Anda di halaman 1dari 3

MEWUJUDKAN STABILITAS EKONOMI INDONESIA MELALUI

PENGEMBANGAN PRODUK DETERJEN ALAMI BERBAHAN DASAR BUAH


LERAK ( Sapindus Larak ) BERBASIS KOMODITAS ALAM LOKAL

Pendahuluan:

Indonesia dikenal sebagai negara yang tanahnya sangat subur, hal tersebut mengingat
bahwa posisi Indonesia menurut garis lintang yang menyebabkan intensitas matahari dan
curah hujan yang tinggi.Kondisi tanah yang subur tersebut menyebabkan Indonesia kaya akan
berbagai sumber daya alam (SDA) termasuk juga sumber daya alam hayati.Banyak
masyarakat Indonesia yang memanfaatkan tanah Indonesia yang subur sebagai sumber mata
pencaharian seperti bertani, beternak, dan berkebun, inilah alasan mengapa Indonesia dikenal
sebagai negara agraris karena hampir sebagian besar masyarakatnya memanfaatkan sektor
pertanian sebagai mata pencaharian.

Letak Geografis Indonesia yang berada dianatara 6ºLU – 11ºLS dan 95ºBT – 141ºBT
menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis yang hangat serta lembab sepanjang tahun, hal
tersebut menyebabkan berbagai jenis tumbuhan dapat tumbuh di Indonesia serta menjadi
komoditas ekspor negara.Kita mungkin tidak asing dengan komoditas hasil pertanian dan
perkebunan yang banyak di ekspor hingga ke mancannegara , akan tetapi sebenarnya sumber
daya alam yang dimiliki Indonesia sangatlah beragam mungkin asing terdengar di telinga.

Salah satu sumber daya alam yang mungkin asing kita dengan adalah Buah Lerak
(Sapindus Larak).Buah lerak atau juga dikenal dengan nama klerek atau rerek merupakan
tumbuhan yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, lerak memiliki daun berbentuk
bulat telur dengan ujung yang runcing, bertepi rata, serta bertangkai pendek.Buah lerak
bentuknya mirip seperti kacang walnut, bijinya terbungkus kulit yang cukup keras bulat
seperti kelereng, jika sudah masak maka warnanya akan berubah cokelat kehitaman dengan
permukaan buah yang licin dan mengkilap, serta daging buahnya sedikit berlendir dan
mengeluarkan aroma wangi.

Di Indonesia daerah penghasil lerak terbesar adalah Kediri dan Madura di Jawa
Timur, buah lerak memang sangat asing di dengar di telinga kita, akan tetapi masyarakat
sebelum dekade 80 pasti familiar dengan buah lerak.Dulu masyarakat banyak memanfaatkan
buah lerak sebagai deterjen alami untuk mencuci pakaian, hal tersebut karena biji lerak
sendiri mengandung getah saponin, suatu alkaloid beracun yang dapat menghasilkan busa.

Dewasa ini penggunaan buah lerak dalam masyarakat mulai tergusur oleh penggunaan
deterjen berbahan kimia, padahal buah lerak sendiri memiliki banyak sekali manfaat.Menurut
Heyne ( 1987 ) dalam Fitrawati ( 2007 ) menyebutkan bahwa buah lerak juga dapat
digunakan untuk mencuci logam, sebagai obat jerawat, obat eksim, obat kudis, serta
pembunuh serangga.Meskipun kaya akan manfaat akan tetapi buah lerak tetap kalah oleh
produk – produk buatan pabrik saat ini, padahal sikap masyarakat yang beralih menggunakan
produk kimia daripada produk organik justru memberikan dampak negatif baik dari segi
lingkungan maupun perekonomian.

Isi:

Dulu masyarakat memanfaatkan buah lerak sebagai deterjen alami untuk mencuci
pakaian, hal tersebut karena pada bagian daging buah terdapat kandungan saponin yang dapat
menghasilkan busa serta menghasilkan aroma yang wangi.Pengaplikasian buah lerak sebagai
deterjen untuk mencuci pakaian terbilang mudah dilakukan yaitu beberapa biji buah lerak
direndam kedalam air bersih, setelah beberapa saat getah saponin yang terdapat dalam buah
akan keluar sehingga air akan berwarna kecoklatan dan mengeluarkan busa alami.

Busa yang dikeluar oleh buah lerak secara alami tidak akan menimbulkan iritasi pada
kulit, berbeda halnya dengan deterjen bubuk yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk
mencuci pakaian sehari – hari yang dapat menimbulkan efek iritasi, hal tersebut karena
deterjen mengandung surfaktan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi barier kulit.

Saat ini penggunaan deterjen berbahan kimia banyak digunakan oleh masyarakat, hal
tersebut tidak mengherankan mengingat bahwa banyak sekali produk – produk deterjen
bertebaran di pasaran yang menyebabkan tergusurnya komoditas alam lokal seperti buah
lerak di pasaran.Hal tersebut karena tidak adanya inovasi untuk mengolah buah lerak menjadi
deterjen yang dapat menjangkau masyarakat, selama ini buah lerak tidak diolah melainkan
hanya digunakan begitu saja.Seharusnya kita bisa memanfaatkan komoditas alam lokal
Indonesia menjadi suatu produk yang dapat bersaing dengan produk – produk deterjen asal
luar negara yang banyak beredar di masyarakat.
Di sini penulis memberikan suatu inovasi untuk mengolah buah lerak menjadi
deterjen alami untuk bisa menjangkau pasar, proses pengolahan buah lerak menjadi deterjen
ini sebenarnya cukup sederhana.Buah lerak terlebih dahulu direndam air selama 2 malam
hingga buah lerak menjadi lunak serta getah saponin di dalamnya keluar, kemudian rendaman
buah lerak tersebut dipanaskan dengan ditambahkan wewangian seperti kulit jeruk/jeruk nipis
untuk memberikan aroma tambahan, dan deterjen buah lerak siap digunakan serta dapat
disimpan selama 1 bulan pada suhu ruang.Pemanfaatan buah lerak menjadi produk deterjen
ini dapat dijadikan sebagai komoditas produk lokal buatan masyarakat.Produk lokal buatan
masyarakat dapat menciptakan stabilitas ekonomi negara, karena secara tidak langsung dapat
membuka lapangan pekerjaan dan menurunkan angka pengangguran serta tumbuhnya
perekonomian masyarakat.

Penulis disini mencoba untuk melakukan wawancara dengan seorang penjual


sembako disalah satu pasar yang terdapat di Kecamatan Selemadeg ia mengatakan “produk
lokal buatan masyarakat saat ini memang sangat sulit ditemui di pasaran, mengingat bahwa
semakin banyak munculnya produk buatan pabrik, kalaupun itu ada produk lokal pasti
masyarakat tetap akan memilih produk buatan pabrik” (Ayu 9/7/2023).Dari wawancara
tersebut disini penulis memberikan spekulasi bahwa masyarakat lebih condong bila
menggunakan produk buatan pabrik, hal tersebut mengingat bahwa deterjen berbahan dasar
buah lerak sangat jarang masyarakat yang membuatnya.Selain itu karena masih dibuat secara
sederhana sehingga menyebabkan keterbatasan saat memproduksinya serta kualitas dari
sabun tersebut yang bisa bertahan tidak lebih dari 3 bulan.Sehingga sangat sulit apabila
produk buatan masyarakat menyaingi produk buatan pabrik yang sudah memiliki nama dan
beredar luas dikalangan masyarakat.Tidak mengherankan apabila masyarakat malas untuk
memproduksi produk lokal seperti deterjen berbahan dasar buah lerak ini, karena mereka
sudah tahu bahwa produk lokal kurang diminati oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai