Anda di halaman 1dari 89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS, SEKAM PADI, DAN


SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PANEL PENGHAMBAT
PANAS LINGKUNGAN FISIK KERJA

Skripsi

NUR FARIDA SETYARINI


I 1306058

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2011to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS, SEKAM PADI, DAN


SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PANEL PENGHAMBAT
PANAS LINGKUNGAN FISIK KERJA

Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

NUR FARIDA SETYARINI


I 1306058

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2011to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Peningkatan kadar CO2 di atmosfer bumi menyebabkan terjadinya efek rumah
kaca dan peningkatan suhu rata-rata bumi. Efek negatif yang ditimbulkan dari
pemanasan global yaitu terjadinya gangguan pada kesehatan dan lingkungan
(Alimansyah, 2009), maka secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
pada temperatur lingkungan fisik kerja, baik perkantoran maupun pabrik. Temperatur
ruangan gedung di kota-kota besar berkisar antara 31-33oC (Dyah, 2007). Jika
paparan ini tidak dikendalikan, maka aktivitas mental dan daya tangkap pekerja mulai
menurun dan mulai melakukan kesalahan dalam pekerjaan (Putra, 2004), sehingga
tingkat produktivitas pekerja menurun (Setyanto, 2009). Untuk mempertahankannya,
salah satunya adalah mendesain sekat dari bahan berserat (kayu) agar dapat
menghambat panas dan menjaga kondisi temperatur ruangan yang nyaman
(Ulfah, 2008). Sementara itu kebutuhan kayu di Indonesia, setiap tahunnya defisit 45
juta meter kubik (Priyono, 2003). Karena keterbatasan dan kelangkaan material kayu,
maka diperlukan bahan alternatif lain sebagai material pengganti, seperti kertas
bekas, sabut kelapa, sekam padi, dan lain-lain (limbah padat) yang diubah/diolah
dalam bentuk panel komposit.
Tingkat konsumsi kertas di Indonesia bahkan di dunia terus mengalami
peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan konsumsi kertas pada tahun 2003 yang
mencapai 5,31 juta ton, untuk tahun 2004 kebutuhan konsumsi kertas menjadi 5,40 juta
ton, sedangkan pada tahun 2005 konsumsi kertas meningkat lagi ke 5,61 juta ton dan
pada tahun 2009 konsumsi kertas dapat mencapai 6,45 juta ton. Peningkatan tingkat
konsumsi ini memberikan konsekuensi tingginya limbah kertas yang dihasilkan, namun
pemanfaatan limbah kertas justru belum banyak dikembangkan. Banyak limbah kertas
yang dibiarkan menumpuk dengan upaya pengelolaan yang minimal. Padahal besarnya
jumlah limbah kertas yang ada memberikan peluang terhadap upaya pemanfaatan limbah
kertas tersebut. Limbah kertas selama ini belum banyak dimanfaatkan dan
didayagunakan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Berdasarkan laporan ketua
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Mansur (2008) tingkat konsumsi
commit to user
kertas di Indonesia meningkat 1 kg per kapita. Pemanfaatan limbah kertas yang masih

I-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terbatas, memiliki peranan penting untuk dikembangkan. Pemanfaatan limbah kertas saat
ini terbatas untuk menghasilkan produk-produk kertas daur ulang, pengganti media
tanam, dan barang-barang kerajinan. Padahal jika dilihat dari komponen penyusunnya,
kertas merupakan limbah yang sangat berharga karena terdiri dari sebagian besar
selulosa. Kertas (HVS dan karton/koran) bersifat hidrofilik selulosa sehingga mudah
menyerap cairan, gas, uap air, udara, dan temperatur (Nurminah, 2002). Je Audible
Music (2009) menyatakan bahwa kertas dapat menurunkan suhu ruangan hingga
2–8oC.
Limbah Sabut kelapa dan sekam padi mempunyai struktur yang serupa yaitu
dapat sebagai material hambat panas. Produksi kelapa Indonesia saat ini mencapai
10.000 juta butir setiap tahun. Dari produksi yang tinggi tersebut akan dihasilkan
tidak kurang dari 3,85 juta ton sabut kelapa sebagai buangan (Stiadi, 1992).
Pemanfaatan kelapa baru sebatas kopra, derivasi produk belum maksimal. Hanya
beberapa daerah saja yang telah berhasil mengembangkan variasi produknya, seperti
Lampung, yang telah berhasil menjadi eksportir sabut atau tali tampar (tali sabut
kelapa). Disamping itu, sabut kelapa mempunyai kadar selulosa totalnya yang tinggi
(Stiadi, 1992).
Sekam padi merupakan bagian dari limbah padat buangan dari penggilingan
padi. Saat ini, pemanfaatan sekam padi masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap
menjadi limbah yang dapat mengganggu lingkungan. Sekitar 20% dari bobot padi
adalah berupa sekam (Hara, 1986). Pada tahun 2006, jumlah limbah sekam padi di
Indonesia mencapai 10,28 juta ton (Rahmarestia, 2006). Keberadaan limbah sekam
padi terkonsentrasi di penggilingan padi kecil (PPK), rice mill unit (RMU) dan
penggilingan padi besar (PPB). Namun di PPB, jumlah limbah sekam yang belum
dimanfaatkan mencapai 75% sehingga pengusaha pengggilingan mengalami kesulitan
dalam pemusnahannya. Pada saat ini pemanfaatan limbah sekam masih sebatas
sebagai bahan baku pada industri kimia dan bahan baku pada industri bangunan.
Sekam padi mempunyai beberapa keunggulan seperti tahan terhadap kelembaban,
tidak mudah terbakar, tidak mudah berjamur, tidak berbau, tidak membusuk dan
tahan lama, dengan mengoptimalkan keunikan bentuknya. Sekam tersebut dapat
direkayasa menjadi produk teknologi tinggi, seperti panel sebagai hambat panas
(Ngafwan, 2006). commit to user

I-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari pemanfaatan material limbah kertas bekas, sekam padi, dan sabut kelapa
yang masih terbatas/ pengelolaan yang minimal karena belum banyak dikembangkan
dengan pemanfaatan ketiga material limbah tersebut sebagai panel penghambat panas
maka nilai ekonomi dari material akan lebih meningkat dari sebelumnya. Untuk
menambah kekuatan sifat panel, bahan perekat yang digunakan adalah lem kanji dan
lem fox sebagai penguat dalam pembuatan panel hambat panas. Material utama
dalam penelitian ini adalah limbah kertas bekas, sedangkan sekam padi dan sabut
kelapa sebagai material kombinasi campurannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka material utama dan material pencampur
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan panel hambat panas yang dapat menjaga
kenyamanan lingkungan fisik kerja, selain itu material tersebut merupakan limbah
padat yang dapat di daur ulang (recycle), dan digunakan kembali dalam bentuk lain
(reuse) sehingga pemanfaatan limbah ini dapat mengurangi masalah dampak
lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah
yang dapat diambil adalah bagaimana pengaruh faktor jenis kertas, perekat, dan
campuran terhadap hambat panas lingkungan fisik kerja serta kombinasi level faktor
mana yang memberikan hasil hambat panas terbaik.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian perancangan panel komposit hambat panas berbahan
limbah kertas dengan pencampuran sekam padi dan sabut kelapa antara lain:
1. Menentukan komposisi terbaik bahan komposit limbah kertas, sabut kelapa dan
sekam padi sebagai bahan panel penghambat panas.
2. Menentukan kombinasi level faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
hambat panas.terbaik bahan komposit limbah kertas, sabut kelapa dan sekam
padi sebagai bahan panel penghambat panas.

commit to user

I-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.4. Manfaat Penelitian


Berhasilnya rekayasa panel hambat panas dari limbah kertas ini diharapkan
dapat mengganti produk panel hambat panas sintetis, seperti styrofoam. Selain itu,
pengembangan teknologi panel hambat panas ini juga diharapkan akan mampu
meningkatkan kenyamanan ruangan lingkungan kerja sesuai fungsinya. Berhubung
produk hasil penelitian ini hanya memanfaatkan limbah padat (kertas, sabut kelapa,
dan sekam padi), maka harga panel hambat panas ini dipastikan akan menjadi lebih
murah.

1.5. Batasan Masalah


1. Tingkat kekeringan pada panel komposit diasumsikan sama.
2. Campuran pada bahan komposit limbah kertas, sabut kelapa dan sekam padi
diasumsikan homogen.

1.6. Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan
sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan
latar belakang alasan melakukan penelitian yang berdasarkan pada
kenyataan lapangan, sehingga dapat diidentifikasi, dan dirumuskan,
yang akhirnya akan diperoleh tujuan dan manfaat dari penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tentang uraian teori, landasan konseptual dan
informasi yang diambil dari literatur yang ada dan sesuai dengan
pokok permasalah yang diangkat.
BAB III: METODE PENELITIAN
Akan dikemukakan langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan
cara menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan
permasalahan yang dikemukakan.

commit to user

I-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Pada bab ini akan dikemukakan pengumpulan dan pengolahan data.
Harga statistik akan dihitung dan dibandingkan dengan harga tabel
untuk menguji dugaan bahwa limbah kertas bekas dan variasi
campuran dengan limbah sekam padi dan sabut kelapa dapat
mereduksi temperatur.
BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Menganalisis dan membahas meterial yang dapat mereduksi
temperatur dan menganalisis faktor interaksinya.
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN
Akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan batas
kegunaannya dan saran yang diperlukan untuk penelitian lebih lanjut.

commit to user

I-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit
Menurut Lukkassein dan Meidell (2003), komposit adalah suatu material yang
terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran
yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material
pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit
yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material
pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material konvensional pada
umumnya dari proses pembuatannya melalui pencampuran yang tidak homogen,
sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan
dengan jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Komposit merupakan
sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan
matriks atau pengikat dengan penguat.
Definisi yang lain yaitu, komposit merupakan perpaduan dua material atau
lebih yang bergabung secara makro. Kekuatan komposit ditentukan oleh kemampuan
ikatan antara serat dan matrik. Permukaan serat yang digunakan merupakan penentu
kekuatan dari komposit. Serat yang mempunyai permukaan tidak teratur (kasar) lebih
efektif dari serat dengan permukaan yang halus. Permukaan serat yang tidak teratur
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga terbentuk ikatan yang kuat
antara matrik dan serat (Ayensu, 2000).
Pada dasarnya, bahan komposit merupakan bahan yang homogen yang dibuat
dengan cara penggabungan fisis (makro) antara dua atau lebih jenis material untuk
memperoleh karakteristik dan sifat tertentu yang diinginkan. Penggabungan material
ini dimaksudkan untuk menemukan atau mendapatkan material baru yang
mempunyai sifat antara (intermediate) material penyusunnya. Berbagai kemungkinan
bahan komposit yang dibuat dengan menggabungkan berbagai jenis bahan penyusun
ditunjukkan pada Gambar 2.1. (Lukkassen dan Meidell, 2003; Schwartz, 1984 dan
Kaw, 1997).

commit to user

II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sifat material hasil penggabungan makro ini diharapkan saling memperbaiki


kelemahan dan kekurangan bahan-bahan penyusunnya. Adapun beberapa sifat-sifat
yang dapat diperbaiki antara lain: kekuatan, kekakuan, ketahanan korosi, ketahanan
aus, berat, attractive, ketahanan lelah, pengaruh terhadap temperatur,isolasi panas,
penghantar panas, isolasi akustik (Jones, 1999)

Gambar 2.1. Konsep material komposit


Sumber: Lukkassen dan Meidell, 2003

Dalam hal ini gabungan bahan ada dua macam (Jones, 1999):
1. Gabungan makro/fisis, dengan ciri-ciri:
a. Bisa dibedakan dengan cara melihat (dengan mata).
b. Penggabungan lebih secara fisis dan mekanis.
c. Bisa dipisahkan lagi secara fisis dan mekanis.
2. Gabungan mikro, dengan ciri-ciri:
a. Tidak bisa dibedakan dengan cara melihat (dengan mata).
b. Penggabungan ini lebih secara khemis.
c. Sulit dipisahkan, tetapi dapat dilakukan secara khemis.
Dengan mengacu pada prinsip dasar penggabungan tersebut di atas maka
bahan komposit didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari
campuran/ kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di
dalam bentuk atau komposit material yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
(Chung, 2002).
Secara prinsip, komposit dapat disusun dari berbagai kombinasi dua atau lebih
bahan, baik bahan logam, bahan organik, maupun bahan non organik. Namun
demikian, bentuk dari unsur-unsur pokok bahan komposit adalah fibers, particles,
commit to user
laminate or layers, flakes, fillers, dan matrix. Matrik sering disebut sebagai unsur

II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pokok bodi, karena sebagian besar terdiri dari matrik yang melingkupi komposit,
sedangkan fibers, particles, lamina or layers, flakes dan fillers dikenal dengan unsur
pokok struktur (Schwartz, 1984). Menurut Kaw (1997). Matrik bertugas mengikat
penguat agar tetap pada posisinya dan menjaga penguat dari pengaruh lingkungan
luar. Penguat serat umumnya memiliki panjang sekurang-kurangnya 100 kali
diameter atau lebarnya dengan panjang minimal 0,2 inchi.

2.1.1. Klasifikasi dan material pembentuk komposit


Komposit adalah sistem material yang terdiri dari gabungan dua atau lebih
unsur pokok makro yang berbeda bentuk atau komposisi yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain (Schwantz, 1984).
Secara umum komposit tersusun atas:
1. Komponen penguat, yaitu serat dan partikel, merupakan struktur internal.
2. Komponen pengikat, yaitu matrik yang berguna mengikat serat, melindungi serat
dari kerusakan luar dan meneruskan beban yang diterapkan ke serat.
3. Komponen tambahan, yaitu bahan tambahan/additive yang dicampur dengan
matrik saat pembuatan komposit.
1) Serat
Serat merupakan penyusun komposit yang berfungsi memperkuat komposit
itu sendiri. Syarat yang harus dimiliki serat agar dapat digunakan dalam komposit
adalah kemampuannya berikatan dengan matrik. dengan adanya serat, kekuatan
komposit akan mengalami kenaikkan yang cukup tinggi. Semakin tinggi
kemampuannya untuk berkaitan dengan matrik, semakin kuat pula komposit yang
dihasilkan (Nurhayanto, 2009)
Berdasarkan material pembentuknya, serat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
serat alam dan serat sintetis. Serat alam diperoleh dari tumbuhan atau bulu binatang
yang digunakan sebagai pengganti serat sintetis. Benerapa jenis serat alam antara
lain; kenaf (hibiscus cannabinus), rosella (hibiscus sabdarifa), jute (corchorus
sp),rami (bochmeria nivea) dan lain sebagainya. Contoh serat sintetis adalah serat
gelas, kevlar, boron, carbon, silicone carbide, aluminium carbide, aluminium oxide.
Pemilihan jenis, jumlah dan orientasi serat sangat mempengaruhi karakteristik
komposit yang dibentuknya.(Schwartz, 1984).
commit to user

II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Komposit serat alam memiliki beberapa kelemahan. (Rowell, 1997)


menyebutkan beberapa kelemahan komposit serat alam, antara lain:
a. Adanya organisme yang mungkin tumbuh dan memakan karbohidrat yang
terkandung dalam serat, sehingga menimbulkan enzim khusus yang akan merusak
struktur serat, dan melepaskan ikatan antara serat dan matrik.
b. Penurunan kualitas karena panas atau thermal.
c. Penyinaran ultraviolet akan menyebabkan meningkatnya karbohidrat dan
berkurangnya lignin. Serat yang banyak mengandung karbohidrat akan memiliki
kemampuan ikatan dengan matrik yang rendah, sehingga kekuatan komposit akan
turun.
d. Kekuatan masih relatif rendah bila dibanding dengan serat buatan.
Disamping kelemahan-kelemahan tersebut, komposit serat alam memiliki
beberapa kelebihan yang tidak dimiliki komposit dengan penguatan serat lain.
Menurut Biswas (2001), beberapa karakteristik yang merupakan kelebihan dari
komposit yang diperkuat serat alam antara lain:
a. Penampilannya alami
b. Dapat dicat, dipoles maupun dilaminasi
c. Tahan terhadap penyerapan air
d. Murah, karena bahan baku seratnya banyak terdapat di alam dan proses
pembuatannya relatif mudah dan sederhana.
e. Kuat dan kaku
f. Ramah lingkungan, karena materialnya merupakan bahan organik dan bisa didaur
ulang secara alami
g. Memiliki kemampuan dibentuk dan dimesin dengan baik.
2) Matrik
Matrik merupakan penyusun komposit yang mempunyai fungsi meneruskan
beban ke serat dan melindungi serat. Matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari
bahan polimer, logam, maupun keramik, tergantung dari kebutuhannya. Pemilihan
matrik dalam komposit didasarkan atas kemampuan matrik untuk membentuk sebuah
ikatan dengan penyusun komposit yang lain di dalam komposit (Nurhayanto, 2009).
Kekuatan impak material komposit sangat tergantung pada ikatan antar
penyusun matrik komposit tersebut.commit to kuat
Semakin user ikatan tersebut maka akan semakin

II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tinggi kekuatan impaknya. Pada bahan komposit matrik tersebut memiliki beberapa
kegunaan yaitu memegang dan mempertahankan serat pada posisinya, memberikan
sifat tertentu misalnya, keliatan, kekerasan, sifat thermal dan elektrik serta saat
dikenai beban matrik harus mampu meneruskan dan mendistribusikan tegangan ke
serat.
3) Berat jenis tinggi
Material ini dikembangkan dalam format berkerut. Material dengan berat jenis
tinggi yang biasa digunakan untuk pembuatan core adalah alumunium, titanium dan
berbagai jenis polimer. Struktur material core akan mempengaruhi area kontak
interfasial antara skin dan core. Material dengan berat jenis tinggi biasanya
memberikan area kontak yang lebih kecil jika dibandingkan dengan material padat
yang memiliki berat jenis rendah. Pilihan struktur material core untuk merancang
komposit sandwich dapat disesuaikan dengan kondisi pemakaian (ASTM C 274-99,
1998).
Penggunaan core, seperti foam core sel tertutup memberikan kelebihan yang
berbeda dengan foam core sel terbuka. Kekuatan tekan spesifik foam core sel tertutup
lebih tinggi dibandingkan dengan foam core sel terbuka (ASTM C 274-99, 1998).
Banyak sekali pilihan jenis core yang bisa digunakan dalam komposit
sandwich, seperti kayu balsa, polyurethane foam (PUF), divinycell PVC dan struktur
honeycomb. Foam core seperti divinycell PVC telah banyak dipakai pada struktur
sandwich seperti pada dinding perahu layar, power boat, kapal pesial, bus, truk,
badan pesawat terbang dan pesawat luar angkasa.Core divinycell PVC, yang
diproduksi oleh DIAB Barracuda Technology, memiliki banyak varian sehingga bisa
dipilih jenis core yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Salah satu contohnya adalah
core divinycell PVC H 60, yang sifat-sifatnya ditunjukkan pada Tabel 2.1. Sifat-sifat
core sintesis berbeda dengan core kayu alam, dimana untuk mendapatkan core kayu
yang memiliki keseragaman kekuatan dan massa jenis sangat sulit (DIAB Barracuda
Technology dalam www.diagroup.com).

commit to user

II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Sifat-sifat mekanis core divinycell H 60


Nilai
Item Satuan Tipikal Keterangan
Berat Jenis Kg/m3 60 ASTM D 1622
Compressive Strength MPa 0.8 ASTM D 1621
Compressive Modulus MPa 60 ASTM D 1621
Tensile Strenght MPa 1.6 ASTM D 1623
Tensile Modulus MPa 56 ASTM D 1623
Shear Strength MPa 0.7 ASTM C 273
Shear Modulus MPa 22 ASTM C 273
Poisson Rasio - 0.32
Sumber: DIABGROUP

2.1.2. Jenis-jenis komposit


Komposit dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk material yang dipilih
atau berdasarkan sifat alami material yang dipilih (Berthelot,1999):
1. Berdasarkan bentuk material yang dipilih
Berdasarkan bentuk material yang dipilih, komposit dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu:
1) Fibrous Composites
Fibrous Composites merupakan material komposit yang terdiri atas serat
(fiber) di dalam suatu matrik. Serat penguat dapat berbentuk kontinyu ataupun
tidak kontinyu. Susunan dan arah serat dapat digunakan untuk memodifikasi
sifat-sifat mekanik material komposit.
2) Particle Composites
Particle Composites merupakan komposit yang terbuat dari serbuk atau
partikal. Partikel biasanya digunakan untuk memperbaiki property material
secara particular seperti: kekakuan, sifat thermal, ketahanan terhadap abrasi,
mengurangi pengerutan dan sebagainya. Pemilihan matrik yang digunakan
tergantung pada property yang diinginkan.

commit to user

II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Berdasarkan sifat alam material yang dipilih


Berdasarkan sifat alami material yang dipilih, komposit dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis yaitu:
1) Organic matrix Composites (resin, fillers)
2) Metallic matrix Composites
3) Mineral matrix Composites
Menurut Kaw (2006), secara garis besar ada 3 macam jenis komposit
berdasarkan penguat yang digunakannya, yaitu:
1) Fibrous Composites (Komposit Serat),
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu
lapisan yang menggunakan penguat berupa serat/fiber. Fiber yang digunakan
bisa berupa glass fiber, carbon fiber, aramid fibers (poly aramide), dan
sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu
bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleksnseperti anyaman.
2) Laminated Composites (Komposit Laminat),
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang
digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.
3) Particulate Composites (Komposit Partikel)
Merupakan komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai
penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriknya.

2.2. Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku
berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (Sidharta
dkk, 2009). Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa
dan hemiselulosa (Anonim, 2001). Selulosa mempunyai sejumlah fungsi yaitu
mengurangi panas ruangan, meredam bising, menahan dingin, tidak merambatkan api
atau pana sehingga mencegah kebakaran. Umur selulosa dapat sama dengan umur
konstruksi yang ditempelinya.
Menurut Sunanasia (2008), penggolongan jenis dan nama kertas menurut
”Tappi” terdapat 12 jenis, yang mengacu pada TIP (technical information paper).
commit to user

II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam“TIP 0404-36 Paper Grade Classification” membuat standar berdasarkan


pertimbangan kegunaaan kertas dan jenis pulp. Jenis kertas yang digolongkan antara
lain:
1. Uncoated groundwood
Kertas yang tidak mempunyai lapisan (coating) pigmen dan diproduksi
menggunakan pulp mekanis (mechanical pulps), bubur kertas yang diproduksi
tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini adalah kertas koran
(newsprint). Gramatur (berat kertas dalam gram per satu meter persegi) adalah
24-75 g/m2, dengan kertas koran dari 38 g/m2 to 52 g/m2. Disamping itu, jenis
kertas lainnya adalah kertas untuk direktori (seperti yellow page), computer
paper, katalog, dan advertising supplements (brosur sisipan yang umumnya
dicetak dengan sistim rotogravure).
2. Coated groundwood
Kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp mekanis (umumnya
50-55% groundwood) dengan sisanya menggunakan pulp kimia. Kategori kertas
ini di USA masuk dalan kertas No. 5 enamel paper (kertas coated dengan
brightness – tingkat kecerahan paling rendah, sekitar 80%) dan kertas No. 4
(brightnes sekitar 85%), keduanya mempunyai lapisan coating pigmen dikedua
sisi.
Umumnya kertas ini berwarna kekuningan karena banyak pulp mekanis dan
mempunyai gramtur dari 45 g/m2 to 130 g/m2. Kertas ini umumnya ditemukan
pada kegunaan kertas dengan mesin cetak letterpress dan offset, seperti LWC
(light weight coated – kertas yang mempunyai lapisan coating rendah sekitar
7-10 gr/m2 dan kertas coated untuk majalah.
3. Uncoated woodfree
Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis lebih rendah dari
10% umumnya bisa 0% dan tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama
sekali. Kegunaan kertas ini termasuk office papers (formulir, kertas fotokopi,
kertas buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR), dan kertas cetak
atau anda biasa sebut HVS untuk brosur, selebaran, iklan, dan bahkan kartu pos
bila tebal. Bila anda sering bergelut dengan pasar ekspor, jenis kertas ini sering
commit
juga disebut printing, writing, and booktopapers
user (kertas cetak, tulis dan buku).

II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Coated woodfree
Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp mekanis, tetapi
mempunyai lapisan coating pigmen baik dua sisi atau satu sisi. Di USA kertas ini
disebut No. 1-3 enamel (dimana kertas coated dengan brightness atau tingkat
kecerahan berkisar dari 88% sampai dengan 96%).
Di pasar lokal anda sering mendengar Art Paper dan Art Board yang
mempunyai lapisan coating dua sisi yang bisa berkisar antara 20 gr/m2 dan 35
gr/m2. Kertas C1S Label masuk dalam kategori ini dimana hanya mempunyai
lapisan coating disatu sisi. Gramatur kertas berkisar antara 70 gr/m2 dan 300
dr/m2. Art Paper umumnya mulai dari 70 gr/m2 samapai dengan 150 gr/m2,
sementara Art Board mulai dari 170 gr/m2 sampai dengan 300 gr/m2. Kegunaan
paling umum adalah untuk majalah, buku, cetak commercial dengan mutu yang
tinggi dan mahal karena brightness yang relatif tinggi dibanding kertas uncoated
groundwood.
5. Kraft paper
Kertas kraft, arti harfiahnya adalah kertas kuat, mempunyai 4 kegunaan
utama:
a. Kertas bungkus (wrapping) seperti untuk bungkus kertas plano, kertas
bungkus nasi dll.
b. Kantong (bag/sack) - seperti kantong belanja atau shopping bag,
c. Karung (shipping sack) - seperti karung atau kantong semen, dan
d. Berbagai fungsi converting. Gramatur berkisar antara 50 gr/m2 dan
134 gr/m2. Pulp kertas yang dipakai bisa melalui proses pemutihan atau
bleaching atau tidak. Bila tidak diputihkan maka berwarna coklat.
6. Bleached paperboard
Pulp kertas yang dipakai adalah beached sulfate dan kegunaan utama
adalah folding carton untuk membuat box, dan kertas karton susu atau juice.
Karena "bleach" maka warna kertas karon ini putih dan sekitar setengah jumlah
produksi adalah coated. Biasanya di pasar USA, kertas ini dipanggil dengan
nama SBS atau solid bleached board. Gramatur bervariasi mulai dari 200 gr/m2
sampai dengan 500 gr/m2. Golongan jenis kertas ini termasuk untuk membuat
commit
gelas kertas, piring kertas, karton to user
tebal cetak, tag stock (kertas karton untuk

II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

gantungan, kartu komputer, file folders (map folio), dan kartu index (kartu index
nama). Dipasar lokal sering kita temukan sebagai C2S Board atau C1S Board
tergantung jumlah sisi yang mepunyai lapisan coating pigmen.
Dipasar lokal, sering anda temui Ivory Boars yang bisa dikategorikan
dalam jenis kertas ini. Namun sebetulnya sedikit berbeda karena dicampur
dengan pulp mekanis, jadi warna agak sedikit kekuningan bila dibanding SBS.
Ivory juga terdiri dari beberapa lapisan kertas yang digabung jadi satu, sementara
SBS hanya satu lapisan yang tebal saja. Tidak jarang anda mungkin mendengar
SBB atau solid bleached board yang bubur kertasnya adalah pulp kimia seperti
SBS tetapi mempunyai sususunan lapisan yang berlapis layaknya Ivory.
7. Unbleached paperboard
Kertas karton ini tidak diputihkan dengan bleaching dan diproduksi dari
virgin kraft (pulp kimia dengan serat non-recycle) atau neutral
sulfitesemichemical pulp (bubur kertas dengan proses semi-kimia sulfite yang
netral). Produk utama adalah linerboard, jenis kertas yang digunakan untuk
membuat corrugated containers (corrugated box yang biasanya berwarna
coklat). Berat gramatur umumnya 130 gr/m2 sampai dengan 450 g/m2.
Corrugating medium atau kertas medium juga masuk dalam kaetgori ini yang
dibuat dengan sebagian campuran kertas recycle.
8. Recycled paperboard
Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle atau daur ulang. Jenis
kertas ini meliputi rentang variasi kertas yang luas mulai dari kertas medium
untuk corrugated box, folding boxboard atau clay coated news back - anda
sering mendengar sebagai Duplex dan Triplex, setup boxboard - layaknya duplex
tetapi uncoated, and berbagai jenis kertas dan kertas karton. Juga gypsum liner -
kertas yang digunakas sebagai pelapis luar gypsum board, kertas untuk core tube
dan lain sebagainya.
9. MG Kraft specialties
Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin
dan seperti kaca (glaze) dimana kertas tersebut diproduksi diatas mesin yang
mepunyai silinder pengering/pemanas yang diametrnya sangat besar. Di pasar
commit
lokal anda sering mendengar kertas to user
Litho, Doorslag. Jenis kertas lainnya seperti

II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kertas dasar (base paper) untuk wax paper, kertas bungkus, carbonizing, dan
kraft specialties.
10. Tissue
Bubur kertas yang dipakai untuk tisu adalah pulp kimia yang di-bleach
dengan tambahan bisa 50 atau lebih pulp mekanis. Mayoritas kertas tisu
digunakan untuk produk sanitari seperti tisu gulung, towel, bathroom, napkins
dll. Gramatur mempunyai rentang dari 13 gr/m2 sampai dengan 75 gr/m2. Jenis
kertas ini diproduksi dengan sistim through air drie (TAD) atau mesin kertas
Yankee (silinder pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai wet
atau dry crepe operation.
11. Market pulp
Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas yang dibagi
jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp, dan proses pemutihan
atau bleaching. Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran, bal, dan gulungan.
12. Others
Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam
ke 11 golongan kertas diatas. Kurang dari 5% jumlah kertas dunia masuk dalam
kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya seperti kertas (hardboard),
asbestos board, kertas cigarette, condenser, kertas bible, glassine, kertas tahan
minyak, kertas release untuk sticker, dan kertas yang tersusun dari serat
tetumbuhan bukan pohon (sperti kertas serat pisang abaca dan lain-lain).

2.3. Sabut Kelapa


Sabut kelapa merupakan salah satu hasil sampingan dari buah kelapa yang
berupa serat-serat kasar. Sabut kelapa menyusun sekitar 35% dari total bobot buah.
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai coco fiber, coir
fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut
kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan
pembuat sapu, keset, tali, dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi,
sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami,
membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok
dan dashboard kendaraan, kasur, bantal dan hardboard. Serat sabut kelapa juga
commit to user

II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses dijadikan coir
fiber sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain PUK
BI).
Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid,
gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Salah satu produk yang dapat diolah dari
tanaman kelapa adalah sabut kelapa. Namun saat ini pemanfaatan sabut kelapa masih
kurang di kalangan masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pemahaman tentang
nilai ekonomi produk ini. Disisi lain teknologi dan informasi pasar tentang sabut
kelapa belum banyak diketahui oleh masyarakat. Produk primer dari pengolahan
sabut kelapa terdiri atas serat (serat panjang), bristle (serat halus dan pendek). dan
debu abut. Serat dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile, karpet, dan
produk-produk kerajinan/industri rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak
digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas (Rindengan dkk, 1995).
Sabut kelapa memiliki beberapa sifat yaitu tahan lama, kuat terhadap gesekan
dan tidak mudah patah, tahan terhadap air (tidak mudah membusuk) (Ulfa, 2006).
Selain itu, sabut kelapa juga mempunyai kelebihan dapat menahan kandungan air dan
potensial didayagunakan sebagai adsorben (penyerap) polutan logam berat yang
sangat berbahaya bagi manusia (anonim, 2009). Kelebihan serat sabut kelapa (coir
fiber) menurut Choir Institute yaitu 1) tahan terhadap jamur dan membusuk, 2)
memberikan insulasi yang sangat baik terhadap suhu dan suara, 3) tidak mudah
terbakar, 4) tidak terkena oleh kelembaban, 5) alot dan tahan lama, 6) resilient,
kembali pada bentuk semula bahkan setelah digunakan, 7) totally statis, 8) mudah
dibersihkan, 9) mampu menampung air 3 kali dari beratnya, 10) sabut 15 kali lebih
tahan lama dari pada kapas untuk rusak, 11) sabut 7 kali lebih tahan lama dari rami
untuk rusak, dan 12) sabut Geotextiles adalah 100% bio-degradable dan ramah
lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri Manado (1996) diketahui bahwa papan partikel yang dibuat
dari serbuk sabut kelapa dengan variasi kadar perekat pada berbagai kerapatan, yang
memenuhi standar JIS hanya sifat pengembangan tebalnya saja, sedangkan sifat
mekanisnya seperti keteguhan rekat dan keteguhan patah belum memenuhi standar.
Karakteristik sifat daya serap airnyacommit
sangat to user dengan sifat daya serap air papan
berbeda

II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5
kali beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap oli nilainya berkisar antara 2,5 sampai
4 kali dari beratnya. Berdasarkan sfat partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa
ini dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (sterofoam) sebagai bahan
pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar
dapat terdekomposisi secara alami.
Banyaknya pemanfaatan sebut kelapa tersebut karena produk olahan sabut
kelapa mudah dan murah, juga karena akibat semakin mahalnya pembuatan busa
sintetis, sehingga dicari alternatif pengganti busa. Selain itu produk olahan sabut
kelapa juga digunakan untuk bahan geoteks, pada lapangan golf, media tanaman,
produk pot bunga, dan lain-lain. Serabut kelapa atau serat dari buah kelapa (coir
fiber) merupakan serat yang unik, karena satu-satunya serat komersial yang berasal
dari buah dan mempunyai sifat yang unik pula, yaitu mempunyai sifat material yang
berguna untuk berbagai kegiatan maritim. Selain itu bahan ini cocok untuk atap,
hardboard, bahan penahan panas, dan sebagainya (Bhat). Menurut Eddy dan
Shinagawa (1982) kandungan kimia dalam sabut kelapa adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Kandungan kimia sabut kelapa


Jenis Analisis Serat Debu
Abu 4,49 5,62
Si 02 0,74 0,57
Sari 6,62 6,7
Lignin 37,8 43,04
C & B selulosa 49,62
Alfa selulosa 33,74
Pentosan 15,63 11,51
Kelarutan air Panas 12,51 22,16
Kelarutan air dingin 10,29 17,22
Kelarutan NaOH
1% 34,78 45,57
Sumber : Eddy dan Shinagawa, 1982
2.4. Sekam Padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebut lemme dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan
commit
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan to user
baku industri, pakan ternak, dan energi atau

II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahan bakar. Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai
kalori 3.300 kkal/kg sekam. Proses penggilingan gabah akan menghasilkan 16-28%
sekam (Nugraha, 2006). Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung
beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Komposisi Kimia sekam padi


Komponen Kandungan (%)
Menurut Suharno
Kadar air 9,02
Protein kasar 3,03
Lemak 1,18
serat kasar 35,68
Abu 17,71
Karbohidrat kasar 33,17
Menurut DTC-IPB
Karbon (Zat arang) 1,33
Hidrogen 1,54
Oksigen 33,64
Silika (SiO2) 16,98
Sumber : Nugraha. S dan Setiawati. J, 2006

Dengan komposisi kandungan kimia seperti tersebut pada tabel diatas, sekam
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya: (a) sebagai bahan baku
pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan baku pada
industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan
untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, huskboard, dan
campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energi panas pada berbagai
keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran
yang merata dan stabil (Nugraha. S dan Setiawati. J, 2006). Komponen utama sekam
ialah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Masalah yang sering dihadapi sekam padi
untuk menjadi pengisi yang baik ialah penyerapannya terhadap kelembapan. Tabel
2.10 menunjukkan kandungan kimia yang terdapat dalam sekam (Lauricio, 1987) dan
tabel 2.4 menunjukkan analisis sampel sekam padi dalam % (Grist, 1975).

commit to user

II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.4. Kandungan kimia sekam padi


Kandungan % berdasarkan berat
Protein mentah 11,5-7,0
Gentian mentah 31,5-50,0
Nitrogen 24,5-38,8
Selulosa 16,0-22,0
Lignin 20,0-27,5
Pentosan 31,5-50,0
Lemak mentah 0,05-3,0
Abu 15,0-30,0
Sumber: Lauricio, 1987

Tabel 2.5. Analisis sampel sekam padi dalam %


Komposisi %
Silika (SiO2) 94,50
Kalsium oksida (CaO) 0,25
Magnesium oksida (MgO) 0,23
Sodium oksida (Na2O) 0,78
Kalium Oksida (K2O) 1,10
Ferrik oksida (Fe2O3) Sedikit
P2O5 0,53
Aluminium dan Manganes
Oksida Sedikit
Sumber : Grist, 1975
Disebabkan oleh ciri kasar (abrasive), nilai nutrisi yang lemah, ketumpatan
pukal yang rendah dan kandungan abu yang tinggi, hanya sedikit kulit sekam padi
yang boleh dilupuskan bagi aplikasi yang bernilai rendah seperti ”chicken litter”,
”juice pressing aid” dan ”animal roughage”. Sekam padi yang selebihnya akan
dimusnahkan dan biasanya dibakar secara terbuka di kawasan yang lapang. Masalah
pembakaran sering dilakukan tetapi tidak dilakukan dengan baik karena memberikan
masalah pencemaran dan membutuhkan tempat yang luas (Houston, 1972).

2.5. Perekat
2.5.1. Lem putih (PVAc)
Polivinil asetat (Polyvinyl acetate, PVA atau PVAc) atau lem putih adalah
suatu polimer karet sintetis. Polivinil asetat dibuat dari monomernya, vinil asetat
(vinyl acetate monomer, VAM). Senyawa ini ditemukan di Jerman oleh Dr. Flitz
Klatte pada 1912. Hidrolisis sempurna atau sebagian dari senyawa ini akan
commit to user
menghasilkan polivinil alkohol (PVOH). Rasio hasil hidrolisis ini berkisar antara

II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87% - 99% (Firmantyo, 2008). Sifat kimiawinya setelah kering akan transparan
sehingga berkesan tidak menimbulkan bekas. Lem ini cocok untuk merekatkan
kertas, kayu, bambu, rotan, dan kain. Tak heran banyak ditemui di tempat foto
copy.Untuk kayu lem PVAc paling bagus karena mengandung bahan semacam
selulosa yang lebih homogen dengan kayu karena bisa masuk ke pori-pori (Estate,
2008)
PVA dijual dalam bentuk emulsi di air, sebagai bahan perekat untuk bahan-
bahan berpori, khususnya kayu. PVA adalah lem kayu yang paling sering digunakan,
baik sebagai lem putih atau lem tukang kayu (lem kuning). Lem kuning tersebut juga
digunakan secara luas untuk mengelem bahan-bahan lain seperti kertas, kain, dan
rokok. PVA juga umum dipakai dalam percetakan buku karena fleksibilitasnya dan
tidak bersifat asam seperti banyak polimer lain. Lem Elmer adalah merk lem PVA
terkenal di Amerika Serikat.
PVA juga sering dijadikan kopolimer bersama akrilat (yang lebih mahal),
digunakan pada kertas dan cat. Kopolimer ini disebut vinil akrilat. PVA juga bisa
digunakan untuk melindungi keju dari jamur dan kelembapan. PVA bereaksi perlahan
dengan basa membentuk asam asetat sebagai hasil hidrolisis. Senyawa boron seperti
asam borat atau boraks akan terbentuk sebagai endapan.

Gambar 2.2. Rumus kimia polivinil asetat


Sumber:Anonim, 2010

2.5.2. Lem kanji/pati


Lem adalah bahan lengket (biasanya cairan) yang dapat merekatkan dua
benda atau lebih. Lem bisa dibuat dari bagian tumbuhan atau hewan, maupun bahan
kimia dari minyak. Lem pertama mungkin adalah cairan alami yang berasal dari
pohon saat ditebang. Kemudian orang belajar membuat lem dengan merebus kaki,
tulang, ataupun tulang rawan binatang. Beberapa lem yang kuat pertama kali dibuat
dari tulang ikan, karet, atau susu. Lem sederhana dapat dibuat di rumah dengan
commit to user
mencampur tepung terigu dan air (Anonim, 2011).

II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai
sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan
amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada
tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan
cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen
perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Biasanya kanji
dijual dalam bentuk tepung serbuk berwarna putih yang dibuat dari ubi kayu sebelum
dicampurkan dengan air hangat untuk digunakan. Kanji juga digunakan sebagai
pengeras pakaian dengan menyemburkan larutan kanji cair ke atas pakaian sebelum
disetrika. Kanji juga digunakan sebagai bahan perekat atau lem (Anonim, 2010).
Lem kanji merupakan perekat nabati yang terpenting, dimana dapat dibuat
dengan cara yang paling sederhana yaitu mendidihkan tepung pati dengan air
(Fajriani, 2007). Kanji yang sudah dijadikan lem akan berubah dalam bentuk gel. Gel
adalah koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair). Penggunaan kanji sendiri
mempunyai beberapa karaketristik yang baik antara lain; viskositas rekat tinggi,
kejernihan tinggi, dan stabilitas pembekuan tinggi (Aris, 2007).

2.6. Temperatur
Suatu lingkungan yang nyaman adalah suatu keadaan yang membuat pekerja
tidak mengalami heat stress atau thermal stress (Ali Musyafa, 2000). Temperatur
pada tubuh manusia selalu tetap. suhu inti (core temperature) tubuh manusia sedikit
berfluktuasi di sekitar 370C pada otak, jantung, dan bagian dalam perut. Suhu inti ini
diperlukan agar alat-alat tubuh dapat berfungsi dengan normal. Sebaliknya lawan dari
core temperature adalah shell temperature yang terdapat di dalam otot, tangan, kaki,
dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.

commit to user

II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal


temperatur tiap anggota tubuh dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna,
sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar
tubuh manusia. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri ada batasnya, yaitu
bahwa manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika
perubahan temperatur tubuh ini tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35%
untuk kondisi dingin, semua dari keadaan tubuh normal. Temperatur yang terlampau
dingin akan mengakibatkan gairah kerja menurun., sedangkan temperatur udara
terlampau panas (32oC) akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan
dalam kerja cenderung membuat banyak kesalahan. Di Indonesia nilai ambang batas
(NAB) temperatur udara untuk pekerja adala 210C – 300C (Sutalaksana, dkk., 1983).
Sedangkan kaitannya dengan suhu panas lingkungan kerja, batas toleransi suhu tinggi
sebesar 35-400C, kecepatan udara 0,2m/detik; kelembaban antara 40-50%; perbedaan
suhu permukaan < 40C (Grandjean, 1993).
Markham dalam Suma’mur (1996), menyatakan temperatur setempat dan
kehidupan sangat erat hubungannya. Demikian pula efek cuaca kerja pada kepada
daya kerja. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja. Temperatur kerja
yang dapat memberikan nilai efisiensi tinggi adalah temperatur yang berkisar antara
200C – 220C. Suatu percobaan mengikat tali dengan temperatur 100C, 150C dan lebih
dari 210C menunjukkan perbaikan efisien sejalan dengan kurangnya keluhan atas
dinginnya temperatur. Temperatur panas terutama berakibat menurunnya prestasi
kerja yang menggunakan fikiran. Penurunan sangat hebat sesudah 320C. Temperatur
panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa
dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.

commit to user

II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tekanan Panas
Hilang panas
meningkat dengan Temperatur
konveksi dan Kulit naik
radiasi Cynope oleh
Ketidakmantapan karena panas
Dibatasi pembuluh peredaran darah
Pemindahan panas darah dan vasomotor Oedema
dari dalam ke pori-
pori
Kejang panas
Hilang panas oleh Kehilangan garam
penguapan Kehilangan panas
karena hilangnya
garam

Kelelahan panas
oleh karena
hilangnya cairan
Dibatasi pembuluh Kehilangan cairan
darah lebih lanjut Keringat berkurang Kelelahan panas
dan keluar keringat Kemampuan
berkeringat
menurun Temperatur dalam
naik
Pukulan panas

Berhenti
berkeringat

Gambar 2.3. Pengaruh temperatur terhadap tenaga kerja


Sumber: Suma’mur, 1996

Suma’mur (1996) mengemukakan bahwa temperatur yang tinggi


mengakibatkan:
a) “Heat cramps” dialami lingkungan yang temperatur tinggi, sebagai akibat
bertambahnya keringat yang menyababkan kehilangan garam Natrium dari tubuh,
dan sebagai akibatnya minum banyak air, tapi tidak diberi garam untuk mengganti
garam Natrium yang hilang. Gejala-gejala pada pekerja yang mengalami heat
cramps adalah: (1) kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sakit, (2) pingsan, (3)
kelelahan, (4) neg dan muntah-muntah.
b) “Heat exhaustion” biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas,
terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita
berkeringat sangat banyak, sedangkan temperatur badan normal atau subnormal.
Tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat. Gejala-gejala pada pekerja yang
mengalami heat exhaustion adalah: (1) badan lemah, (2) mungkin pingsan, (3)
kadang-kadang lethargic, (4) “Heat stroke” jarang terjadi dalam industri, namun
bila terjadi sangatlah hebat. Biasanya yang terkena adalah laki-laki yang
pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi. Gejala-gejala terpenting adalah:
(a) Temperatur badan yang naik, sedangkan kulit kering dan panas; (b) Gejala-
gejala syaraf pusat dapat terlihat, seperti vertigo, tremor, konvulsi, dan delirium.
commit to user
Sebab “heat stroke” adalah pengaruh panas kepada pusat pengatur panas di otak.

II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Temperatur yang nyaman bagi orang-orang Indonesia berkisar antara 240C -


270C (Sutalaksana, dkk, 1983). Temperatur nyaman dan batas temperatur yang
diperbolehkan untuk melaksanakan pekerjaan, menunjukkan bahwa temperatur
tersebut erat hubungan dengan tingkat metabolisme tubuh yang menghasilkan panas,
kerja pada temperatur tinggi dapat membahayakan oleh karena itu harus disertai
penyesuaian waktu kerja dan perlindungan yang tepat (Suma’mur, 1996).
Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktivitas antara lain air-
conditioning di tempat kerja. Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat
temperatur terlalu rendah yang berakibat keluhan-keluhan dan kadang-kadang diikuti
meningkatnya penyakit pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut
(Suma’mur, 1996):
a) Temperatur diatur pada 25 – 260C.
b) Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan
pengaturan temperatur di rumah.
c) Bila perbedaan temperatur di dalam dan di luar lebih 50C, perlu adanya suatu
kamar adaptasi.
Tujuan utama melakukan pemanasan dan pendinginan udara pada ruang kerja
adalah untuk menyediakan sebuah lingkungan yang dapat diterima dan tidak merusak
kesehatan dan kinerja yang occupants. Karena iklim eksternal dan proses produksi
mungkin diperlukan untuk bekerja dalam kondisi yang tidak dapat diterima untuk
jangka waktu terbatas. Namun, harus dipastikan bahwa kondisi ini tidak mengganggu
kesehatan dari karyawan. Untuk melakukan itu, metode standar yang berbeda
diperlukan sebagai solusi dan evaluasi dari panas lingkungan, dapat dilakukan dengan
cara yang berimbang yang akan mendukung standar untuk mengukur dan penentuan
parameter yang relevan, dan standar untuk pengukuran dan evaluasi kondisi fisiologis
individu manusia (Olesen, 1995 dalam Setyanto, 2009).
Untuk mengantisipasi pengaruh panas terhadap pekerja maka ditetapkan suatu
nilai ambang batas tertentu. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah
situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari
yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus
menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. NAB terendah untuk
temperature ruang kerja adalah commit to user
180C dan NAB tertinggi adalah 300C pada

II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelembaban nisbi udara antara 65% sampai 95% (Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002).
Temperatur tubuh manusia dipertahankan tetap stabil (homoeothermis) oleh
suatu sistem pengatur tubuh (thermoregulatory system). Temperatur tetap ini adalah
akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat
metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,
pengaruh dari berbagai bahan kimiawi, dan gangguan dari sistem pengatur panas.

Tabel 2.6. Tingkat Pekerjaan dan Kalori


Tingkat
Kegiatan BTU/jam
Pekerjaan
Ringan 1. Tidur 250
2. Duduk tenang 400
3. Duduk, gerakan-gerakan tubuh dan lengan
(misalnya mengetik) 450 – 550
4. Duduk, gerakan kaki dan tangan sedang
(misalnya main piano, menyetir mobil) 550 – 650
5. Berdiri, kerja ringan pada mesin atau bongkar,
terutama lengan 550 – 650
6. Duduk, gerakan-gerakan kuat pada tangan dan 650 – 800
kaki
7. Berdiri, kerja ringan pada mesin atau bongkar, 650 – 750
kadang-kadang jalan.
Sedang 1. Berdiri, kerja sedang pada mesin atau bongkar,
kadang-kadang jalan 750 – 1.000
2. Jalan-jalan dengan mengangkat atau mendorong
beban yang sedang beratnya. 1.000–1.400
3. Mengangkat, mendorong dan menaikan benda-
benda berat secara terputus-putus (misalnya kerja 1.500–2.000
menyekop)
Berat Kerja berat terus menerus 2.000–2.400
Sumber: Suma’mur, 1996.
Keterangan: BTU = British Thermal Unit

2.7. Perpindahan Panas


Perpindahan panas adalah proses dengan transport energi bila dalam suatu
sistem terdapat gradien temperatur, atau bila dua sistem yang temperaturnya berbeda
disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Energi yang dipindahkan
dinamakan kalor atau bahang atau panas (Heat). Ilmu perpindahan kalor tidak hanya
commit
menjelaskan bagaimana energi kalor to user
itu dipindahkan dari satu benda ke benda yang

II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan kalor dan konduktivitas termal
bahan (Wibowo, 2008).
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hukum percampuran panas juga
terjadi karena panas itu berpindah. Perpindahan tenaga panas terbagi dalam beberapa
golongan cara perpindahan:
1. Perpindahan panas konduksi atau hantaran
Perpindahan panas konduksi atau hantaran adalah perpindahan energi
dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah apabila terdapat
perbedaan temperatur atau temperatur gradien. Konduktivitas termal (k) adalah
sifat bahan dan menunjukan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan
luas jika gradien temperaturnya satu. Persamaan Fourier merupakan persamaan
dasar tentang konduktivitas termal, yang mana dengan persamaan tersebut dapat
dilakukan perhitungan dalam percobaan untuk menentukan konduktivitas termal
suatu benda (Miseno, 2009).
T
q k A
L ..........................................................................................(2-1)

Keterangan:
q : Laju perpindahan kalor konduksi (watt).
k : Konduktivitas (W/m°C).
A : Luas penampang ( m 2 ).
ΔT : Perbedaan temperatur (°C).
L : Tebal (m)

2. Perpindahan panas konveksi


Perpindahan panas konveksi adalah proses transportasi energi dengan
kerja gabungan dari konduksi panas benda dan udara disekitarnya. Konveksi
sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda
padat dan cairan atau gas.
3. Perpindahan panas radiasi
Perpindahan panas radiasi yaitu tenaga panas berpindah melalui
pancaran yang merupakan juga satu cara perindahan panas.

commit to user

II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.8. Hambat Panas (R)


Para insinyur biasanya menggunakan konsep tahanan termal (R = resistansi
termal) untuk menyatakan kemampuan suatu bahan dalam menghambat aliran kalor.
Tahanan termal merupakan perbandingan antara ketebalan suatu bahan dengan
konduktivitas termal bahan tersebut. Secara matematis bisa dirumuskan sebagai
berikut (Holman, 1998) :

L
R
KA ...................................................................................................(2-2)

Keterangan :
A=luas penampang bahan (m²)
k= konduktivitas panas bahan (W/m°C)
L= tebal spesimen (m)
R = tahanan / hambatan termal (°C/W)

2.9. Konsep Perancangan Eksperimen


2.9.1. Definisi
Desain eksperimen merupakan langkah lengkap yang perlu diambil jauh
eksperimen dilakukan supaya data yang diperoleh membawa kepada analisis obyektif
dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas (Sudjana, 1995).
Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam desain eksperimen (Montgomery, 1984)
sebagai berikut:
1. Unit eksperirnen (experimental unit)
Objek eksperimen dimana nilai-nilai variabel respon diukur.
2. Perlakuan (treatment)
Sekumpulan kondisi eksperimen yang akan digunakan terhadap unit eksperimen
dalam ruang lingkup desain yang dipilih. Perlakuan merupakan kombinasi level-
level dan seluruh faktor an ingin diuji dalam eksperimen.
3. Kekeliruan eksperimen
Merupakan kegagalan dan dua unit eksperimen identik yang dikenai perlakuan
untuk memberi hasil yang sama.

commit to user

II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Replikasi
Pengulangan eksperimen dasar yang bertujuan untuk menghasilkan taksiran yang
lebih akurat terhadap efek rata-rata suatu faktor ataupun terhadap kekeliruan
eksperimen.
5. Pengacakan (rendemisasi)
Merupakan sebuah upaya untuk memenuhi beberapa asumsi yang diambil dalam
suatu percobaan. Pengacakan berupaya untuk memenuhi syarat adanya
independensi yang sebenarnya hanya memperkecil adanya korelasi antar
pengamatan, menghilangkan “bias” dan memenuhi sifat probabilitas dalam
pengukuran.
6. Variabel respon (effect)
Disebut juga variabel tergantung, yaitu keluaran yang ingin diukur dalam
eksperimen.
7. Faktor (causes)
Disebut juga variabel bebas, variabel masukan atau faktor penyebab yang
nilainya akan diubah-ubah dalam eksperimen.
8. Taraf (Level)
Merupakan nilai-nilai atau kiasifikasi-kiasifikasi dan sebuah faktor. Taraf(level)
faktor dinyatakan dengan bilangan 1, 2, 3 dan seterusnya. Langkah-langkah
dalam setiap proyek eksperimen secara garis besar terdiri atas tiga tahapan, yaitu
planning phase, design phase dan analysis phase. (Hicks, 1993).
a. Planning Phase
Tahapan dalam planning phase adalah :
1) Membuat problem statement sejelas-jelasnya.
2) Menentukan variabel bebas (dependent variables), yaitu efek yang ingin
diukur, sering disebut sebagai kriteria atau ukuran performansi.
3) Menentukan independent variables.
4) Menentukan level-level yang akan diuji, tentukan sifatnya, yaitu :
5) Kualitatif atau kuantitatif
6) Fixed atau random.
7) Tentukan cara bagaimana level-level dari beberapa faktor akan
commit
dikombinasikan (khusus untuktoeksperimen
user dua faktor atau lebih).

II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Design Phase
Tahapan dalam design phase adalah:
1) Menentukan jumlah observasi yang diambil.
2) Menentukan urutan eksperimen (urutan pengambilan data).
3) Menentukan metode randomisasi.
4) Menentukan model matematik yang menjelaskan variabel respon.
5) Menentukan hipotesis yang akan diuji.
c. Analysis Phase
Tahapan dalam analysis phase adalah:
1) Pengumpulan dan pemrosesan data.
2) Menghitung nilai statistik-statistik uji yang dipakai.
3) Menginterpretasikan hasil eksperimen.

2.9.2. Tujuan desain eksprimen


Desain suatu eksperimen bertujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan
informasi sebanyak – banyaknya yang diperlukan dan berguna dalam melaksanakan
penelitian persoalan yang akan dibahas. Meskipun ,demikian dalam rangka
mendapatkan semua informasi yang berguna itu ,hedaknya desain dibuat sesederhana
mungkin penelitian hendaknya dilakukan seefisien mungkin mengingat waktu ,biaya
dan bahan yang akan digunakan .hal ini juga penting mengingat kenyataan bahwa
desain yang sederhana mudah dilaksanakan dan data yang diperoleh berdasarkan
desain yang demikiankan cepat dianalisis disamping juga bersifas ekonomis. Jadi
jelas hendaknya bahwa desain eksperimen berusaha mencari informsi semaksimum
dengan biaya yang minimum.

2.9.3. Prinsip dasar dalam perancangan


Untuk memahami desain eksperimen yang akan diuraikan, maka perlu
dimengerti prinsip-prinsip dasar yang lazim digunakan dan dikenal. Prinsip-prinsip
tersebut ialah yang bisa dinamakan replikasi, pengacakan dan kontror lokal.

commit to user

II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Replikasi
Bila suatu perlakuan muncul lebih dari saru kali dalam suatu percobaan
maka dikatakan percobaan itu mempunyai pengulangan. Dengan demikain
pengertian pengulangan dalam kontek ini adalah pengulangan dari perlakuan
dasar.fungsi dari pengulangan adalah
a. Memberikan suatu dugaan dari galat percobaan
b. Meningkatklan suatu percobaan melalui pengurangan simpangan baku dari
nilai tengah perlakuan
c. Memperluas perlakuan penarikan kesimpulan dari sutu percobaan
d. Mengendalikan ragam alat (error variance)
e. Menghasilkan tafsiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen
f. Memungkinkan kita memperoleh taf siran yang lebih baik mengenai efek rata
–rata suatu faktor.
2. Pengacakan
Fungsi dari pengacakam adalah menjamin kesahihan (validity) atau
pendugaan tak bias dari galat percobaan dan nilai tengah perlakuan serta
perbedaan diantara mereka. Melalui pengacakan maka uji-uji statistika menjadi
lebih valid dimana salah satu asumsi dalam analisis data bahwa galat bersifat
bebas, dapat dipenuhi. Kadang-kadang konsep pengacakan di perkenalkan
sebagai suatu cara untuk menghilangkan bias. Dengan demikian konsep
pengacakan memainkan peranan penting dalam perancangan percobaan yang
valid.
3. Kontrol Lokal
Kontrol lokal merupakan sebagaian dari pada keseluruhan prinsip desain
yang harus dilaksanakan. Biasanya merupakan langkah-langkah atau usaha-usaha
berbentuk penyimpangan, pemblokkan dan pengelompokkan unit-unit
eksperimen yang digunakan dalam desain jika replikasi dan pengacakan pada
dasarnya akan memungkinkan berlakunya uji keberartian, maka kontrol lokal
menyebabkan desain lebih efisien yaitu menghasilkan perosedur pengujian
dengan kuasa yang lebih tinggi. Kontrol lokal dapat dikerjakan melalui:
a. Perancangan percobaan
commit to user

II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Penggunakaan pengamatan pengiring (concomitant observation) atau


perubahan pengiringan ( concomitant variable)
c. Pemilihan ukuran satuan-satuan percobaan
Dengan pengelompokkan akan diartikan sebagai penempatan skumpulan
unit eksperimen yang homogen kedalam kelompok-kelompok agar suapaya
kelompok yang berbeda memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang
bebeda pula.

2.9.4. Eksperimen faktorial (factorial experiment)


Eksperimen faktorial adalah eksperimen dimana semua (hampir semua) taraf
(level) sebuah faktor tertentu dikombinasikan dengan semua (hampir semua) taraf
(level) faktor lainnya yang terdapat dalam eksperimen (Sudjana, 1994). Eksperirnen
faktorial digunakan bilamana jumlah faktor yang akan diuji lebih dari satu.
Di dalam eksperimen faktorial, bisa terjadi hasilnya dipengaruhi oleh lebih
satu faktor, atau dikatakan terjadi interaksi antar faktor. Secara umum interaksi
didefinisikan sebagai perubahan dalam sehuah faktor mengakibatkan perubahan nilai
respon yang berbeda pada tiap taraf untuk faktor lainnya. maka antara kedua faktor
itu terdapat interaksi (Sudjana, 1997). Skema umum data sampel untuk desain
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2.7.

commit to user

II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.7. Skema umum data sampel eksperimen faktorial menggunakan 3 faktor dan
dengan n observasi tiap sel

Faktor A
Faktor C Faktor B Jumlah
1 2 … a
1 Y1111 Y2111 …
Ya111
Y1112 Y2112 …
Ya112
1
… … …

Y111n Y211n …
Ya11n
… … … … … …
… … … … … …
Y1b11 Y2b11 Y3b11
Y4b11
Y1b12 Y2b12 Y3b12
Y4b12
B
… … …

Y1b1n Y2b1n Y3b1n
Y4b1n
… … … … … … …
… … … … … … …
C Y1111 Y2111 …
Ya111
Y1112 Y2112 …
Ya112
1
… … …

Y111n Y211n …
Ya11n
… … … … … …
… … … … … …
Y1bc1 Y2bc1 …
Yabc1
Y1bc2 Y2bc2 …
Yabc2
B
… … …

Y1bcn Y2bcn …
Yabcn
T…1 T...2 T...3
Total
T…a
Sumber: Sudjana, 1997
commit to user

II-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel Anova untuk eksperimen faktorial dengan tiga faktor (a, b, dan c),
dengan nilai-nilai perhitungan dalam bentuk diatas adalah sebagaimana tabel 2.7.
Pada kolom terakhir Tabel 2.7, untuk menghitung harga F yang digunakan sebagai
alat pengujian statistik, maka perlu diketahui model mana yang diambil. Model yang
dimaksud ditentukan oleh sifat tiap faktor, apakah tetap atau acak. Model tetap
menunjukkan di dalam eksperimen terdapat hanya m buah perlakuan, sedangkan
model acak menunjukkan bahwa dilakukan pengambilan m buah perlakuan secara
acak dari populasi yang ada.

Tabel 2.8. Anova eksperimen faktorial 3 faktor desain acak sempurna


Derajat Bebas Jumlah Kuadrat
Sumber Variansi F
(df) Kuadrat (SS) Tengah (MS)
Faktor A a –1 SSA SSA/dfA MSA/MSE
Faktor B b–1 SSB SSB/dfB MSB/MSE
Faktor C c –1 SSC SSC/dfC MSC/MSE
Interaksi AxB (a – 1)(b – 1) SSAxB SSAxB/dfAxB MSAxB/MSE
Interaksi AxC (a – 1)(c – 1) SSAXC SSAxC/dfAxC MSAxC/MSE
Interaksi BxC (b – 1)(c – 1) SSBXC SSBxC/dfBxC MSBxC/MSE
Interaksi AxBxC (a–1)(b–1)(c–1) SSAXBXC SSAXBXC/dfAxBxC MSAxBxC/MSE
Error abc(n - 1) SSE SSE/dfE
Total Abcn SSTotal
Sumber: Hicks, 1993

2.9.5 Pengujian asumsi-asumsi anova


Apabila menggunakan analisis variansi sebagai alat analisa data eksperimen,
maka seharusnya sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan uji asumi-asumsi
anava berupa uji kecukupan data, normalitas, hornogenitas, variansi, dan
independensi, terhadap data hasil eksperimen.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Lilliefors jika data tiap
perlakuannya tidak terlalu kecil dan jumlah minimum statistik yang diperbolehkan
yaitu sebanyak 30 sampel (Cahyono, 2006). Perhitungan residual juga dapat
commit
digunakan untuk menguji kenormalan data. to userdinyatakan normal apabila hasil dan
Data

II-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

gambar normal plot probability menunjukkan data berada disekitar garis lurus atau
mendekati garis lurus. Nilai resiual dapat dicari dengan rumus:
  yijkl  Ai B j C k Dl 
yijkl    ………………………………...……... (2-3)
 N 

eijkl  y ijkl Ai B j C k Dl   y ijkl …………………………………...…….. (2-4)

(k  0.5)
PK  …………………………………………………….... (2-5)
n
(k  0.5)
% PK  x100% …………………………………...……..… (2-6)
n
keterangan:
yijkl : nilai setiap perlakuan
eijkl : nilai residual
PK : probabilitas kenormalan
K : urutan residual
N : banyaknya data

2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data tiap faktor
yang dieksperimenkan bersifat homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dapat
dilakukan dengan uji Lavene, uji ini dilakukan dengan menggunakan -analisis ragam
terhadap selisih absolut dan setiap nilai pengamatan dalam sampel dengan rata-rata
sampel yang bersangkutan (Sanjaya, 2010). Langkah-langkah dalam menguji
hornogenitas dengan perhitungan manual adalah sebagai berikut:
1. Kelompokkan data yang telah diukur berdasarkan kondisi masing - masing.
2. Buat range antara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah untuk setiap kondisi.
3. Hitung nilai rata-rata range untuk semua kondisi dengan rumus:
54
 R1
i 1
R ……………………………………………………...............….....(2-7)
n
4. Hitung nilai range pembanding dengan cara mengkalikan R dengan faktor
pengkali sesuai jumlah sampel tiap kondisi dengan rumus:
RX  R x Dn…………………………………………………...…............…(2-8)
Jika nilai Xi <Rx, maka data homogen.
commit to user

II-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:
Ri : range untuk setiap kondisi
n : jumlah sampel setiap kondisi
Dn : faktor pengali untuk n sampel

3. Uji Independensi
Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan
pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini diragukan
maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus urutan
pengambilan observasinya. Hasil plot tersebut akan memperlihatkan ada tidaknya
pola tertentu. Jika ada pola tertentu, berarti ada korelasi antar residual atau error
tidak independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan eksperimen
tidak benar (eksperimen tidak terurut secara acak) (Sanjaya, 2010).

4. Uji Pembanding Ganda


Pengujian ini dilakukan apabila terdapat perbedaan yang signifikan antar level
faktor, blok, atau interaksi faktor-faktor. Uji pembanding ganda bertujuan untuk
menjawab manakah dari rata-rata taraf perlakuan yang berbeda atau untuk melihat
pada level mana terdapat perbedaan dari suatu faktor yang dinyatakan berpengaruh
signifikan oleh uji Anova. Metode yang digunakan pada analisis ini adalah metode
Tukey, langkah-langkah penyelesaiannya adalah (Soejoeti, 1984):
1. Mencari nilai penyimpangan
S 2 = RKS ; S = RKS
Keterangan: RKS = rata-rata kuadrat kesalahan.
2. Mencari nilai Q pada tabel ”studenized range distribution”
Q {k;k (m-l);}
3. Satu range pembanding ( X A  X B ) akan dilakukan sama ( X A  X B ) apabila:
 S  S
 X A  X B   Q   X A  X B  X A  X B  Q
 m m

Keterangan: m= jumlah observasi/pengukuran secara keseluruhan.

commit to user

II-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.10. Kajian Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian tentang komposit telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu. Hasil penelitian Raharjo (2006) tentang pengaruh fraksi berat sekam dan
additive CaCl2 terhadap nilai konduktivitas panas komposit semen – sekam.
Pembuatan komposit dilakukan dengan mencampur semen, sekam dan additive
(CaCl2). Jumlah sekam yang terkandung dalam komposit (fraksi berat sekam) diatur
dengan variasi 10%, 20%, 30% berat. Sedangkan jumlah additive yang ditambahkan
diatur dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15% berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai konduktivitas panas tertinggi dari komposit semen-sekam didapat dari
kombinasi fraksi berat bahan penambah CaCl2 15% dan fraksi berat sekam 10% yaitu
0,1355 W/m0 C. Nilai konduktivitas panas komposit semen-sekam meningkat seiring
dengan peningkatan fraksi berat bahan penambah CaCl2 . Peningkatan fraksi berat
sekam akan diikuti dengan pengurangan nilai konduktivitas panas komposit semen-
sekam.
Ngafwan (2006) melakukan penelitian tentang pembuatan komposit hambat
panas menggunakan matrik resin dengan memanfaatkan limbah sekam padi. Bahan
ini dibuat dengan menggunakan poliester sebagai pengikat dengan komposisi sekam
padi dan polyester dalam 20%, 30%, 40%, 50% dan 60% fraksi volume komposit
dengan model honeycomb dan komposit biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perpindahan kalor pada komposit sangat ditentukan oleh prosentase serat dan matrik,
semakin besar fraksi volume serat maka konduktivitas mengarah pada sifat serat.
Dengan model honeycomb maka nilai konduktivitas dapat menurun, sehingga dapat
menurunkan sifat ketergantungan matrik.
Pada komposit biasa, fraksi volume serat 50% terjadi perubahan nilai hambat panas
terhadap temperatur yang sangat rendah dan mendekati linier jika dibandingkan
dengan fraksi volume yang lain. Pada material honeycom menunjukkan bahwa nilai
hambat panas pada fraksi volume 50% sampai 60% nilai konduktivitas panasnya
lebih linier dan lebih stabil walaupun angka hambat panasnya lebih besar
dibandingkan yang material normal.
Meningkatnya temperatur spesimen hambat panasnya semakin rendah. Penurunan
nilai hambat panas ini dikarenakan dengan meningkatnya temperatur mengakibatkan
commit
volume menjadi lebih besar sehingga to user
kepadatan material menjadi berkurang sehingga

II-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jarak antar partikel yang berfungsi penghantar panas semakin jauh yang berakibat
nilai hantar panas
Penelitian oleh Wibowo dkk. (2008) tentang pembuatan papan partikel dari
campuran sekam padi dan resin (tanpa memperhatikan kekuatan material) dengan 3
variasi ketebalan (1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm) dan 4 variasi pemadatan (3:1, 4:1, 5:1, dan
6:1). Dari beberapa variasi ketebalan didapatkan pada ketebalan 1 cm dan kepadatan
0
6-1 & 5-1, nilai konduktivitas termalnya kecil (0,0798 W/m C), pada tebal 2 cm,
0
kepadatan 12-2 nilai konduktivitas termalnya besar (0,238 W/m. C) sehingga papan
partikel dengan tebal 1 cm dan pada kepadatan 6-1 baik digunakan sebagai bahan
isolator panas.
Nurhayanto (2008) melakukan penelitian tentang karakteristik konduktivitas
panas dari semen sekam dengan perlakuan sekam. Penelitiannya menggunakan
variasi perlakuan sekam dengan perendaman dalam air selama 1, 2, 3, 12, dan 24 jam,
perendaman sekam dalam larutan NaOH selama 6 jam dengan konsentrasi 1%, 2%,
4%, 6%, dan 10%, dan perendaman sekam dalam air selama 12 jam dan larutan
NaOH selama 6 jam dengan konsentrasi 1%, 2%, 4%, 6% dan 10%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perendaman dengan air, NaOH semakin lama perendaman
semakin berkurang konduktivitas panas karena adanya void pada spesimen,
sedangkan perendaman dengan air dan NaOH dapat diketahui bahwa semakin
bertambahnya konsentrasi NaOH dapat meningkatkan konduktivitas panas.

commit to user

II-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai model penelitian dan kerangka pemikiran


metode penelitian yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap
tahapannya. Deskripsi ini dilengkapi dengan penyajian kerangka pemikiran
metodologi penelitian untuk memudahkan dalam melihat tahapan penelitian. Alur
penelitian akan dijelaskan pada gambar 3.1 di bawah ini:

Gambarcommit to user
3.1 Metode Penelitian

III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.2 (Lanjutan) Metode penelitian

commit to user

III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu untuk pembuatan spesimen
dilakukan di Laboratorium Perancangan dan Perencanaan Produk (P3) Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Industri Unversitas Sebelas Maret Surakarta pada minggu
pertama hingga minggu ke empat bulan Juni Tahun 2010. Pengujian spesimen
(pengambilan data) dilakukan di Laboratorium Pusat MIPA.

3.2. Orientasi Penelitian


Tujuan dari orientasi penelitian adalah untuk melihat faktor-faktor yang
memberikan pengaruh terhadap temperatur pada komposit limbah kertas dan
menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang diteliti. Orientasi yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Pada proses pencampuran bahan-bahan didalam pembuatan panel komposit,
terdapat beberapa material atau benda yang ikut terbawa dalam proses
pencampuran. Namun jumlahnya sedikit dan tidak akan mempengaruhi hasil
pengujian, sehingga diasumsikan tidak terdapat benda asing yang ikut terbawa ke
dalam komposit.
2. Sampah kertas HVS dan buram yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari
limbah fotokopi di daerah kampus UNS dan dari limbah rumah tangga di
Surakarta yang memiliki jenis kertas yang berbeda, tetapi kertas tersebut
diproduksi oleh pabrik dengan proses dan bahan baku yang hampir sama,
sehingga diasumsikan karakteristik dari kertas yang digunakan sama untuk setiap
jenisnya.

3.3. Perancangan Penelitian


Pembuatan komposit limbah kertas terdiri dari beberapa campuran yang
diujikan. Variabel yang diujikan dalam penelitian ini adalah komposit tanpa
campuran, komposit dengan campuran sekam padi, dan komposit dengan campuran
sabut kelapa. Penggunaan jenis kertas adalah untuk mengetahui berapa nilai
temperatur yang dihasilkan setelah terjadinya proses penyerapan panas dari spesimen
yang diuji, Jenis kertas yang digunakan adalah HVS dan Buram.
Penggunaan limbah kertas HVS dan buram dipilih karena ketersediaan limbah
commit to user
kertas yang melimpah, namun pemanfaatannya yang belum optimal dan harga limbah

III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kertas yang ekonomis dibandingkan dengan jenis penyekat ruangan yang umumnya
digunakan yaitu kayu. Pada penggunaan campuran sekam padi dan sabut kelapa
dipilih karena limbah tersebut mempunyai fungsi sebagai penghambat panas yang
baik, dimana pada limbah sekam antara lain digunakan sebagai bahan pelindung
untuk menyimpan es, artinya sekam padi sekam padi merupakan bahan hambat panas
yang baik. Sabut kelapa, pada jaman dulu sering dipakai sebagai pelapis atap rumah
diantara genting dan plafon. Bahan tersebut dipilih karena membantu mereduksi
paparan panas sehingga dihasilkan temperatur ruangan yang lebih nyaman.
1. Tahap perencanaan (planning phase)
a. Membuat problem statement
Masalah yang akan diteliti yaitu adakah perbedaan yang signifikan antara
kombinasi komposisi bahan komposit terhadap hambat panas yang dihasilkan.
Eksperimen ini akan menguji signifikansi komposisi bahan melalui
pengukuran terhadap hambat panas komposit.
b. Menentukan variabel respon dan unit eksperimen
Variabel respon yang diukur pada penelitian ini adalah nilai temperatur. Sifat
variabel respon adalah kuantitatif, dan unit eksperimen pada penelitian ini
adalah panel komposit limbah kertas.
c. Menentukan Variabel Utama/ independen
Faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah jenis kertas (A), jenis perekat
(B), dan jenis campuran (C). Level-level dari semua faktor dipilih secara
fixed.
1) Faktor jenis kertas (A)
Jenis kertas (A) bersifat kualitatif, dengan dua level yaitu kertas HVS (a1)
dan kertas buram (a2).
2) Faktor jenis perekat (B)
Jenis Perekat (B) bersifat kualitatif, dengan tiga level: tanpa perekat (b1),
kanji (b2), lem Putih (b3)

commit to user

III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Faktor jenis campuran (C)


Jenis Campuran (C) bersifat kualitatif, dengan tiga level: tanpa
Campuran (c1) (0:100%) yaitu campuran 0% dan kertas 100%, sabut
kelapa (c2) (20:80%) yaitu sabut kelapa 20% dan kertas 80%, sekam padi
(c3) (20:80%) yaitu sekam padi 20% dan kertas 80%.

a) Trial error penelitian


Dalam penentuan komposisi kertas dan campuran sekam padi
atau sabut kelapa, komposisi pertama yang dicoba perbandingan 50:50
yaitu kertas 50% dan campuran 50%, dari hasil percobaan pertama hasil
spesimen yang dipress masih sangat jauh dari ketebalan yang diinginkan
(2:1) ketebalan yang diperoleh ±1,7 cm. Hal itu disebabkan karena
komposisi campuran yang terlalu banyak sehingga kembali
mengembang dan tidak padat sehingga hasil spesimen rapuh. Percobaan
komposisi kedua perbandingan 60:40, yaitu kertas 60% dan campuran
40%, dari hasil percobaan ke dua hasil spesimen yang dipress ketebalan
spesimen belum rapat dan juga masih mengembang dengan ketebalan
setelah dipress ± 1,5 cm. Pada percobaan komposisi ketiga perbandingan
70:30, yaitu kertas 70% dan campuran 30%, dari hasil percobaan ketiga
hasil spesimen yang dipress, hasilnya masih sedikit mengembang sekitar
± 1,2 cm. Percobaan komposisi keempat digunakan perbandingan 80:20,
yaitu kertas 80% dan campuran 20%, dari hasil percobaan keempat
hasilnya sudah sesuai dengan ketebalan yang diinginkan yaitu 1 cm.
Penentuan komposisi perekat dari fraksi berat keseluruhan
komposisi yaitu juga dengan trial error. Percobaan pertama digunakan
perekat 10%, dari hasil percobaan didapatkan campuran yang masih
belum merata antara kertas dan perekat, maupun antara kertas, campuran
sekam padi dan sabut kelapa, dan perekat. Hal ini disebabkan pada
komposisi itu, perekat masih terlalu kental. Selanjutnya dilakukan
percobaan untuk komposisi perekat 9%, 8%, 7%, 6%, 5% dan 4%.

commit to user

III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Hasil trial error penelitian


Pada komposisi 20:80 dari kertas dan campuran, komposisi
tersebut merupakan komposisi yang tepat karena menghasilkan
spesimen yang padat dan tidak rentan hancur dan mengembang setelah
di cetak dan dipress. Perbandingan 0:100 dengan komposisi kertas 100%
(fraksi berat) dimana kertas memiliki karakteristik keuletan dan
kekuatan yang pada kondisi awalnya telah mengandung perekat, dengan
tanpa adanya perekat tambahan, kertas sudah memiliki daya rekat
sehingga dengan pembuatan pada komposisi ini spesimen tidak rentan
hancur.
Komposisi perekat yang paling baik dan tepat yaitu komposisi
5%. Karena pada komposisi ini, perekat dapat tercampur merata dengan
kertas maupun sabut dan sekam padi. Komposisi perekat diatas 5%
perekat masih terlalu kental sehingga sudah tercampur, pada komposisi
perekat dibawah 5% hasilnya terlalu cair, sehingga pada saat dicampur
dengan kertas dan kemudian dipress, banyak kandungan lem yang ukut
terbuang bersama air hasil pengepressan.

2. Tahap desain eksperimen (design phase)


a. Menentukan jumlah observasi
Setiap kombinasi level faktor pada penelitian ini akan dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali. Penentuan jumlah replikasi berdasar pada rumus
penentuan jumlah replikasi pada rumus ntuk rancangan acak lengkap, acak
kelompok atau faktorial, secara sederhana menurut Supranto (2000) dapat
digunakan rumus:
(t-1) (r-1)  15......................................................................................(3.1)
keterangan:
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi

commit to user

III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada penelitian ini terdapat 18 perlakuan sehingga jumlah replikasi yang


dibutuhkan adalah:
(18-1)(r-1)  15
(r-1)  0,32
r  1,32
r  2 (dibulatkan)
b. Menentukan layout pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan penentuan teknik desain ekspeimen yang
digunakan, yaitu Factorial Experiment Completely Randomized Design. Layout
pengumpulan data ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Layout eksperimen
Kertas HVS Kertas Buram/ Koran
A1 A2
Tanpa Lem Tanpa Lem
Kanji Kanji
Perekat Putih Perekat Putih
B1 B2 B3 B1 B2 B3
Y1111 Y1211 Y1311 Y2111 Y2111 Y2311
Tanpa Campuran C1 Y1112 Y1212 Y1313 Y2112 Y2212 Y2312
Y1113 Y1213 Y1313 Y2113 Y2213 Y2313
Y1121 Y1221 Y1321 Y2121 Y2221 Y2321
Sekam Padi C2 Y1122 Y1222 Y1322 Y2122 Y2222 Y2322
Y1123 Y1223 Y1323 Y2123 Y2223 Y2323
Y1131 Y1231 Y1331 Y2131 Y2231 Y2331
Sabut Kelapa C3 Y1132 Y1232 Y1332 Y2132 Y2232 Y2332
Y1133 Y1233 Y1333 Y2133 Y2233 Y2333

Keterangan:Y1111: variabel respon untuk jenis kertas HVS, tanpa lem, tanpa campuran
dan replikasi ke-1

c. Menentukan Hipotesis Eksperimen


Tujuan Hipotesis adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor
kertas, faktor perekat dan faktor campuran terhadap temperatur, untuk itu maka
perlu dilakukan perumusan hipotesis, yaitu:
H01 : Perbedaan jenis kertas tidak menimbulkan pengaruh yang signifikan
terhadap hambat panas.
H02 : Perbedaan jenis perekat tidak menimbulkan pengaruh yang signifikan
commit to user
terhadap hambat panas.

III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

H03 : Perbedaan jenis campuran tidak menimbulkan pengaruh yang signifikan


terhadap hambat panas.
H04 :Perbedaan interaksi jenis kertas dan jenis perekat tidak menimbulkan
pengaruh yang signifikan terhadap hambat panas.
H05 : Perbedaan interaksi jenis kertas dan jenis campuran tidak menimbulkan
pengaruh yang signifikan terhadap hambat panas.
H06 : Perbedaan interaksi jenis perekat dan jenis campuran tidak menimbulkan
pengaruh yang signifikan terhadap hambat panas.
H07 : Perbedaan interaksi jenis kertas, jenis perekat dan jenis campuran tidak
menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap hambat panas.

3.4. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dimulai dengan peersiapan pembuatan spesimen dan
dilanjutkan dengan proses pembuatan spesimen komposit lalu dilakukan uji
konduktivitas thermal.

3.4.1. Pembuatan spesimen uji


Pembuatan spesimen uji dimulai dari mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan spesimen.

commit to user

III-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Alat dan bahan


Tabel 3.2. Alat pembuatan spesimen
No Nama Alat Fungsi
1
Untuk menekan spesimen dan
mengeluarkan air yang masih
terkandung didalam spesimen

Press Hidrolik
2
Untuk mengukur banyaknya lem
dalam pencampuran pada kertas

Gelas Ukur
3
Untuk tempat mengaduk dan
mencampur kertas dan bahan
pencampur

Ember

4
Untuk menimbang bahan pembuat
spesimen

Timbangan
5
Untuk menghaluskan kertas dan
mencampur bahan

Mixer
commit to user

III-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 3.4. (lanjutan) Alat pembuatan spesimen


6
Untuk memotong kertas yang bertujuan
untuk memudahkan dalam pembuatan
bubur kertas, selain itu berfungsi untuk
memotong serabut kelapa sehingga
tercampur merata dengan kertas.

Gunting
7
Untuk mengetahui nilai suhu setelah
adanya proses penyerapan panas oleh
spesimen

Thermal Conductivity Measuring


Apparatus
8
Untuk mencetak spesimen dan
mengepress sehingga spesimen
memiliki ukuran dan bentuk yang
seragam.

Cetakan Manual

Bahan pembuatan spesimen komposit


1. Kertas HVS dan buram
2. Sabut kelapa
3. Sekam padi
4. Lem putih/ PVAc
5. Lem kanji
6. Air

b. Proses pembuatan komposit limbah kertas


1) Persiapan bahan
a) Persiapan serat sabut diawali dengan perendaman sabut kelapa dalam air
sekitar lima hari untuk memudahkan proses pemisahan serat dari
commit
daging/gabus sabut. Proses to user dilakukan dengan menyikat sabut
pemisahan

III-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan sikat baja. Kemudian serat yang sudah terpisah dibersihkan


kembali dengan air dan dikeringkan selama dua hari pada suhu kamar.
b) Persiapan serat sekam padi diawali dengan pemisahan sekam dari
kotoran-kotoran yang masih tercampur seperti potongan daun dan jerami
padi. Kemudian, sekam dicuci dengan air dan dikeringkan selama dua
hari pada suhu kamar.
c) Persiapan bahan kertas dilakukan dengan menggunting lembaran kertas
HVS dan buram menjadi potongan – potongan kecil.
d) Masing-masing bahan kemudian diukur massa jenisnya untuk
menentukan fraksi volumenya dalam campuran komposit.

2) Pembuatan bubur kertas


Kertas HVS dan buram yang telah dipotong-potong lalu dicampurkan
dengan air. Perbandingan antara kertas dengan air adalah 1 kilogram kertas dan
4 liter air. Untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan menjadi bubur
kertas maka digunakan alat bantu berupa mixer.

3) Pembuatan komposit limbah kertas


Bubur kertas yang telah siap untuk dicetak dapat langsung ditakar.
Ukuran spesimen yang dibuat adalah 20x20 cm dengan tebal 2:1 yaitu 2 cm
sebelum di press dan 1 cm setelah di press.Tujuan pengepressan adalah untuk
mengurangi kadar air dan menambah kerapatan pada spesimen tersebut. Dalam
penelitian terdapat faktor pencampur yang akan diuji. Untuk spesimen yang
menggunakan pencampuran maka dalam pembuatannya bubur kertas yang
dibuat dicampur dengan bahan pencampur yaitu sekam padi atau sabut kelapa.
Ukurannya adalah 8:2 yaitu 1 kilogram kertas dan 4 liter air yang telah menjadi
bubur dicampur dengan 300 gram sabut kelapa atau sekam padi. Semua
pengukuran dilakukan dalam keadaan kering. Untuk penambahan perekat
ukurannya adalah 40 gram perekat kanji atau lem putih. Perekat ditambahkan
saat spesimen akan dibentuk dengan ukuran.

commit to user

III-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Proses pencetakan
Proses pencetakan dilakukan dengan menaruh bubur kertas yang telah
dibuat kedalam cetakan berukuran 20x20 cm dengan tebal 2cm. Setelah itu
cetakan di press dengan mesin hidrolik. Saat ketebalan telah mencapai 1 cm
cetakan dapat dikeluarkan.

5) Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan secara manual menggunakan sinar
matahari. Lama proses pengeringan 3 hari namun apabila cuaca tidak panas
proses pengeringan dapat berlangsung selama 4-5 hari.

3.4.2. Uji konduktivitas termal


Berupa serangkaian alat konduktivitas termal dengan keterangan dan gambar
sebagai berikut:

C
B
A

Gambar 3.3. Serangkaian alat konduktivitas termal

Langkah-langkah Pengujian konduktifitas thermal adalah sebagai berikut:


1. Menyiapkan spesimen uji yang sebelumnya berbentuk persegi ukuran
20 x 20 x 1cm dipotong menjadi bentuk bulat dengan ukuran diameter 4 cm
dan tebal 1 cm.
2. Mengatur kran masukan dan kran kecepatan alir masukan. Membuka kran
sumber air ledeng ¼ putaran, tunggu hingga bak penampungan penuh.
commit to user

III-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Membuka kran kecepatan alir hingga kecepatan berkisar antara skala 100-
150. Volume air dijaga agar tetap stabil sesuai batas volume standar.
3. Meregangkan 4 mur yang ada di bagian atas tabung uji untuk meregangkan
silinder tembaga yang ada didalammya.
4. Meregangkan dua bagian silinder tembaga sesuai tebal spesimen. Tujuan
dilakukan peregangan agar spesimen uji dapat dimasukkan diantara kedua
silinder tersebut.
5. Memasang sampel pada tempatnya (ukuran diameter 40 mm dan tebal
10 mm).
6. Mengencangkannya kembali 4 mur bagian atas tabung.
7. Menghubungkan AC Cord Kabel dengan jala-jala listrik 220V AC.
Nyalakan sistem dengan menekan tombol ON pada tombol power.
8. Pengaturan/pengesetan temperatur. Mengakhiri seting temperatur dengan
soft button ENTER.
9. Pembacaan Temperatur.
10. Menunggu hingga tampilan nilai temperatur sama dengan nilai pengesetan
temperatur. Setelah sama, tunggu hingga kestabilan kurang lebih 15 menit.
mencatat masing-masing temperatur pada tiap posisi termokopel dengan
memindahkan (memutar) saklar “Thermo Sell R”. Berikut adalah skema
gambar 3.4 pengujian panas pada silinder tembaga:

commit to user

III-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.4. Skema perpindahan panas sesuai ASTM E 1225

Penjelasan proses perpindahan panas adalah sebagai berikut:


1. T0 adalah temperatur normal ruang atau suhu awal (27-28°C)
2. T1-T10 adalah posisi termokopel yang fungsinya untuk mengetahui nilai
perubahan temperatur pada tiap posisi termokopel dengan cara memindahkan
(memutar) saklar atau Thermo Sell R.
3. Ketika dilakukan penyetingan temperatur yang diinginkan yaitu 40°C terjadi
proses perpindahan dan pemerataan temperatur hingga temperatur pada posisi
stabil baru dapat dicatat perubahan temperaturnya dari T10 menuju ke T1.
4. Proses perpindahan panas pada T1-T4 terjadi peningkatan temperatur dari
temperatur awal (T0) 27-28°C.
5. Diantara T4 dan T5 terdapat spesimen yang di uji dimana terjadi proses
penyerapan panas pada spesimen, perubahan temperatur itu yang nantinya untuk
input proses perhitungan nlai hambat panasnya. Pada T4-T10 terjadi penurunan
temperatur.

commit to user

III-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.5. Pengolahan Data


Pengolahan data terdiri dari tiga tahap yaitu uji asumsi dasar meliputi uji
kenormalan, uji homogenitas, dan uji independensi, uji anova dengan tiga faktor, dan
uji pembanding ganda.

3.5.1. Uji asumsi dasar


Uji asumsi dasar yang dilakukan meliputi uji normalitas data dan uji
homogenitas data. Dari masing-masing uji dijelaskan berikut ini:
1. Uji nomalitas
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data uji panel limbah kertas
berdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Shapiro-
Wilk dan Lilliefors, jika data tiap perlakuannya tidak terlalu kecil dari jumlah
minimum statistik yang diperbolehkan yaitu sebanyak 30 sampel. Data
dinyatakan normal apabila hasil probabilitas menunjukkan p>0.05. Berikut
langkah-langkah uji Liliefors.
a. Mengurutkan data observasi tiap treatment dari yang terkecil hingga tebesar.
b. Menghitung rata-rata ( x ) dan standar deviasi (s) data tersebut.
c. Mentransformasikan data (x) tersebut menjadi nilai baku (z) dengan rumus :
Zi = (xi - x )/ s
Keterangan:
xi = nilai pengamatan ke-i
x = rata-rata
s = standar deviasi
d. Dari nilai baku tersebut, kemudian menentukan nilai probabilitas P(z)
berdasarkan sebaran normal baku, sebagai probabilitas pengamatan. Tabel
yang digunakan adalah tabel standar luas wilayah di bawah kurva normal atau
dengan bantuan Ms. Excel dengan function NORMDIST
e. Menentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x) dengan cara :
P(xi) = i/n
dimana n = jumlah pengamatan
f. Menentukan nilai maksimum dari selisih absolute P(z) dan P(x) yaitu Maks
│P(z) – P(x)│sebagai Lhitung

commit to user

III-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. Menentukan nilai maksimum dari selisih absolute P(xi-1) dan P(z) yaitu Maks
│P(xi-1) – P(z)│
h. Menganalisis apakah ke-n sampel data observasi berdistribusi normal.

2. Uji homogenitas
Uji homogenitas data bertujuan untuk menguji kesamaan ragam data
observasi antarlevel faktornya. Uji homogenitas dilakukan dengan metode
Levene. Berikut langkah-langkah uji homogenitas.
a. Mengelompokkan data berdasarkan faktor yang akan diuji
b. Menghitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratannya pada tiap
level
c. Menghitung nilai faktor koreksi (FK) sebagai berikut.
(  xi ) 2
d. FK 
n
Keterangan:
xi = data hasil observasi
i = 1,2,3,…,n (n banyaknya data)
e. Menghitung SS Faktor


 x   FK
i
2

SS Faktor =  k 

dimana k = banyaknya data pada tiap level


f. Menghitung SS Total

SS Total =
 y   FK
i
2

dimana yi = selisih absolut data hasil observasi dengan rata-ratanya untuk tiap
level
g. Menghitung SS Eror
SS Eror = SS Total – SS Faktor
h. Menganalisis apakah ragam seluruh level faktor homogen.

commit to user

III-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Uji independensi
Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan
pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini
diragukan maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus
urutan pengambilan observasinya. Metode plot residual data terhadap urutan
eksperimen (urutan pengambilan data) merupakan cara yang termudah dan
banyak diapakai untuk melihat adanya independensi dalam proses pengambilan
data eksperiman. Hasil plot tersebut akam memperlihatkan ada tidaknya pola
tertentu. Jika ada pola tertentu, betarti ada korelasi antar residual atau error tidak
independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan eksperimen
tidak benar (eksperimen tidak terurut secara acak).

3.5.2. Uji anova


Uji anova akan mengklasifikasikan hasil-hasil secara statistik sesuai dengan
sumber variasi yang digunakan. Adapun model anova yang digunakan untuk
pengujian data eksperimen menggunakan tiga faktor:
Yijkl =  + Ai + Bj + Ck + ABij + ACik + BCjk + ABCijk + m(ijk)
Keterangan :
Yijkl : variabel respon
Ai : faktor jenis kertas
Bj : faktor jenis perekat
Ck : faktor jenis campuran
ABij : interaksi faktor A dan faktor B
ACik : interaksi faktor A dan faktor C
BCjk : interaksi faktor B dan faktor C
ABCijk : interaksi faktor A, faktor B, dan faktor C
m(ijk) : random error
I : jumlah faktor jenis kertas (A), i = 1, 2
J : jumlah faktor jenis perekat (B), j = 1, 2,3
K : jumlah faktor jenis campuran (C), k = 1, 2,3
L : jumlah observasi l = 1, 2, 3

3.5.3. Uji pembanding ganda


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan yang
terjadi dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, dimana dalam hal ini adalah untuk
mengetahui jenis campuran yang terbaik dari daya hambat panas. Oleh karena itu,
metode yang digunakan pada analisis ini adalah
commit metode Tukey.
to user

III-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.6. Analisis dan Interpretasi Hasil


Tahap analisis hasil eksperimen ini merupakan tahap akhir dari perancangan
eksperimen. Informasi yang diperoleh dari hasil eksperimen akan diinterpretasikan
secara lebih luas agar dapat dikembangkan sebagai rekomendasi komposisi material
komposit terbaik berdasarkan nilai penyerapan temperatur yang terbaik.

3.7. Kesimpulan dan Saran


Tahap ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang membahas kesimpulan
dari hasil yang diperoleh serta usulan atau rekomendasi untuk implementasi lebih
lanjut dan bagi penelitian selanjutnya.

commit to user

III-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengumpulan dan pengolahan data
eksperimen.

4.1. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode eksperimen. Data yang
dikumpulkan meliputi temperatur dari spesimen yang diuji. Data hasil pengujian
digunakan sebagai input untuk uji Anova. Uji Anova dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang telah dipilih berpengaruh secara signifikan terhadap nilai hambat
panas.

4.1.1. Dimensi spesimen


Dimensi yang digunakan pada uji konduktivitas panas yaitu diameter (d) 40 mm,
tebal (t) 10 mm.

Gambar 4.1 Spesimen komposit

4.1.2. Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data penelitian berupa data uji konduktivitas termal yaitu nilai
temperatur yang dicatat pada suatu lembar pengamatan. Langkah ini bertujuan untuk
mempermudah dalam proses pengolahan data selanjutnya. Sebelum dilakukan
pengujian konduktivitas termal, sebelumnya dilakukan pembuatan spesimen uji. Data
yang diperoleh dari pengujian menggunakan alat konduktivitas termal dapat dilihat
pada tabel 4.1.

commit to user

IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Hasil pengujian konduktivitas termal (°C)


Spesimen T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
1 39,9 39,9 39,9 39,9 27,9 27,8 27,8 27,9 27,9 27,9
HVS 2 39,7 39,7 39,7 39,7 28,4 28,2 28,2 28,2 28,2 28,4
3 40 40 40 40 27,8 27,8 27,7 27,7 27,7 28
1 39,8 39,8 39,8 39,8 28,4 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3
HVS-Fox 2 39,8 39,8 39,8 39,8 28,5 27,8 27,8 27,8 27,8 27,9
3 39,6 39,6 39,6 39,6 28,4 28,7 28,6 28,6 28,6 28,8
1 39,8 39,8 39,8 39,8 26,7 26,7 26,8 26,8 26,8 26,8
HVS-Kanji 2 39,6 39,6 39,6 39,6 27,2 27,1 27,1 27,1 27,1 27,1
3 40 40 40 40 26,6 26,4 26,5 26,5 26,5 26,5
1 39,9 39,9 39,9 39,9 27,8 27,8 27,8 28 28 28,2
HVS-Fox-Sabut 2 39,9 39,9 39,9 39,9 27,6 28 28 28,1 28,1 28,2
3 39,7 39,7 39,7 39,7 27,4 27 27 27,1 27,1 27,2
1 39,9 39,9 39,9 39,9 27,7 28,1 28,1 28,1 28,1 28,2
HVS-Fox-Sekam 2 40 40 40 40 27,7 27,7 27,7 27,7 27,7 28
3 40 40 40 40 27,9 27,8 27,8 27,8 27,8 28,1
1 39,5 39,5 39,5 39,5 27,5 27,5 27,5 27,5 27,5 27,5
HVS-Kanji-Sabut 2 39,7 39,7 39,7 39,7 27,7 28,1 28,1 28,1 28,1 28,2
3 39,7 39,7 39,7 39,7 27 27 26,8 26,8 26,8 26,9
1 39,9 39,9 39,9 39,9 26,7 26,5 26,5 26,5 26,5 26,5
HVS-Kanji-
2 39,9 39,9 39,9 39,9 26,4 26,3 26,2 26,2 26,2 26,5
Sekam
3 39,9 39,9 39,9 39,9 27 26,8 26,8 26,8 26,8 26,.8
1 38,9 38,9 38,9 38,9 28,4 28,2 28,2 28,2 28,2 28,6
HVS-Sabut 2 39,7 39,7 39,7 39,7 28,7 28,1 28,1 28,1 28,1 28,2
3 39,9 39,9 39,9 39,9 28,3 28,3 28,2 28,2 28,2 28,5
1 38,9 38,9 38,9 38,9 27,3 27,3 27,3 27,3 27,3 27,4
HVS-Sekam 2 39,3 39,3 39,3 39,3 27,6 27,6 27,6 27,5 27,5 27,8
3 39,4 39,4 39,4 39,4 26,8 26,7 26,7 26,6 26,6 27
1 39,9 39,8 39,7 39,7 28 27,9 28 28 28 28
Buram 2 39,8 39,8 39,8 39,8 27,9 28,2 28,2 27 27 27,2
3 39,9 39,9 39,9 39,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 28
1 40 40 40 40 27,5 27,4 27,4 27,4 27,4 27,7
Buram-Fox 2 40 40 40 40 27,7 27,7 27,7 27,7 27,7 27,8
3 39,9 39,9 39,8 39,9 27,5 27,7 27,5 27,5 27,5 27,6
1 40 40 40 40 27,8 27,8 27,4 27,4 27,4 27,7
Buram-Kanji 2 40 40 40 40 27,1 27,1 26,7 26,7 26,7 26,7
3 40 40 39,9 39,8 27,8 27,6 27,6 27,6 27,6 27,7
1 39,8 39,8 39,7 39,3 26,9 26,9 26,9 26,8 26,8 26,8
Buram-Fox-Sabut 2 39,8 39 39 39 27,3 27,2 27,2 27,2 27,2 27,3
3 39,8 39,7 39,6 39,5 26,6 26,5 26,5 26,5 26,5 26,7
1 39,4 39,4 39,4 39,4 25,1 25,1 25,1 25,1 25,1 25,2
Buram-Fox-
2 39,4 39,4 39,4 39,4 25,6 25,6 25,5 25,5 25,5 25,4
Sekam
3 39,5 39,5 39,5 39,5 25,9 25,8 25,8 25,8 25,8 26
1 39,9 39,9 39,9 39,9 27,7 27,7 27,7 27,7 27,7 27,9
Buram-Kanji-
2 39,9 39,9 39,9 39,9 28,6 28,1 28,1 28,2 28,2 28,2
Sabut
3 40 40 40 40 28,9 28,9 28,8 28,7 28,7 28,8
1 38,7 38,7 38,7 38,7 27 26,9 26,8 26,8 26,8 26,9
Buram-Kanji-
Sekam 2 38,8 38,8 38,8 38,8 27,2 27,1 27,1 27,1 27,1 27,2
3 39 39 39 39 26,7 26,6 26,6 26,5 26,5 26,7
1 38,9 38,9 38,9 38,9 26,6 26,5 26,5 26,4 26,4 26,4
Buram-Sabut 2 39,2 39,2 39,2 39,2 26,9 25,8 25,8 25,8 25,8 25,8
3 39 39 39 39 26,7 26,6 26,6 26,6 26,6 26,7
1 39,2 39,2 39,2 39,4 27,4 27,2 27,2 27,2 27,2 27,3
Buram-Sekam 2 39,3 39,3 commit39,5
39,3 to user27 27,5 27,5 27,5 27,5 27,6
3 39 39 39 39,5 27 26,9 26,8 26,8 26,8 26,8

IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2. Pengolahan Data


Data-data hasil penelitian yang telah terkumpul, selanjutnya diolah untuk
mendapatkan nilai konduktivitas termal terbaik. Pengolahan data menggunakan nilai
konduktivitas termal terbaik dilakukan dengan melihat nilai paling rendah pada hasil
perhitungannya. Sedangkan pengolahan data menggunakan metode eksperimen
dilakukan dengan melalui dua tahapan, yaitu tahap sebelum uji Anova dan tahap uji
Anova. Pada tahap uji anova akan dilanjutkan dengan suatu uji pembanding, hal ini
dilakukan apabila pada uji anova terdapat faktor atau interaksi faktor yang
berpengaruh. Uji pembanding ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi optimum
yang dieksperimenkan. Pengolahan data pada eksperimen ini mengambil data dengan
pengujian panas dengan temperatur sebesar 40 °C.

4.2.1. Perhitungan nilai hambat panas pada panel komposit limbah kertas
Perhitungan nilai hambatan panas (R) pada panel komposit limbah kertas
adalah sebagai berikut:
L
R ............................................................................................................................(4.1)
kA

keterangan:
A= luas penampang bahan (m²)
k= konduktivitas panas bahan (W/m°C)
L= tebal spesimen (m)
Perhitungan nilai hambat panas pada panel komposit limbah kertas HVS
(A1B1C1)
L
R
kA
0,01m

0,703W / m 0 Cx0,00126m 2
= 11,331 °C/W.

Menggunakan cara yang sama maka didapat nilai hambat panas seperti dalam
Tabel 4.2.

commit to user

IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2. Hasil perhitungan nilai hambat panas


L k R rata²
spesimen spesimen R spesimen
Spesimen (m) A(m²) (W/m°C) (°C/W) (°C/W)
1 0,01 0,001256 0,702627 11,33
2 0,01 0,001256 0,746153 10,67
A1B1C1 3 0,01 0,001256 0,691109 11,52 11,17
1 0,01 0,001256 0,726856 10,95
2 0,01 0,001256 0,720643 11,05
A1B1C2 3 0,01 0,001256 0,669169 11,90 11,30
1 0,01 0,001256 0,803003 9,92
2 0,01 0,001256 0,766503 10,39
A1B1C3 3 0,01 0,001256 0,726856 10,95 10,42
1 0.01 0,001256 0,643628 12,37
2 0,01 0,001256 0,679962 11,71
A1B2C1 3 0,01 0,001256 0,629219 12,65 12,24
1 0,01 0,001256 0,638752 12,46
2 0,01 0,001256 0,624558 12,75
A1B2C2 3 0,01 0,001256 0,653607 12,18 12,46
1 0,01 0,001256 0,702627 11,33
2 0,01 0,001256 0,702627 11,33
A1B2C3 3 0,01 0,001256 0,6639 11,99 11,55
1 0,01 0,001256 0,739608 10,76
2 0,01 0,001256 0,746153 10,67
A1B3C1 3 0,01 0,001256 0,752815 10,58 10,67
1 0,01 0,001256 0,691109 11,52
2 0,01 0,001256 0,68549 11,61
A1B3C2 3 0,01 0,001256 0,696821 11,43 11,52
1 0,01 0,001256 0,696821 11,43
2 0,01 0,001256 0,68549 11,61
A1B3C3 3 0.01 0,001256 0,68549 11,61 11,55
1 0,01 0,001256 0,720643 11,05
2 0,01 0,001256 0,708532 11,24
A2B1C1 3 0,01 0,001256 0,702627 11,33 11,21
1 0.01 0,001256 0,702627 11,33
2 0,01 0,001256 0,674522 11,80
A2B1C2 3 0,01 0,001256 0,674522 11,80 11,65
1 0.01 0,001256 0,68549 11,61
2 0,01 0,001256 0,68549 11,61
A2B1C3 3 0,01 0,001256 0,68549 11,61 11,61
1 0,01 0,001256 0,691109 11,52
2 0,01 0,001256 0,653607 12,18
A2B2C1 3 0,01 0,001256 0,702627 11,33 11,68
1 0,01 0,001256 0,702627 11,33
2 0.01 0,001256 0,674522 11,80
A2B2C2 3 0,01 0,001256 0,674522 11,80 11,65
1 0,01 0,001256 0,691109 11,52
2 0.01 0,001256 0,746153 10,67
A2B2C3 3 0,01 0,001256 0,759597 10,48 10,89
1 0,01 0,001256 0,674522 11,80
2 0,01 0,001256 0,68549 11,61
A2B3C1 3 0,01 0,001256 0,679962 11,71 11,71
1 0,01 0,001256 0,589617 13,50
2 0,01 0,001256 0,61098 13,03
A2B3C2 3 0,01 0,001256 0,619965 12,84 13,13
1 0,01 0,001256 0,679962 11,71
2 0,01 0,001256 0,720643 11,05
A2B3C3 3 0,01 0,001256 0,653607 12,18 11,65
commit to user

IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perbandingan nilai hambat panas pada panel komposit limbah kertas HVS dan
panel komposit limbah kertas buram dapat dilihat dalam Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik nilai hambat panas pada panel limbah kertas HVS.

Pada panel limbah kertas menggunakan kertas HVS nilai rata-rata hambat
panas yang paling tinggi untuk kertas HVS tanpa perekat adalah 11,30 °C/W yaitu
tanpa perekat dan dengan campuran sekam padi, sedangkan untuk komposisi kertas
HVS berperekat kanji nilai hambat panas tertinggi sebesar 12,46 °C/W adalah
menggunakan campuran sekam padi. Untuk kertas HVS berperekat PVAc nilai
hambat panas tertinggi sebesar 11,55 °C/W dengan campuran sabut kelapa.

Gambar 4.3 Grafik nilai hambat panas pada panel limbah kertas buram.

commit to user

IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk panel limbah kertas menggunakan kertas buram nilai rata-rata dari
hambat panas yang paling tinggi untuk kertas buram tanpa perekat adalah 11,65°C/W
dengan campuran sekam padi, sedangkan untuk komposisi kertas buram berperekat
kanji hambat panas tertinggi sebesar 11,68 °C/W adalah tanpa campuran. Untuk
kertas buram berperekat PVAc hambat panas tertinggi sebesar 13,13°C/W dengan
campuran sekam padi.

4.2.2. Uji normalitas


Uji normalitas dilakukan terhadap data observasi yang merupakan sampel dari
populasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data observasi tiap perlakuan
terdistribusi secara normal. Pengujian normalitas pada pembahasan ini dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov.
Contoh perhitungan manual uji kenormalan data dengan metode Kolmogorof-
Smirnov untuk kondisi A1B1C1 adalah sebagai berikut :
a. Mengurutkan data observasi dari yang terkecil sampai terbesar
10,67, 11,33, 11,52
_
b. Menghitung rata-rata ( x ) dan standar deviasi (s)
n

  xi
i l
x
n
 10,67  11,33  11,52
x  11,17
3

 x 2

 x  n
2

s
n 1

10,67   11,33  11,52 


2 2 2 33,522

s 3
3 1

374,97  374,57
s  0,447
2

commit to user

IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Mentransformasikan data ke nilai baku (z)



( xi  x )
zi 
s

10,67  11,37
z2   1,56
0, 447
11,33  11,17
z1   0,35
0,447
11,52  11,37
z3   0,33
0,447
d. Menentukan nilai probabilitas Fr berdasarkan sebaran normal baku sebagai
probabilitas pengamatan. Menggunakan tabel standar luas wilayah di bawah
kurva normal.
z1 = 0,1295
z2 = 0,6378
z3 = 0,7810
e. Menentukan nilai probabilitas harapan kumulatif (Fs)
Fs1 = 1/3 = 0,3333
Fs2 = 2/3 = 0,6666
Fs3 = 3/3 = 1
f. Menentukan nilai maksimum dari selisih absolute FT dan Fs
FT 1  FS1  0,1295  0,3333 = 0,2038

FT 2  FS 2  0,6378  0,6666 = 0,0288

FT 3  FS 3  0,7810  1 = 0,2189

g. Membandingkan nilai maksimum tersebut dengan nilai tabel.


Nilai maksimum adalah 0,2189 sedangkan nilai pada tabel dengan α = 0,05
adalah 0,642 sehingga nilai maksimum < nilai tabel kolmogorov. Dari hasil
perhitungan dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Selanjutnya rekapitulasi hasil uji normalitas pada 18 perlakuan dapat dilihat
pada tabel 4.3.

commit to user

IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3. Rekapitulasi hasil uji normalitas


Perlakuan L Hitung L Tabel H0 Kesimpulan
A1B1C1 0,219 0,642 terima Normal
A1B2C1 0,199 0,642 terima Normal
A1B3C1 0,175 0,642 terima Normal
A1B1C2 0,353 0,642 terima Normal
A1B2C2 0,175 0,642 terima Normal
A1B3C2 0,175 0,642 terima Normal
A1B1C3 0,191 0,642 terima Normal
A1B2C3 0,385 0,642 terima Normal
A1B3C3 0,282 0,642 terima Normal
A2B1C1 0,196 0,642 terima Normal
A2B2C1 0,304 0,642 terima Normal
A2B3C1 0,175 0,642 terima Normal
A2B1C2 0,282 0,642 terima Normal
A2B2C2 0,282 0,642 terima Normal
A2B3C2 0,276 0,642 terima Normal
A2B1C3 0,282 0,642 terima Normal
A2B2C3 0,321 0,642 terima Normal
A2B3C3 0,187 0,642 terima Normal

4.2.3. Uji homogenitas data


Pengujian homogenitas dilakukan dengan metode levene test, yakni menguji
kesamaan ragam data observasi antar level faktornya. Uji homogenitas dilakukan
terhadap data yang dikelompokkan berdasarkan faktor jenis kertas, faktor jenis
campuran, dan jenis perekat.
1. Uji homogenitas antar level faktor jenis campuran
Hipotesis yang diajukan, adalah:
H0 : 12 = 22= 32
H1 :Data antar level faktor jenis kertas memiliki ragam yang tidak sama
Taraf nyata  = 0,05 dan wilayah kritik F > F0.05 (2 ; 54)

commit to user

IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4. Nilai hambat panas dikelompokkan berdasarkan jenis campuran.


Jenis Jenis Campuran (W/m°C)
Kertas Jenis Perekat tanpa campuran sekam sabut
11,331 10,954 9,915
10,670 11,048 10,387
Tanpa perekat 11,520 11,898 10,954
12,370 12,465 11,331
11,709 12,748 11,331
Kanji 12,653 12,181 11,992
10,765 11,520 11,426
10,670 11,615 11,615
HVS Lem Putih 10,576 11,426 11,615
10,954 11,331 11,615
10,859 11,804 11,615
Tanpa perekat 11,331 11,804 11,615
11,520 11,048 11,520
12,181 10,954 10,670
Kanji 11,331 11,615 10,482
11,804 13,503 11,709
11,615 13,031 11,048
Buram Lem Putih 11,709 12,842 12,181
Rata-Rata 11,421 11,877 11,279

Prosedur pengujian adalah dengan mengelompokkan data berdasarkan faktor


jenis campuran sebagaimana tabel 4.4 kemudian dicari rata-rata tiap level jenis kertas
dan dihitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratanya sebagaimana
diperoleh tabel 4.5.

commit to user

IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5. Selisih absolut data nilai hambat panas dikelompokkan berdasarkan
jenis campuran

Jenis Campuran
Jenis
jenis Perekat tanpa
Kertas
campuran sekam Sabut
-0,089 -0,923 -1,364
Tanpa perekat -0,750 -0,829 -0,892
0,100 0,021 -0,325
0,950 0,588 0,052
HVS Kanji 0,289 0,871 0,052
1,233 0,304 0,713
-0,656 -0,357 0,147
Lem Putih -0,750 -0,262 0,336
-0,845 -0,451 0,336
-0,467 -0,546 0,336
Tanpa perekat -0,561 -0,073 0,336
-0,089 -0,073 0,336
0,100 -0,829 0,241
Buram Kanji 0,761 -0,923 -0,609
-0,089 -0,262 -0,797
0,383 1,626 0,430
Lem Putih 0,194 1,154 -0,231
0,289 0,965 0,902

Selanjutnya dihitung nilai-nilai sebagai berikut :


a. Faktor Korelasi (FK) = (8,59+11,06+8,43)2/54
= 14,60
b. JK-Jenis Campuran = (8,592+11,062+8,432/18)-14,60
= 0,24
c. JK-Total (JKT) = (11,332+10,672+12,182)-14,60
= 384,10
d. JK-Error (JKE) = 384,10 – 0,24
= 383,86

commit to user

IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas nilai hambat panas, dikelompokkan berdasarkan
jenis campuran

Sumber F
Keragaman df JK KT F Hitung Tabel
Jenis Campuran 2 0,28907167 0,1445358
Error 51 384,899 7,5470337 0,01915 3.15
Total 53 385,187789

Berdasarkan Tabel 4.6, nilai Fhitung sebesar 0,01915 lebih kecil Ftabel sebesar
3,15, sehingga terima H0 dan simpulkan bahwa data nilai hambat panas antar level
jenis campuran memiliki ragam yang sama (Homogen).

2. Uji homogenitas antar level jenis kertas


Hipotesis yang diajukan, adalah
H0 : 12 = 22
H1 : Data antar level jenis kertas memiliki ragam yang tidak sama
Taraf nyata  = 0,05 dan wilayah kritik F > F0.05 (1 ; 54)
Prosedur perhitungan uji homogenitas antar level jenis kertas, sama dengan
pembahasan sebelumnya. Tabel 4.5 merupakan hasil perhitungan uji homogenitas
antar level jenis kertas.

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas data nilai hambat panas, dikelompokkan
berdasarkan jenis kertas

Sumber
Keragaman df JK KT F Hitung F Tabel
Jenis Kertas 1 0,1281 0,1281
Error 52 7226,3436 138,9681 0,000922 4
Total 53 7226,4717

Berdasarkan Tabel 4.7, nilai Fhitung sebesar 0,000922 lebih kecil Ftabel sebesar
4,00, sehingga terima H0 dan simpulkan bahwa data temperatur antar level jenis
campuran memiliki ragam yang sama (Homogen).

commit to user

IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Uji homogenitas antar level jenis perekat


Hipotesis yang diajukan, adalah
H0 : 12 = 22 = 32
H1 : Data antar level jenis kertas memiliki ragam yang tidak sama
Taraf nyata  = 0.05 dan wilayah kritik F > F0.05 (2 ; 54)
Prosedur perhitungan uji homogenitas antar level jenis perekat, sama
dengan pembahasan sebelumnya. Tabel 4.8 merupakan hasil perhitungan uji
homogenitas antar level jenis perekat.

Tabel 4.8 Hasil uji homogenitas data nilai hambat panas, dikelompokkan berdasarkan
jenis perekat

Sumber Keragaman df JK KT F Hitung F Tabel


Jenis Perekat 2 140,9304 70,46522
Error 51 7055,145 138,3362 0,509377 3,15
Total 53 7196,076

Berdasarkan Tabel 4.8, nilai Fhitung sebesar 0,509 lebih kecil Ftabel sebesar
3,15, sehingga terima H0 dan simpulkan bahwa data temperatur antar level jenis
perekat memiliki ragam yang sama (homogen).

4.2.4. Uji independensi


Pengujian independensi eksperimen dilakukan dengan membuat plot residual
data untuk setiap perlakuan berdasarkan urutan pengambilan data pada eksperimen.
Nilai Residual tersebut merupakan selisih data observasi dengan rata-rata tiap
perlakuan yang ditunjukkan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Residual nilai hambat panas

Interaksi nilai kalor Rata-rata Residual


A1B1C1 11,331 10,670 11,520 11,1741 0,1574 -0,5036 0,3462
A1B2C1 12,370 11,709 12,653 12,2443 0,1259 -0,5351 0,4092
A1B3C1 10,765 10,670 10,576 10,6704 0,0944 0,0000 -0,0944
A1B1C2 10,954 11,048 11,898 11,3000 -0,3462 -0,2518 0,5980
A1B2C2 12,465 12,748 12,181 12,4646 0,0000 0,2833 -0,2833
A1B3C2 11,520 11,615 11,426 11,5203 0,0000 0,0944 -0,0944
A1B1C3 9,915 10,387 10,954 10,4186 -0,5036 -0,0315 0,5351
A1B2C3 11,331 11,331 11,992 11,5518 -0,2203 -0,2203 0,4407
A1B3C3 11,426 11,615 11,615 11,5518 -0,1259 0,0630 0,0630
A2B1C1 11,048 11,237 11,331 commit to user
11,2055 -0,1574 0,0315 0,1259

IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10. (lanjutan) Residual nilai hambat panas

Interaksi nilai kalor Rata-rata Residual


A2B2C1 11,520 12,181 11,331 11,6777 -0,1574 0,5036 -0,3462
A2B3C1 11,804 11,615 11,709 11,7092 0,0944 -0,0944 0,0000
A2B1C2 11,331 11,804 11,804 11,6462 -0,3148 0,1574 0,1574
A2B2C2 11,331 11,804 11,804 11,6462 -0,3148 0,1574 0,1574
A2B3C2 13,503 13,031 12,842 13,1256 0,3777 -0,0944 -0,2833
A2B1C3 11,615 11,615 11,615 11,6147 0,0000 0,0000 0,0000
A2B2C3 11,520 10,670 10,482 10,8908 0,6295 -0,2203 -0,4092
A2B3C3 11,709 11,048 12,181 11,6462 0,0630 -0,5980 0,5351

Gambar 4.4 Hasil plot residual data hambat panas

Berdasarkan Gambar 4.4. terlihat bahwa nilai-nilai pada residual tersebar


merata dan tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa
data hasil eksperimen memenuhi syarat independensi.

4.2.5. Pengujian anova


Pengujian analisis varian dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor
yang diteliti secara interaksi maupun independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel respon tersebut.
Prosedur pengujian anava diperlihatkan sebagaimana pembahasan dibawah ini.
Adapun hipotesis nol yang diajukan dalam analisi variansi adalah:
commit to user

IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. H01  A2 = 0, tidak ada pengaruh faktor kertas terhadap nilai hambat panas

H1  A2  0, ada pengaruh faktor kertas terhadap hambat panas panel.

2. H02  B2 = 0, tidak ada pengaruh faktor perekat terhadap hambat panas panel.

H1  B2  0, ada pengaruh faktor perekat terhadap hambat panas panel.

3. H03  C2 = 0, tidak ada pengaruh faktor campuran terhadap hambat panas panel

H1  C2  0, ada pengaruh faktor campuran terhadap hambat panas panel.


2
4. H04  AB = 0, tidak ada pengaruh interaksi faktor kertas dan perekat terhadap
hambat panas panel.
2
H1  AB  0, ada pengaruh interaksi faktor kertas dan perekat terhadap hambat
panas panel.
2
5. H05  AC = 0, tidak ada pengaruh interaksi faktor kertas dan campuran terhadap

hambat panas panel.


2
H1  AC  0, ada pengaruh interaksi faktor kertas dan campuran terhadap
hambat panas panel.
2
6. H06  ABC = 0, tidak ada pengaruh interaksi faktor kertas, perekat dan

campuran terhadap hambat panas panel


2
H1  ABC  0, ada pengaruh interaksi faktor kertas, perekat dan campuran
terhadap hambat panas panel
Model matematik yang dipakai dalam analisis ini, adalah:
Yijk= +Ai+Bj+Ck+ABij+ACik+BCjk+ABCijk+m(ijk)
Keterangan:
Yijk = Menyatakan hasil pengamatan terhadap hasil karena pengaruh faktor
bersama antara taraf ke i faktor jenis kertas, taraf ke j faktor jenis perekat,
dan taraf ke k faktor jenis campuran.
Ai = Pengaruh faktor kertas ke i, dengan i=1,2
Bj = Pengaruh faktor perekat ke j, dengan j= 1,2,3
Ck = Pengaruh faktor jenis campuran ke k, dengan k= 1,2,3
ABij = Pengaruh interaksi faktor kertas ke i dan faktor perekat ke j, dengan i= 1,
2 dan j= 1, 2, 3
ACik = Pengaruh interaksi faktor kertas ke i dan faktor jenis campuran k,
dengan i = 1, 2 dan k = 1, 2, 3
BCjk = Pengaruh interaksi faktor perekat ke j dan faktor jenis campuran k,
dengan j= 1,2,3 dan k= 1,2,3commit to user
m(ijk) = Efek sebenarnya dari unit eksperimen ke 1 dalam perlakuan (ijk)

IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk


perhitungan Anova. Prosedur perhitungan nilai-nilai tersebut dijelaskan oleh
pembahasan di bawah ini. Adapun data yang digunakan adalah data eksperimen nilai
hambat panas. Sedangkan pengolahan data seperti tabel 4.11.
Tabel 4.11. Anova untuk nilai hambat panas (°C/W)

Kertas HVS(A1) Kertas Buram/Koran(A2)

Tanpa Lem Tanpa Lem Putih


Perekat Kanji Putih(PVAc) Perekat Kanji (PVAc)
(B1) (B2) (B3) (B1) (B2) (B3) Total

11,331 12,370 10.765 11.048 11,520 11,804


Tanpa Campuran (C1) 10,670 11,709 10.670 11.237 12,181 11,615
11,520 12,653 10.576 11.331 11,331 11,709
Jumlah 33,522 36,733 32.011 33.617 35,033 35,127 206.043
10,954 12,465 11.520 11,331 11,048 13,503
Sekam Padi (C2) 11,048 12,748 11.615 11,804 10,954 13,031
11,898 12,181 11.426 11,804 11,615 12,842
Jumlah 33,900 37,394 34.561 34,939 33,617 39,377 213,787
9,915 11,331 11.426 11,615 11,520 11,709
Sabut Kelapa (C3) 10,387 11,331 11.615 11,615 10,670 11,048
10,954 11,992 11.615 11,615 10,482 12,181
Jumlah 31,256 34,655 34.655 34,844 32,672 34,939 203,022
Total 98,678 108,782 101.228 103.399 101,322 109,443 622,380

Contoh uji analisis variansi dengan rumus manual untuk mengetahui pengaruh
interaksi antara faktor kertas dan perekat(AC) adalah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah kuadrat (SS) semua nilai pengamatan (  x 2 ):

A B C D
 X 2   X i2   X 2j   X 2k   X l2
i 1 j 1 k 1 l 1

= (11,33)2 + (10,67)2 + ...+ (12,18)2


= 7209,34
b) Menghitung jumlah kuadrat (SS) untuk rata-rata (Rx)
2
 A A A A 
  Xi +  Xj +  Xk   Xm
Rx =  i 1 j1 k 1 m 1 
 n

commit to user

IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rx = (11,33+10,67+…+12,18)²/54
Rx = 7184,15
c) Menghitung jumlah kuadrat total(SS total)
SStotal = x 2 - Rx
= 7209,34 – 7184,15
= 25,19
d) Menghitung jumlah kuadrat interaksi (SS treatment)
33,52 2  33,90 2  .........  34,94 2
SStreat=  7184,15
3
= 20,37
e) Menghitung jumlah kuadrat tingkat kesalahan (SSerror)
SSerror = SStotal - SStreatment
= 25,19 – 20,37
= 4,82
f) Menghitung variasi sampel (MSerror)
MSerror = SSerror/dferror
4,82
=
36
= 0,13
g) Memecah data hasil pengamatan dan susun dalam bentuk tabel 4.12.
Tabel 4.12. Anova untuk nilai hambat panas pada faktor jenis kertas (°C/W)
` HVS Buram jumlah
Tanpa perekat 98,68 103,40 202,08
Kanji 108,78 101,32 210,10
Lem Putih (PVAc) 101,23 109,44 211
Jumlah 308,69 314,16

Menghitung jumlah kuadrat antara sel AxB (SSAB)


2
A B S ij
SS AB   
i 1 j 1 ntiap sel

98,68 2  108,78 2  .......  109,44 2


SSAB =  7184,15
9

SSAB = 10,64

commit to user

IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

h) Menghitung jumlah kuadrat dari jumlah setiap sel A (Ax)


Ax = (308,692 +314,162)/27 – 7184,15
Ax = 0,55
i) Menghitung jumlah kuadrat dari jumlah setiap sel B (Bx)
Bx = (202,082 +210,102+2112)/18 – 7173,26
Bx = 2,56
j) Menghitung nilai interaksi (ABx)
ABx = SSAB – Ax –Bx
= 10,64 – 0,55 – 2,56
= 7,52
k) Menghitung variansi AB (MSAB)

MSAB = ABx/df
= 7,52/2
= 3,76
l) Menghitung nilai rasio F untuk interaksi AB
Fratio = MSAB/MSerror
= 3,76/0,13
= 28,12
m) Membandingkan hasil perhitungan dengan F tabel
Keputusan terhadap hipotesis nol didasarkan pada nilai FHitung, yakni hipotesis nol
(H0) ditolak jika FHitung > FTabel dan diterima jika FHitung < FTabel, diperoleh dari
tabel distribusi F kumulatif, dengan df1 = df yang bersangkutan dan df2 = dferror.
Perhitungan FTabel dengan menggunakan Microsoft excel dengan rumus
=FINV(probability, df1, df2)
Berdasarkan tabel distribusi untuk α = 0,05 dan df1=2, df2= 36 diperoleh Ftabel
= 3,25. Karena FHitung > FTabel, maka Ho ditolak dan disimpulkan bahwa ada pengaruh
interaksi faktor kertas dan perekat.
Untuk melakukan uji analisis variansi secara lengkap digunakan alat software
statistika. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13.

commit to user

IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.13. Hasil perhitungan Anova


Sumber Variansi df SS MS F Hitung F Tabel H0

Jenis Kertas (A) 1 0,5500 0,5500 3,929 4,113 Terima


Jenis Perekat (B) 2 2,5636 1,2818 9,156 3,259 Tolak
Campuran (C) 2 3,4206 1,7103 12,216 3,259 Tolak
Interaksi A x B 2 7,5136 3,7568 26,834 3,259 Tolak
Interaksi A x C 2 0,0087 0,0044 0,031 3,259 Terima
Interaksi B x C 4 3,0476 0,7619 5,442 2,634 Tolak
Interaksi A x B x C 4 3,2288 0,8072 5,766 2,634 Tolak
Error 36 0,133157
Total 53

Berdasarkan Tabel 4.13, untuk memutuskan diterima atau ditolaknya H0


adalah dengan melihat nilai-nilai pada kolom P (probability). Nilai P tersebut
menyatakan besarnya peluang menolak H0 padahal H0 benar. Apabila nilai
signifikansi 0,000 berarti α sangat kecil, maka peluang H0 ditolak karena H0 memang
tidak benar menjadi besar, sehingga keputusan yang diambil adalah menolak H0.
Penggunaan FHitung memberikan kesimpulan tentang hasil uji hipotesis analisis
variansi. Keputusan yang diambil terhadap hasil analisis variansi data eksperimen
untuk konduktivitas panas, yaitu
1. Ditinjau dari faktor jenis kertas (faktor A), nilai FHitung < FTabel, sehingga terima
H0 dan simpulkan bahwa pengaruh jenis kertas terhadap hambat panas yang
dihasilkan tidak berbeda secara signifikan untuk setiap level yang diuji.
2. Ditinjau dari faktor jenis perekat (faktor B), nilai FHitung > FTabel, sehingga tolak
H0 dan simpulkan bahwa pengaruh jenis perekat terhadap hambat panas yang
dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang diuji.
3. Ditinjau dari faktor jenis campuran (faktor C), nilai FHitung > FTabel, sehingga
tolak H0 dan simpulkan bahwa pengaruh jenis campuran terhadap hambat panas
yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang diuji.
4. Ditinjau dari interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A) dan jenis perekat
(faktor B), nilai FHitung > FTabel, sehingga tolak H0 dan simpulkan bahwa pengaruh
interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A) dan jenis perekat (faktor B) terhadap
hambat panas yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang
diuji.
5. Ditinjau dari interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A) dan jenis campuran
commit
(faktor C), nilai FHitung < FTabel to user terima H0 dan simpulkan bahwa
, sehingga

IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengaruh interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A) dan jenis campuran (faktor
C) terhadap hambat panas yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan untuk
setiap level yang diuji.
6. Ditinjau dari interaksi antara faktor jenis perekat (faktor B) dan jenis campuran
(faktor C), nilai FHitung > FTabel, sehingga tolak H0 dan simpulkan bahwa pengaruh
interaksi antara faktor jenis perekat (faktor B) dan jenis campuran (faktor C)
terhadap hambat panas yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap
level yang diuji.
7. Ditinjau dari interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A), jenis perekat (faktor
B), dan jenis campuran (faktor C), nilai FHitung > FTabel, sehingga tolak H0 dan
simpulkan bahwa pengaruh interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A), jenis
perekat (faktor B) dan jenis campuran (faktor C) terhadap hambat panas yang
dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang diuji.

4.2.6. Uji pembanding berganda


Pengujian ini dilakukan apabila terdapat perbedaan yang signifikan antar level
faktor, blok, atau interaksi faktor-faktor. Uji pembanding ganda bertujuan untuk
menjawab manakah dari rata-rata taraf perlakuan yang berbeda atau untuk melihat
pada level mana terdapat perbedaan dari suatu faktor yang dinyatakan berpengaruh
signifikan oleh uji Anova. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada lampiran.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa:
1. Faktor utama
a. Perekat (B)
Pada faktor perekat yang memberikan hambat panas terbaik pada perekat
PVAc (b3).
b. Campuran (C)
Pada faktor campuran yang memberikan hambat panas terbaik pada campuran
sekam padi (c2).
2. Interaksi dua faktor
a. Interaksi antara kertas dan perekat (AxB) yang memberikan nilai hambat
panas terbaik pada kertas buram (a2)dan perekat PVAc (b3).
commit to user

IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Interaksi antara perekat dan campuran (BxC) yang memberikannilai hambat


panas terbaik pada perekat PVAc (b3) dan campuran sekam padi (c2).
3. Interaksi tiga faktor
Interaksi antara kertas, perekat dan campuran (AxBxC) yang memberikan
nilai hambat panas terbesar pada kertas buram (a2), perekat PVAc (b3) dan campuran

sekam padi (c2).

commit to user

IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang analisis hasil penelitian yang telah
dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis hasil tersebut diuraikan
dalam sub bab dibawah ini.

5.1. Analisis Bahan Panel Komposit Limbah Kertas Berdasarkan Hambat


Panas Komposit
Analisis mengenai bahan panel komposit limbah kertas dilakukan untuk
memberikan gambaran mengenai karakteristik dan kemampuan dari masing-masing
bahan panel komposit yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan hasil
perhitungan hambat panas.
5.1.1. Pengaruh Jenis Kertas
Pada penelitian ini panel komposit di desain dengan variasi jenis kertas
HVS dan kertas buram. Komposisi panel komposit keseluruhan dibuat dengan
menggunakan kertas tanpa pencampur dan perekat. Pada perhitungan selanjutnya (uji
tukey) menunjukkan hasil bahwa panel komposit dengan variasi kertas HVS dan
buram, panel komposit yang memiliki nilai hambat panas tertinggi/terbaik yaitu panel
komposit dengan variasi kertas buram dengan nilai hambatan panas sebesar
11,63 °C/W. Panel komposit dengan variasi kertas HVS nilai hambat panasnya
sebesar 11,43 °C/W.
Komposisi kimia dari kertas, salah satunya adalah selulosa. Serat selulosa
mempunyai beberapa fungsi, yaitu mengurangi panas ruangan, meredam bising,
menahan dingin, tidak merambatkan api atau panas (pada umumnya bahan insulasi)
(Transaksi Property, 2006). Nilai konduktivitas suatu bahan dipengaruhi oleh
kerapatan pori atau ukuran pori-pori dari sempel uji. Semakin kecil nilai
konduktivitas termal suatu bahan menunjukkan semakin kecil pula kemampuan
bahan tersebut menghantarkan panas, akan tetapi semakin besar benda uji sebagai
penyimpan kalor. Maka dengan menurunnya nilai konduktivitas termal bahan ini bisa
juga digunakan sebagai material penyimpan energi (Mardiyanti, 2010).

commit to user

V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari hasil perhitungan hambat panas diketahui bahwa kertas buram memiliki
keunggulan sebagai penghambat panas dibanding kertas HVS, karena kertas HVS
memiliki struktur serat yang lebih panjang dan lebih banyak dibanding kertas buram
yang menjadikan kertas HVS memiliki kerapatan pori yg lebih besar, sehingga yang
dapat digunakan sebagai material penyimpan energi/ kalor yang lebih besar adalah
kertas buram.

Gambar 5.1. Pengaruh jenis kertas terhadap hambat panas

5.1.2. Pengaruh jenis perekat


Pada penelitian ini panel komposit di desain dengan variasi jenis perekat
lem kanji dan PVAc/lem kanji. Pada perhitungan selanjutnya (uji tukey)
menunjukkan hasil bahwa panel komposit dengan variasi perekat lem kanji dan
PVAc/lem kanji, panel komposit yang memiliki nilai hambat panas tertinggi/terbaik
yaitu panel komposit dengan variasi perekat PVAc/lem kanji dengan nilai hambatan
panas sebesar 11,70 °C/W.
Lem putih/ PVAc adalah polimer karet sintetis. Untuk kayu lem putih/
PVAc paling bagus karena mengandung bahan selulosa yang lebih homogen dengan
kayu karena bisa masuk ke pori-pori (Estate, 2008), dimana kertas sendiri terbuat dari
serat tumbuhan, pada saat ini kertas dibuat dari kulit kayu. Dari pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa lem putih/ PVAc memiliki sifat menghambat panas karena
mengandung bahan selulosa Selain itu perekat lem putih/ PVAc digunakan sebagai
bahan penguat panel komposit. Penambahan perekat pada penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh perekat terhadap hambatan panas.

commit to user

V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.2. Pengaruh jenis perekat terhadap hambat panas

5.1.3. Pengaruh jenis campuran


Pada penelitian ini panel komposit di desain dengan variasi jenis campuran
sekam padi dan sabut kelapa. Pada perhitungan selanjutnya (uji tukey) menunjukkan
hasil bahwa panel komposit dengan variasi campuran sekam padi dan sabut kelapa,
panel komposit yang memiliki nilai hambat panas tertinggi/terbaik yaitu panel
komposit dengan variasi sekam padi dengan nilai hambatan panas sebesar
11,88 °C/W.
Sesuai penggunaannya sekam padi sering dipakai bahan pelindung untuk
mengimpan es, artinya sekam padi merupakan bahan hambat panas yang baik
(Ngafwan, 2006). Komponen utama sekam padi adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin.
Pada penelitian (Fahmi) 2008 menyatakan bahwa panel komposit lapis
tunggal dari bahan campuran abu sekam padi dan larutan sodium silikat merupakan
terobosan baru dalam mencari alternatif baru bahan penyerap bising karena memiliki
porositas tinggi. Berdasarkan hasil pengujian konduktivitas termal panel komposit
dengan variasi kertas HVS dan buram dengan campuran sekam padi dan sabut
kelapa, yang memiliki hambatan panas tebaik adalah panel komposit limbah kertas
buram dengan campuran sekam padi. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
sekam padi memiliki porositas (pori) yang tinggi dan berongga, sebagai bahan
campuran pada kertas buram yang memiliki hambatan panas yang baik semakin
meningkatkan porositasnya.

commit to user

V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.3. Pengaruh jenis campuran terhadap hambat panas

5.1.4. Pengaruh Jenis Kertas dan Jenis Campuran


Pada penelitian ini panel komposit di desain dengan variasi jenis kertas dan
pencampur berupa sekam padi dan sabut kelapa. Komposisi panel komposit pada
penelitian ini adalah 80% kertas dan 20% campuran. . Pada perhitungan selanjutnya
(uji tukey) menunjukkan hasil bahwa panel komposit dengan variasi kertas HVS dan
buram, panel komposit yang memiliki nilai hambat panas tertinggi atau terbaik yaitu
panel komposit dengan variasi kertas buram dan campuran sekam padi dengan nilai
hambatan panas sebesar 11,99 °C/W.
Sesuai penggunaannya sekam padi sering dipakai bahan pelindung untuk
mengimpan es, artinya sekam padi merupakan bahan hambat panas yang baik
(Ngafwan, 2006). Komponen utama sekam padi adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin.
Pada penelitian (Fahmi) 2008 menyatakan bahwa panel komposit lapis
tunggal dari bahan campuran abu sekam padi dan larutan sodium silikat merupakan
terobosan baru dalam mencari alternatif baru bahan penyerap bising karena memiliki
porositas tinggi. Berdasarkan hasil pengujian konduktivitas termal panel komposit
dengan variasi kertas HVS dan buram dengan campuran sekam padi dan sabut
kelapa, yang memiliki hambatan panas tebaik adalah panel komposit limbah kertas
buram dengan campuran sekam padi. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
sekam padi memiliki porositas (pori) yang tinggi dan berongga, sebagai bahan
campuran pada kertas buram yang memiliki hambatan panas yang baik semakin
meningkatkan porositasnya. commit to user

V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.4. Pengaruh jenis kertas dan campuran terhadap hambat panas

5.1.5. Pengaruh Jenis Kertas dan Jenis Perekat


Pada penelitian ini panel komposit di desain dengan variasi jenis kertas dan
perekat berupa lem kanji dan lem putih/ PVAc. Komposisi panel komposit pada
penelitian ini adalah 100% kertas dan perekat sebanyak 5% dari komposisi/ massa
kertas.
Pada perhitungan selanjutnya (uji tukey) menunjukkan hasil bahwa panel
komposit dengan variasi kertas HVS dan buram yang memiliki nilai hambat panas
tertinggi atau terbaik adalah panel komposit dengan variasi kertas buram dan perekat
lem putih/ PVAc dengan nilai hambatan panas sebesar 12,16 °C/W. Pada panel
komposit dengan variasi kertas buram dan perekat lem kanji nilai hambatan panas
sebesar 11,68 °C/W. Sedangkan panel komposit dengan variasi kertas HVS dan
perekat lem kanji memiliki nilai hambat panas yang sama yaitu sebesar 12,24°C/W.
Lem putih/ PVAc adalah polimer karet sintetis. Untuk kayu lem putih/
PVAc paling bagus karena mengandung bahan selulosa yang lebih homogen dengan
kayu karena bisa masuk ke pori-pori (Estate, 2008), dimana kertas sendiri terbuat dari
serat tumbuhan, pada saat ini kertas dibuat dari kulit kayu. Dari pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa lem putih/ PVAc memiliki sifat menghambat panas karena
mengandung bahan selulosa Selain itu perekat lem putih/ PVAc digunakan sebagai
bahan penguat panel komposit. Penambahan perekat pada penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh perekat terhadap hambatan panas.

commit to user

V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.5. Pengaruh jenis kertas dan perekat terhadap hambat panas

5.1.6. Pengaruh Jenis perekat dan campuran


Pada penelitian ini panel komposit di desain dengan variasi jenis perekat
dan pencampur. Pada perhitungan selanjutnya (uji tukey) menunjukkan hasil bahwa
panel komposit dengan variasi perekat PVAc/ lem putih dan campuran sekam padi
memiliki nilai hambat panas tertinggi atau terbaik dengan nilai hambatan panas
sebesar 12,32 °C/W.

Gambar 5.6. Pengaruh jenis perekat dan campuran terhadap hambat panas

5.1.7. Pengaruh Jenis Kertas, Perekat dan Campuran


Pada penelitian ini panel komposit didesain dengan variasi jenis kertas HVS
dan buram, perekat lem kanji dan lem putih/ PVAc, dan campuran sekam padi dan
sabut kelapa. Komposisi panel komposit pada penelitian ini adalah 80% kertas, 20%
campuran dan perekat 5% dari komposisi/ massa kertas dan campuran.
Pada perhitungan selanjutnya (uji tukey) menunjukkan hasil bahwa panel
commit to user
komposit dengan variasi kertas, perekat dan campuran, panel komposit yang memiliki

V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

nilai hambat panas tertinggi atau optimal adalah panel komposit dengan variasi kertas
buram dengan perekat lem putih/ PVAc dan campuran sekam padi dengan nilai
hambatan panas sebesar 13,13 °C/W. Pada variasi kertas buram dengan perekat lem
putih/ PVAc dan campuran sabut kelapa dengan nilai hambatan panas sebesar
11,65 °C/W, sedangkan variasi kertas buram dengan perekat lem kanji dan campuran
sekam padi nilai hambat panas sebesar 11,21 °C/W dan variasi kertas buram dengan
perekat lem kanji dan campuran sabut dengan nilai hambatan panas sebesar 10,89
°C/W. Pada variasi kertas HVS dengan perekat lem putih/ PVAc dan campuran
sekam padi dengan nilai hambatan panas sebesar 11,52 °C/W dan variasi kertas HVS
dengan perekat lem putih/ PVAc dan campuran sabut kelapa dengan nilai hambatan
panas sebesar 11,55 °C/W sedangkan variasi kertas HVS dengan perekat lem kanji
dan campuran sekam padi dengan nilai hambatan panas sebesar 12,46 °C/W dan
variasi kertas HVS dengan perekat lem kanji dan campuran sabut dengan nilai
hambatan panas sebesar 11,55 °C/W. Terlihat bahwa hambat panas pada kertas
buram dengan perekat lem putih dan campuran sekam padi adalah yang terbaik.

Gambar 5.7. Pengaruh jenis kertas, perekat dan campuran terhadap hambat panas

Hasil penelitian panel komposit ini masih dalam bentuk core, sehingga
belum dapat diaplikasikan sebagai penyekat ruangan. Akan tetapi dapat diaplikasikan
sebagai modul atau pelapis dinding ruangan. Core merupakan bagian dari sandwich,
sementara sandwich itu sendiri terdiri dari core dan skin. Dalam aplikasi penyekat
dinding core hasil penelitian ini dikembangkan sebagai komposit sandwich dengan
menambahkan skin sebagai kekuatan.

commit to user

V-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dilihat dari nilai tertinggi yaitu variasi kertas,perekat lem putih/ PVAc dan
campuran sekam padi memiliki nilai hambat panas sebesar 13,13°C/W. Diketahui
bahwa sekam padi memiliki porositas (pori) yang tinggi dan berongga, sebagai bahan
campuran pada kertas buram yang memiliki hambatan panas yang baik semakin
meningkatkan porositasnya dan PVAc mengandung bahan selulosa yang lebih
homogen sehingga dapat masuk ke poro-pori. Dengan fungsinya yang dapat
menghambat panas dengan baik, panel komposit ini dapat diaplikasikan sebagai
pelapis dinding auditorium, pelapis dinding ruang perkantoran, pelapis dinding ruang
produksi.
Nilai hambat panas baik berikutnya yaitu variasi kertas HVS, perekat kanji,
dan campuran sekam padi, dan juga variasi kertas HVS, perekat kanji dan tanpa
campuran yang memiliki nilai yang sama yaitu 12,46°C/W. Perekat kanji mempunyai
kemampuan untuk mengurangi kemampuan kertas menghisap bahan-bahan cair dan
bahan kanji juga untuk meningkatkan kekuatan kertas (www.lapis.or.id), lem kanji
juga sukar larut dalam air kerena kental namun tahan tempa/ tekanan sehingga pada
saat proses pengepresan semua lem tetap berada di dalam komposit dan mengikat
kertas (Fajriani, 2010). Dari sifat lem kanji tersebut, pada panel komposit ini
memiliki kelebihan lain yaitu kekuatannya. Dengan tambahan fungsi kekuatan, panel
komposit ini dapat juga diaplikasikan sebagai pelapis dinding pada perumahan dan
juga pelapis dinding ruang perkuliahan.
Nilai hambat panas yg baik berikutnya adalah variasi kertas buram, perekat
PVAc, tanpa campuran dengan nilai hambat panas sebesar 11,71°C/W dan variasi
kertas buram, perekat kanji, tanpa campuran dengan nilai hambat panas 11,68°C/W.
Panel komposit ini dapat juga diaplikasikan sebagai pelapis dinding pada perumahan,
perkantoran dan juga pelapis dinding ruang perkuliahan.
Variasi kertas buram, perekat lem putih, campuran sabut kelapa dengan nilai
hambat panas sebesar 11,65°C/W. Sabut memiliki beberapa sifat yaitu tahan lama,
kuat terhadap gesekan dan tudak mudah patah (Ulfah, 2006). Selain itu sabut kelapa
juga memiliki kelebihan yaitu memberikan insulasi yang sangat baik terhadap suhu
dan suara, liat dan tahan lama (www.rumahsabut.com), sehingga.panel komposit ini
dapat diaplikasikan sebagai interior kereta api dan interior mobil.
commit to user

V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.2. Analisis Panel Komposit Berdasarkan Hasil Uji Anova.


5.2.1. Faktor Jenis Kertas
Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis kertas memiliki nilai
FHitung sebesar 3,929 dengan FTabel sebesar 4,113, sehingga dapat diketahui bahwa
nilai FHitung < FTabel maka pengaruh jenis kertas terhadap hambat panas yang
dihasilkan tidak berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji sehingga
terima H0 dan disimpulkan bahwa faktor jenis kertas tidak berpengaruh signifikan
terhadap hambat panas.

5.2.2. Faktor Jenis Perekat


Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis kertas memiliki nilai
FHitung sebesar 9,156 dengan FTabel sebesar 3,259, sehingga dapat diketahui bahwa
nilai FHitung > FTabel maka pengaruh jenis perekat terhadap hambat panas yang
dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji sehingga tolak H0
dan disimpulkan bahwa faktor jenis perekat berpengaruh signifikan terhadap hambat
panas.

5.2.3. Faktor Jenis Campuran


Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis campuran memiliki
nilai FHitung sebesar 12,216 dengan FTabel sebesar 3,259, sehingga dapat diketahui
bahwa nilai FHitung > FTabel maka pengaruh jenis campuran terhadap hambat panas
yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji sehingga
terima H0 dan disimpulkan bahwa faktor jenis campuran berpengaruh signifikan
terhadap hambat panas.

5.2.4. Faktor Jenis Kertas dan Perekat


Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis kertas dan perekat
memiliki nilai FHitung sebesar 26,834 dengan FTabel sebesar3,259, sehingga dapat
diketahui bahwa nilai FHitung > FTabel maka pengaruh jenis kertas dan perekat terhadap
hambat panas yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji
sehingga terima H0 dan disimpulkan bahwa faktor jenis kertas dan perekat
berpengaruh signifikan terhadap hambat panas.
commit to user

V-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.2.5. Faktor Jenis Kertas dan Campuran


Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis kertas dan campuran
memiliki nilai FHitung sebesar 0,031 dengan FTabel sebesar 3,259, sehingga dapat
diketahui bahwa nilai FHitung < FTabel maka pengaruh jenis kertas terhadap hambat
panas yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji
sehingga terima H0 dan disimpulkan bahwa faktor jenis kertas dan campuran tidak
berpengaruh signifikan terhadap hambat panas.

5.2.6. Faktor Jenis Perekat dan Campuran


Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis perekat dan campuran
memiliki nilai FHitung sebesar 5,442 dengan FTabel sebesar 2,634, sehingga dapat
diketahui bahwa nilai FHitung > FTabel maka pengaruh jenis perekat dan terhadap
hambat panas yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji
sehingga terima H0 dan disimpulkan bahwa faktor jenis kertas dan perekat
berpengaruh signifikan terhadap hambat panas.

5.2.7. Faktor Jenis Kertas, Perekat dan Campuran


Berdasarkan hasil pengujian anova untuk faktor jenis kertas, perekat, dan
campuran memiliki nilai FHitung sebesar 5,766 dengan FTabel sebesar 2,634, sehingga
dapat diketahui bahwa nilai FHitung > FTabel maka pengaruh jenis kertas terhadap
hambat panas yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang di uji
sehingga terima H0 dan disimpulkan bahwa faktor jenis kertas, perekat dan campuran
berpengaruh signifikan terhadap hambat panas.

commit to user

V-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Komposisi bahan yang memberikan nilai hambat panas terbaik atau memberikan
temperatur yang paling nyaman adalah kombinasi kertas buram 80%, pencampur
sekam padi 20% dan perekat lem putih/ PVAc 5% dari massa kertas dan
campuran, dengan nilai hambatan panas tertinggi yaitu sebesar 13,13°C/W.
2. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai hambat panas panel komposit
adalah jenis perekat, jenis campuran, interaksi jenis kertas dan jenis perekat,
interaksi jenis perekat dan jenis campuran, dan interaksi antara kertas, perekat dan
campuran.

6.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian
mengenai komposit sandwich dengan menambahkan skin pada core komposit hambat
panas sehingga akan diperoleh produk yang lebih aplikatif, misalnya: penyekat
ruangan, bahan baku mebel, dan lain-lain.

commit to user

VI-1

Anda mungkin juga menyukai