Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PEMBAHASAN

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler merupakan salah satu bentuk kegiatan yang memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah-tengah masyarakat di luar kampus.
KKN Reguler merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh bagi mahasiswa jenjang
pendidikan S1 (Institut Agama Islam Negeri Langsa) untuk menyelesaikan masa pendidikannya,
mahasiswa yang mengikuti KKN merupakan mahasiswa semester delapan. Adapun objek (lokasi)
KKN diselenggarakan di Desa Maleo Kecamatan Popayato Timur Kabupaten Pohuwato yang
merupakan lokasi yang telah ditetapkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
(LPPM) Universitas Negeri Gorontalo melalui seleksi Proposal yang telah di ajukan oleh Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL).

Jumlah mahasiswa KKN terdiri dari 30 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 10 orang dan
wanita sebanyak 20 orang. Mahasiswa KKN Desa Maleo berasal dari 16 program studi yakni
program studi Farmasi berjumlah 8 orang, program studi Kesehatan Masyarakat berjumlah 5 orang,
program studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi dan Program studi Pendidikan Ekonomi
masing-masing berjumlah 2 orang dan Program studi Manajemen Pendidikan, Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Pendidikan Guru PAUD, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, program studi
Ekonomi Pembangunan, program studi Akuntansi, program studi Perdata, program studi Bidang
Pidana, program studi Bidang Tata Negara¸ program studi Budidaya Perairan, program studi
Teknologi Hasil Perikanan dan program studi Manajemen Sumber Daya Perairan yang masing-
masing berjumlah 1 orang. Dengan jumlah mahasiswa KKN 30 orang tersebut diharapkan dapat
menjalankan program inti yakni Pemberdayaan masyarakat siaga covid 19 dalam Gerakan
masyarakat sadar stunting (gemasting) di masa pandemi. Disamping itu ada beberapa program
tambahan yang dijalankan oleh mahasiswa KKN UNG di Desa Maleo yakni Edukasi tentang
penggunaan antibiotic secara bijak, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan
sofa/kursi Ecobricks, Sosialisasi PHBS dan pencegahan Covid di SDN No. 05 Popayato Timur, dan
Festival Olahraga, Seni dan Keagamaan.

Pemberdayaan masyarakat siaga covid 19 dalam Gerakan masyarakat sadar stunting


(GEMASTING) Di masa pandemi.

Kegiatan ini diawali dengan pengumpulan data, pengukuran berat badan, panjang badan bagi
bayi/balita dan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil yang
dilaksanakan pada tanggal 8 – 14 September 2020 melalui door to door di Dusun I, II dan III Desa
Maleo. Selain mendata dan melakukan pengukuran status gizi, dilakukan pula edukasi tentang
stunting dan penanganan Covid 19.

Edukasi ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat setempat mengenai stunting
yang membahas tentang apa itu stunting, ciri-ciri stunting, proses terjadinya stunting, faktor
penyebab stunting, dampak stunting dan bagaimana cara pencegahan stunting. Selain itu
penyuluhan ini juga dilakukan untuk menambah pengetahuan kepada masyarakat setempat
mengenai stunting, dimana stunting itu sendiri tidak hanya berhubungan dengan masalah tinggi
badan yang tidak sesuai dengan umur anak.
Stunting itu sendiri dapat disebabkan oleh asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Selain faktor lingkungan juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal akan tetapi
sebagian besar penyebab stunting disebabkan oleh malnutrisi sehingga untuk pencegahan stunting
dilakukan juga penyuluhan tentang MPASI. Penyuluhan MP-ASI ini dilakukan untuk mengenalkan
jenis makanan baru yang berasal dari bahan lokal untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang tidak
lagi dapat dipenuhi oleh ASI.

Dalam penyuluhan ini selain memberikan materi mengenai MP-ASI juga akan dilakukan demo
mengenai pembuatan MP-ASI yang berasal dari bahan lokal salah satu contoh bahan lokal yang
akan digunakan yaitu jagung.

Edukasi terkait stunting dilakukan selama tiga hari atau sejalan dengan pendataan yang dibagi atas
tiga dusun yang berada di Desa Maleo. Setiap kelompok memberikan edukasi tersebut guna
memberikan edukasi yang menjelaskan stunting .

Dari hasil pengukuran status gizi pada balita diperoleh informasi bahwa dari 77 balita terdapat 1
balita (1,29%) yang pendek dan 1 balita (1,29%) yang termasuk gizi kurang sedangkan dari 8 ibu
hamil yang melakukan pengukuran semuanya dalam kondisi gizi yang baik/normal.

Selanjutnya dilakukan seminar terkait Pemberdayaan masyarakat siaga covid 19 dalam Gerakan
masyarakat sadar stunting (GEMASTING) Di masa pandemi, kegiatan dilaksanakan pada hari
Sabtu, 26 September 2020 bertempat di Aula Kantor Desa Maleo. Kegiatan ini dihadiri oleh Camat
Popayato Timur; Bapak Arifin Isa Daiponta, M.Si, Kepala Desa Maleo; Bapak Risman Sino, Ibu
Tim Penggerak PKK dan Kader Kesehatan, dr. Elias Tuwaidan dari Puskesmas Popayato Timur,
Babinkamtibmas Desa Maleo serta Ibu dari bayi/balita yang ada di Desa Maleo.

Kegiatan diawali dengan sambutan koordinator desa (Alhimny Fitrah Janu), dilanjutkan Sambutan
dari Kepala Desa, Perwakilan Puskesmas dan dibuka secara resmi oleh Camat Popayato Timur.
Selanjutnya presentasi tentang hasil pengukuran status gizi oleh Putri Paramyta A Adam dilanjutkan
dengan edukasi tentang stunting)

Edukasi tentang Covid19 (Maimun Datau) dan Penggunaan antibiotik secara benar dan tepat (Sri
Nursalam Mukmin), Demontrasi Pembuatan MP-ASI (Trily Abrilia Mohune dan Rahmat Liputo),
dan Pembuatan Ecobricks (Moh. Sutal Lakadjo, Husain K Usman dan Mohammad Rizal Gafur).

Pada Edukasi antibiotik membahas mengenai pengertian dan contoh antibiotik, resistensi antibiotik,
dampak dari resistensi antibiotik, penyebab resistensi antibiotik dan bagaimana cara pencegahan
resistensi antibiotik. Penyuluhan ini bermaksud untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
setempat bagaimana cara penggunaan antibiotik yang baik dan benar karena kebanyakan
masyarakat sekarang menggunakan antibiotik dengan cara yang kurang tepat sehingga dapat
menimbulkan resistensi. Resistensi yang diakibatkan oleh antibiotik dapat menyebabkan kematian.

Sedangkan edukasi mengenai covid-19 dilakukan untuk memberikan informasi terkait covid 19
kepada masyarakat setempat akan pentingnya bahaya penyebaran covid-19 sehingga masyarakat
diharapkan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari harus sesuai dengan protokol kesehatan
contohnya seperti menggunakan masker, selalu mencuci tangan, mengkonsumsi makanan ataupun
supleman yang dapat meningkatkan sistem imun dan melakukan sosial distancing (menjaga jarak).
Demonstrasi pembuatan MP-ASI yang dibuat ada dua jenis yaitu Pure Jangung Manis dan Pudding
Ubi Jalar. Alasan kami membuat dua jenis tersebut dikarenakan Ubi Jalar dan jagung merupakan
sumber karbohidrat, vitamin dan mineral yang cukup tinggi dibandingkan dengan beras dan ubi
kayu. Jagung dan Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang mudah diolah dan dikreasikan.
Pada Jenis MP-ASI Pure jagung Manis terdapat telur yang merupakan sumber Protein Hewani dan
Tahu sebagai Protein Nabat.

Adapun Bahan dan Cara Pembuatan dari MP-ASI yaitu sebagai berikut :

1) Pure Jagung Manis

A. Bahan

1) 30 Gram Jagung Manis Pipil

2) 15 Gtam tahu putih

3) 25 Gram telur

4) 1 siung bawang putih

B. Cara Membuat

1) Rebus telur hingga matang, kupas dan sisihkan setelah matang (Ambil 25 Gram)

2) Kukus Jagung manis dan juga tahu

3) Tumis bawang putih dan campurkan jagung manis dan juga telur. Kemudian blender hingga
halus dan saring. Kemudian sajikan

2) Pudding Ubi Jalar

A.Bahan

1) ½ buah ubi jalr

2) ½ agar-agar putih

3) 6 sedonk makan Sufor Full Cream

4) 3 gelas air

B. Cara Membuat

1) Kukus ubi sampai lunak, lalu blender dengan air air hingga lembut

2) Masukan semua bahan kedalam panci lalu masak sampai mendidih dengan api kecil.

3) Setelah mendidih angkat dari panci, tunggu sampai agak dingin kemudian dimasukkan dalam
cetakan. Setelah dingin pudding siap disajikan.

Diakhir kegiatan, kami membagikan buku panduan tentang penanganan stunting, masker dan hand
sanitizer kepada masyarakat yang telah hadir dalam seminar program inti.
Sosialisasi PHBS dan pencegahan Covid di SDN No. 05 Popayato Timur

Penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 22 September 2020 yang berlokasi di SD 05 Popayato
yang berlangsung dari Pukul 08.00-09.00 dimana dihadiri sebanyak 20 orang siswa yang tergabung
atas kelas 3,4 dan 5. Tujuan penyuluhan ini dimaksudkan untuk menggali seberapa banyak
pengetahuan terkait pencegahan Covid-19 dilingkungan siswa dari SD 05 Popayato . Materi yang
kami sampaikanpun adalah materi PHBS dan Covid-19 dalam bentuk video animasi. Kemudian
mempraktekan bagaimana cara melakukan cuci tangan yang baik dan benar sebagai upaya
pencegahan dini yang dilaksanakn dilapangan sekolah .

Ecobricks

Ecobricks merupakan botol plastik yang diisi padat dengan limbah NonBiological untuk membuat
blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Pembuatan ecobricks sendiri bermaksud untuk
mengurangi pengolahan sampah yang diolah dengan cara dibakar. Di Desa Maleo sendiri rata-rata
masyarakat mengolah sampah dengan cara dibakar, hal ini dikarenakan tidak adanya truk
pengangkut sampah diwilayah desa. Maka dari itu, Ecobricks sendiri dimasukan dalam program
tambahan agar masyarakat mampu mengolah limbah sampah plastik menjadi bahan yang layak
pakai, salah satunya pembuatan sofa dari botol plastik yang telah di isi sampah plastik bekas.

Pembuatan ecobricks sendiri dilakukan kurang lebih 1 minggu pembuatan, dimana diawali dengan
pemungutan sampah dari dusun satu sampai dusun tiga yang dibagi menjadi tiga kelompok yang
terdiri dari 9-10 orang dalam satu kelompok dimana pengumpulan sampah dilakukan selama tiga
hari. Kemudian pengisian dan pemadatan sampah kedalam botol dilakukan selama tiga hari, dimana
hari pertama berlokasi di Posko putri yang terletak di dusun dua sedangkan hari kedua dan ketiga
berlokasi di Gedung PKBM yang dikerjakan pada waktu siang menjalang sore bersama karang
taruna Desa Maleo. Kemudian botol yang telah padat sampai tidak berbunyi pada saat di tekan
dirangkai menjadi satu dalam bentuk bundar, dimana penyangga sofa menggunakan mulut botol
plastik sedangkan untuk dudukkannya menggunakan bagian bawah botol yang ditambah dengan
busa. Kemudian dijahitkan kain mengikuti pola botol yang telah dibentuk menjadi bundar.

Ecobricks sendiri selain untuk mengurangi sampah yang dibakar, bisa juga digunakan sebagai usaha
rumahan yang dapat menambah pendapatan selain bank sampah.Program tambahan ini kemudian
dipaparkan pada saat seminar akhir yang kemudian dilombakan antar dusun yang menjadi bentuk
pemberdayaan masyarakat.

Festival Seni,Olahraga dan Keagamaan

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua minggu, dimana satu minggu pertama persiapan festival dan
satu minggu lagi kegiatan festival yang dilaksanakan pada tanggal 4-11 Oktober 2020. Adapun
Kegiatan yang diselenggarakan yaitu :

a) Volly Ball

Kegiatan Volly Ball dilaksanakan dari tanggal 5 - 13 Oktober 2020. Peserta Volly Ball terdiri
dari 4 Tim Putra dan 4 Tim Putri dimana terbagi atas masing-masing dusun. Pelaksanaan Volly
Ball dilaksanakan sore hari yang berlokasi di lapangan Volly Ball bertempat di dusun II.
Pelaksanaan Volly Ball ini berlangsung melebihi waktu yang ditetapkan yakni sampai pada tgl
13 Oktober dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan.
b) PES-4 Kegiatan PES 4 dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2020 dan terdiri dari 13 peserta dari
seluruh masyarakat Popayato. Pelaksanaan PES 4 bertempat di Arena Pertandingan Arsyi Rental
PES.

c) Kontes Kacamata Kegiatan Kontes Kacamata dilaksanakan pada tanggal 5-7 Oktober 2020
oktober 2020 dan terdiri dari 14 peserta dari masing-masing dusun. Pelaksanaan Kontes Kacamata
bertempat di Lapangan Dusun II Desa Maleo.

d) Catur Kegiatan catur dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2020 dan terdiri dari 8 peserta dari
masing-masing dusun. Pelaksanaan catur bertempat di Aula PKBM Dusun II Desa Maleo.

Penutupan kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2020 dan dihadiri oleh Camat
Popayato Timur, Kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat Desa Maleo dengan tetap
mematuhi protokol pencegahan Covid19. Total biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ±8
juta rupiah yang bersumber dari mahasiswa KKN, Pemerintah dan Masyarakat Desa Maleo, tokoh
agama, tokoh budaya dan tokoh pemuda Desa Maleo.
Apa yang dimaksud dengan Stunting? Stunting dapat didefinisikan sebagai gangguan tumbuh
kembang anak yang disebabkan masalah gizi kronis sejak anak anak masih berada dalam
kandungan. Umumnya gejala stunting baru terlihat saat anak berusia 2 tahun

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam
waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi
badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kesimpulan Faktor penyebab terjadinya stunting pada balita di dapatkan bahwa faktor berat badan
lahir rendah (BBLR), usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi dan pelayanan
kesehatan balita merupakan faktor risiko penyebab terjadinya stunting pada balita.

Penyebab Stunting pada Anak


Penyebab stunting menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada dua, yakni faktor lingkungan
dan genetik. Lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga perawakan
pendek atau stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan
perawakan pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan
lingkungan, dan angka kejadian infeksi pada anak. Selain disebabkan oleh
lingkungan, stunting dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Namun sebagian
besar stunting disebabkan oleh kekurangan gizi.
Dampak Stunting pada Anak
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa masa usia anak-anak di bawah lima tahun adalah masa-
masa keemasan (golden age) bagi pertumbuhan anak. Pada masa tersebut anak-anak akan
menyerapkan informasi dari lingkungan sekitarnya dan akan terekam lama dalam memorinya. Hal
ini akan menentukan pola pikir dan perilakunya dimasa yang akan datang. Sehingga pada masa
tersebut sangat penting untuk diberikan asupan nutrisi yang cukup serta stimulus atau rangsangan
komunikasi, dan perilaku yang benar dari lingkungannya terutama orang tua dan keluarganya.
Apabila pemberian gizi dan stimulus komunikasi dan karakter tersebut tidak cukup, maka anak
tersebut bisa mengalami perlambatan pertumbuhan atau stunting, berat badan, tinggi badan, dan
kemampuan motorik dan sensoriknya lebih rendah dari anak-anak lain pada usianya.
Sebuah artikel pada www.padamu.net mengatakan bahwa dampak stunting dibagi menjadi dua,
yakni ada dampak jangka panjang dan juga ada jangka pendek. Jangka pendek
kejadian stunting yaitu terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit,
munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke,
disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas
menjadi rendah. Artikel tersebut juga mengutip laporan yang dirilis UNICEF pada tahun 2010,
menyampaikan beberapa fakta terkait dengan stunting dan pengaruhnya, yaitu:
1. Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami
stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
2. Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik
dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan anak
dengan tinggi badan normal.
3. Anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap
kesuksesan dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
4. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang
menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
5. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan kognitif yang kurang.
6. Stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan usia
dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa
yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga
meningkatkan peluang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
7. Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting terhadap perkembangan sangat merugikan performa
anak. Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-2 tahun) maka
tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali.
8. Penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan menghambat prestasi
belajar serta produktivitas menurun sebesar 20-30 persen, yang akan mengakibatkan
terjadinya loss generation, artinya anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik
dalam bidang pendidikan, ekonomi dan lainnya.

Pencegahan Stunting
Tindakan pencegahan stunting tentu lebih bijak dilaksanakan oleh semua orang di lingkungannya,
terutama yang terdapat anak balita dan pasangan usia muda terhadap kemungkinan
terjadinya stunting, daripada harus melakukan upaya penanganan setelah stunting itu terjadi. Biaya
pencegahan stunting tentu lebih murah dan dampaknya tentu akan lebih terkendali, daripada apabila
sudah terjadi stunting. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu
memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account
Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat
nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI
ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan
makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam
bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun
dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan Makanan Pendaping Air Susu Ibu (MPASI) sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan
pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa
memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah
stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut.
Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat
badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan
begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau
lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan
peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah
faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu
diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Apabila dilihat dari penyebab dan ciri-ciri terjadinya stunting, maka hal tersebut adalah berkaitan
dengan masalah mendasar yang bisa terjadi pada masyarakat atau negara berkembang. Berkaitan
dengan kecukupan gizi atau nutrisi pada masyarakat, terutama pada ibu hamil dan balita, serta ada
kaitannya dengan pola hidup sehat, seperti tersedianya sanitasi yang layak (sarana mandi, cuci,
kakus atau toilet) dan ketersediaan air bersih.
Setelah 77 tahun merdeka, sepertinya agak ironis apabila Indonesia masih berkutat dengan
permasalahan yang sangat mendasar tersebut. Namun faktanya berkata demikian, besarnya wilayah
dan jumlah penduduk Indonesia dengan beragam kondisi geografisnya, membuat permasalahan
yang mendasar tersebut tidak mudah untuk diselesaikan. Bahkan sesuai dengan data hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan dan BPS, data anak-anak yang mengalami
stunting terdapat pada seluruh wilayah di 34 provinsi di Indonesia. Kasus stunting tidak hanya
berada pada wilayah yang terluar, terdepan dan tertinggal, tetapi juga terdapat pada wilayah
perkotaan yang tingkat pendidikan dan pendapatannya relatif tinggi.
Dengan demikian maka tentu ada permasalahan lainnya yang menyebabkan masih tinggi kasus
stunting di Indonesia. Pendidikan atau pengetahuan mengenai cara hidup sehat, sanitasi yang baik,
ataupun mengenai makanan bergizi sudah diajarkan pada pendidikan tingkat dasar yaitu sejak
Sekolah Dasar. Namun sudah menjadi hal yang jamak pada masyarakat bahwa terdapat jarak antara
pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seseorang dengan penerapan dari pengetahuan oleh orang
tersebut, belum tentu sejalan.
Kegiatan Posyandu di desa atau kelurahan yang dilakukan oleh ibu-ibu kader PKK menurut penulis
sebenarnya telah memenuhi sebagian besar usaha yang diperlukan untuk melakukan pencegahan
stunting. Dibawah bimbingan petugas kesehatan dari Puskesmas ibu-ibu kader PKK telah
melakukan pendataan dan perkembangan balita, mencatat berat badan balita memberikan makanan
tambahan dan sebagainya. Sehingga apabila kegiatan Posyandu ini rutin berjalan di setiap desa atau
kelurahan, pencegahan stunting mungkin akan berjalan lebih cepat. Tetapi apakah kegiatan
Posyandu ini telah berjalan dengan efektif atau tidak hal ini perlu dikaji lagi. Sebagaian masyarakat
mungkin justru ada yang menyepelekan kegiatan Posyandu.
Orang yang mengetahui cara hidup sehat atau mengetahui jenis makanan bergizi yang baik bagi
tubuh belum tentu akan melakukan cara hidup sehat atau akan mengkonkumsi makanan yang sehat.
Sebagian besar orang mengetahui bahaya atau keburukan merokok, namun mereka tetap
mengkonsumsi rokok. Membangun kesadaran dan perubahan perilaku yang sehat memang tidak
mudah. Maka diperlukan semacam gerakan atau kampanye kepada masyarakat untuk merubah
sikap dan perilaku masyarakat tersebut terkait dengan hidup sehat, pemenuhan kecukupan gizi bagi
ibu hamil dan anak-anak, sistem sanitasi yang baik serta ketersediaan air bersih.
Adapun yang menjadi kendala dalam percepatan pencegahan stunting menurut Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting yang dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan adalah:
1. Belum efektifnya program-program pencegahan stunting.
2. Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif di semua
tingkatan terkait dengan perencanaan dan penganggaran, penyelenggaraan, dan pemantauan dan
evaluasi.
3. Belum efektif dan efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana.
4. Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program.
5. Masih minimnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait stunting, dan berbagai upaya
pencegahannya.
Kegiatan atau usaha untuk merubah perilaku masyarakat dari sikap gaya hidup yang tidak sehat
menuju gaya hidup sehat merupakan pekerjaan yang besar. Tidak cukup hanya dengan diberikan
ceramah atau sosialisasi, tetapi juga harus sampai kepada tingkat kesadaran diri untuk menerima
dan menjalankan perilaku hidup sehat. Perlu ada contoh atau keteladanan dari tokoh masyarakat,
dan perlu adanya orang terdekat yang bisa mengingatkan apabila tidak dilaksanakan. Hal ini tentu
tidak bisa dilaksanakan dalam waktu singkat. Maka sudah sewajarnya apabila upaya percepatan
pencegahan stunting menjadi program nasional yang digerakan oleh pimpinan nasional dari
Presiden, Pimpinan Daerah hingga pemimpin tingkat Kepala Desa atau kelurahan. Menurut penulis
sendiri, mengingat kegiatan ini menggunakan dana yang tidak sedikit, maka perlu dilakukan
pengawasan terhadap setiap tahapan pelaksanaannya, agar dapat terlaksana secara akuntabel dan
tepat guna. Jangan sampai ada penyelewengan atau korupsi terhadap anggaran pencegahan stunting.

Anda mungkin juga menyukai