Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah luas.
Indonesia juga memiliki banyak keberagaman flora dan fauna
yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakatnya.
Flora secara umum adalah segala jenis tumbuhan serta tanaman
yang ada di muka bumi dan fauna adalah segala jenis hewan yang
hidup di muka bumi. Indonesia memiliki sekitar 8.000 spesies
tumbuhan dan 2.215 spesies hewan yang sudah teridentifikasi.
Spesies hewan terdiri dari 515 mamalia, 60 reptil, 1.519 burung,
dan 121kupu-kupu. Salah satu daerah yang memiliki banyak
keberagaman flora dan fauna yaitu Desa Cikoneng.
Desa Cikoneng merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Cileunyi, Kabupaten Bandung. Desa tersebut memiliki banyak
potensi sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Sumber daya alam yang tersedia di desa
tersebut meliputi sayuran, kopi, buah, dan juga susu sapi perah.
Mata pencaharian masyarakat Desa Cikoneng berasal dari bertani
dan berternak. Sehingga, sumber daya alam yang berada di Desa
Cikoneng perlu dirawat dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
agar dapat menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan hasil
dari produk tersebut dapat menghidupi masyarakat yang ada di
Desa Cikoneng.
Ada satu fenomena yang tengah marak diperbincangkan dan
menjadi satu hambatan dalam pengolahan sumber daya alam yang
ada di Desa Cikoneng. Fenomena tersebut yaitu PMK atau
singkatan dari Penyakit Mulut dan Kaki pada sapi. Penyakit mulut
dan kuku (PMK) menjangkiti sapi, kerbau, kambing, domba, babi,
dan jenis-jenis hewan sebangsanya. Penyebab PMK adalah Aphtae
epizootica. PMK tentu membuat para peternak kebingungan
karena belum ditemukan obat atau vaksin oleh dokter. Selain itu,
peternak juga mengalami kerugian yang besar dikarenakan virus
PMK tersebut.
Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengolah
sumber daya alam dengan baik. Menurut survey yang dilakukan
oleh kelompok kuliah kerja nyata KKN UPI pada tanggal 13 Juli
2022 bahwa masyarakat didesa cikoneng masih kurang dalam
mengolah produk sumber daya alam yang ada karena beberapa
faktor seperti keterbatasan biaya modal, ketersediaan waktu dan
kurangnya minat dari masyarakat setempat. Seperti dalam
pengolahan kopi yang ada di desa Cikoneng, masyarakat sudah
terbiasa untuk menjual kopi ke tengkulak tanpa mengolah kopi
tersebut menjadi serbuk minuman kopi. Selain itu juga, banyak
limbah dari kulit jeruk bali yang tidak terpakai. Sehingga
diperlukan pemberdayaan dan pembinaan melalui sosialisasi
kepada warga untuk dapat mengolah sumber daya dengan baik.
Sosialisasi merupakan proses belajar tentang segala sesuatu
yang meliputi bahasa, norma, nilai, sistem kemasyarakatan, ilmu
pengetahuan, mata pencaharian, kesenian, dan keagamaan.
Menurut ldi dkk (2014:99) dalam proses sosialisasi, seorang
individu/anak didik belajar tentang perilaku, kebiasaan, dan pola-
pola kebudayaan lain. Individu juga belajar tentang keterampilan
sosial (social skills) seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, dan
cara makan. Sosialisasi merupakan proses membimbing individu
ke dalam dunia sosial.
Sosialisasi ini tentu sangat bermanfaat dan juga sangat
membantu bagi para masyarakat yang ada. Dari beberapa
permasalahan diatas, maka mahasiswa KKN UPI yang bertempat
di Desa Cikoneng membuat beberapa program untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Program tersebut terbagi menjadi 3
program yaitu : program sosialisasi pasca panen pada kopi,
sosialisasi penanganan dan perawatan pmk pada sapi perah dan
sosialisasi pembuatan kalua jeruk bali bagi umkm setempat.
A. Sosialisasi Penanganan Kopi Pasca panen
Desa Cikoneng memiliki banyak sekali sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan, salah satunya yaitu kopi. Kopi
merupakan suatu jenis tanaman tropis. Kopi juga dikenal
merupakan minuman yang tidak mengandung alcohol dan
memiliki kafein. Banyak manfaat yang didapatkan dari
mengkonsumsi kopi, diantaranya kafein yang terkandung
didalamnya dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh.
(Panggabean, 2012).
Desa Cikoneng memiliki banyak kebun kebun penghasil kopi.
Petani kopi di desa cikoneng hanya memetik kopi dan menjual
kopinya langsung ke tengkulak tentu dengan harga yang
terjangkau. Padahal, jika dengan mengolah kopi tersebut menjadi
produk lain akan menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi. Maka
salah satu upaya yang dilakukan oleh mahasiswa KKN UPI yaitu
dengan melakukan sosialisasi penanganan kopi pasca panen.
Sebelum melaksanakan sosialisasi, mahasiswa survey terlebih
dahulu ke bapak RT 03. Kami berdiskusi mengenai keadaan di
desa Cikoneng. Pak RT 03 menjelaskan bahwa sebelumnya
sempat ada petani yang mengolah kopi tersebut hingga menjadi
serbuk kopi. namun, hal tersebut tidak berlanjut karena beberapa
hal seperti modal yang dibutuhkan dan juga waktu dalam
mengolah kopi tersebut cukup lama sehingga dirasa tidak efektif.
Maka akhirnya para petani kopi lebih memilih untuk menjual biji
kopi langsung ke tengkulak. Meskipun petani hanya menjual biji
kopi ke tengkulak, kualitas kopi harus tetap terjaga dan terjamin.
Setelah survey tersebut, mahasiswa merencanakan beberapa
program kerja salah satunya yaitu dengan melaksanakan
sosialisasi mengenai komoditas kopi pasca panen. Sosialisasi
tersebut tentu berisi mengenai seputar pengetahuan kopi yang
akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Kesimpulan
Saran
1. Pemerintah
Melihat banyaknya potensi sumber daya alam di desa
Cikoneng. Pemerintah harus lebih memperhatikan
mengenai potensi sumber daya alam tersebut dan
memberikan fasilitas yang menunjang kepada
masyarakat agar masyarakat yang terhalang karena
modal bisa tetap membuat produk produk tersebut.
2. Mahasiswa
Bagi mahasiswa yang selanjutnya akan melaksanakan
KKN, semoga mahasiswa dapat lebih mengayomi
masyarakat. Selain itu, dapat lebih membimbing
kepada masyarakat agar program kerja dapat berjalan
seterusnya tidak sementara.
3. Masyarakat
Masyarakat harus memiliki minat dan keinginan yang
tinggi untuk mencari tahu mengenai skill yang
dimiliki. Selain itu, masyarakat juga harus memulai
untuk mengimplementasikan apa yang telah didapat
setelah sosialisasi agar sumber daya alam yang ada di
Desa Cikoneng dapat diolah dengan baik dan kualitas
yang baik pula.
Daftar Pustaka
1. Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen
Pemasaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), hal. 2
2. Sulihono, A., Tarihoran, B., & Agustina, T. E.
(2012). Pengaruh waktu, temperatur, dan jenis
pelarut terhadap ekstraksi pektin dari kulit jeruk
bali (Citrus maxima). Jurnal Teknik Kimia, 18(4),
1-8.
3. Firmani, S. N., Turgarini, D., & Putra, M. K.
(2018). Pelestarian Kudapan Kalua Kulit Jeruk
Sebagai Warisan Gastronomi Sunda di Ciwidey
Jawa Barat. The Journal Gastronomy
Tourism, 5(2), 87-103.
4. Si, I. M. (2018). Pentingnya Sosialisasi Bagi Anak
(Studi Kajian Sosiologi Pendidikan). IJTIMAIYAH
Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya, 2(1).
5. Winarsih, W. H. (2018). Penyakit ternak yang
perlu diwaspadai terkait keamanan
pangan. Cakrawala, 12(2), 208-221.
Nama saya Fatimah Azzahra berumur 21
tahun. Saya seorang mahasiswa di universitas
Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan
kesejahteraan keluarga. Saya tinggal di jl cibiru
indah 1 no 36 RT 02 RW 13. Hobi saya yaitu
menonton film.