Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BROWNIS TEMPE

Gatot Triambodo 1, M. Hajar Dewantoro, M.Ag 2, M. Khoirur Rofiq, SHI 3, Resa Kurniadi
4
, Habril Okta Bayu 5, Muhammad Haikal Izkayoga 6, Faridatul Ashriyah Zubair 7, Rissa
Suseno Putri 8, Ni Wayan Septy Caesar 9, Adelia Rahmawati 10 , Dine Olisvia 11
1) Jurusan Teknik Elektro, FTI Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
2) Dosen Pembimbing 1
3) Dosen Pembimbing 2
4) Jurusan Ilmu Ekonomi, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
5) Jurusan Ekonomi Islam, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
6) Jurusan Teknik Mesin, FTI Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
7) Jurusan Akuntansi, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
8) Jurusan Managemen, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
9) Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
10) Jurusan Hubungan Internasional, FPSB Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
11) Jurusan Teknik Kimia, FTI Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Universitas Islam Indonesia


Email: 14524@students.uii.ac.id

Abstract

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mencari potensi yang ada di wilayah desa Sejiwan, untuk
mengembangkan potensi yang sudah ada yaitu pabrik tempe. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teknik analisa dilakukan secara kualitatif diskriptif dengan membaca
temuan data didasarkan pada fakta-fakta yang muncul di lapangan .

1
Program ini diadakan karena kurangnya inovasi produk olahan tempe dalam desa Trirejo,
kurangnya hasrat wirausaha dalam variasi olahan tempe di desa Trirejo ke cakupan yang
lebih luas dan untuk meningkatkan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, maka kami
mengadakan pembuatan Brownis Tempe , berdasarkan keinginan untuk mengenalkan variasi
olahan tempe di desa melalui publikasi media massa yakni website desa Trirejo.
Kata Kunci: Brownis; Tempe; Potensi; dan Inovasi.

1. PENDAHULUAN
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum
vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai
pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak
hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, sepertiJerman, Jepang,
dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain)
unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki
kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam
keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul
dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang
(memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar
kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam
bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-
lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar
6,45 kg. Pengolahan tempe di Indonesia biasanya yaitu tempe bacem, tempe goreng, dan
lain-lain.
Tempe adalah makanan yang dihasilkan melalui teknik fermentasi sederhana oleh
Rhizopus sp atau disebut juga jamur tempe. Saat ini tempe digemari tidak hanya oleh
masyarakat di desa saja tapi juga oleh berbagai kalangan bahkan hingga mancanegara.
Selain karena kandungan gizinya yang tinggi, harga yang murah dan kemudahan untuk
mendapatkannya menjadikan tempe sebagai bahan pangan yang penting bagi masyarakat
Indonesia. Selama ini tempe yang ada di pasaran hanya yang berbahan dasar kacang kedelai.
Kedelai merupakan sumber protein yang paling baik di antara jenis kacang-kacangan, 10%
protein tersebut merupakan albumin dan 90% lainnya berupa globulin. Beberapa tahun
terakhir produksi kedelai di Indonesia terus berkurang dan tidak mampu memenuhi
kebutuhan konsumsi kedelai. Selain itu beberapa permasalahan kedelai lainnya yaitu

2
gangguan pasokan distribusi, lonjakan harga pasar dunia karena penurunan produksi dan
faktor lainnya.
Makanan-makanan yang tersedia di pasaran saat ini sangat beranekaragam dan harga
yang ditawarkan juga beraneka dari yang terjangkau oleh masyarakat hingga harga yang
tinggi. Salah satu jenis makanan atau cemilan yang digemari di tengah-tengah masyarakat
yaitu brownies. Brownis yang merupakan makanan berupa cemilan dari Negara Amerika
Serikat yang tersebar di Indonesia. Di Indonesia keberadaan brownies sudah mudah untuk
dicari dari yang memiliki merk yang telah terkenal yang tersohor. Keberadaan brownies
sebagai. Kini, sesuai dengan perkembangan zaman, keberadaan brownies juga semakin
berkembang baik dari segi rasanya yang mulai beranekaragam dengan beraneka toping di
bagian atasnya
Desa Trirejo memiliki beberapa home industry salah satunya yaitu pembuatan tempe.
Pada saat ini tempe merupakan makanan tradisional bergizi tinggi yang sudah ada sejak
lama dan hingga saat ini masih diminati berbagai kalangan. Sedangkan brownis merupakan
salah satu makanan modern yang digemari masyarakat karena memiliki rasa manis yang
kaya akan coklat dan teksturnya yang lembut, oleh karena itu kami mengkombinasikan
antara tempe dengan brownis , sehingga menciptakan produk olahan baru yang banyak
diminati oleh berbagai kalangan dan guna meningkatkan nilai jual produk tempe di desa
Trirejo.

2. METODE PELAKSANAAN
Metode Kuantitatif Non Experiment : SURVEI
Menurut Zikmund (1997) “metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik
penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui
pertanyaan-pertanyaan”, menurut Gay & Diehl (1992) “metode penelitian survei merupakan
metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan
wawancara”, sedangkan menurut Bailey (1982) “metode penelitian survei merupakan satu
metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis
atau lisan”.
Pembuatan Brownis Tempe dilaksanakan ke dalam 5 tahap atau macam kegiatan inti.
1. Observasi

Tahapan observasi dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan yang


ada di dusun Sejiwan, desa Trirejo, kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

3
Dengan observasi diharapkan mendapatkan beberapa data dan informasi yang pada
nantinya akan muncul suatu masalah atau kekurangan yang ada di desa Trirejo .
Observasi dilakukan pada seluruh elemen yang ada di desa Trirejo, baik itu pejabat
pemerintahan dusun (kepala dusun, ketua RW dan ketua RT), tokoh masyarakat,
tokoh kepemudaan sampai kepada masyarakat biasa ditambah dengan pengamatan
keadaan geografis, demografis lokasi KKN. Pada masa observasi penyusun
melakukan pengamatan, mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah,
merencanakan kerja tindak lanjut. Hasil observasi lalu dianalisis untuk kemudian
disusun suatu program yang sesuai dengan situasi dan kondisi lokasi KKN.
Penyusun dapat mengenal para tokoh masyarakat Dusun Sejiwan serta mendapatkan
informasi mengenai masalah-masalah yang bisa penyusun angkat sebagai program
kerja KKN. Beberapa masalah tersebut anatara lain:
a. Kebanyakan warga masyarakat bekerja sebagai buruh dan petani
b. Minoritas warga di RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW 01 dan RT 1 di RW 2 desa
Trirejo adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).
c. Perkumpulan pemuda karang taruna rutin berjalan dengan baik, serta adanya
peluang usaha Bank Sampah yaitu pabrik kecil untuk mengolah sampah yang
didirikan oleh karang taruna.
d. Kebanyakan rumah dalam segi kebutuhan air, masih memakai sumber mata
air yang biasanya masih dalam kategori kotor atau tidak layak.
2. Penyusunan Rencana
Tahapan kedua yaitu penyusunan rencana program. Dari hasil observasi maka
dapat ditentukan beberapa program yang telah disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan masyarakat dusun Sejiwan, desa Trirejo. Dari hasil observasi yang telah
dilakukan dapat diperoleh program unit berdasarkan lingkungan sekitar dusun
Sejiwan, desa Trirejo yang nantinya diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
mengatasi beberapa persoalan yang ada di dusun Sejiwan desa Trirejo.
3. Sosialisasi
Tahapan ketiga yaitu sosialisasi, dalam sosialisasi program dijelaskan kepada
masyarakat khususnya ibu-ibu PKK mengenai program-program yang akan
dilaksanakan selama proses kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Hal ini dilakukan agar
program yang akan dijalankan selama KKN dapat berjalan dengan lancar dan tepat
sasaran sesuai dengan tujuan dari setiap kegiatan yang bersangkutan.

4
4. Demo Masak Pembuatan Brownis Tempe
Tahapan terakhir yaitu praktek pembuatan brownis tempe yang dilaksanakan
pada hari Minggu tanggal 20 Agustus 2017 di balai desa dengan mengundang ibu-
ibu PKK yang ada di dusun Sejiwan, Desa Trirejo. Pada acara tersebut dijelaskan
cara pembuatan dengan menampilkan bahan dan alat yang diperlukan juga
memberikan informasi tentang manfaat dari brownis tempe. (bahanya apa aja sama
alatnya, juga cara pembuatannya)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan program kerja praktek pembuatan brownis tempe secara
keseluruhan berjalan dengan lancar. Praktek pembuatan brownis tempe ini berlangsung
selama kurang lebih 20 hari mulai dari tahap observasi kemudian sosialiasasi hingga ke
tahap demo masak. Pada saat melaksanakan program kegiatan, memang ada beberapa
kendala yang ditemui ketika melakukan tahap-tahap tertentu. Pada bab ini penulis akan
memaparkan kendala dan hasil dari program kegiatan pembuatan brownis tempe di desa
Trirejo yang berupa demo masak.
Sosialisasi praktek pembuatan brownis tempe dilakukan secara tatap muka
sebanyak empat kali yaitu pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK di RT 4/ RW 1 pada
tanggal 10 Agustus 2017, pada tanggal 12 Agustus 2017 di RT 3/RW 1, pada tanggal 12
Agustus 2017 di RT 1/RW2 dan terakhir pada tanggal 14 Agustus 2017 di RT 2/ RW 1.
Dimana sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang cara pembuatan
brownis tempe dan manfaat dari brownis tempe bagi kesehatan.

Tahapan pertama yaitu observasi. Berdasarkan hasil observasi di sekitar desa


Trirejo, terdapat beberapa home industry salah satunya yaitu pabrik tempe yang salah
satunya terletak di RT 3 / RW 1. Untuk meningkatkan minat masyarakat mengkonsumsi
tempe oleh karena itu dibuatlah produk olahan baru yaitu perpaduan antara tempe
dengan brownis.
Proses selanjutnya yaitu penyusunan rencana program. Dalam penyusunan
program, dapat di tentukan beberapa kegiatan, yaitu : 1. Sosialisasi materi tentang cara
pembuatan brownis tempe, kemudian 2. Praktek pembuatan brownis tempe. Dalam
kegiatan sosialisasi materi tentang praktek pembuatan brownis tempe, warga begitu
antusias dan banyak bertanya tentang cara pembuatan brownis tempe karena warga
belum memiliki pengetahuan tentang cara pembuatannya tersebut. Hal ini merupakan

5
inovasi di desa Trirejo dan bisa dikembangkan oleh ibu-ibu PKK untuk di produksi
rumahan (home industry) .

Setelah penyusunan program selesai, dilaksanakan praktek pembuatan brownis


tempe pada hari Minggu tanggal 20 Agustus 2017 di Balai Desa Trirejo. Target yang
diundang dari RW 1 dan RT 1 / RW 2 dan yang hadir sebanyak 20 orang. Praktek
tersebut berupa demo masak dengan menampilkan bahan dan alat asli untuk pembuatan
brownis tempe. Juga mempergakan langkah-langkah pembuatannya.

Adapun alat yang digunakan yaitu mixer, oven, tempat adonan, loyang, kuas roti
kecil, sendok, mangkok, teflon, kertas roti, kompor dan gas. Bahan yang digunakan
yaitu telur, gula pasir, tepung terigu, tempe goreng bubuk, coklat bubuk, margarin,
coklat batang, baking powder. Cara pembuatannya yaitu :

1. Panaskan oven dengan api kecil.


2. Masukan telur dan gula, lalu kocok menggunakan mixer hingga mengembang
dan kental dengan kecepatan mixer tinggi. (adonan 1)
3. Masukan tepung terigu, baking powder, coklat bubuk dalam wadah yang
berbeda. (adonan 2)
4. Kemudian turunkan kecepatan mixer menjadi paling rendah, campurkan adonan
2 kedalam adonan 1 sedikit demi sedikit sampai habis dan merata.
5. Masukan mentega dan coklat batang yang sudah dilelehkan kedalam adonan
sedikit demi sedikit.
6. Matikan mixer masukan tempe goreng bubuk kedalam adonan, kemudian diaduk
dengan cara melipat.
7. Kemudian adonan dimasukan kedalam loyang yang sudah diberi alas kertas roti
dan diolesi mentega.
8. Masukan kedalam oven, lalu tunggu selam satu setengah jam.
Dalam pembuatan brownis tempe ini banyak menemui kendala yang berarti.
Kendalanya yaitu harga bahan yang mahal karena menggunakan bahan dengan kualitas
yang bagus agar didapatkan hasil brownis yang enak dan seseorang dengan keahlian
khusus dalam membuat brownis. Juga takaran bahan harus sesuai dengan resep yang
semestinya, karena apabila tidak akan mempengaruhi tekstur maupun rasa brownisnya.

6
Gambar 3.1 Sosialisasi hasil brownis setelah di oven

Gambar 3.2 Praktek pembuatan brownis tempe

Gambar 3.3 Penjelasan bahan pembuatan brownis tempe

Gambar 3.4 Anggota unit 165 beserta alat dan bahan Brownis Tempe

7
4. KESIMPULAN
Terlaksananya program kerja pembuatan brownis tempe desa Sejiwan,
mendapatkan dukungan positif dari mayoritas elemen masyarakat khususnya ibu-ibu
PKK.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai