OLEH :
3. MUH.ALDYANSYAH
4. MUH.FAJRI WALDANA
6. ROYYAN KHARIR
8. WIDYA KRISTANTI
SEKRETARIAT JENDERAL
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan oleh masyarakat, baik
oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan dan lain lain. Berdasarkan bentuknya
deterjen yang beredar di pasaran dapat berupa deterjen bubuk dan deterjen cair. Pada
umumnya kedua jenis deterjen ini memiliki fungsi yang sama. Hal yang membedakan
keduanya adalah bentuknya. Pada awalnya deterjen cair lebih banyak digunakan dalam
pembersih alat alat dapur. Namun seiring dengan perkembangan zaman, deterjen cair juga
banyak diaplikasikan untuk kebutuhan industri serta pembersih pakaian. Hal tersebut
dikarenakan deterjen cair lebih mudah cara penanganannya serta lebih praktis dalam
penggunaannya (Ika, 2010)
Pacar kuku (Lat: Lawsonia inermis L.) adalah tanaman yang berasal dari Afrika
Timur Laut dan Asia Barat Daya. Termasuk suku Lythaceae (bahasa latin). Ciri-ciri tanaman
pacarkuku yaitu batangnya perdu, tegak, cabang-cabangnya sering berujung runcing. Daun
berhadapan, berbentuk jorong atau jorong-lanset, panjang 1,5-5,0 cm. Perbungaan berupa
malai, tumbuh di ujung cabang dan di ketiak daun, panjang 4 – 20 cm; bunga kuning muda,
merah jambu, atau merah; sangat harum. Sementara buahnya berupa buah kotak, berbentuk
bulat, atau bulat pipih, dan memiliki garis tengah ±0,5 cm.
Dulu orang kampung memanfaatkan daun pacar hanya sebatas pewarna kuku atau
pewarna rambut. Selebihnya, tanaman bernama latin Lawsonia inermis itu hanya sedikit
dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan sisanya banyak tumbuh secara liar. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis akan menganalisa bagaimana proses pembuatan detergen cair
dengan pewarna ekstrak daun pacar. Dimana daun pacar sendiri memiliki manfaat sebagai
pewarna alami.
Pada awalnya pewarnaan tekstil dikerjakan dengan zat pewarna yang berasal dari
alam, misalnya dari tumbuh–tumbuhan, hewan ataupun mineral. Pemakaian pewarna alam
tersebut sangat sulit karena harus didahului dengan pengerjaan dan pendahuluan agar dapat
menempel dengan baik. Saat ini pemakaian zat warna alam semakin sedikit, sedangkan
hampir semua zat warna terpenuhi dari produksi zat warna sintetik. Pemanfaatan zat
pewarna alami tekstil menjadi salah satu alternatif pengganti zat pewarna sintetis. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan, mulai disadari bahwa penggunaan zat
pewarna sintetis dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Maka dari itu penulis mencoba
untuk membuat poject work mengenai pembuatan detergen cair dengan memanfaatkan
ekstrak daun pacar sebagai pewarna alami. Dimana kandungannya meliputi Lawsone yang
berperan sebagai zat pewarna alami sebanyak 22 persen, vitamin E sebanyak 7 persen. Ada
juga senyawa Phytol yang berperan dalam proses sintesis vitamin E sebanyak 21 persen.
Kandungan phytol serta vitamin E menyebabkan kain sutra terasa lebih halus dari
sebelumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Manfaat Praktis : Dari hasil pembuatan detergen cair, diharapkan dapat membantu
masyarakat dalam membersihkan pakaian menggunakan detergen cair dengan
memanfaatkan daun pacar kuku sebagai pewarna alami.
2. Manfaat Akademis : Dari hasil project work yang dilakukan maka diharapkan
dapat memberikan manfaat dan ilmu bagi penulis dan pembaca yang lain. Untuk
mengeplikasikan ilmu yang telah didapat selama bangku sekolah dalam
menganalisis suatu produk pembersih khususnya detegren cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DETERGEN
1. Sejarah Detergen
Detergen sintetik yang pertama dikembangkan oleh Jerman pada waktu Perang
Dunia II dengan tujuan agar lemak dan minyak dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Pada saat ini ada lebih 1000 macam detergen sintetik yang ada di pasaran. Fritz Gunther,
ilmuwan Jerman, biasa disebut sebagai penemu surfactant sintetis dalam deterjen tahun
1916. Namun, baru tahun 1933 deterjen untuk rumah tangga diluncurkan pertama kali di
AS.
Kelebihan detergen, mampu lebih efektif membersihkan kotoran meski dalam air
yang mengandung mineral. Tapi, ia pun menimbulkan masalah. Sebelum tahun 1965,
deterjen menghasilkan limbah busa di sungai dan danau. Ini karena umumnya detergen
mengandung alkylbenzene sulphonate yang sulit terurai.
Sejak ratusan tahun lalu telah dikenal sabun, yakni persenyawaan antara minyak
atau lemak dan basa. Awalnya orang-orang Arab secara tak sengaja menemukan bahwa
campuran abu dan lemak hewan dapat membantu proses pencucian. Walaupun berbagai
usaha perbaikan pada kualitas dan proses pembuatan sabun telah dilakukan, semua sabun
hingga kini mempunyai satu kekurangan utama yakni akan bergabung dengan mineral-
mineral yang terlarut dalam air membentuk senyawa yang sering disebut lime soap
(sabun-kapur), membentuk bercak kekuningan di kain atau mesin pencuci. Akibatnya kini
orang mulai meninggalkan sabun untuk mencuci seiring dengan meningkatnya
popularitas deterjen. Salah satu deterjen yang pertama dibuat adalah garam natrium dari
lauril hydrogen sulfat.
Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah jenis
kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya
surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut
dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan
bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran
yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang
berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran, sehingga tidak
kembali menempel ke kain. Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan.
2. Pengertian Detergen
Detergent sering kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti mencuci
pakaian. Bahan utama Detergent ialah Garam Natrium yaitu Asam Organi yang
dinamakan Asam Sulfonik. Asam Sulfonik yang digunakan dalam PembuatanDetergent
merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atomKarbon
per Molekul. Detergent pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu GaramNatrium
dari Alkylhydrogen Sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan
caraPenghidrogenan Lemak dan Minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan
dengan Asam Sulfat menghasilkan Alkilhydrogen Sulfat yang kemudian dinetralkan
dengan Basa. Natrium lauril Sulfat adalah Detergent yang baik. Karena Garamnya berasal
dari Asam Kuat, larutannya hamper Netral. Garam Kalsium dan Magnesiumnya tidak
mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai dengan Air Lunak atau AirSadah.
Pada masa kini, Detergent yang umum digunakan adalah Alkil Benzenesulfonat
berantai lurus. Pembuatannya melalu Tiga tahap. Alkena Rantai Lurus dengan
jumlahKarbon 14-14 direaksikan dengan Benzene dan Katalis Friedel-Craft (AlCl3
atau HF) membentuk Alkil Benzena. Sulfonasi dan Penetralan dengan Basa
melengkapiProses ini.
Rantai Alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil Benzene Sulfonat yang bercabang
bersifat tidak dapat didegradasi oleh Jasad Renik (Biodegradable). Detergent ini
mengakibatkan masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yaitu berupa buih pada unit-
unit penjernihan serta disungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965,
digunakan Alkil Benzene Sulfonat yang tidak bercabang. Detergent jenis ini mudah
didegradasi secara Biologis oleh Mikroorganisme dan tidak Berakumulasi dilingkungan
kita
.
Pada umumnya, beberapa bahan yang terdapat dalam deterjen, terdapat zat aktif
permukaan yang mempunyai gugus ujung berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan
hidrophobik ( tidak suka air), yang disebut surfaktan). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar terdapat empat kategori surfaktan,
yaitu : Anionik yang tersusun dari beberapa bahan pembentuk, seperti misalnya Alkyl
Benzene Sulfonat (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha Olein
Sulfonate (AOS), beserta bahan kationik berupa garam Ammonium. Surfaktan non-ionik
dalam nonyl phenol polyethoxyle, dan bahan amphoterik seperti Acyl Ethylenediamine.
Selain itu terdapat pula bahan builder. Bahan builder, atau disebut juga
pembentuk, bahan ini berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini juga terdiri dari
kumpulan beberapa bahan dasar seperti misalnya fosfat dalam ikatan Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP), dan bahan asetat dalam ikatan Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene
Diamine Tetra Acetat (EDTA). Bahan pendukung lainnya untuk membentuk bahan
builder ini, yaitu silikat dan asam sitrat. Bahan lain yang terkandung dalam deterjen,
yaitu berupa bahan filler (pengisi) yang merupakan bahan tambahan deterjen yang tidak
mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan, contohnya Sodium Sulfat.
Bahan lain yang ditambahkan agar deterjen terlihat lebih menarik, yaitu bahan
aditif yang merupakan bahan suplemen/tambahan, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,
pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Beberapa contoh bahan tersebut,
Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran
yang telah dibawa oleh deterjen ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada
waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian
berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
3. Jenis-Jenis Detergen
1. Detergent Cair
Secara umum Detergent Cair hampir sama dengan Detergent Bubuk. Yang
membedakan cuma bentuk Fisik. Di indonesia Detergent Cair ini belum dikomersilkan,
biasanya di gunakan untuk Laundry Modern menggunakanmesin cuci yang kapasitasnya
besar dengan teknologi canggih.
2. Detergent Krim
Bentuk Detergent Krim dengan Sabun Colek hampir sama tetapi kandunganFormula
Bahan Baku keduanya berbeda.
3. Detergen Bubuk
Jenis Detergent Bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu
mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, detergent bubuk dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Detergent Bubuk Berongga dan Detergent BubukPadat. Perbedaan
bentuk butiran kedua Kelompok tersebut disebabkan olehPerbedaan Proses
pembuatannya.
4. Zat-Zat Yang Terdapat Dalam Deterjen
5. Komposisi Detergen
Komposisi utama deteren adalah surfaktan. Fungsi surfaktan sekali lagi adalah
untuk meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat
dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan mensuspensikan
kotoran yang telah terlepas. Surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah
linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium
kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil
sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif,
memiliki daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa banyak (biasanya
digunakan untuk pencuci kain dan pencuci piring). Etoksilat, tidak berubah menjadi
partikel yang bermuatan, busa yang dihasilkan sedikit, tapi dapat bekerja di air
sadah (air yang kandungan mineralnya tinggi), dan dapat mencuci dengan baik
hampir semua jenis kotoran. Senyawa-senyawa amonium kuarterner, berubah
menjadi partikel positif ketika terlarut dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan
pada pelembut (softener). Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel
positif, netral atau negative bergantung pH air yang digunakan. Kedua surfaktan ini
cukup kestabilan dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan
untuk pencuci alat-alat rumah tangga.
Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah penguat (builder), yang
meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah
dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat
berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga membantu menciptakan
kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik
serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang
sering digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat,
natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. Pertimbangan banyak busa adalah
pertimbangan salah kaprah tapi selalu dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa
tidak berkaitan secara signifikan dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang
digunakan untuk proses pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada
pencucian karpet).
Bahan aktif merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada dalam
proses pembuatan deterjen. Secara kimia bahan ini dapat berupa sodium lauryl sulfonate
(SLS). Texapon ini nama merk dagang dengan nama kimia Sodium Lauril Sulfat (
SLS/SLES) Ada yang berbentuk bubuk dan ada yang jel. Senyawa ini adalah surfaktan.
Texapon ini bentuknya jel yang berfungsi sebagai pengangkat kotoran.
https://docs.google.com/document/d/1Rfby2ehPvr6HklqirRxUGM8YAd_95jU9X58R
xRGf-Ds/edit