di kawasan hutan lindung
Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah dimulai tahun 1999.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK 436/Menhut-II/2007
tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Lombok
Tengah, luas areal HKm adalah 1.809,5 ha. lokasi HKm berada di empat desa, yaitu
Desa Karang Sidemen, Desa Lantan, Desa Aik Berik dan Desa Seteling. Lokasi
HKm tersebut merupakan kawasan hutan lindung yang menjadi buffer zone Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang arealnya merupakan pegunungan dengan
elevasi 546-2.554 m dpl dan tingkat kelerengan 0- 58o . Tipe tanah merupakan
entisol, alfisol and inceptisol.
Kopi merupakan komoditi perkebunan penting bagi Desa Karang Sidemen,
karena desa Karang Sidemen merupakan salah satu Desa yang memproduksi kopi.
Jenis kopi yang banyak diusahakan di Desa Karang Sidemen adalah jenis Robusta
dan Arabika. Dari kedua jenis kopi tersebut, Robusta lebih mudah ditanam, hasil
produksinya lebih besar daripada Arabika, harga lebih murah daripada jenis Arabika.
Oleh karena itu di Desa Karang Sidemen hanya memproduksi jenis kopi Robusta.
Pemanfaatan kopi saat ini kebanyakan diolah menjadi minuman, dengan berbagai
macam jenis merek yang beredar di pasar. Kebanyakan dari produk tersebut berupa
kopi instant dengan penambahan gula, susu, lemak nabati (krimmer). Konsumsi kopi
masih tergolong sangat rendah, yaitu 800 gram per orang pertahun, walaupun
masyarakat Desa Karang Sidemen termasuk kelompok orang yang menyukai
minuman kopi. Masyarakat perkotaan menjadikan seduhan kopi panas sebagai
minuman favorit nomor dua setelah teh panas. Oleh karena itu perlu dikembangkan
inovasi produk olahan kopi baru dengan citarasa yang lain, diharapkan dapat
meningkatkan jumlah konsumsi kopi.

I.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Mengetahui potensi pengembangan tanaman kopi di HKm Wana Lestari
2. Mengetahui kelembagaan dan kebijakan apa saja yang ada di HKm Wana
Lestari
3. Mengetahui jenis perhutanan sosial dari objek yang diteliti
II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur
adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca, mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Studi kepustakaan
merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian
akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek
manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan
utama yaitu mencari dasar pijakan/ fondasi utnuk memperoleh dan membangun
landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan sementara atau disebut
juga dengan hipotesis penelitian. Sehingga para peneliti dapat menggelompokkan,
mengalokasikan mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam
bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai
pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.
Melakukan studi literatur ini dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka
menentukan topik penelitian dan ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum
mereka terjun ke lapangan untuk mengumpulk an data yang diperlukan (Darmadi,
2011). Data yang digunakan berasal dari textbook, journal, artikel ilmiah, literature
review yang berisikan tentang konsep yang diteliti.
III. PEMBAHASAN

III.1. Gambaran Umum Kawasan

Secara administrasi, lokasi HKm berada di empat desa, yaitu Desa Karang
Sidemen, Desa Lantan, Desa Aik Berik dan Desa Seteling. Lokasi HKm tersebut
merupakan kawasan hutan lindung yang menjadi buffer zone Taman Nasional
Gunung Rinjani (TNGR) yang arealnya merupakan pegunungan dengan elevasi 546-
2.554 mdpl dan tingkat kelerengan 0-58 . Tipe tanah merupakan entisol, alfisol dan
inceptisol. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), kawasan
Rinjani diklasifikasikan bertipe iklim C menurut sistem klasifikasi Schmidt dan
Fergusson yang memiliki bulan basah 4 - 7 bulan setiap tahun, intensitas curah hujan
1.500 - 2.500 mm/tahun dan suhu udara dari 220 - 310℃ dengan rata-rata suhu
bulanan 26,50C. HKm Desa Karang Sidemen yaitu HKm Wana Lestari yang berada
di Dusun Persil, Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Karang
Sidemen, Praya, Kabupaten Lombok Tengah.

III.2. Perhutanan Sosial

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 9 Tahun 2021


tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial menyatakan system pengelolaan hutan lestari
yang dilaksanakan dalam kawasan hutan Negara atau hutan hak/hutan adat yang
dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan,
keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa
(HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Adat
(HA) dan Hutan Kemitraan.
HKm Wana Lestari merupakan salah satu dari program perhutanan sosial yaitu
dalam bentuk Hutan Kemasyarakata, dimana tujuan utamanya untuk memberdayakan
masyarakat setempat upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian
masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal
dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses. Kegiatan HKm hanya
diberlakukan di kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Ketentuannya, hutannya
tidak dibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasil hutan dan menjadi sumber mata
pencaharian masyarakat setempat.
Program hutan kemasyarakatan (HKm) menumbuhkan harapan baru bagi
masyarakat sekitar kawasan untuk masa depan yang lebih baik, karena masyarakat
mendapat kesempatan untuk menanam tanaman semusim di antara tanaman
kehutanan sehingga akan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.
Pengembangan program HKm di kawasan hutan lindung Kecamatan Batukliang
Utara Kabupaten Lombok Tengah dimulai tahun 1999 (Siregar, dkk., 2019).

III.3. Potensi Kopi

Di Kawasan HKm terdapat 44 jenis tanaman yang terdiri dari tanaman


multiguna, tanaman kayu dan tanaman bawah tegakan. Kerapatan tanaman 11.462
batang/ ha dengan jumlah per jenis tanaman. Jumlah tanaman terbanyak adalah kopi,
diikuti tanaman pisang, durian, coklat dan nangka. Ketersediaan tanaman kopi di
Karang Sidemen sangat melimpah. Kopi merupakan komoditi perkebunan penting
bagi Desa Karang Sidemen, karena desa Karang Sidemen merupakan salah satu
Desa yang memproduksikopi. Jenis kopi yang banyak diusahakan di Desa
Karang Sidemen adalah jenis Robusta dan Arabika. Dari kedua jenis kopi
tersebut, Robusta lebih mudah ditanam, hasil produksinya lebih besar daripada
Arabika, harga lebih murah daripada jenis Arabika. Oleh karena itu di Desa Karang
Sidemen hanya memproduksi jenis kopi Robusta. Kopi yang dihasilkan di Karang
Sidemen tidak menggunakan pengawet dan pemanis buatan sehingga menjadi salah
satu keunggulan dari produknya.

III.4. Pengolahan Kopi


Komoditas kopi dari petani kopi dalam proses panen sampai pasca panen dibagi
menjadi tiga aktifitas utama yang dilakukan antara lain:
1. Proses pemanenan. Pada proses ini petani kopi mengumpulkan hasil panen
menggunakan cara pemungutan dan pemetikan. Pemungutan biasanya
dikarenakan adanya buah yang terjatuh dari tangkai disebabkan oleh binatang
atau buah yang sudah masak. Sementara untuk proses pemetikan ada yang
melakukan pemetikan dengan dipilih buah yang sudah berwarna merah dan
kebanyakan menyatakan pemetikan dengan serampangan atau tidak dipilih antara
buah matang berwarna merah dan yang masih berwarna hijau bahkan muda atau
yang mereka sebut dengan istilah “pemetoq maling” atau cara pemetikan maling.
2. Proses penjemuran, yaitu proses yang dilakukan setelah pemanenan yang
bertujuan untuk mengeringkan biji kopi sebelum proses penggilingan.
Penjemuran memakan waktu hampir 1-3 hari (maksimal jika cuaca benar- benar
panas) dan aktifitas ini berlangsung di rantai petani, kelompok tani, dan pengepul
hingga mencapai kekeringan 80%.
3. Proses Penggilingan atau milling. Petani menggiling kopi yang sudah kering ke
huller terdekat dengan tujuan untuk memisahkan biji kopi dengan kulitnya.
35.000 tergantung kualitas dan kesepakatan harga oleh pembeli
Setelah dilakukan tiga kegiatan utama tersebut maka biji kopi yang sudah disortir
dapat didiversifikasi lagi menjadi berbagai macam jenis produk kopi. Jenis kopi yang
diproduksi di Karang Sidemen sendiri yaitu kopi robusta dan juga sirup kopi jahe
yang dapat menjadi ciri khas bagi Desa Karang Sidemen.

III.5. Potensi Pasar


Potensi pasar komoditas kopi terbilang masih sangat potensial bahkan
berkembang cukup pesat baik di tingkat internasional, nasional ,dan lokal. Di
Lombok khususnya, tradisi bertamu ke rumah-rumah warga selalu seduhan kopi
hitam menjadi sajian pembuka yang utama menemani pembicaraan panjang tamu dan
tuan rumah. Urusan menyeduh kopi menjadi seni yang rumit dengan peralatan
kompleks, namun kopi tubruk seduh tetap saja masih menjadi idola sepanjang masa.
Mengingat Pulau Lombok khususnya Kabupaten Lombok Tengah yang semakin akan
berkembang menjadi destinasi wisata berkelas dunia dengan keberadaan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dengan pembangunan sirkuit formula 1 di
kawasan bagian Selatan, serta keberadaan kawasan Geopark Rinjani yang telah
diresmikan pada 2017 dengan jalur trakcking alternatif dari desa Aik Berik ke Puncak
Rinjani serta masih banyak lagi destinasi wisata alam, wisata agroforestry,
menjadikan itu semua sebagai potensi pasar utama yang harus segera disiapkan
pemenuhan kebutuhan konsumennya.
Batu Kliang Utara sebagai lokasi kawasan hutan dan kawasan destinasi wisata
utama khususnya untuk potensi wisata Air Terjun dan jalur tracking pendakian rinjani
memiliki hampir lima ratusan toko dan warung yang ada menuju jalur wisata utama
tersebut dengan kopi sebagai komoditas utama yang ditawarkan. Meskipun belum ada
Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur kewajiban untuk memprioritaskan produk
kopi lokal untuk dijual sebagai konsumsi tamu atau wisatawan yang berkunjung, akan
tetapi hampir seluruh kopi hitam yang diseduh dan dijual dengan harga Rp.3000/
gelas di area tersebut merupakan hasil olahan yang ia yakini bersumber dari kawasan
perkebunan dan hutan di sana salah satunya yaitu kopi dari Karang Sidemen.

III.6. Strategi Pemasaran Produk Kopi

Hasil pemetikan buah kopi yang masih basah pada panen puncak biasanya dijual
langsung kepada pengepul di desa. Di tingkatan petani, kadang mereka menjual biji
kopi langsung kepada kelompok pengolahan hasil panen seperti Kelompok Wanita
Tani yang menjadi bagian dari kelompok usaha Gapoktan. Pasar yang mereka tuju
kebanyakan adalah sektor pariwisata yaitu memasarkan hasil olahan di toko pusat
oleh-oleh atau wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata yang berada di
wilayah Utara seperti Benang Kelambu dan Benang Stokel di desa Aik Berik, Danau
Biru dan Air Terjun Sabuk Rinjani di Desa Karang Sidemen.
Selain menjual dalam bentuk biji kopi, masyarakat Desa Karang Sidemen juga
mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk dan juga sirup kopi jahe yang selanjutnya
dijual langsung kepada konsumen.
Pemasaran dilakukan dengan 2 teknik yaitu secara langsung dan online.
Pemasaran langsung dilakukan melalui pameran, care free day, dan toko-toko yang
ada di lombok tengah khususnya Batukliang Utara Desa Karang Sidemen. Dalam
pemasaran online dijual melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter.

III.7. Kelembagaan dan Kebijakan

Data perkebunan Kopi di kabupaten Lombok Tengah seluas 486,71 hektar


dengan jumlah petani kopi tercatat sebanyak 1013 kepala keluarga. Data tersebut
belum termasuk jumlah data petani yang mendapat izin kelola lahan perhutanan
dengan sekema hutan kemasyarakatan (HKm). Kelompok tani yang ada di Karang
Sidemen yaitu Gapoktan Wana Lestari dengan nomor izin 38 dan tahun kelola 11
Desember 2007 dan Kelompok Wanita Tani (KWT) dibentuk sejak Tahun 2007. Jumlah KK
yang ada yaitu 908 KK dengan luas lahan kelola seluas 355 Ha.
Area kawasan perhutanan merupakan wewenang kementrian lingkungan hidup
dan kehutanan, beberapa regulasi terkait pengelolaan kawasan dan perhutanan sosial
meliputi regulasi sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/
Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016 yang disahkan tanggal 25 Oktober 2016 tentang
Perhutanan Sosial meliputi sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan
dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh
masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk
meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial
budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman
Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan.
2. Peraturan Direktur Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Nomor
P.16/PSKL/ SET/PSL.0/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Desa (RPHD) Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan
Hutan Kemasyarakatan (RKU-IUPHKm), Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat (RKU-IUPHHK-HTR).
3. Peraturan Bupati Nomor 57 tahun 2016 tentang Pemanfaatan Produk Unggulan
Lokal. Hal ini untuk menunjang penggunaan produk lokal dalam aktifitas baik
oleh pemerintah, misalnya kopi untuk menjamu tamu luar daerah, dikonsumsi di
perkantoran pemerintah dan lainnya.
4. Perdes yang mengatur tentang desa, penggunaan APBDes dan Pemberdayaan
masyarakat.
5. Peraturan berupa kesepakatan yang disusun oleh Kelompok tani, gapoktan yang
mengikat dilingkup internal kelompok. Biasanya ada di setiap kelompok berupa
peraturan tertulis.
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil antara lain:


1. Ketersediaan tanaman kopi di Karang Sidemen sangat melimpah dimana terdapat
2 jenis kopi yang ditanam yaitu jenis arabika dan robusta. Kopi yang dihasilkan di
Karang Sidemen tidak menggunakan pengawet dan pemanis buatan sehingga
menjadi salah satu keunggulan dari produknya.
2. Kelembagaan yang ada di HKm Wana Lestari yaitu Sedangkan kebijakan yang
berlaku di HKm Wana Lestari antara lain:
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/
Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016
b. Peraturan Direktur Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
Nomor P.16/PSKL/ SET/PSL.0/12/2016
c. Peraturan Bupati Nomor 57 tahun 2016 tentang Pemanfaatan Produk Unggulan
Lokal.
d. Perdes yang mengatur tentang desa, penggunaan APBDes dan Pemberdayaan
masyarakat.
e. Peraturan berupa kesepakatan yang disusun oleh Kelompok tani, gapoktan yang
mengikat dilingkup internal kelompok.
3. Tata kelola hutan perhutanan sosial yang diterapkan di Hutan Karang Sidemen
yaitu berupa Hutan Kemasyarakatan atau HKm yang bernama HKm Wana Lestari.
DAFTAR PUSTAKA

Cardozo, E. G., Muchavisoy, H. M., Silva, H. R., Zelarayán, M. L. C., Leite, M. F.


A., Rousseau, G. X., & Gehring, C. 2015. Species richness increases
income in agroforestry systems of Eastern Amazonia. Agroforestry
Systems, 89(5), 901–916. https://doi.org/10.1007/s10457-015- 9823-9
Hairiah, K., Rahayu, S. dan Berlian. 2006. Layanan Lingkungan Agroforestri
Berbasis Kopi: Cadangan karbon dalam biomasa pohon dan bahan organik
tanah (Studi kasus dari SUmberjaya, Lampung Barat). Agrivita 28: 298-309
Mulyaningrum., et.al. 2019. Perhutanan Sosial Berkelanjutan di Provinsi Bali (Studi
Kasus di Hutan Desa wanagiri). Jurnal Sylva Lestari. Vol.7.No.2.
Priyadarshini., R. Hairiah.K.,Suprayogo. 2011. Keragaman Pohon Penaung Pada
Kopi Berbasis Agroforestri dan Pengaruhnya Terhadap Layanan Ekosistem.
Berk. Penel. Hayati. Hal. 81-85.

Rimbawan., R. 2021. Pengelolaan Agroforestri Pinus-Kopi dan Kontribusinya Bagi


Masyarakat Desa Baba Dan Pada Kawasan Hutan Pinus Pehutani KPH
Malang Jawa Timur. Jurnal Sylva AScienteae. Vol.04.No.4.

Singer.,A.C, et. al. 2018. Distribusi Tanaman dan Nilai Ekonomi Hutan
Kemasyarakatan Di Kecamatan Batukeliang Utara Kabupaten Lombok
Tengah. Jurnal Pengelitian Hutan Tanaman. Vol.16.No.2.

Sukardi. 2017. Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP).
Sumanto., E.S. 2009. Kebijakan Pengembangan Perhutanan Sosial dalam Perspektif
Resolusi Konflik. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. Vol.6.No.1.
Supriadi., H dan Pranowo. D. 2015. Prospek Pengembangan Agroforestry Berbasis
Kopi Di Indonesia. Perspektif. Vol.14.No.2.
Wibowo, E. A., Efendi, Y., Yana, S., Hidayat, M., Rumbadi, Hamta, F., Rofiqah, T.
(2016). Isu Dan Masalah Lingkungan Hidup (Pertama; A. P. Nasution,
Ed.). Retrieved from https://www.researchgate.net/publicati
on/316855764_Isu_Dan_Masala H_Lingkungan_Hidup%5cnhtt
Ps://Www.Researchgate.Net/Publication /316855764_Isu_Dan_Masalah
_Lingkungan_Hidup
Yulendra, L. Susanti. S. 2018. Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove
Bagek Kembar di Desa Bagik Manik Sekotong Lombok Barat. Media Bina
Ilmiah. Vol.12 No. 11.

Anda mungkin juga menyukai