Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Ekonomi Sumber Daya Alam

“STUDI SIFAT KEKUATAN DAN SIFAT OPTIK LEMBARAN PULP


SULFAT Amomum maximum Auct DAN Amomum walang BL.Val”
(Skripsi S1 Dian Nata Yasrija)

Sebagai Bahan Baku Pengganti Pulp & Kertas yang bersumber dari Batang Puar
atau Unji Amomum sp (Non Kayu) sebagai Solusi Ekonomi Hijau Berkelanjutan

Oleh :

Dian Nata Yasrija


NIM E2A021015

Dosen Pengampu :
Dr.Reflis,S.P.M.Si

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BENGKULU
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Alloh Swt Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta
yang menjadikan bumi begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan bumi sebagai penjelajah bagi
orang yang berilmu dan berfikir. Sungguh karena berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam yang berjudul
“STUDI SIFAT KEKUATAN DAN SIFAT OPTIK LEMBARAN PULP SULFAT
Amomum maximum Auct DAN Amomum walang BL.Val”
(Skripsi S1 Dian Nata Yasrija,S.Hut)
Sebagai Bahan Baku Pengganti Pulp Pembuatan Kertas yang bersumber dari Batang Unji
Amomum sp (Non Kayu) sebagai Solusi Ekonomi Hijau Berkelanjutan
Sholawat dan salam kami limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
utusan Alloh SWT dan sebagai rahmatan lil alamin bagi seluruh umat manusia. Penulis juga
mengucapkan terima kasih atas bimbingannya kepada semua pihak dan khususnya kepada
Dosen Pengampu untuk mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Reflis,S.P.M.Si selaku dosen Pembimbing Mata Kuliah Ekonomi Sumber


Daya Alam.
2. Kepada Orang tuaku H.Yuherdi Kopa,S.E dan Hj.Ii Sarinah,A.Md yang telah
memberikan Doa serta dukungan kepada anaknya sehingga kami dapat semangat dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Kepada Istriku Dian Rahma beserta anak-anak ku sayang yaitu Zuhdi Abdillah Nata
dan Ammar Ubaidilah Nata yang selalu memberikan doa kepada saya.
4. Sahabat dan rekan se angkatan PSDA Angkatan 29 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Sebagai penulis, sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusunnya kembali lebih baik
dari sebelumnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama
bagi penyusun. Terima Kasih.

Bengkulu, 10 November 2022


Penulis

Dian Nata Yasrija,S.Hut


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri hasil hutan yang sangat
penting. Hampir tidak ada aktivitas kehidupan manusia yang tidak memanfaatkan komoditi
industri ini, mulai dari aktivitas kehidupan di rumah tangga, perkantoran, industri, pendidikan,
perdagangan dan lain sebagainya. Indonesia sebagai negara yang masih memiliki hutan cukup
luas, berpotensi menjadi salah satu pemain dunia di bidang industri ini, karena ketersediaan
hutan (sebagai sumber utama bahan baku) masih merupakan penggerak utama (driving force)
bagi berkembangnya industri ini.
Disarnping memiliki hutan yang cukup luas dan iklim tropis yang memungkinkan
tanaman tumbuh lebih cepat, Indonesia juga memiliki sumber-sumber bahan baku alternatif
(limbah pertanian, bahan baku non kayu). Keberadaan industri ini yang sudah cukup lama
(sudah ada sejak tahun 1923) juga memungkinkan bangsa Indonesia telah banyak pengalaman
sehingga mampu mengoperasikan industri ini secara cukup efisien.
Pemerintah mendorong peningkatan produksi pulp dan kertas tanah air dari bahan
baku bukan kayu atau nonwood. Selain memiliki potensi bahan baku bukan kayu yang cukup
besar, pemanfaatan bahan baku bukan kayu juga diharapkan mengerek posisi Indonesia pada
urutan produsen pulp dan kertas dunia. Indonesia menduduki urutan ke-6 sebagai negara
produsen kertas dunia dan urutan ke-9 produsen pulp dunia (Andoyo,2017). Pada tahun 2017
akan ada peningkatan kapasitas terpasang industri pulp 2,5 juta ton sehingga kapasitas akan
meningkat dari 7,93 juta ton menjadi 10,43 juta ton. Jenis bahan baku yang digunakan di
Indonesia untuk memproduksi pulp hampir sebagian besar adalah kayu. Hal itu bisa dilihat dari
total produksi 4,55 juta ton pada 2013, hanya 18.680 ton atau baru 0,0004% Yang merupakan
pulp bambu (Andoyo, 2017).
Jenis bahan baku bukan kayu yang bisa dimanfaatkan antara lain limbah hasil
pertanian seperti tandan kosong sawit, jerami, merang, ampas tebu, dan bahan baku bukan kayu
lainnya seperti rami, kapas, dan bambu. Perlu didorongnya pemanfaatan bahan baku bukan
kayu yang berkaitan dengan isu negatif terkait deforestasi. Selama ini industri kertas dan pulp
sering diidentikkan dengan industri yang merusak hutan. Pemakaian bahan baku bukan kayu
untuk pulp dan kertas menawarkan solusi yang baik salah satunya jenis tanaman Puar atau
dikenal bahasa daerahnya adalah Unji Genus Amomum sp. Tanaman ini banyak tumbuh di
Propinsi Bengkulu biasanya ditemukan di dataran rendah pegunungan. Penulis membahas
tanaman ini karena penulis pernah meneliti dalam sidang skripsi tanaman unji dan setelah
diteliti di Balai Besar Pulp dan Kertas di Jawa Barat hasilnya sangat memuaskan. Amomum sp
sudah cukup menggantikan bahan kayu untuk membuat pulp dan kertas. Penggunaan bahan
baku nonkayu juga memiliki kelebihan, potensi cukup besar, mudah dibuat pulp, mudah
digiling, serta mudah diputihkan dengan bahan yang ramah lingkungan. Peluang peningkatan
produksi masih besar, begitu juga pasar permintaan serat tanaman bukan kayu untuk
pembuatan pulp dan kertas diperkirakan akan meningkat, salah satunya memanfaatkan
tanaman Puar atau unji ini
1.2 Tujuan Makalah
Untuk mengetahui kajian Tanaman Puar atau Unji Amomum sp sebagai bahan baku pulp
dan kertas dalam perspektif ekonomi sumber daya alam untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) .

BAB 2
PEMBAHASAN

Saat ini industri pulp dan kertas dihadapkan pada tiga permasalahan yaitu kekurangan
bahan baku, bahan kimia pemasak yang mahal dan pencemaran lingkungan yang
ditimbulkannya. Salah satu untuk memenuhi kekurangan bahan baku pulp dan kertas yakni
perlu dicari alternatif bahan baku lain yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pulp dan
kertas dan upaya penelitian dalam pengembangan teknologi kertas berbahan baku non kayu.

Kekurangan
bahan Baku

Permasalahan
Deforestasi Bahan Kimia
Hutan Industri Pulp & Mahal
kertas

Pencemaran
Lingkungan

Gb 1 Permasalahan Industri Pulp dan Kertas di Indonesia


Puar adalah salah satu tumbuhan hasil hutan hutan non kayu yang sangat berpotensi
sebagai bahan baku pulp dan kertas. Puar berasal dari family Zingiberaceae yang terdiri dari
beberapa genus seperti Alpinia, Amomum, Nicolaia, Renealmia, Riedeliua, Achasm dan
beberapa genus lainnya. Berdasarkan pengamatan tumbuhan puar jenis Amomum maximum
Auct dan Amomum walang BL.Val banyak tumbuh secara alami di Bengkulu.

Gb 2. Jenis Tanaman Puar / Batang Unji


Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kedua jenis puar tersebut memiliki dimensi
dan nilai turunan dimensi serat yang baik sebagai bahan baku pulp dan kertas sehingga akan
menghasilkan sifat kekuatan pulp dan kertas yang baik, sedangkan komponen kimia puar
berkaitan dengan sifat optik pulp dan kertas, karena belum ada informasi sifat lembaran pulp
dan kertas yang meliputi sifat kekuatan dan optiknya dari kedua spesies puar tersebut, maka di
rasa perlu meneliti sifat kekuatan dan optik lembaran pulp dan kertas kedua jenis puar tersebut.
Sifat kekuatan dan optik lembaran pulp yang diteliti merupakan pulp yang telah diputihkan,
karena yang diteliti adalah pulp putih maka pulp yang dihasilkan harus diputihkan. Penelitian
ini memilih zat pemutih tanpa khlorin. Dasar pemilihan zat pemutih bebas khlorin karena
khlorin menghasilkan limbah cair yang mengandung chlorinated organic compounds yang
bersifat bioacumulate dan penyebab sub lethal effect. Untuk mengatasi masalah tersebut
dikembangkan teknologi bleaching yang lebih aman terhadap lingkungan, antara lain teknologi
bleaching dengan konsep ECF (elementally chlorine free) dan TCF (totally chlorine free) serta
penerapan bio- bleaching.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap pengujian, yaitu pengujian sifat kekuatan dan
pengujian sifat optik lembaran pulp masing-masing jenis puar. Pada uji sifat kekuatan lembaran
pulp terdapat empat variabel, yaitu indeks tarik, indeks sobek, indeks retak dan ketahanan lipat
masing-masing dengan dua kali ulangan. Pada uji sifat optik lembaran pulp terdapat dua
variabel, yaitu derajat putih dan opasitas masing-masing juga dengan dua kali ulangan. Kedua
tahap pengujian dilaksanakan di BBPK (Balai Besar pulp dan Kertas) Provinsi Jawa Barat,
mulai bulan Juli sampai dengan September 2008.

Hasil Penelitian S1 (Dian Nata Yasrija,2009)


Jenis Puar Amomum maximum Auct Amomum walang BL.Val
Uji Sifat Kekuatan lembaran Pulp
 Indeks Tarik 66,95-68,23 Nm/g 74,93-76,08 Nm/g
 Indeks Retak 3,70-3,91 Kpam2/g 4,17-4,26 Kpam2/g
 Indeks Sobek 8,23-9,41 mNm2/g 7,84-7,98mNm2/g
 Ketahanan Lipat 136-162 DF 152-158 DF
Uji Sifat Optik
 Derajat Putih 19,1-19,7 0GE 30,5 0GE
 Opasitas 99,4-99,5% 96,2-96,6 %
*Pemasakan Pulp dengan Metode Sulfat SNI 14-0698-1989
Berdasarkan hasil penelitian tersebut puar atau unji A. maximum Auct dan puar A.
walang BL.Val memenuhi nilai kelayakan panjang serat, derajat giling, indeks tarik, indeks
sobek dan indeks retak sehingga layak untuk dijadikan bahan baku kertas tetapi derajat putih
yang dihasilkan puar A.maximum dan A.walang pada penelitian ini belum layak, sehingga
harus menggunakan bahan kimia chlorin.
Penulis menyadari bahwa dengan dilakukan penelitian puar sebagai bahan baku pulp
dan kertas ini dikarenakan degradasi lingkungan hidup (environmental degradation) tengah
menjadi isu global terutama dua dekade terakhir sehingga baik pemerintah maupun masyarakat
di negara-negara maju dan sedang berkembang telah dan terus memberikan perhatian yang
serius pada masalah tersebut. Dunia semakin menyadari bahwa eksploitasi sumber daya alam
(natural resources) terutama bahan kayu diambil dari hutan alam yang hanya berorientasi pada
ekonomi tidak hanya membawa efek yang positif, tetapi juga menimbulkan efek yang negatif
bagi umat manusia. Dengan demikian, strategi pembangunan ekonomi kini dan yang akan
datang harus diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan atau pembangunan yang
berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi,
tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian
kemampuan daya dukung sumber daya alam (lingkungan) antarwaktu.

Disadari bahwa antara kepentingan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan


terdapat titik perhatian yang berbeda. Kebanyakan ahli ekonomi (economists) cenderung
berpendapat bahwa efisiensi dan keuntungan maksimum adalah alternatif terbaik, sedangkan
biaya sosial atau biaya lingkungan (social/ environmental cost) yang ditimbulkannya belum
sepenuhnya diperhitungkan. Sebaliknya, pecinta lingkungan dan ahli lingkungan
(environmentalist-ecologist) berpendapat bahwa faktor etika dan sosial mendapat perhatian
yang utama.
Sumber
Bahan
Baku

Peranan Utama
SDA Sebagai
Pendukung
Kegiatan
Ekonomi

Penerima Sisa
Penyangga Produksi &
Kehidupan Konsumsi
(Limbah)

Gb 3. Peranan SDA terhadap Sumber Daya Ekonomi

Oleh sebab itu, kegiatan produksi dan ekonomi harus mengacu kepada aspek
pemerataan dan distribusi yang adil dalam generasi tertentu serta antargenerasi dikarenakan
bahan baku pulp dan kertas kebanyakan berasal dari tanaman kayu baik berasal dari Hutan
Alam maupun Hutan Tanaman Industri (HTI) membuat kerusakan lingkungan semakin tahun
semakin rusak. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya bahan baku pulp dan kertas harus
mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Jadi, pendekatan yang optimal
untuk mempertemukan kedua kepentingan itu adalah pendekatan yang integratif dan terpadu
(an integrated xiii approach) sehingga kepentingan ekonomi dan pelestarian lingkungan bisa
diperhatikan secara simultan. Oleh sebab itu, harus ada kompromi (trade-off) antara dua
kepentingan tersebut. Dari sinilah ide dasar tentang perlunya dikembangkan pembangunan
berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Masalah lingkungan akibat dari penggunaan bahan baku kayu untuk industri pulp dan
kertas itu sendiri sangat kompleks dan multidimensional. Kajian lingkungan itu hampir
menyentuh semua bidang ilmu pengetahuan dari kimia, biologi, pertanian, ekonomi, hukum,
kebijaksanaan publik, institusi, kelembagaan, sampai politik. Oleh karena itu, keberhasilan
kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan terutama bahan baku nonkayu
seperti tanaman puar atau unji Amomum sp ini bergantung pada adanya interaksi yaitu intergasi
antara disiplin terkait dan aplikasinya dalam pembangunan.
Ekonomi sumber daya dan lingkungan merupakan kajian ilmu yang sangat luas,
berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi dengan seluruh ekses yang ditimbulkannya serta
upaya-upaya konstruktif manusia untuk menangani ekses yang ditimbulkannya tersebut bagi
kemaslahatan umat manusia. Aktivitas sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang
menonjol dan potensial bagi timbulnya masalah lingkungan.
Permintaan untuk serat tanaman non-kayu untuk pembuatan pulp dan kertas
diperkirakan akan meningkat karena masalah ketersediaan bahan kayu dan upaya untuk
melestarikan hutan hujan tropis dan lahan gambut. Oleh karena kekurangan serat bahan baku
kayu tersebut, sementara bahan non-kayu sangat melimpah di kawasan ASEAN-China, maka
bahan baku serat non-kayu tersebut menjadi sumber penting untuk pembuatan pulp dan kertas.
Pergeseran pemanfaatan bahan baku non-wood dalam pembuatan pulp dan kertas tersebut
membutuhkan pengetahuan dan transfer teknologi baik untuk teknologi proses maupun
pengembangannya. Transfer pengetahuan dan teknologi ini diharapkan datang dari negara-
negara yang telah menggunakan bahan baku non-kayu dalam pembuatan pulp dan kertas.
Gb 4. Pandangan SDA Ekonomi Bahan Baku Pulp & Kertas dari Amomum sp (NonWood)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mendorong pelaku industri bubur kertas


(pulp) dan kertas terus menggunakan teknologi terkini yang ramah lingkungan untuk
memastikan keberlanjutan sumber daya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing
produk nasional di pasar global dan sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0. Proses
produksi di industri mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber
daya secara berkelanjutan, sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Saat berbicara mengenai dampak suatu industri terhadap keberlanjutan lingkungan,
terdapat dua hal penting yang juga harus diperhatikan. Pertama, darimana sumber bahan
baku industri tersebut. Dan kedua, kemana perginya sampah produk industri setelah selesai
dipakai konsumen. Industri pulp dan kertas akan lebih ‘hijau’ jika semakin banyak bahan
bakunya berasal dari hasil olahan limbah baik dari industri kertas sendiri , bahan baku
nonkayu seperti Puar Amomum sp maupun sektor lainnya. Begitu halnya dengan limbah
kertas, sisa produk kertas yang telah terpakai akan lebih ramah lingkungan jika dapat
dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku untuk produk kertas dan produk lainnya.
Konsep daur ulang ini merupakan bagian dari ekonomi sirkular, berbeda dengan ekonomi
linear yang bersifat ‘produksi, pakai, buang’, ekonomi sirkular merupakan kegiatan
ekonomi yang meniru siklus alamiah untuk menghasilkan seminimal mungkin limbah
dengan mendesain suatu produk agar terus-menerus dapat dimanfaatkan dalam proses
produksi dan konsumsi. Konsep industri seperti ini tentu saja bagian yang sangat penting
dalam mendorong kelestarian lingkungan.
Selama ini, jenis bahan baku utama industri pulp dan kertas di Indonesia adalah
kayu. Dari total 4.55 juta ton pulp yang diproduksi pada tahun 2013, hanya 18 ribu ton
atau 0.0004 persen yang merupakan pulp nonkayu. Persentase bahan baku alternatif yang
masih rendah tersebut menunjukkan kurangnya diversifikasi bahan baku pulp dan kertas
di Indonesia. Padahal jika menilik pada opsi bahan baku lain, terdapat beragam bahan
bukan kayu yang dapat dimanfaatkan antara lain limbah hasil pertanian seperti tandan
kosong sawit, jerami, ampas tebu, dan tentu saja tanaman puar atau unji ini yang penulis
teliti.
Ketergantungan ini sesungguhnya mengkhawatirkan mengingat jumlah Hutan
Tanaman Industri (HTI) akan semakin berkurang seiring berlakunya aturan mengenai
perlindungan gambut yang akan berdampak pada semakin sulitnya produsen pulp dan
kertas Indonesia memperoleh bahan baku. Selama ini, Indonesia selalu dipersepsikan
sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah yang terus dapat memasok kebutuhan
masyarakatnya. Padahal jika digunakan terus-menerus tanpa memerhatikan aspek
keberlanjutan, bukan tidak mungkin bumi Indonesia kehabisan sumber daya alam untuk
diekploitasi.
BAB 3
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari makalah ini penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Dua jenis tanaman nonkayu Amomum maximum Auct dan Amomum walang BL
atau dikenal dengan tanaman puar atau unji sangat berpotensi menggantikan bahan
baku nonkayu untuk industri pulp dan kertas di indonesia karena potensinya sangat
berlimpah.
2. Pemanfaatan sumber daya alam (SDA) Tanaman Amomum sp untuk suatu kegiatan
ekonomi berdampak positif pada lingkungan serta kajian ekonomi-ekologi serta
mengurangi dampak dari aktivitas ekonomi dan konflik pembangunan ekonomi.
Serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Pikiran Rakyat.”Produksi Pulp dan Kertas Manfaatkan Bahan Nonkayu”.Kemenperin

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2014. “Berita Industri Pulp dan Kertas Indonesia”. Buletin
Asosiasi

Pulp dan Kertas Indonesia. ASTM, D 638-02, Standart test method for tensile properties of
plastics.

Philadelphia, PA : American Society for Testing and Materials Chong, Eunnice. 2014.
“Comparative

Stydy Between Organosolv Pulping Using Different Concentrations of Ethanol and Kraft
Pulping of Acacia Hybrid” .Agriculture and Forestry.Vol 60. Issue 2: 47-57.

Anda mungkin juga menyukai