id
Skripsi
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terbatas, memiliki peranan penting untuk dikembangkan. Pemanfaatan limbah kertas saat
ini terbatas untuk menghasilkan produk-produk kertas daur ulang, pengganti media
tanam, dan barang-barang kerajinan. Padahal jika dilihat dari komponen penyusunnya,
kertas merupakan limbah yang sangat berharga karena terdiri dari sebagian besar
selulosa. Kertas (HVS dan karton/koran) bersifat hidrofilik selulosa sehingga mudah
menyerap cairan, gas, uap air, udara, dan temperatur (Nurminah, 2002). Je Audible
Music (2009) menyatakan bahwa kertas dapat menurunkan suhu ruangan hingga
2–8oC.
Limbah Sabut kelapa dan sekam padi mempunyai struktur yang serupa yaitu
dapat sebagai material hambat panas. Produksi kelapa Indonesia saat ini mencapai
10.000 juta butir setiap tahun. Dari produksi yang tinggi tersebut akan dihasilkan
tidak kurang dari 3,85 juta ton sabut kelapa sebagai buangan (Stiadi, 1992).
Pemanfaatan kelapa baru sebatas kopra, derivasi produk belum maksimal. Hanya
beberapa daerah saja yang telah berhasil mengembangkan variasi produknya, seperti
Lampung, yang telah berhasil menjadi eksportir sabut atau tali tampar (tali sabut
kelapa). Disamping itu, sabut kelapa mempunyai kadar selulosa totalnya yang tinggi
(Stiadi, 1992).
Sekam padi merupakan bagian dari limbah padat buangan dari penggilingan
padi. Saat ini, pemanfaatan sekam padi masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap
menjadi limbah yang dapat mengganggu lingkungan. Sekitar 20% dari bobot padi
adalah berupa sekam (Hara, 1986). Pada tahun 2006, jumlah limbah sekam padi di
Indonesia mencapai 10,28 juta ton (Rahmarestia, 2006). Keberadaan limbah sekam
padi terkonsentrasi di penggilingan padi kecil (PPK), rice mill unit (RMU) dan
penggilingan padi besar (PPB). Namun di PPB, jumlah limbah sekam yang belum
dimanfaatkan mencapai 75% sehingga pengusaha pengggilingan mengalami kesulitan
dalam pemusnahannya. Pada saat ini pemanfaatan limbah sekam masih sebatas
sebagai bahan baku pada industri kimia dan bahan baku pada industri bangunan.
Sekam padi mempunyai beberapa keunggulan seperti tahan terhadap kelembaban,
tidak mudah terbakar, tidak mudah berjamur, tidak berbau, tidak membusuk dan
tahan lama, dengan mengoptimalkan keunikan bentuknya. Sekam tersebut dapat
direkayasa menjadi produk teknologi tinggi, seperti panel sebagai hambat panas
(Ngafwan, 2006). commit to user
I-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari pemanfaatan material limbah kertas bekas, sekam padi, dan sabut kelapa
yang masih terbatas/ pengelolaan yang minimal karena belum banyak dikembangkan
dengan pemanfaatan ketiga material limbah tersebut sebagai panel penghambat panas
maka nilai ekonomi dari material akan lebih meningkat dari sebelumnya. Untuk
menambah kekuatan sifat panel, bahan perekat yang digunakan adalah lem kanji dan
lem fox sebagai penguat dalam pembuatan panel hambat panas. Material utama
dalam penelitian ini adalah limbah kertas bekas, sedangkan sekam padi dan sabut
kelapa sebagai material kombinasi campurannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka material utama dan material pencampur
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan panel hambat panas yang dapat menjaga
kenyamanan lingkungan fisik kerja, selain itu material tersebut merupakan limbah
padat yang dapat di daur ulang (recycle), dan digunakan kembali dalam bentuk lain
(reuse) sehingga pemanfaatan limbah ini dapat mengurangi masalah dampak
lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan.
commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komposit
Menurut Lukkassein dan Meidell (2003), komposit adalah suatu material yang
terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran
yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material
pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit
yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material
pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material konvensional pada
umumnya dari proses pembuatannya melalui pencampuran yang tidak homogen,
sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan
dengan jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Komposit merupakan
sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan
matriks atau pengikat dengan penguat.
Definisi yang lain yaitu, komposit merupakan perpaduan dua material atau
lebih yang bergabung secara makro. Kekuatan komposit ditentukan oleh kemampuan
ikatan antara serat dan matrik. Permukaan serat yang digunakan merupakan penentu
kekuatan dari komposit. Serat yang mempunyai permukaan tidak teratur (kasar) lebih
efektif dari serat dengan permukaan yang halus. Permukaan serat yang tidak teratur
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga terbentuk ikatan yang kuat
antara matrik dan serat (Ayensu, 2000).
Pada dasarnya, bahan komposit merupakan bahan yang homogen yang dibuat
dengan cara penggabungan fisis (makro) antara dua atau lebih jenis material untuk
memperoleh karakteristik dan sifat tertentu yang diinginkan. Penggabungan material
ini dimaksudkan untuk menemukan atau mendapatkan material baru yang
mempunyai sifat antara (intermediate) material penyusunnya. Berbagai kemungkinan
bahan komposit yang dibuat dengan menggabungkan berbagai jenis bahan penyusun
ditunjukkan pada Gambar 2.1. (Lukkassen dan Meidell, 2003; Schwartz, 1984 dan
Kaw, 1997).
commit to user
II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam hal ini gabungan bahan ada dua macam (Jones, 1999):
1. Gabungan makro/fisis, dengan ciri-ciri:
a. Bisa dibedakan dengan cara melihat (dengan mata).
b. Penggabungan lebih secara fisis dan mekanis.
c. Bisa dipisahkan lagi secara fisis dan mekanis.
2. Gabungan mikro, dengan ciri-ciri:
a. Tidak bisa dibedakan dengan cara melihat (dengan mata).
b. Penggabungan ini lebih secara khemis.
c. Sulit dipisahkan, tetapi dapat dilakukan secara khemis.
Dengan mengacu pada prinsip dasar penggabungan tersebut di atas maka
bahan komposit didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari
campuran/ kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di
dalam bentuk atau komposit material yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
(Chung, 2002).
Secara prinsip, komposit dapat disusun dari berbagai kombinasi dua atau lebih
bahan, baik bahan logam, bahan organik, maupun bahan non organik. Namun
demikian, bentuk dari unsur-unsur pokok bahan komposit adalah fibers, particles,
commit to user
laminate or layers, flakes, fillers, dan matrix. Matrik sering disebut sebagai unsur
II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pokok bodi, karena sebagian besar terdiri dari matrik yang melingkupi komposit,
sedangkan fibers, particles, lamina or layers, flakes dan fillers dikenal dengan unsur
pokok struktur (Schwartz, 1984). Menurut Kaw (1997). Matrik bertugas mengikat
penguat agar tetap pada posisinya dan menjaga penguat dari pengaruh lingkungan
luar. Penguat serat umumnya memiliki panjang sekurang-kurangnya 100 kali
diameter atau lebarnya dengan panjang minimal 0,2 inchi.
II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tinggi kekuatan impaknya. Pada bahan komposit matrik tersebut memiliki beberapa
kegunaan yaitu memegang dan mempertahankan serat pada posisinya, memberikan
sifat tertentu misalnya, keliatan, kekerasan, sifat thermal dan elektrik serta saat
dikenai beban matrik harus mampu meneruskan dan mendistribusikan tegangan ke
serat.
3) Berat jenis tinggi
Material ini dikembangkan dalam format berkerut. Material dengan berat jenis
tinggi yang biasa digunakan untuk pembuatan core adalah alumunium, titanium dan
berbagai jenis polimer. Struktur material core akan mempengaruhi area kontak
interfasial antara skin dan core. Material dengan berat jenis tinggi biasanya
memberikan area kontak yang lebih kecil jika dibandingkan dengan material padat
yang memiliki berat jenis rendah. Pilihan struktur material core untuk merancang
komposit sandwich dapat disesuaikan dengan kondisi pemakaian (ASTM C 274-99,
1998).
Penggunaan core, seperti foam core sel tertutup memberikan kelebihan yang
berbeda dengan foam core sel terbuka. Kekuatan tekan spesifik foam core sel tertutup
lebih tinggi dibandingkan dengan foam core sel terbuka (ASTM C 274-99, 1998).
Banyak sekali pilihan jenis core yang bisa digunakan dalam komposit
sandwich, seperti kayu balsa, polyurethane foam (PUF), divinycell PVC dan struktur
honeycomb. Foam core seperti divinycell PVC telah banyak dipakai pada struktur
sandwich seperti pada dinding perahu layar, power boat, kapal pesial, bus, truk,
badan pesawat terbang dan pesawat luar angkasa.Core divinycell PVC, yang
diproduksi oleh DIAB Barracuda Technology, memiliki banyak varian sehingga bisa
dipilih jenis core yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Salah satu contohnya adalah
core divinycell PVC H 60, yang sifat-sifatnya ditunjukkan pada Tabel 2.1. Sifat-sifat
core sintesis berbeda dengan core kayu alam, dimana untuk mendapatkan core kayu
yang memiliki keseragaman kekuatan dan massa jenis sangat sulit (DIAB Barracuda
Technology dalam www.diagroup.com).
commit to user
II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2. Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku
berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (Sidharta
dkk, 2009). Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa
dan hemiselulosa (Anonim, 2001). Selulosa mempunyai sejumlah fungsi yaitu
mengurangi panas ruangan, meredam bising, menahan dingin, tidak merambatkan api
atau pana sehingga mencegah kebakaran. Umur selulosa dapat sama dengan umur
konstruksi yang ditempelinya.
Menurut Sunanasia (2008), penggolongan jenis dan nama kertas menurut
”Tappi” terdapat 12 jenis, yang mengacu pada TIP (technical information paper).
commit to user
II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Coated woodfree
Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp mekanis, tetapi
mempunyai lapisan coating pigmen baik dua sisi atau satu sisi. Di USA kertas ini
disebut No. 1-3 enamel (dimana kertas coated dengan brightness atau tingkat
kecerahan berkisar dari 88% sampai dengan 96%).
Di pasar lokal anda sering mendengar Art Paper dan Art Board yang
mempunyai lapisan coating dua sisi yang bisa berkisar antara 20 gr/m2 dan 35
gr/m2. Kertas C1S Label masuk dalam kategori ini dimana hanya mempunyai
lapisan coating disatu sisi. Gramatur kertas berkisar antara 70 gr/m2 dan 300
dr/m2. Art Paper umumnya mulai dari 70 gr/m2 samapai dengan 150 gr/m2,
sementara Art Board mulai dari 170 gr/m2 sampai dengan 300 gr/m2. Kegunaan
paling umum adalah untuk majalah, buku, cetak commercial dengan mutu yang
tinggi dan mahal karena brightness yang relatif tinggi dibanding kertas uncoated
groundwood.
5. Kraft paper
Kertas kraft, arti harfiahnya adalah kertas kuat, mempunyai 4 kegunaan
utama:
a. Kertas bungkus (wrapping) seperti untuk bungkus kertas plano, kertas
bungkus nasi dll.
b. Kantong (bag/sack) - seperti kantong belanja atau shopping bag,
c. Karung (shipping sack) - seperti karung atau kantong semen, dan
d. Berbagai fungsi converting. Gramatur berkisar antara 50 gr/m2 dan
134 gr/m2. Pulp kertas yang dipakai bisa melalui proses pemutihan atau
bleaching atau tidak. Bila tidak diputihkan maka berwarna coklat.
6. Bleached paperboard
Pulp kertas yang dipakai adalah beached sulfate dan kegunaan utama
adalah folding carton untuk membuat box, dan kertas karton susu atau juice.
Karena "bleach" maka warna kertas karon ini putih dan sekitar setengah jumlah
produksi adalah coated. Biasanya di pasar USA, kertas ini dipanggil dengan
nama SBS atau solid bleached board. Gramatur bervariasi mulai dari 200 gr/m2
sampai dengan 500 gr/m2. Golongan jenis kertas ini termasuk untuk membuat
commit
gelas kertas, piring kertas, karton to user
tebal cetak, tag stock (kertas karton untuk
II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gantungan, kartu komputer, file folders (map folio), dan kartu index (kartu index
nama). Dipasar lokal sering kita temukan sebagai C2S Board atau C1S Board
tergantung jumlah sisi yang mepunyai lapisan coating pigmen.
Dipasar lokal, sering anda temui Ivory Boars yang bisa dikategorikan
dalam jenis kertas ini. Namun sebetulnya sedikit berbeda karena dicampur
dengan pulp mekanis, jadi warna agak sedikit kekuningan bila dibanding SBS.
Ivory juga terdiri dari beberapa lapisan kertas yang digabung jadi satu, sementara
SBS hanya satu lapisan yang tebal saja. Tidak jarang anda mungkin mendengar
SBB atau solid bleached board yang bubur kertasnya adalah pulp kimia seperti
SBS tetapi mempunyai sususunan lapisan yang berlapis layaknya Ivory.
7. Unbleached paperboard
Kertas karton ini tidak diputihkan dengan bleaching dan diproduksi dari
virgin kraft (pulp kimia dengan serat non-recycle) atau neutral
sulfitesemichemical pulp (bubur kertas dengan proses semi-kimia sulfite yang
netral). Produk utama adalah linerboard, jenis kertas yang digunakan untuk
membuat corrugated containers (corrugated box yang biasanya berwarna
coklat). Berat gramatur umumnya 130 gr/m2 sampai dengan 450 g/m2.
Corrugating medium atau kertas medium juga masuk dalam kaetgori ini yang
dibuat dengan sebagian campuran kertas recycle.
8. Recycled paperboard
Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle atau daur ulang. Jenis
kertas ini meliputi rentang variasi kertas yang luas mulai dari kertas medium
untuk corrugated box, folding boxboard atau clay coated news back - anda
sering mendengar sebagai Duplex dan Triplex, setup boxboard - layaknya duplex
tetapi uncoated, and berbagai jenis kertas dan kertas karton. Juga gypsum liner -
kertas yang digunakas sebagai pelapis luar gypsum board, kertas untuk core tube
dan lain sebagainya.
9. MG Kraft specialties
Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin
dan seperti kaca (glaze) dimana kertas tersebut diproduksi diatas mesin yang
mepunyai silinder pengering/pemanas yang diametrnya sangat besar. Di pasar
commit
lokal anda sering mendengar kertas to user
Litho, Doorslag. Jenis kertas lainnya seperti
II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kertas dasar (base paper) untuk wax paper, kertas bungkus, carbonizing, dan
kraft specialties.
10. Tissue
Bubur kertas yang dipakai untuk tisu adalah pulp kimia yang di-bleach
dengan tambahan bisa 50 atau lebih pulp mekanis. Mayoritas kertas tisu
digunakan untuk produk sanitari seperti tisu gulung, towel, bathroom, napkins
dll. Gramatur mempunyai rentang dari 13 gr/m2 sampai dengan 75 gr/m2. Jenis
kertas ini diproduksi dengan sistim through air drie (TAD) atau mesin kertas
Yankee (silinder pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai wet
atau dry crepe operation.
11. Market pulp
Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas yang dibagi
jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp, dan proses pemutihan
atau bleaching. Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran, bal, dan gulungan.
12. Others
Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam
ke 11 golongan kertas diatas. Kurang dari 5% jumlah kertas dunia masuk dalam
kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya seperti kertas (hardboard),
asbestos board, kertas cigarette, condenser, kertas bible, glassine, kertas tahan
minyak, kertas release untuk sticker, dan kertas yang tersusun dari serat
tetumbuhan bukan pohon (sperti kertas serat pisang abaca dan lain-lain).
II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses dijadikan coir
fiber sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain PUK
BI).
Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid,
gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Salah satu produk yang dapat diolah dari
tanaman kelapa adalah sabut kelapa. Namun saat ini pemanfaatan sabut kelapa masih
kurang di kalangan masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pemahaman tentang
nilai ekonomi produk ini. Disisi lain teknologi dan informasi pasar tentang sabut
kelapa belum banyak diketahui oleh masyarakat. Produk primer dari pengolahan
sabut kelapa terdiri atas serat (serat panjang), bristle (serat halus dan pendek). dan
debu abut. Serat dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile, karpet, dan
produk-produk kerajinan/industri rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak
digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas (Rindengan dkk, 1995).
Sabut kelapa memiliki beberapa sifat yaitu tahan lama, kuat terhadap gesekan
dan tidak mudah patah, tahan terhadap air (tidak mudah membusuk) (Ulfa, 2006).
Selain itu, sabut kelapa juga mempunyai kelebihan dapat menahan kandungan air dan
potensial didayagunakan sebagai adsorben (penyerap) polutan logam berat yang
sangat berbahaya bagi manusia (anonim, 2009). Kelebihan serat sabut kelapa (coir
fiber) menurut Choir Institute yaitu 1) tahan terhadap jamur dan membusuk, 2)
memberikan insulasi yang sangat baik terhadap suhu dan suara, 3) tidak mudah
terbakar, 4) tidak terkena oleh kelembaban, 5) alot dan tahan lama, 6) resilient,
kembali pada bentuk semula bahkan setelah digunakan, 7) totally statis, 8) mudah
dibersihkan, 9) mampu menampung air 3 kali dari beratnya, 10) sabut 15 kali lebih
tahan lama dari pada kapas untuk rusak, 11) sabut 7 kali lebih tahan lama dari rami
untuk rusak, dan 12) sabut Geotextiles adalah 100% bio-degradable dan ramah
lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri Manado (1996) diketahui bahwa papan partikel yang dibuat
dari serbuk sabut kelapa dengan variasi kadar perekat pada berbagai kerapatan, yang
memenuhi standar JIS hanya sifat pengembangan tebalnya saja, sedangkan sifat
mekanisnya seperti keteguhan rekat dan keteguhan patah belum memenuhi standar.
Karakteristik sifat daya serap airnyacommit
sangat to user dengan sifat daya serap air papan
berbeda
II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5
kali beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap oli nilainya berkisar antara 2,5 sampai
4 kali dari beratnya. Berdasarkan sfat partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa
ini dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (sterofoam) sebagai bahan
pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar
dapat terdekomposisi secara alami.
Banyaknya pemanfaatan sebut kelapa tersebut karena produk olahan sabut
kelapa mudah dan murah, juga karena akibat semakin mahalnya pembuatan busa
sintetis, sehingga dicari alternatif pengganti busa. Selain itu produk olahan sabut
kelapa juga digunakan untuk bahan geoteks, pada lapangan golf, media tanaman,
produk pot bunga, dan lain-lain. Serabut kelapa atau serat dari buah kelapa (coir
fiber) merupakan serat yang unik, karena satu-satunya serat komersial yang berasal
dari buah dan mempunyai sifat yang unik pula, yaitu mempunyai sifat material yang
berguna untuk berbagai kegiatan maritim. Selain itu bahan ini cocok untuk atap,
hardboard, bahan penahan panas, dan sebagainya (Bhat). Menurut Eddy dan
Shinagawa (1982) kandungan kimia dalam sabut kelapa adalah sebagai berikut:
II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahan bakar. Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai
kalori 3.300 kkal/kg sekam. Proses penggilingan gabah akan menghasilkan 16-28%
sekam (Nugraha, 2006). Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung
beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Dengan komposisi kandungan kimia seperti tersebut pada tabel diatas, sekam
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya: (a) sebagai bahan baku
pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan baku pada
industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan
untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, huskboard, dan
campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energi panas pada berbagai
keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran
yang merata dan stabil (Nugraha. S dan Setiawati. J, 2006). Komponen utama sekam
ialah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Masalah yang sering dihadapi sekam padi
untuk menjadi pengisi yang baik ialah penyerapannya terhadap kelembapan. Tabel
2.10 menunjukkan kandungan kimia yang terdapat dalam sekam (Lauricio, 1987) dan
tabel 2.4 menunjukkan analisis sampel sekam padi dalam % (Grist, 1975).
commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.5. Perekat
2.5.1. Lem putih (PVAc)
Polivinil asetat (Polyvinyl acetate, PVA atau PVAc) atau lem putih adalah
suatu polimer karet sintetis. Polivinil asetat dibuat dari monomernya, vinil asetat
(vinyl acetate monomer, VAM). Senyawa ini ditemukan di Jerman oleh Dr. Flitz
Klatte pada 1912. Hidrolisis sempurna atau sebagian dari senyawa ini akan
commit to user
menghasilkan polivinil alkohol (PVOH). Rasio hasil hidrolisis ini berkisar antara
II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87% - 99% (Firmantyo, 2008). Sifat kimiawinya setelah kering akan transparan
sehingga berkesan tidak menimbulkan bekas. Lem ini cocok untuk merekatkan
kertas, kayu, bambu, rotan, dan kain. Tak heran banyak ditemui di tempat foto
copy.Untuk kayu lem PVAc paling bagus karena mengandung bahan semacam
selulosa yang lebih homogen dengan kayu karena bisa masuk ke pori-pori (Estate,
2008)
PVA dijual dalam bentuk emulsi di air, sebagai bahan perekat untuk bahan-
bahan berpori, khususnya kayu. PVA adalah lem kayu yang paling sering digunakan,
baik sebagai lem putih atau lem tukang kayu (lem kuning). Lem kuning tersebut juga
digunakan secara luas untuk mengelem bahan-bahan lain seperti kertas, kain, dan
rokok. PVA juga umum dipakai dalam percetakan buku karena fleksibilitasnya dan
tidak bersifat asam seperti banyak polimer lain. Lem Elmer adalah merk lem PVA
terkenal di Amerika Serikat.
PVA juga sering dijadikan kopolimer bersama akrilat (yang lebih mahal),
digunakan pada kertas dan cat. Kopolimer ini disebut vinil akrilat. PVA juga bisa
digunakan untuk melindungi keju dari jamur dan kelembapan. PVA bereaksi perlahan
dengan basa membentuk asam asetat sebagai hasil hidrolisis. Senyawa boron seperti
asam borat atau boraks akan terbentuk sebagai endapan.
II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai
sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan
amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada
tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan
cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen
perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Biasanya kanji
dijual dalam bentuk tepung serbuk berwarna putih yang dibuat dari ubi kayu sebelum
dicampurkan dengan air hangat untuk digunakan. Kanji juga digunakan sebagai
pengeras pakaian dengan menyemburkan larutan kanji cair ke atas pakaian sebelum
disetrika. Kanji juga digunakan sebagai bahan perekat atau lem (Anonim, 2010).
Lem kanji merupakan perekat nabati yang terpenting, dimana dapat dibuat
dengan cara yang paling sederhana yaitu mendidihkan tepung pati dengan air
(Fajriani, 2007). Kanji yang sudah dijadikan lem akan berubah dalam bentuk gel. Gel
adalah koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair). Penggunaan kanji sendiri
mempunyai beberapa karaketristik yang baik antara lain; viskositas rekat tinggi,
kejernihan tinggi, dan stabilitas pembekuan tinggi (Aris, 2007).
2.6. Temperatur
Suatu lingkungan yang nyaman adalah suatu keadaan yang membuat pekerja
tidak mengalami heat stress atau thermal stress (Ali Musyafa, 2000). Temperatur
pada tubuh manusia selalu tetap. suhu inti (core temperature) tubuh manusia sedikit
berfluktuasi di sekitar 370C pada otak, jantung, dan bagian dalam perut. Suhu inti ini
diperlukan agar alat-alat tubuh dapat berfungsi dengan normal. Sebaliknya lawan dari
core temperature adalah shell temperature yang terdapat di dalam otot, tangan, kaki,
dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tekanan Panas
Hilang panas
meningkat dengan Temperatur
konveksi dan Kulit naik
radiasi Cynope oleh
Ketidakmantapan karena panas
Dibatasi pembuluh peredaran darah
Pemindahan panas darah dan vasomotor Oedema
dari dalam ke pori-
pori
Kejang panas
Hilang panas oleh Kehilangan garam
penguapan Kehilangan panas
karena hilangnya
garam
Kelelahan panas
oleh karena
hilangnya cairan
Dibatasi pembuluh Kehilangan cairan
darah lebih lanjut Keringat berkurang Kelelahan panas
dan keluar keringat Kemampuan
berkeringat
menurun Temperatur dalam
naik
Pukulan panas
Berhenti
berkeringat
II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kelembaban nisbi udara antara 65% sampai 95% (Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002).
Temperatur tubuh manusia dipertahankan tetap stabil (homoeothermis) oleh
suatu sistem pengatur tubuh (thermoregulatory system). Temperatur tetap ini adalah
akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat
metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,
pengaruh dari berbagai bahan kimiawi, dan gangguan dari sistem pengatur panas.
II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan kalor dan konduktivitas termal
bahan (Wibowo, 2008).
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hukum percampuran panas juga
terjadi karena panas itu berpindah. Perpindahan tenaga panas terbagi dalam beberapa
golongan cara perpindahan:
1. Perpindahan panas konduksi atau hantaran
Perpindahan panas konduksi atau hantaran adalah perpindahan energi
dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah apabila terdapat
perbedaan temperatur atau temperatur gradien. Konduktivitas termal (k) adalah
sifat bahan dan menunjukan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan
luas jika gradien temperaturnya satu. Persamaan Fourier merupakan persamaan
dasar tentang konduktivitas termal, yang mana dengan persamaan tersebut dapat
dilakukan perhitungan dalam percobaan untuk menentukan konduktivitas termal
suatu benda (Miseno, 2009).
T
q k A
L ..........................................................................................(2-1)
Keterangan:
q : Laju perpindahan kalor konduksi (watt).
k : Konduktivitas (W/m°C).
A : Luas penampang ( m 2 ).
ΔT : Perbedaan temperatur (°C).
L : Tebal (m)
commit to user
II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
L
R
KA ...................................................................................................(2-2)
Keterangan :
A=luas penampang bahan (m²)
k= konduktivitas panas bahan (W/m°C)
L= tebal spesimen (m)
R = tahanan / hambatan termal (°C/W)
commit to user
II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Replikasi
Pengulangan eksperimen dasar yang bertujuan untuk menghasilkan taksiran yang
lebih akurat terhadap efek rata-rata suatu faktor ataupun terhadap kekeliruan
eksperimen.
5. Pengacakan (rendemisasi)
Merupakan sebuah upaya untuk memenuhi beberapa asumsi yang diambil dalam
suatu percobaan. Pengacakan berupaya untuk memenuhi syarat adanya
independensi yang sebenarnya hanya memperkecil adanya korelasi antar
pengamatan, menghilangkan “bias” dan memenuhi sifat probabilitas dalam
pengukuran.
6. Variabel respon (effect)
Disebut juga variabel tergantung, yaitu keluaran yang ingin diukur dalam
eksperimen.
7. Faktor (causes)
Disebut juga variabel bebas, variabel masukan atau faktor penyebab yang
nilainya akan diubah-ubah dalam eksperimen.
8. Taraf (Level)
Merupakan nilai-nilai atau kiasifikasi-kiasifikasi dan sebuah faktor. Taraf(level)
faktor dinyatakan dengan bilangan 1, 2, 3 dan seterusnya. Langkah-langkah
dalam setiap proyek eksperimen secara garis besar terdiri atas tiga tahapan, yaitu
planning phase, design phase dan analysis phase. (Hicks, 1993).
a. Planning Phase
Tahapan dalam planning phase adalah :
1) Membuat problem statement sejelas-jelasnya.
2) Menentukan variabel bebas (dependent variables), yaitu efek yang ingin
diukur, sering disebut sebagai kriteria atau ukuran performansi.
3) Menentukan independent variables.
4) Menentukan level-level yang akan diuji, tentukan sifatnya, yaitu :
5) Kualitatif atau kuantitatif
6) Fixed atau random.
7) Tentukan cara bagaimana level-level dari beberapa faktor akan
commit
dikombinasikan (khusus untuktoeksperimen
user dua faktor atau lebih).
II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Design Phase
Tahapan dalam design phase adalah:
1) Menentukan jumlah observasi yang diambil.
2) Menentukan urutan eksperimen (urutan pengambilan data).
3) Menentukan metode randomisasi.
4) Menentukan model matematik yang menjelaskan variabel respon.
5) Menentukan hipotesis yang akan diuji.
c. Analysis Phase
Tahapan dalam analysis phase adalah:
1) Pengumpulan dan pemrosesan data.
2) Menghitung nilai statistik-statistik uji yang dipakai.
3) Menginterpretasikan hasil eksperimen.
commit to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Replikasi
Bila suatu perlakuan muncul lebih dari saru kali dalam suatu percobaan
maka dikatakan percobaan itu mempunyai pengulangan. Dengan demikain
pengertian pengulangan dalam kontek ini adalah pengulangan dari perlakuan
dasar.fungsi dari pengulangan adalah
a. Memberikan suatu dugaan dari galat percobaan
b. Meningkatklan suatu percobaan melalui pengurangan simpangan baku dari
nilai tengah perlakuan
c. Memperluas perlakuan penarikan kesimpulan dari sutu percobaan
d. Mengendalikan ragam alat (error variance)
e. Menghasilkan tafsiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen
f. Memungkinkan kita memperoleh taf siran yang lebih baik mengenai efek rata
–rata suatu faktor.
2. Pengacakan
Fungsi dari pengacakam adalah menjamin kesahihan (validity) atau
pendugaan tak bias dari galat percobaan dan nilai tengah perlakuan serta
perbedaan diantara mereka. Melalui pengacakan maka uji-uji statistika menjadi
lebih valid dimana salah satu asumsi dalam analisis data bahwa galat bersifat
bebas, dapat dipenuhi. Kadang-kadang konsep pengacakan di perkenalkan
sebagai suatu cara untuk menghilangkan bias. Dengan demikian konsep
pengacakan memainkan peranan penting dalam perancangan percobaan yang
valid.
3. Kontrol Lokal
Kontrol lokal merupakan sebagaian dari pada keseluruhan prinsip desain
yang harus dilaksanakan. Biasanya merupakan langkah-langkah atau usaha-usaha
berbentuk penyimpangan, pemblokkan dan pengelompokkan unit-unit
eksperimen yang digunakan dalam desain jika replikasi dan pengacakan pada
dasarnya akan memungkinkan berlakunya uji keberartian, maka kontrol lokal
menyebabkan desain lebih efisien yaitu menghasilkan perosedur pengujian
dengan kuasa yang lebih tinggi. Kontrol lokal dapat dikerjakan melalui:
a. Perancangan percobaan
commit to user
II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 2.7. Skema umum data sampel eksperimen faktorial menggunakan 3 faktor dan
dengan n observasi tiap sel
Faktor A
Faktor C Faktor B Jumlah
1 2 … a
1 Y1111 Y2111 …
Ya111
Y1112 Y2112 …
Ya112
1
… … …
…
Y111n Y211n …
Ya11n
… … … … … …
… … … … … …
Y1b11 Y2b11 Y3b11
Y4b11
Y1b12 Y2b12 Y3b12
Y4b12
B
… … …
…
Y1b1n Y2b1n Y3b1n
Y4b1n
… … … … … … …
… … … … … … …
C Y1111 Y2111 …
Ya111
Y1112 Y2112 …
Ya112
1
… … …
…
Y111n Y211n …
Ya11n
… … … … … …
… … … … … …
Y1bc1 Y2bc1 …
Yabc1
Y1bc2 Y2bc2 …
Yabc2
B
… … …
…
Y1bcn Y2bcn …
Yabcn
T…1 T...2 T...3
Total
T…a
Sumber: Sudjana, 1997
commit to user
II-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel Anova untuk eksperimen faktorial dengan tiga faktor (a, b, dan c),
dengan nilai-nilai perhitungan dalam bentuk diatas adalah sebagaimana tabel 2.7.
Pada kolom terakhir Tabel 2.7, untuk menghitung harga F yang digunakan sebagai
alat pengujian statistik, maka perlu diketahui model mana yang diambil. Model yang
dimaksud ditentukan oleh sifat tiap faktor, apakah tetap atau acak. Model tetap
menunjukkan di dalam eksperimen terdapat hanya m buah perlakuan, sedangkan
model acak menunjukkan bahwa dilakukan pengambilan m buah perlakuan secara
acak dari populasi yang ada.
II-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gambar normal plot probability menunjukkan data berada disekitar garis lurus atau
mendekati garis lurus. Nilai resiual dapat dicari dengan rumus:
yijkl Ai B j C k Dl
yijkl ………………………………...……... (2-3)
N
(k 0.5)
PK …………………………………………………….... (2-5)
n
(k 0.5)
% PK x100% …………………………………...……..… (2-6)
n
keterangan:
yijkl : nilai setiap perlakuan
eijkl : nilai residual
PK : probabilitas kenormalan
K : urutan residual
N : banyaknya data
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data tiap faktor
yang dieksperimenkan bersifat homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dapat
dilakukan dengan uji Lavene, uji ini dilakukan dengan menggunakan -analisis ragam
terhadap selisih absolut dan setiap nilai pengamatan dalam sampel dengan rata-rata
sampel yang bersangkutan (Sanjaya, 2010). Langkah-langkah dalam menguji
hornogenitas dengan perhitungan manual adalah sebagai berikut:
1. Kelompokkan data yang telah diukur berdasarkan kondisi masing - masing.
2. Buat range antara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah untuk setiap kondisi.
3. Hitung nilai rata-rata range untuk semua kondisi dengan rumus:
54
R1
i 1
R ……………………………………………………...............….....(2-7)
n
4. Hitung nilai range pembanding dengan cara mengkalikan R dengan faktor
pengkali sesuai jumlah sampel tiap kondisi dengan rumus:
RX R x Dn…………………………………………………...…............…(2-8)
Jika nilai Xi <Rx, maka data homogen.
commit to user
II-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan:
Ri : range untuk setiap kondisi
n : jumlah sampel setiap kondisi
Dn : faktor pengali untuk n sampel
3. Uji Independensi
Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan
pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini diragukan
maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus urutan
pengambilan observasinya. Hasil plot tersebut akan memperlihatkan ada tidaknya
pola tertentu. Jika ada pola tertentu, berarti ada korelasi antar residual atau error
tidak independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan eksperimen
tidak benar (eksperimen tidak terurut secara acak) (Sanjaya, 2010).
commit to user
II-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jarak antar partikel yang berfungsi penghantar panas semakin jauh yang berakibat
nilai hantar panas
Penelitian oleh Wibowo dkk. (2008) tentang pembuatan papan partikel dari
campuran sekam padi dan resin (tanpa memperhatikan kekuatan material) dengan 3
variasi ketebalan (1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm) dan 4 variasi pemadatan (3:1, 4:1, 5:1, dan
6:1). Dari beberapa variasi ketebalan didapatkan pada ketebalan 1 cm dan kepadatan
0
6-1 & 5-1, nilai konduktivitas termalnya kecil (0,0798 W/m C), pada tebal 2 cm,
0
kepadatan 12-2 nilai konduktivitas termalnya besar (0,238 W/m. C) sehingga papan
partikel dengan tebal 1 cm dan pada kepadatan 6-1 baik digunakan sebagai bahan
isolator panas.
Nurhayanto (2008) melakukan penelitian tentang karakteristik konduktivitas
panas dari semen sekam dengan perlakuan sekam. Penelitiannya menggunakan
variasi perlakuan sekam dengan perendaman dalam air selama 1, 2, 3, 12, dan 24 jam,
perendaman sekam dalam larutan NaOH selama 6 jam dengan konsentrasi 1%, 2%,
4%, 6%, dan 10%, dan perendaman sekam dalam air selama 12 jam dan larutan
NaOH selama 6 jam dengan konsentrasi 1%, 2%, 4%, 6% dan 10%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perendaman dengan air, NaOH semakin lama perendaman
semakin berkurang konduktivitas panas karena adanya void pada spesimen,
sedangkan perendaman dengan air dan NaOH dapat diketahui bahwa semakin
bertambahnya konsentrasi NaOH dapat meningkatkan konduktivitas panas.
commit to user
II-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Gambarcommit to user
3.1 Metode Penelitian
III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kertas yang ekonomis dibandingkan dengan jenis penyekat ruangan yang umumnya
digunakan yaitu kayu. Pada penggunaan campuran sekam padi dan sabut kelapa
dipilih karena limbah tersebut mempunyai fungsi sebagai penghambat panas yang
baik, dimana pada limbah sekam antara lain digunakan sebagai bahan pelindung
untuk menyimpan es, artinya sekam padi sekam padi merupakan bahan hambat panas
yang baik. Sabut kelapa, pada jaman dulu sering dipakai sebagai pelapis atap rumah
diantara genting dan plafon. Bahan tersebut dipilih karena membantu mereduksi
paparan panas sehingga dihasilkan temperatur ruangan yang lebih nyaman.
1. Tahap perencanaan (planning phase)
a. Membuat problem statement
Masalah yang akan diteliti yaitu adakah perbedaan yang signifikan antara
kombinasi komposisi bahan komposit terhadap hambat panas yang dihasilkan.
Eksperimen ini akan menguji signifikansi komposisi bahan melalui
pengukuran terhadap hambat panas komposit.
b. Menentukan variabel respon dan unit eksperimen
Variabel respon yang diukur pada penelitian ini adalah nilai temperatur. Sifat
variabel respon adalah kuantitatif, dan unit eksperimen pada penelitian ini
adalah panel komposit limbah kertas.
c. Menentukan Variabel Utama/ independen
Faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah jenis kertas (A), jenis perekat
(B), dan jenis campuran (C). Level-level dari semua faktor dipilih secara
fixed.
1) Faktor jenis kertas (A)
Jenis kertas (A) bersifat kualitatif, dengan dua level yaitu kertas HVS (a1)
dan kertas buram (a2).
2) Faktor jenis perekat (B)
Jenis Perekat (B) bersifat kualitatif, dengan tiga level: tanpa perekat (b1),
kanji (b2), lem Putih (b3)
commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan:Y1111: variabel respon untuk jenis kertas HVS, tanpa lem, tanpa campuran
dan replikasi ke-1
III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Press Hidrolik
2
Untuk mengukur banyaknya lem
dalam pencampuran pada kertas
Gelas Ukur
3
Untuk tempat mengaduk dan
mencampur kertas dan bahan
pencampur
Ember
4
Untuk menimbang bahan pembuat
spesimen
Timbangan
5
Untuk menghaluskan kertas dan
mencampur bahan
Mixer
commit to user
III-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gunting
7
Untuk mengetahui nilai suhu setelah
adanya proses penyerapan panas oleh
spesimen
Cetakan Manual
III-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Proses pencetakan
Proses pencetakan dilakukan dengan menaruh bubur kertas yang telah
dibuat kedalam cetakan berukuran 20x20 cm dengan tebal 2cm. Setelah itu
cetakan di press dengan mesin hidrolik. Saat ketebalan telah mencapai 1 cm
cetakan dapat dikeluarkan.
5) Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan secara manual menggunakan sinar
matahari. Lama proses pengeringan 3 hari namun apabila cuaca tidak panas
proses pengeringan dapat berlangsung selama 4-5 hari.
C
B
A
III-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Membuka kran kecepatan alir hingga kecepatan berkisar antara skala 100-
150. Volume air dijaga agar tetap stabil sesuai batas volume standar.
3. Meregangkan 4 mur yang ada di bagian atas tabung uji untuk meregangkan
silinder tembaga yang ada didalammya.
4. Meregangkan dua bagian silinder tembaga sesuai tebal spesimen. Tujuan
dilakukan peregangan agar spesimen uji dapat dimasukkan diantara kedua
silinder tersebut.
5. Memasang sampel pada tempatnya (ukuran diameter 40 mm dan tebal
10 mm).
6. Mengencangkannya kembali 4 mur bagian atas tabung.
7. Menghubungkan AC Cord Kabel dengan jala-jala listrik 220V AC.
Nyalakan sistem dengan menekan tombol ON pada tombol power.
8. Pengaturan/pengesetan temperatur. Mengakhiri seting temperatur dengan
soft button ENTER.
9. Pembacaan Temperatur.
10. Menunggu hingga tampilan nilai temperatur sama dengan nilai pengesetan
temperatur. Setelah sama, tunggu hingga kestabilan kurang lebih 15 menit.
mencatat masing-masing temperatur pada tiap posisi termokopel dengan
memindahkan (memutar) saklar “Thermo Sell R”. Berikut adalah skema
gambar 3.4 pengujian panas pada silinder tembaga:
commit to user
III-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
g. Menentukan nilai maksimum dari selisih absolute P(xi-1) dan P(z) yaitu Maks
│P(xi-1) – P(z)│
h. Menganalisis apakah ke-n sampel data observasi berdistribusi normal.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas data bertujuan untuk menguji kesamaan ragam data
observasi antarlevel faktornya. Uji homogenitas dilakukan dengan metode
Levene. Berikut langkah-langkah uji homogenitas.
a. Mengelompokkan data berdasarkan faktor yang akan diuji
b. Menghitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratannya pada tiap
level
c. Menghitung nilai faktor koreksi (FK) sebagai berikut.
( xi ) 2
d. FK
n
Keterangan:
xi = data hasil observasi
i = 1,2,3,…,n (n banyaknya data)
e. Menghitung SS Faktor
x FK
i
2
SS Faktor = k
SS Total =
y FK
i
2
dimana yi = selisih absolut data hasil observasi dengan rata-ratanya untuk tiap
level
g. Menghitung SS Eror
SS Eror = SS Total – SS Faktor
h. Menganalisis apakah ragam seluruh level faktor homogen.
commit to user
III-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Uji independensi
Salah satu upaya mencapai sifat independen adalah dengan melakukan
pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini
diragukan maka dapat dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus
urutan pengambilan observasinya. Metode plot residual data terhadap urutan
eksperimen (urutan pengambilan data) merupakan cara yang termudah dan
banyak diapakai untuk melihat adanya independensi dalam proses pengambilan
data eksperiman. Hasil plot tersebut akam memperlihatkan ada tidaknya pola
tertentu. Jika ada pola tertentu, betarti ada korelasi antar residual atau error tidak
independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan eksperimen
tidak benar (eksperimen tidak terurut secara acak).
III-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengumpulan dan pengolahan data
eksperimen.
commit to user
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.2.1. Perhitungan nilai hambat panas pada panel komposit limbah kertas
Perhitungan nilai hambatan panas (R) pada panel komposit limbah kertas
adalah sebagai berikut:
L
R ............................................................................................................................(4.1)
kA
keterangan:
A= luas penampang bahan (m²)
k= konduktivitas panas bahan (W/m°C)
L= tebal spesimen (m)
Perhitungan nilai hambat panas pada panel komposit limbah kertas HVS
(A1B1C1)
L
R
kA
0,01m
0,703W / m 0 Cx0,00126m 2
= 11,331 °C/W.
Menggunakan cara yang sama maka didapat nilai hambat panas seperti dalam
Tabel 4.2.
commit to user
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perbandingan nilai hambat panas pada panel komposit limbah kertas HVS dan
panel komposit limbah kertas buram dapat dilihat dalam Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Grafik nilai hambat panas pada panel limbah kertas HVS.
Pada panel limbah kertas menggunakan kertas HVS nilai rata-rata hambat
panas yang paling tinggi untuk kertas HVS tanpa perekat adalah 11,30 °C/W yaitu
tanpa perekat dan dengan campuran sekam padi, sedangkan untuk komposisi kertas
HVS berperekat kanji nilai hambat panas tertinggi sebesar 12,46 °C/W adalah
menggunakan campuran sekam padi. Untuk kertas HVS berperekat PVAc nilai
hambat panas tertinggi sebesar 11,55 °C/W dengan campuran sabut kelapa.
Gambar 4.3 Grafik nilai hambat panas pada panel limbah kertas buram.
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk panel limbah kertas menggunakan kertas buram nilai rata-rata dari
hambat panas yang paling tinggi untuk kertas buram tanpa perekat adalah 11,65°C/W
dengan campuran sekam padi, sedangkan untuk komposisi kertas buram berperekat
kanji hambat panas tertinggi sebesar 11,68 °C/W adalah tanpa campuran. Untuk
kertas buram berperekat PVAc hambat panas tertinggi sebesar 13,13°C/W dengan
campuran sekam padi.
xi
i l
x
n
10,67 11,33 11,52
x 11,17
3
x 2
x n
2
s
n 1
374,97 374,57
s 0,447
2
commit to user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10,67 11,37
z2 1,56
0, 447
11,33 11,17
z1 0,35
0,447
11,52 11,37
z3 0,33
0,447
d. Menentukan nilai probabilitas Fr berdasarkan sebaran normal baku sebagai
probabilitas pengamatan. Menggunakan tabel standar luas wilayah di bawah
kurva normal.
z1 = 0,1295
z2 = 0,6378
z3 = 0,7810
e. Menentukan nilai probabilitas harapan kumulatif (Fs)
Fs1 = 1/3 = 0,3333
Fs2 = 2/3 = 0,6666
Fs3 = 3/3 = 1
f. Menentukan nilai maksimum dari selisih absolute FT dan Fs
FT 1 FS1 0,1295 0,3333 = 0,2038
FT 3 FS 3 0,7810 1 = 0,2189
commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Selisih absolut data nilai hambat panas dikelompokkan berdasarkan
jenis campuran
Jenis Campuran
Jenis
jenis Perekat tanpa
Kertas
campuran sekam Sabut
-0,089 -0,923 -1,364
Tanpa perekat -0,750 -0,829 -0,892
0,100 0,021 -0,325
0,950 0,588 0,052
HVS Kanji 0,289 0,871 0,052
1,233 0,304 0,713
-0,656 -0,357 0,147
Lem Putih -0,750 -0,262 0,336
-0,845 -0,451 0,336
-0,467 -0,546 0,336
Tanpa perekat -0,561 -0,073 0,336
-0,089 -0,073 0,336
0,100 -0,829 0,241
Buram Kanji 0,761 -0,923 -0,609
-0,089 -0,262 -0,797
0,383 1,626 0,430
Lem Putih 0,194 1,154 -0,231
0,289 0,965 0,902
commit to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas nilai hambat panas, dikelompokkan berdasarkan
jenis campuran
Sumber F
Keragaman df JK KT F Hitung Tabel
Jenis Campuran 2 0,28907167 0,1445358
Error 51 384,899 7,5470337 0,01915 3.15
Total 53 385,187789
Berdasarkan Tabel 4.6, nilai Fhitung sebesar 0,01915 lebih kecil Ftabel sebesar
3,15, sehingga terima H0 dan simpulkan bahwa data nilai hambat panas antar level
jenis campuran memiliki ragam yang sama (Homogen).
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas data nilai hambat panas, dikelompokkan
berdasarkan jenis kertas
Sumber
Keragaman df JK KT F Hitung F Tabel
Jenis Kertas 1 0,1281 0,1281
Error 52 7226,3436 138,9681 0,000922 4
Total 53 7226,4717
Berdasarkan Tabel 4.7, nilai Fhitung sebesar 0,000922 lebih kecil Ftabel sebesar
4,00, sehingga terima H0 dan simpulkan bahwa data temperatur antar level jenis
campuran memiliki ragam yang sama (Homogen).
commit to user
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Hasil uji homogenitas data nilai hambat panas, dikelompokkan berdasarkan
jenis perekat
Berdasarkan Tabel 4.8, nilai Fhitung sebesar 0,509 lebih kecil Ftabel sebesar
3,15, sehingga terima H0 dan simpulkan bahwa data temperatur antar level jenis
perekat memiliki ragam yang sama (homogen).
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. H01 A2 = 0, tidak ada pengaruh faktor kertas terhadap nilai hambat panas
2. H02 B2 = 0, tidak ada pengaruh faktor perekat terhadap hambat panas panel.
3. H03 C2 = 0, tidak ada pengaruh faktor campuran terhadap hambat panas panel
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Contoh uji analisis variansi dengan rumus manual untuk mengetahui pengaruh
interaksi antara faktor kertas dan perekat(AC) adalah sebagai berikut:
A B C D
X 2 X i2 X 2j X 2k X l2
i 1 j 1 k 1 l 1
commit to user
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rx = (11,33+10,67+…+12,18)²/54
Rx = 7184,15
c) Menghitung jumlah kuadrat total(SS total)
SStotal = x 2 - Rx
= 7209,34 – 7184,15
= 25,19
d) Menghitung jumlah kuadrat interaksi (SS treatment)
33,52 2 33,90 2 ......... 34,94 2
SStreat= 7184,15
3
= 20,37
e) Menghitung jumlah kuadrat tingkat kesalahan (SSerror)
SSerror = SStotal - SStreatment
= 25,19 – 20,37
= 4,82
f) Menghitung variasi sampel (MSerror)
MSerror = SSerror/dferror
4,82
=
36
= 0,13
g) Memecah data hasil pengamatan dan susun dalam bentuk tabel 4.12.
Tabel 4.12. Anova untuk nilai hambat panas pada faktor jenis kertas (°C/W)
` HVS Buram jumlah
Tanpa perekat 98,68 103,40 202,08
Kanji 108,78 101,32 210,10
Lem Putih (PVAc) 101,23 109,44 211
Jumlah 308,69 314,16
SSAB = 10,64
commit to user
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MSAB = ABx/df
= 7,52/2
= 3,76
l) Menghitung nilai rasio F untuk interaksi AB
Fratio = MSAB/MSerror
= 3,76/0,13
= 28,12
m) Membandingkan hasil perhitungan dengan F tabel
Keputusan terhadap hipotesis nol didasarkan pada nilai FHitung, yakni hipotesis nol
(H0) ditolak jika FHitung > FTabel dan diterima jika FHitung < FTabel, diperoleh dari
tabel distribusi F kumulatif, dengan df1 = df yang bersangkutan dan df2 = dferror.
Perhitungan FTabel dengan menggunakan Microsoft excel dengan rumus
=FINV(probability, df1, df2)
Berdasarkan tabel distribusi untuk α = 0,05 dan df1=2, df2= 36 diperoleh Ftabel
= 3,25. Karena FHitung > FTabel, maka Ho ditolak dan disimpulkan bahwa ada pengaruh
interaksi faktor kertas dan perekat.
Untuk melakukan uji analisis variansi secara lengkap digunakan alat software
statistika. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13.
commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengaruh interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A) dan jenis campuran (faktor
C) terhadap hambat panas yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan untuk
setiap level yang diuji.
6. Ditinjau dari interaksi antara faktor jenis perekat (faktor B) dan jenis campuran
(faktor C), nilai FHitung > FTabel, sehingga tolak H0 dan simpulkan bahwa pengaruh
interaksi antara faktor jenis perekat (faktor B) dan jenis campuran (faktor C)
terhadap hambat panas yang dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap
level yang diuji.
7. Ditinjau dari interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A), jenis perekat (faktor
B), dan jenis campuran (faktor C), nilai FHitung > FTabel, sehingga tolak H0 dan
simpulkan bahwa pengaruh interaksi antara faktor jenis kertas (faktor A), jenis
perekat (faktor B) dan jenis campuran (faktor C) terhadap hambat panas yang
dihasilkan berbeda secara signifikan untuk setiap level yang diuji.
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang analisis hasil penelitian yang telah
dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis hasil tersebut diuraikan
dalam sub bab dibawah ini.
commit to user
V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil perhitungan hambat panas diketahui bahwa kertas buram memiliki
keunggulan sebagai penghambat panas dibanding kertas HVS, karena kertas HVS
memiliki struktur serat yang lebih panjang dan lebih banyak dibanding kertas buram
yang menjadikan kertas HVS memiliki kerapatan pori yg lebih besar, sehingga yang
dapat digunakan sebagai material penyimpan energi/ kalor yang lebih besar adalah
kertas buram.
commit to user
V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 5.4. Pengaruh jenis kertas dan campuran terhadap hambat panas
commit to user
V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 5.5. Pengaruh jenis kertas dan perekat terhadap hambat panas
Gambar 5.6. Pengaruh jenis perekat dan campuran terhadap hambat panas
V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nilai hambat panas tertinggi atau optimal adalah panel komposit dengan variasi kertas
buram dengan perekat lem putih/ PVAc dan campuran sekam padi dengan nilai
hambatan panas sebesar 13,13 °C/W. Pada variasi kertas buram dengan perekat lem
putih/ PVAc dan campuran sabut kelapa dengan nilai hambatan panas sebesar
11,65 °C/W, sedangkan variasi kertas buram dengan perekat lem kanji dan campuran
sekam padi nilai hambat panas sebesar 11,21 °C/W dan variasi kertas buram dengan
perekat lem kanji dan campuran sabut dengan nilai hambatan panas sebesar 10,89
°C/W. Pada variasi kertas HVS dengan perekat lem putih/ PVAc dan campuran
sekam padi dengan nilai hambatan panas sebesar 11,52 °C/W dan variasi kertas HVS
dengan perekat lem putih/ PVAc dan campuran sabut kelapa dengan nilai hambatan
panas sebesar 11,55 °C/W sedangkan variasi kertas HVS dengan perekat lem kanji
dan campuran sekam padi dengan nilai hambatan panas sebesar 12,46 °C/W dan
variasi kertas HVS dengan perekat lem kanji dan campuran sabut dengan nilai
hambatan panas sebesar 11,55 °C/W. Terlihat bahwa hambat panas pada kertas
buram dengan perekat lem putih dan campuran sekam padi adalah yang terbaik.
Gambar 5.7. Pengaruh jenis kertas, perekat dan campuran terhadap hambat panas
Hasil penelitian panel komposit ini masih dalam bentuk core, sehingga
belum dapat diaplikasikan sebagai penyekat ruangan. Akan tetapi dapat diaplikasikan
sebagai modul atau pelapis dinding ruangan. Core merupakan bagian dari sandwich,
sementara sandwich itu sendiri terdiri dari core dan skin. Dalam aplikasi penyekat
dinding core hasil penelitian ini dikembangkan sebagai komposit sandwich dengan
menambahkan skin sebagai kekuatan.
commit to user
V-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dilihat dari nilai tertinggi yaitu variasi kertas,perekat lem putih/ PVAc dan
campuran sekam padi memiliki nilai hambat panas sebesar 13,13°C/W. Diketahui
bahwa sekam padi memiliki porositas (pori) yang tinggi dan berongga, sebagai bahan
campuran pada kertas buram yang memiliki hambatan panas yang baik semakin
meningkatkan porositasnya dan PVAc mengandung bahan selulosa yang lebih
homogen sehingga dapat masuk ke poro-pori. Dengan fungsinya yang dapat
menghambat panas dengan baik, panel komposit ini dapat diaplikasikan sebagai
pelapis dinding auditorium, pelapis dinding ruang perkantoran, pelapis dinding ruang
produksi.
Nilai hambat panas baik berikutnya yaitu variasi kertas HVS, perekat kanji,
dan campuran sekam padi, dan juga variasi kertas HVS, perekat kanji dan tanpa
campuran yang memiliki nilai yang sama yaitu 12,46°C/W. Perekat kanji mempunyai
kemampuan untuk mengurangi kemampuan kertas menghisap bahan-bahan cair dan
bahan kanji juga untuk meningkatkan kekuatan kertas (www.lapis.or.id), lem kanji
juga sukar larut dalam air kerena kental namun tahan tempa/ tekanan sehingga pada
saat proses pengepresan semua lem tetap berada di dalam komposit dan mengikat
kertas (Fajriani, 2010). Dari sifat lem kanji tersebut, pada panel komposit ini
memiliki kelebihan lain yaitu kekuatannya. Dengan tambahan fungsi kekuatan, panel
komposit ini dapat juga diaplikasikan sebagai pelapis dinding pada perumahan dan
juga pelapis dinding ruang perkuliahan.
Nilai hambat panas yg baik berikutnya adalah variasi kertas buram, perekat
PVAc, tanpa campuran dengan nilai hambat panas sebesar 11,71°C/W dan variasi
kertas buram, perekat kanji, tanpa campuran dengan nilai hambat panas 11,68°C/W.
Panel komposit ini dapat juga diaplikasikan sebagai pelapis dinding pada perumahan,
perkantoran dan juga pelapis dinding ruang perkuliahan.
Variasi kertas buram, perekat lem putih, campuran sabut kelapa dengan nilai
hambat panas sebesar 11,65°C/W. Sabut memiliki beberapa sifat yaitu tahan lama,
kuat terhadap gesekan dan tudak mudah patah (Ulfah, 2006). Selain itu sabut kelapa
juga memiliki kelebihan yaitu memberikan insulasi yang sangat baik terhadap suhu
dan suara, liat dan tahan lama (www.rumahsabut.com), sehingga.panel komposit ini
dapat diaplikasikan sebagai interior kereta api dan interior mobil.
commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Komposisi bahan yang memberikan nilai hambat panas terbaik atau memberikan
temperatur yang paling nyaman adalah kombinasi kertas buram 80%, pencampur
sekam padi 20% dan perekat lem putih/ PVAc 5% dari massa kertas dan
campuran, dengan nilai hambatan panas tertinggi yaitu sebesar 13,13°C/W.
2. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai hambat panas panel komposit
adalah jenis perekat, jenis campuran, interaksi jenis kertas dan jenis perekat,
interaksi jenis perekat dan jenis campuran, dan interaksi antara kertas, perekat dan
campuran.
6.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian
mengenai komposit sandwich dengan menambahkan skin pada core komposit hambat
panas sehingga akan diperoleh produk yang lebih aplikatif, misalnya: penyekat
ruangan, bahan baku mebel, dan lain-lain.
commit to user
VI-1