Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KEHUTANAN

POTENSI DAN MANFAAT HASIL HUTAN BUKAN KAYU


(HHBK)

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NABILA MOKHTAR
NIM : 2018-80-012

UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI KEHUTAN
AMBON 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas komunikasi dan informasi kehutanan (KIK) denga judul materi
penyuluhan tentang “Potensi Dan Manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)”
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu haruslah menjadi inti dari pemanfaatan hasil hutan.
Disamping dapat melestarikan hutan secara umum, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu lebih
diartikan sebagai pemanfaatan secara berkelanjutan dari hutan tanpa merusak tegakannya
atau memanfaatkan hasil sampingan dari pohon atau hasil hutan lainnya. Pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu dapat menjadi kegiatan pokok dari pemanfaatan hasil hutan pada
mekanisme pengelolaan hutan oleh masyarakat seperti hutan desa. Mekanisme pemanfaatan
hasil huan bukan kayu dilakukan oleh masyrakat secara turun temurun.
Akhirnya tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, tugas ini sangat jauh dari
kesempurnaan maka saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan, agar kedepan dapat
menjadi diperbaiki kembali dan menjadi pelajaran bagi saya.

Ambon, 08 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………...
.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….......
B. Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………………………

BAB II. PEMBAHASAN


A. Definisi hasil hutan bukan kayu (HHBK)…………………………………………………..
B. Klasifikasi hasil hutan bukan kayu (HHBK)………………………………………………..
C. Peranan hasil hutan bukan kayu (HHBK)…………………………………………………..
D. Potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK)…………………………………………………...
E. Manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK)…………………………………………………..

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemanfaatan Hasil hutan oleh manusia telah berlangsung lama, seiring dengan
dimulainya interaksi manusia dengan alam sekitarnya, salah satu peradaban awal manusia
mulai dari praktek berburu dan meramu yang berlokasi dihutan, pada tahap kebudayaan
ini manusia bergantung pada hutan, dimana hutan menyediakan segala kebutuhan
primernya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Ketergantungan ini menjadikan
manusia terus-menerus memanfaatkan hutan dan mempelajari fenomena sumberdaya
hutan. Salah satu fungsi hutan yang sering diabaikan oleh masyrakat pada umumnya
adalah fungsi hasil hutan bukan kayu (HHBK)

HHBK akhir-akhir ini dianggap semakin penting setelah produktifitas kayu dari hutan
alam semakin menurun. Perubahan pradigma dalam pengelolaan hutan semakin
cenderung kepada pengelolaan kawasan (ekosistem secara utuh), juga telah menuntut
diversifikasikan hasil hutan selain kayu . HHBK berasal dari bagian pohon atau tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan
oleh masyrakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu
industry.

Masyrakat tidak dilarang memungut dan mamanfaatkan HHBK baik didalam huan
produksi maupun hutan lindung kecuali dikawasan pelestarian alam, oleh karena itu
selain menjadi sumber devisa bagi negara, HHBK seperti rotan, madu, daging binatang,
damar, gaharu, getah minyak astiri, bahan obat-obatan dan masih banyak lagi, sebagian
merupakan sumber penghidupan bagi masyrakat sekitar hutan. Masyrakat memanfaatkan
HHBK secara konsumtif (komsumsi secara langsung) maupun secara produktif
(dipasarkan untuk memperoleh uang)

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu haruslah menjadi inti dari pemanfaatan hasil hutan,
disamping melestarikan hutan secara umum, pemanfaatan HHBK lebih diartikan sebagai
pemanfaatan secara berkelanjutan dari hutan tanpa merusak tegakannya atau
memanfaatkan hasil sampingan dari pohon atau hasil hutan lainnya. Pemanfaatan HHBK
dapat menjadi kegiatan pokok dari pemanfaatan hasil hutan pada mekanisme pegelolaan
hutan oleh masyrakat seperti hutan desa. Mekanisme pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
telah dilakukan oleh masyrakat secara turun temurun.

B. MANFAAT DAN TUJUAN


- Mengidentifikasi potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK)
- Mengidentifikasi manfaat HHBK
BAB II
PEMBAHASAN

HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)


A. Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) mencakup keanekaragaman biologi selain kayu yang
digali dari hutan untuk keperluan manusia, hasil-hasil hutan ini termasuk makanan, obat-
obatan, bambu-bambu, damar, karet, tanaman hias, hewan dan produk-produk yang
dihasilkan oleh hewan misalnya sarang burung wallet, madu dan lain sebagainya, rotan
bamboo dan serat-serat misalnya pandan yang dapat dianyam menjadi tikar, Food and
Agricultural Organization (FAO) mendefinisikan HHBK sebagai produk selain kayu yang
berasal dari bahan biologis, diperoleh dari hutan dan pepohonan yang tumbuh disekitar
hutan.

Semua HHBK mempunyai karakteristik yang sama yaitu digali oleh masyrakat didalam
dan sekitar hutan dengan menggunakan teknologi yang sedehana. Secara ekologis HHBK
tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK
merupakan bagian dari pohon, Menurut UU Kehutanan No. 41 tahun 1999, disebutkan
bahwa HHBK adalah hasil hutan hayati maupun non hayati. Hasil hutan bukan kayu
(HHBK) merupakan salah satu hasil hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut
Peraturan Kehutanan No. 35 tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari
hutan. Beragam manfaat social, ekonomi dan lingkungan dapat diperoleh dari keberadaan
HHBK ini, sementara ini ada 558 komoditas HHBK yang menjadi urusan Depertemen
Kehutanan.

B. Klasifikasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


Klasifikasi HHBK disini sedrhana saja, yaitu pemanfaatan hutan oleh masyrakat didalam
hutan dengan menggunakan teknologi sederhana, beberapa produk yang diklasifikasikan
sebagai HHBK adalah produk yang dapat dimakan
 Makanan, biasanya hampir semua bentuk-bentuk tanaman yang ada dihutan dapat
dimakan baik yang dapat dimakan langsung atau melalui beberapa proses
 Minyak-minyakan yang dapat dimakan kacang-kacangan dan biji-bijian adalah
sumber-sumber utama minyak-minyakan yang dapat dimakan contohnya tengkawang
dan kemiri
 Rempah-rempah indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah, dimana rempah
ini selain digunakan sebagai bumbu penyedap masakan, juga digunakan sebagai bahan
baku obat-obatan. Beberapa contoh rempah-rempah adalah kayu manis, pala,
kapulaga, dan sebagainya
Produk-produk hewan yang dapat dimakan
- Hewan buruan, binatang yang biasa diburu untuk diambil dagingnya seperti rusa dan
bianatang lainnya untuk kulit dan gigi binatang buruan dijadikan kerajinan tangan
seperti tas dan kalung. Peburuan harus memperhatikan keseimbangan agar dapat
dimanfaatkan secara berkesinambungan sehingga perlu aturan yang tegas terutama
hukum adat yang sanksinya lebih ditakuti dari pada sangsi hukum negara
- Produk-produk yang berasal dari binatang salah satu produk eksotis yang dihasilkan
dan dapat dimakan adalah sarang burung wallet, meskipun tidak dikomsusmi oleh
penduduk local serang burung tersebut merupakan salah satu komoditas berharga
yang dijual kebayanyakan kepada orang cina baik dipasar local maupun pasar ekspor.
Produk lainnya adalah madu berkualitas tinggi yang diambil langsung dari hutan.
Tanaman yang tida dapat dimakan
- Rotan adalah salah satu komoditi HHBK yang tumbuh merambat dengan bentuk
batangnya bulat dengan panjang kira-kira 10-60 meter
- Bambu
- Tanaman hias
- Komponen-komponen kimia yang biasa dijadikan sebagai bahan-bahan kimia
- Serat tanaman
Secara umum HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh
masyrakat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
- Getah-getahan (getah jelutung, getah merah, getah balam, getah karet alam, dll)
- Tannin (pinang, gambir, rhizophora, brugulilera dll)
- Resin (gaharu, kemendangan, jernang, damar mata kucing, damar batu, dll)
- Minyak astiri (minyak gaharu, minyak kayu putih, minyak keruing, dll)
- Madu (apis dorsata, apis meliaferra)
- Rotan dan bambu (segala jenis rotan, bambu, dan nibung)
- Penghasil karbohidrat (sagu, aren nipah, sukun dll)
- Hasil hewan (sutra alam, lilin lebah, dll)
- Tumbuhan obat (anggrek hutan, palmae, pakis dll)

C. Peranan HHBK
Peranan HHBK dalam meningkatkan ekonomi masyrakat dan pelestaian lingkungan
(termasuk mencegah banjir dan tanah longsor dimusim penghujan serta kekeringan dan
kebakaran hutan/lahan dimusim kemarau) adalah HHBK dapat menyediakan berbagai
kebutuhan untuk menunjang kehidupan masyarakat local. Pengusahaan HHBK
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hutan yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan pembalakan hutan (pemanenan kayu) sehingga memberikan model pengelolaan
hutan yang lebih menunjang upaya pelestarian, peningkatan nilai komersial HHBK akan
berdampak pada peningkatan nilai hutan baik pada masyrakat local maupun skala
nasional secara umum peran HHBK sebagai berikut :
1. Peranan HHBK terhadap aspek ekologis dalam ekosistem hutan, HHBK merupakan
bagian dari ekosistem hutan. Beberapa hasil HHBK diperoleh dari hasil pohon
misalnya getah-getahan, tannin, resin dan minyak astiri sedangkan selebihnya dari
palm, hasil satwa ataupun anggrek untuk pohon gaharu, dalam ekosistem memiliki
peranan sebagai pohon dominan dengan ketinggian mencapai 30-40 m, palm berupa
sagu, nipah, dll merupakan bagian dari ekosistem yang berfungsi menjaga abrasi oleh
sungai atau laut
2. Peranan HHBK terhadap ekonomi rumah tangga HHBK dapat menjaga adanya
kestabilan pendapatan dan resiliensi (kekenyalan) terhadap perubahan yang terjadi
diluar system hutan rakyat, resiliensi merupakan suatu tigkat kelenturan dari sumber
pendapatan terhadap adanya perubahan pasar. Contohnya adanya perubahan nilai
tukar mata uang, pada saat terjadi krisis monoter, HHBK memiliki peran besar
terhadap pendapatan rumah tangga dan devisa negara, karena HHBK tidak
menggunakan komponen import dalam memproduksi hasil
3. Peranan HHBK terhadap pembangunan wilayah dengan pengaturan tehadap HHBK
baik dari proses produksi, pengolahan, dan pemasaran semua dapat dilakukan oleh
masyrakat, sehingga pendapatan dari kegiatan tersebut masuk dalam wilayah
produsen, HHBK seperti getah damar, telah dapat menjadi sector basis dengan adanya
kegiatan produksi dan pengolahan maka terjadi penyerapan tenaga kerja yang benar.

D. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


Saat ini 90% sampai 95% potensi hutan berasal dari hasil hutan bukan kayu (HHBK)
kementrial lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) gencar mendukung pertumbuhan
HHBK guna merealisasiakan tujuan pemerintah untuk menggalakan ekspor non-migas

Diera industry 4.0 potensi bisnis jasa lingkungan dan HHBK akan menjadi industry
multi-bisnis kehutanan yang dapat diandalkan perijian akan disederhanakan guna
mencapai integrasi bisnis, termasuk pemetaan potensi HHBK, optimalisasi lahan dan
pemberian ijin bagi para investor yang tertarik untuk mengembangkan bisnis HHBK

HHBK akan menjadi penggung bisnis baru untuk pertumbuhan ekonomi diindonesia yang
berbasis masyrakat. HHBK nantinya akan mengembangkan keunggulan komparatif dan
kompentitif yang bersinggungan langsung dengan masyrakat didalam dan diluar kawasan
hutan.

Hasil hutan bukan kayu masih belum begitu dilirik masyrakat, terutama kelompok petani
hutan untuk meningkatkan ekonomi. padahal, potensi ekonominya saat besar. Hasil hutan
bukan kayu (HHBK) dari kawasan hutan memiliki peran signifikan terhadap peningkatan
pendapatan rumah tangga mayrakat, peningkatan ekonomi local, dan kelestarian hutan itu
sendiri. Hasil hutan bukan kayu ini akan menjadi arus utama dalam pemanfaatan hutan
diindonesia. Selain itu tentu akan meningkatkan kesejahteraan masyrakat jika dikelola
dengan baik.
Beberapa komoditi HHBK yang potensial dikembangkan antara lain daun kayu putih,
kopi, getah, bambu, jagung, sereh wangai, rumput gajah, gula aren, gamal, rotan, aren
cengkeh, damar, gaharu, kulit kayu, kemenyang, madu dan sagu

Potensi HHBK saat ini tercatat sebesar 66 juta ton, pada tahun 2020 produksinya baru
sebesar 558 ribu ton dengan PNBP Rp 4.2 miliar. Tiga jenis komoditi dengan produksi
tertinggi berasal dari kelompok getah sebanyak 126 ribu ton, kelompok biji-bijian sebesar
114 ribu ton, dan kelompok daun atau akar sebesar 63 ribu ton.

E. Manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


Hasil Hutan Bukan Kayu sangat nampak manfaatnya terhadap kebutuhan masyarakat
dalam mendukung perekonomian mereka, terutama bagi masyarakat yang tinggal di
pedesaan atau sekitar kawasan hutan. Dengan adanya sumber daya alam berupa HHBK
maka secara langsung dapat mengurangi tindaka-tindakan eksploitasi hasil hutan kayu.

Jika ditinjau dari segi pengelolaannya, hasil hutan bukan kayu cukup mudah. Misalnya
pemanfaatan madu alam yang berasal dari lebah di hutan, hal yang perlu dilakukan oleh
masyarakat hanya mengambilnya dengan cara-cara tradisional mereka yang cukup
mudah. Hal ini juga berhubungan langsung dengan kearifan lokal turun-temurun daerah
setempat.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) secara umum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai sumber pangan (sagu dan sukun), energi ( kayu bakar, arang dan biofuel yang
bersumber dari lignoselulosa) dan obat-obatan termasuk kosmetika (biofarmaka).
Sedangkan HHBK lainnya umumnya selain dari kategori tersebut (gaharu, cendana dan
minyakatsiri).

Manfaat HHBK juga berupa makanan atau bahan tambahan (additive) untuk makanan
(biji-bijian yang dapat dimakan, jamur/cendawan, buah-buahan, herba, bumbu dan
rempah-rempah, tumbuhan aroma dan binatang buruan), serat (yang digunakan untuk
konstruksi, furniture, pakaian atau perlengkapan), damar, karet, tumbuhan dan binatang
yang digunakan untuk obat-obatan, kosmetika dan keperluan upacara adat (religi dan
culture).

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sangat penting untuk dibudidayakan dan konservasi
sehingga menjaga kelestarian dan nilai ekonomi masyarakat. Pentingnya untuk
dikonservasi dikarenakan untuk mendapatkan hasil hutan bukan kayu juga berasal dari
hutan sehingga pegaruh tindakan manusia terhadap hutan tetap ada. Maka HHBK perlu
untuk kelestarian sehingga proses panen dapat dilakukan secara lestari dan tanpa
kerusakan hutan. Mengingat hasil hutan bukan kayu akan tetap tersedia di hutan jika
hutan tetap dalam keadaan baik sebagai tempat hidup tumbuhan dan hewan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan
budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

Potensi HHBK saat ini tercatat sebesar 66 juta ton, pada tahun 2020 produksinya baru
sebesar 558 ribu ton dengan PNBP Rp 4.2 miliar. Tiga jenis komoditi dengan produksi
tertinggi berasal dari kelompok getah sebanyak 126 ribu ton, kelompok biji-bijian sebesar
114 ribu ton, dan kelompok daun atau akar sebesar 63 ribu ton.

Hasil Hutan Bukan Kayu sangat nampak manfaatnya terhadap kebutuhan masyarakat
dalam mendukung perekonomian mereka, terutama bagi masyarakat yang tinggal di
pedesaan atau sekitar kawasan hutan. Dengan adanya sumber daya alam berupa HHBK
maka secara langsung dapat mengurangi tindaka-tindakan eksploitasi hasil hutan kayu.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) secara umum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai sumber pangan (sagu dan sukun), energi ( kayu bakar, arang dan biofuel yang
bersumber dari lignoselulosa) dan obat-obatan termasuk kosmetika (biofarmaka).
Sedangkan HHBK lainnya umumnya selain dari kategori tersebut (gaharu, cendana dan
minyakatsiri).

B. Saran
- Perlu dilakukan peningkatan fungsi kawasan dan peningkatan kuailitas kawasan
HHBK untuk menambah kontribusi hutan bagi peningkatan pendapatan masyrakat

- Perlu adanya sosialisasi terhadap pemanfaatan HHBK ini agar banyak masyrakat juga
tau potensi HHBK sendiri dan bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga HHBK tidak
hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga dapat
meningkatkan ekonomi masyrakat sekitar
DAFTAR PUSTAKA

https://www.rimbawan.com/berita/potensi-hasil-hutan-bukan-kayu-hhbk-sangat-menjanjikan/

https://www.atobasahona.com/2017/01/pengertian-contoh-dan-manfaat-hhbk.html

http://sulawesi.gakkum.menlhk.go.id/index.php/2019/11/06/hasil-hutan-bukan-kayu-hhbk/

https://rimbakita.com/hasil-hutan-bukan-kayu/

Anda mungkin juga menyukai