Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

KERTAS ALTERNATIF ‘KEPING’


Pemanfaatan Limbah Batang Pisang (Musa paradisiaca) sebagai Bahan
Baku untuk Pembuatan Kertas Alternatif

Oleh :
Muhammad Isal
CLC Baturong

CLC BATURONG
SABAH, MALAYSIA
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Daftar Isi ..ii
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Hasil Penelitian 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Kajian Pustaka 4
B. Hasil Penelitian 6
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
Daftar Pustaka 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kertas merupakan produk hasil dari pemanfaatan selulosa sebagai bahan bakunya.
Kertas pada jaman dahulu dikenal sebagai lapisan tebal yang dibuat dari lembaran screen
halus dari suspensi serat. Namun, kertas di jaman sekarang tidak hanya terdiri dari serat saja,
melainkan mengandung bahan-bahan tambahan lain (Syafii, 2000). Kertas secara lebih rinci
menurut Bureau of Indian Standards, (1999) adalah lembaran tipis dengan ketebalan
maksimum 0,30 mm, atau gramatur maksimum 224 g m yang dihasilkan melalui
-2

penyusunan ikatan dan anyaman serat yang berasal dari dehidrasi suspensi pulp. Karton juga
merupakan lembaran tetapi dengan tebal diatas 0,30 mm atau gramatur diatas 224 g m . -2

Namun, dalam penggunaan umum, kata kertas dapat digunakan untuk menggambarkan
kertas dan karton.
Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 produksi kertas dan karton dunia rata-
rata meningkat 3,05 % setiap tahun dengan konsumsi 383.603.402 ton kertas dan karton
pada tahun 2007 (FAOSTAT, 2011). Untuk Indonesia, produksi kertas dan karton selama
kurun waktu 5 tahun tumbuh dari 6.951.680 pada tahun 2001 sampai mencapai 10.506.180
ton pada tahun 2006 (Maps of World, 2011).
Walaupun akhir-akhir ini alternatif selulosa dari mikrobial untuk pensubstitusi
selulosa kayu guna pembuatan kertas telah diajukan oleh Syamsu et al. (2013), namun pada
skala industri komersial di dunia, mayoritas pulp dan kertas masih diproduksi menggunakan
bahan baku kayu, baik kayu yang berasal dari hutan tanaman industri maupun dari hutan
alam. Laju kebutuhan kayu yang lebih besar dari pada laju produksinya telah menyebabkan
makin berkurangnya jumlah kayu di hutan. Menurut data State of the World’s Forests 2007
yang dikeluarkan The UN Food and Agriculture Organization, angka deforestasi Indonesia
selama periode 2000-2005 adalah 1,8 juta ha pertahun dengan laju deforestasi sebesar 2 %
per tahun (FAOSTAT, 2011; Maps of World, 2011). Laju deforestasi ini diperkirakan akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap kayu dan produk-
produk berbahan baku kayu, termasuk pulp dan kertas.
Berkurangnya jumlah hutan yang berfungsi menahan air telah menyebabkan
kekeringan pada musim kemarau, kebanjiran pada musim hujan, dan memacu serta memicu
pemanasan global (global warming) sehingga menyebabkan perubahan iklim secara radikal.
Perubahan iklim secara drastis juga menyebabkan naiknya permukaan laut, gagal panen
tanaman pangan, terancam punahnya sebagian fauna dan flora, rusaknya ekosistem,

1
meluasnya penyakit tropis, dan munculnya penyakit-penyakit baru.
Untuk memproduksi 1 ton bleached kraft pulp secara konvensional diperlukan listrik
900 kWh, air 100 m3, dan kayu 5,5 m3 dengan skala minimum 1.200 ton pulp perhari.
Dengan demikian, diperlukan 2.310.000 m 3 kayu pertahun dengan luasan hutan 46.000-
230.000 ha pertahun. Sedangkan untuk memproduksi 1 ton mechanical pulp diperlukan
listrik 2.600 kWh, air 15 m3, kayu 2,5 m3 dengan skala minimum 600 ton pulp perhari.
Dengan demikian, diperlukan 525.000 m 3 kayu pertahun dengan luasan hutan 10.500-52.500
ha pertahun (Walker, 2006). Tingginya angka tersebut merupakan salah satu faktor
pendorong deforestasi sehingga perlu dilakukan pencarian sumber baru untuk dijadikan
bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
Pisang merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di negara
tropis seperti Indonesia dan Malaysia. Selama ini pisang hanya dimanfaatkan pada buah
dan daunnya, sedangkan batang pisang kurang banyak dimanfaatkan. Batang pisang dan
daun pisang mempunyai kandungan serat (selulosa) yang cukup tinggi serta daur hidup
pisang relatif pendek, hal itu sangat memungkinkan untuk menggantikan kayu sebagai
bahan baku pembuatan kertas.
Pada tahun 2003, produksi pisang Indonesia mencapai 2.374.841 ton dengan luas
sekitar sekitar 56.728 ha.Selanjutnya pada tahun 2004, produksi dan luas tersebut
meningkat menjadi 2.758.708 ton dan 65.897 ton. Atas dasar itu, maka potensi pelepah
batang pisang pada tahun 2002-2003 mencapai sekitar 79.603.169-92.469.504 ton.
Pelepah pisang diharapkan baik dipergunakan sebagai bahan baku pulp untuk kertas,
karena berkadar lignin rendah (5%), selulosa (63-64%) dan hemiselulola (20%) tinggi,
sedangkan seratnya relatif panjang sekitar 4,29 mm. Kadar lignin yang rendah dari
pelepah merupakan keuntungan lain karena proses pembuatan pulp relatif membutuhkan
bahan pemasak yang relatif sedikit dan waktu yang relatif singkat sehingga memberikan
keuntungan secara ekonomis (Lisnawati, 2000).
Berdasarkan uraian diatas, penulis berinovasi menciptakan suatu produk kertas
alternatif dari batang dan daun pisang sebagai upaya pemanfaatan limbah batang dan
daun pisang serta mengurangi deforestasi. Produk ini diharapkan mampu memberikan
manfaat yang besar bagi siswa Ladang Baturong pada khususnya dan dapat
dikembangkan lebih luas lagi sehingga mampu menyentuh banyak lapisan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
2
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dirumuskan penulis
dalam karya tulis ini, sebagai berikut:
1. Apakah bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti penggunaan kayu
untuk membuat kertas?
2. Bagaimana langkah-langkah kerja dalam pembuatan kertas alternatif ‘KEPING’ dari
pemanfaatan limbah batang pisang (Musa paradisiaca)?
3. Bagaimana pemanfaatan kertas alternatif ‘KEPING’ dari pemanfaatan limbah
batang pisang (Musa paradisiaca) dalam kehidupan sehari-hari?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis bahan alami lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti
penggunaan kayu untuk membuat kertas.
2. Mengetahui langkah-langkah kerja dalam pembuatan kertas alternatif dari batang
pisang (Musa paradisiaca).
3. Menghasilkan sebuah produk berupa kertas yang berasal dari batang pisang (Musa
paradisiaca).
4. Menghasilkan berbagai macam produk yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Manfaat hasil penelitian ini adalah :
Kertas ‘KEPING’ adalah kertas alternatif yang berasal dari pengolahan batang
pisang. Diharapkan produk ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi bahan baku
utama kertas dan membantu mengurangi terjadinya deforestasi di bumi.

BAB II
3
PEMBAHASAN

A. KAJIAN PUSTAKA
1. Batang Pisang (Musa paradisiaca)

Gambar 1. Batang Pisang


(https://makassar.tribunnews.com)
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa
acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) merupakan tanaman perkebunan
yang banyak dibudidayakan di negara tropis seperti Indonesia. Selama ini pisang
hanya dimanfaatkan pada buah dan daunnya, sedangkan pelepah batang pisang
kurang banyak dimanfaatkan. Pelepah batang pisang mempunyai kandungan serat
(selulosa) yang cukup tinggi serta daur hidup pisang relatif pendek, hal itu sangat
memungkinkan untuk menggantikan kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Pada tahun 2003, produksi pisang Indonesia mencapai 2.374.841 ton dengan luas
sekitar sekitar 56.728 ha. Selanjutnya pada tahun 2004, produksi dan luas tersebut
meningkat menjadi 2.758.708 ton dan 65.897 ton. Atas dasar itu, maka potensi
pelepah batang pisang pada tahun 2002-2003 mencapai sekitar 79.603.169 -
92.469.504 ton.
Tabel 1. Tabel komposisi kimia dan unsur dari batang pisang.
Nama Kandungan
Chemical Composition (wt % dry)
Ash 10.7
SiO2 1.59
Ekstractive 4.76

4
Hemicellulose 30.5
Lignin 12.25
Cellulose 40.2
Elemental composition (wt % dry)
Carbon 38.2
Hydrogen 5.3
Nitrogen 0.3
Oxygen 43.4
Calorific Value,Kj / g -dry 15.7

Kadar lignin dalam batang pisang adalah 12,25% sedangkan seratnya relatif
panjang sekitar 4,29 mm. Kadar lignin yang rendah dari pelepah merupakan
keuntungan lain karena proses pembuatan pulp relatif membutuhkan bahan pemasak
yang relatif sedikit dan waktu yang relatif singkat sehingga memberikan keuntungan
secara ekonomis (Lisnawati, 2000). Mereka lebih mudah di delignifikasi dan
memerlukan kondisi memasak lebih ringan dan lebih cepat dibandingkan dengan
sumber serat kayu.

2. Delignifikasi
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses
pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, terutama lignin yaitu secara mekanis,
semikimia dan kimia. Pada proses secara kimia ada beberapa cara tergantung dari
larutan pemasak yang digunakan, yaitu proses sulfit, proses sulfat, proses kraft dan
lain-lain.
Pembuatan pulp pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pembuatan Pulp Mekanik
Merupakan proses penyerutan kayu dimana kayu gelondong setelah dikuliti
diserut dalam batu asah yang diberi semprotan air. Akibat proses ini banyak serat
kayu yang rusak.
b. Pembuatan Pulp Kimiawi
Proses dimana lignin dihilangkan sama sekali hingga serat-serat kayu mudah
dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau paling tidak
setelah perlakuan mekanik lunak.
1) Pembuatan Pulp Sulfit
Pulp sulfit rendemen tinggi dapat dihasilkan dengan proses sulit bersifat
5
asam, bisulit atau sulit bersifat basa.
2) Pembuatan Pulp Sulfat (kraft)
Proses ini menggunakan natrium sulfat yang direduksi didalam tungku
pemulihan menjadi natrium sulfit, yang merupakan bahan kimia kunci yang
dibutuhkan untuk delignfiikasi.
3) Pembuatan Pulp Soda
Proses soda umumnya digunakan untuk bahan baku dari limbah pertanian
seperti merang, katebon, bagase serta kayu lunak.
4) Organosolv
Organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan yang lebih
mudah didegradasi seperti pelarut organik. Pada proses ini, penguraian lignin
terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan eter (Donough, 1993). Beberapa
senyawa organik yang dapat digunakan antara lain adalah asam asetat, etanol dan
metanol. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi ini adalah :
Waktu pemasakan, konsentrasi larutan pemasak, pencampuran bahan,
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku, ukuran bahan, suhu dan
tekanan, dan konsentrasi katalis.

3. Karakteristik Kertas
Kegunaan kertas dapat dilihat dari jenis pulp yang dipakai dalam produksi
kertas dan jenis mesin kertas yang digunakan dalam produksi. Menurut Techninal
Information Paper - "TIP 0404-36 Paper Grade Classification" ada 12 jenis kertas
yaitu : 
1. Uncoated Groundwood
Adalah kertas yang tidak mempunyai lapisan atau coating pigmen dan
diproduksi menggunakan pulp mekanis (mechanical pulps) dan bubur kertas yang
diproduksi tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini adalah kertas
koran (newsprint). Gramatur (berat kertas dalamgram per satu meter persegi) adalah
24-75 g/m2, dengan kertas koran dari 38 g/m2 to 52 g/m2. Disamping itu, jenis
kertas lainnya adalah kertas untuk direktori (seperti yellow page), computer paper,
katalog, dan advertising supplements (brosur sisipan yang umumnya dicetak dengan
sistem rotogravure).
2. Coated Groundwood
6
Kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp mekanis (umumnya 50-
55% groundwood) dengan sisanya menggunakan pulp kimia. Umumnya kertas ini
berwarna kekuningan karena banyak pulp mekanis dan mempunyai gratur dari 45
g/m2 to 130 g/m2. Kertas ini umumnya ditemukan pada kegunaan kertas dengan
mesin cetak letter press dan offset, seperti LWC (light weight coated – kertas yang
mempunyai lapisan coating rendah sekitar 7-10 gr/m2 dan kertas coated untuk
majalah. 
3. Uncoated Woodfree
Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis lebih rendah dari 10%
umumnya bisa mencapai 0% dan tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama
sekali. Kegunaan kertas ini termasuk "office papers" (formulir, kertas fotokopi,
kertas buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR), dan kertas cetak
atau biasa disebut HVS untuk brosur, selebaran, iklan, dan bahkan kartu pos bila
tebal. Bila sering bergelut dengan pasar ekspor, jenis kertas ini sering juga disebut
"printing, writing, and book papers" (kertas cetak, tulis dan buku).
4. Coated Woodfree
Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp mekanis, tetapi
mempunyai lapisan coating pigmen baik dua sisi atau satu sisi. Gramatur kertas
berkisar antara 70 gr/m2 dan 300 gr/m2. Art Paper umumnya mulai dari 70 gr/m2
sampai dengan 150 gr/m2, sementara Art Board mulai dari 170 gr/m2 sampai
dengan 300 gr/m2. Kegunaan paling umum adalah untuk majalah, buku, cetak
commercial dengan mutu yang tinggi dan mahal karena brightness yang relatif
tinggi dibanding kertas uncoated groundwood.
5. Craft Paper
Kertas kraft, arti harfiahnya adalah kertas kuat, mempunyai 4 kegunaan
utama:
(1) Kertas bungkus (wrapping) seperti untuk  bungkus kertas plano, kertas bungkus
nasi dll,
(2) Kantong (bag/sack) seperti kantong belanja atau "shopping bag",
(3) Karung (shipping sack) seperti karung atau kantong semen,
(4) Berbagai fungsi "converting". Gramatur berkisar antara 50 gr/m2 dan 134
gr/m2. Pulp kertas yang dipakai bisa melalui proses pemutihan atau "bleaching"
atau tidak. Bila tidak diputihkan maka berwarna coklat.
6. Bleached Paperboard
7
Pulp kertas yang dipakai adalah "beached sulfate" dan kegunaan utama
adalah "folding carton" untuk membuat box, dan kertas karton susu atau juice.
Karena "bleach" maka warna kertas karton ini putih dan sekitar setengah jumlah
produksi adalah coated. Gramatur 10 bervariasi mulai dari 200 gr/m2 sampai
dengan 500 gr/m2. Golongan jenis kertas ini termasuk untuk membuat gelas kertas,
piring kertas, karton tebal cetak, "tag stock" (kertas karton untuk gantungan, kartu
komputer, "file folders" (map folio), dan kartu index (kartu index nama).
7. Unbleached Paperboard
Kertas karton ini tidak diputihkan dengan bleaching dan diproduksi dari
"virgin kraft" (pulp kimia dengan serat non-recycle) atau "neutral sulfite
semichemical pulp" (bubur kertas dengan proses semi-kimia sulfite yang netral).
Produk utama adalah liner board, jenis kertas yang digunakan untuk membuat
"corrugated containers" (corrugated box yang biasanya berwarna coklat). Berat
gramatur umumnya 130 gr/m2 sampai dengan 450 g/m2. "Corrugating medium"
atau kertas medium juga masuk dalam kaetgori ini yang dibuat dengan sebagian
campuran kertas recycle.
8. Recycled Paperboard
Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle atau daur ulang. Jenis kertas
ini meliputi rentang variasi kertas yang luas mulai dari kertas medium untuk
"corrugated box", folding boxboard atau clay coated news back  – kertas ini sering
disebut sebagai Duplex dan Triplex, setup boxboard - layaknya duplex tetapi
uncoated, and berbagai jenis kertas dan kertas karton. Juga gypsum liner - kertas
yang digunakan sebagai pelapis luar gypsum board, kertas untuk "core tube" dan
lain sebagainya.
9. MG Kraft Specialties
Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin dan
seperti kaca (glaze) dimana kertas tersebut diproduksi di atas mesin yang
mempunyai silinder pengering/pemanas yang diameternya sangat besar. Di pasar
lokal sering disebut dengan kertas Litho atau Doorslag. Jenis kertas lainnya seperti
kertas dasar (base paper) untuk "wax paper", kertas bungkus "carbonizing", dan
kraft specialties.

10. Tissue
8
Bubur kertas yang dipakai untuk tisu adalah pulp kimia yang dibleach
dengan tambahan bisa 50 atau lebih pulp mekanis. Mayoritas kertas tisu digunakan
untuk produk sanitari seperti tisu gulung, ,towel’, ‘bathroom’, ‘napkins’ dll.
Gramatur mempunyai rentang dari 13 gr/m2 sampai dengan 75 gr/m2. Jenis kertas ini
diproduksi dengan sistem "through air dried" (TAD) atau mesin kertas yankee
(silinder  pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai "wet atau dry
crepe operation".
11. Market Pulp
Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas yang dibagi
jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp dan proses pemutihan
(bleaching). Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran, bal dan gulungan.
12. Others
Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam 11
golongan kertas di atas. Kurang dari 5% jumlah kertas di dunia masuk dalam
kategori ini, jadi sebenarnya relative kecil. Contohnya seperti kertas
handboard, asbestos board, kertas rokok, condenser, kertas bible, glassine, kertas
tahan minyak, kertas release untuk stiker dan kertas yang tersusun dari serat
tumbuhan bukan pohon (seperti kertas serat pisang abaca, dan lain-lain). (Brady,
1991)

B. HASIL PENELITIAN
1. Tahap Persiapan dan Perencanaan
Persiapan pelaksanaan program meliputi observasi lapangan dan observasi
jurnal penelitian. Observasi lapangan dilakukan guna mengetahui kebermanfaatan dan
ketersediaan bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk. Adapun observasi
jurnal penelitian dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terkandung dalam
produk yang telah diteliti oleh seseorang dengan mencarinya di berbagai sumber
jurnal.
Perencanaan produk yang akan dikembangkan adalah kertas alternatif
‘KEPING’ dari pemanfaatan limbah batang pisang sebagai bahan bakunya yang
nantinya akan diujicobakan pada siswa CLC dan Humana Ladang Baturong.

2. Tahap Analisa Hasil Produk


A) Uji Sensorik 9
Uji Sensorik dilakukan untuk menguji tingkat kebermanfaatan dan penerimaan
konsumen terhadap produk tersebut.
B) Uji pustaka atau jurnal penelitian
Uji pustaka dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terkandung dalam
produk yang telah diteliti oleh seseorang dengan mencarinya di berbagai sumber
jurnal.

3. Tahap Produksi
Produksi inovasi yang direncanakan adalah kertas alternatif ‘KEPING’ yang
terbuat dari pemanfaatan limbah batang pisang (Musa parasidiaca).

Gambar 2. Flowchart Prosedur Penelitian

4. Tahap Penjelasan Proses


1) Proses Pembuatan Kertas Alternatif ‘KEPING’
1.1) Pemilihan Bahan
Bahan utama dalam pembuatan kertas alternatif ‘KEPING’ ini adalah limbah
batang pisang. Batang pisang yang dipilih adalah batang pisang yang telah
berbuah yang akan kemudian dipotong dan menjadi limbah.
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan ini juga harus disiapkan
dengan baik. Beberapa alat yang digunakan untuk proses pembuatan kertas
alternatif ‘KEPING’ ini adalah : 10
- Bingkai saring
- Pisau
- Blender
- Penggiling roti
- Plywood
- Pewarna
- Plastik Bening
1.2) Pembuatan
- Pertama potong-potong batang pisang terlebih dahulu menjadi potongan kecil
berukuran kecil, kurang lebih 3x3 cm. Supaya pemotongan lebih mudah, kita
dapat melepaskan pelepah batang pisang menjadi bagian-bagian terpisah.
Setelah itu, barulah melakukan pemotongan dengan ukuran lebih kecil.
- Rendam dalam air semalaman untuk melunakkan batang pisang
- Haluskan batang pisang menggunakan blender, tambahkan sedikit air untuk
melancarkan proses penghalusan bahan.
- Campurkan pewarna dengan kurang lebih 100 ml - 200 ml air
- Masukkan adonan pulp (bubur) batang pisang hasil pengolahan blender
kedalam cairan pewarna. Aduk rata lalu diamkan selama kurang lebih 15
menit.
- Saring adonan pulp untuk mengurangi kadar airnya.
- Letakkan adonan pulp diatas bingkai saring yang telah disediakan
- Letakkan plastik bening diatas adonan pulp, lalu ratakan menggunakan
penggiling roti.
- Lakukan perataan adonan pulp sampai diperkirakan cukup. Pastikan tidak ada
bagian yang masih berlubang.
- Letakkan adonan pulp didalam bingkai yang telah rata diatas plywood untuk
dijemur
- Jemur adonan pulp yang sudah rata itu dibawah sinar matahari langsung
selama 3 - 4 jam atau sampai kering.
- Setelah dipastikan kering, lepaskan kertas dari plywood, lalu rapikan sisi-
sisinya menggunakan gunting.
- Kertas siap digunakan.
2) Penyajian Produk 11
Produk kertas alternatif ‘KEPING’ dari pemanfaatan limbah batang pisang
ini memiliki karakter kertas yang keras, liat, kuat dan berat. Paling cocok
digunakan sebagai bahan pelapis (covering) untuk melapis kotak kado, cover
buku, cover album, pigura foto, dll. Atau digunakan langsung sebagai produk,
seperti kantong kertas (paper bag), kartu ucapan, kartu undangan, amplop surat,
dll.
Lem, perekat yang dapat digunakan adalah lem putih dengan bahan
pengencer air, bisa juga lem kuning seperti lem aibon. Semua dapat digunakan
tergantung kebutuhan. Aplikasi cetak yang dapat dilakukan adalah cetak manual
seperti cetak sablon (screen printing), poly, emboss. Masih bisa dicetak dengan
printer komputer tapi tidak bisa dicetak dengan cetak offset. Karena kertas daur
ulang ini adalah buatan tangan, jadi permukaan kertasnya agak bergelombang dan
kurang rapat sehingga hasilnya tidak akan maksimal jika dicoba cetak offset.
Cetak komputer dengan printer dot matrix masih memungkinkan. Cetak
dengan printer deskjet atau laserjet masih dapat dilakukan asalkan pinggiran
kertasnya dirapihkan dulu supaya seratnya tidak tersangkut.

5. Keberlanjutan
Diharapkan nantinya produk kertas alternatif ‘KEPING’ dari pemanfaatan
limbah batang pisang ini mampu menjadi kertas pengganti yang digunakan oleh
siswa dan masyarakat disekitar. Dan juga mampu dikembangkan dalam skala industri
kecil menengah sehingga mengurangi dampak deforestasi.

BAB III
PENUTUP
12

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
kertas alternatif ‘KEPING’ dari batang dan daun pisang (Musa paradisiaca) berhasil
dibuat dengan hasil yang cukup memuaskan.

B. SARAN
Disarankan untuk menggunakan mesin penggiling industrial agar bisa menghasilkan
pulp yang lebih halus dan mengembangkan kertas ini agar bisa digunakan sebagai kertas
alternatif pengganti kertas biasa atau kertas seni secara masal.

DAFTAR PUSTAKA

13
Brady, G. 1991. Material Handbook Thir-teenth Edition. New York: Mc Graw Hill Inc.

Bureau of Indian Standards (1999) IS 4661:1999 Glossary of Terms Used in Paper Trade and
Industry. Bureau of Indian Standards, India

FAOSTAT (2011) Coconut Production (http://faostat3.fao.org/faostat-gateway/go/to/search


/coconut%20production/E [10 Mar 2013].

Lisnawati., (2000), Biologi Serat Abaca dan Musa sp Lain berdasarkan Sifat Fisis, Kimia dan
Kelayakan untuk Bahan Baku Pulp dan Paper., Skripsi, FMIPA, IPB, Bogor.

Maps of World (2011) World Top Ten Countries by Coconut Production.


http://www.mapsofworld.com/world-top-ten/world-map-coconut-production-
countries.html. [10 Mar 2013].

Syafii W (2000) Sifat Pulp Daun Kayu Lebar dengan Proses Organosolv. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian 10(2): 54-55.

Syamsu K, Roliadi H, Candra KP, Hardiyanti SS (2013) Produksi kertas selulosa mikrobial nata
de coco dan analisis biokonversinya. Jurnal Teknologi Pertanian Universitas
Mulawarman 8(2) : 60-68.

Walker JCF (2006) Primary Wood Processing, Principlesand Practice. 2 nd ed. Springer,
Netherland.

14

Anda mungkin juga menyukai