Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGELOLAAN HUTAN DILUAR PULAU JAWA

Oleh :
KELOMPOK 5
Sri Ningrum
Abdullah Ahmad Nst
Akhirul Ummi Ananda
Mahfud Haekal
Vera Melinda
Lukman Hakim Az
Intan Solehah

DOSEN PEMBIMBING
Subhan, S.Hut., M.Si
19741122000031003
Jumadil Akhir, S.Hut., M.Si
197308082006041001

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Maksud dan tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengusahaan Hutan oleh HPH


2.2 Pengelolaan Hutan Tanaman Industri
2.3 Pengelolaan Hutan oleh Inhutani

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan hutan di Indonesia telah berlangsung lama – lebih dari 5 dekade, dan
memiliki orientasi yang berbeda-beda. Pada fase awal, hutan dijadikan sebagai andalan utama
penghasil devisa negara. Pada fase selanjutnya, orientasi pemanfaatan hutan mulai
memperhatikan unsur kelestarian dengan tetap menjadikan hasil hutan sebagai penghasil devisa.
Saat ini, orientasi pengelolaan hutan lebih mengutamakan aspek konservasi, dengan
mengutamakan eksistensi masyarakat di sekitar hutan agar kelestarian hutan terjaga dan
kesejahteraan masyarakatdapat terwujud.
Kawasan hutan di luar Jawa dan didominasi oleh jenis-jenis dari keluarga dipterokarp
(Dipterocarpaceae). Sebagai hutan tropika basah, jenis kayu dan flora lainnya di luar pulau jawa
lebih banyak dibanding dengan hutan muson di jawa yang untuk dataran rendah didominasi oleh
jati dan jenis gugur-daun (decidious) lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Memperoleh informasi mengenai pengelolaan hutan, dampak yang ditimbulkan dan


cara memanfaatkannya.
2. Meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
3. Menganalisis pengelolaan hutan, dan kekeliruan yang terjadi pada pengelolaan hutan
di luar pulau Jawa.
4. Dapat mengurangi dampak-dampak yang ditimbulkan khususnya dampak negatif
karna sudah mengetahui resiko yang akan dihadapi.
5. Memperoleh informasi tentang prosedur perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
hutan di luar pulau Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengusahaan Hutan Oleh HPH

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin yang diberikan untuk melakukan pembalakan
mekanis diatas hutan alam yang dikeluarkan berdasarkan PP No. 21 Tahun 1970 tentang Hak
Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan. Sistem budaya hutan lalu
disempurnakan melalui penerbitan Pedoman Tebang Pilih Indonesia, yang kemudian
disempurnakan lagi menjadi Tebang Pilih Tanam Indonesia.Pada tahun 1969 sampai 1974,
sekitar 11 juta hektar konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) diberikan hanya disatu Provinsi,
yaitu Kalimantan Timur. Produksi kayu bulat melonjak menjadi 28 juta m3. Sekitar 75%
diantaranya eksport.
Pendapatan kotor devisa dari sektor kehutanan melonjak dari US$ 6 juta tahun 1969
menjadi US$ 564 juta tahun 1974. Kayu-kayu tersebut diekspor dalam bentuk log, diantaranya
ke Jepang 5,5 juta m3 per tahun, Australia 2,2 juta m3, Afrika Selatan 4 juta m3 dan Eropa 10
juta m3 pertahun.
Pada tahun 1979, Indonesia menjadi produsen terbesar kayu bulat tropis didunia,
menguasai 41% pangsa pasar dunia (2,1 miliar dollar). Kayu tersebut diekspor kemaca negara
seperti: Inggris, Jerman Barat, Benelux, Perancis, Autralia, Jepang, Hongkong dan China. Pada
masa itu pula, hutan menjadi urutan kedua setelah minyak sebagai penyumbang terbesar
perekonomian nasional.
Pada tahun 1994, sepuluh kelompo perusahaan HPH terbesar mengontrol 28,18 juta
hektar (45 %) konsesi HPH di negara ini.Perusahaan ini kemudian membentuk kartel (APINDO)
yang membuat Indonesia menjadi produsen kayu lapis terbesar didunia dan berhasil
meningkatkan harga kayu lapis internasional, dan mendapatkan penghasilan sebesar 5,5 miliar
dollar, atau setara dengan 15% dari keseluruhan pendapatan ekspor. Tahun 1995, sekitar 585
konsesi HPH melakukan pembalakan diatas 62,5 juta hektar diseluruh Indonesia. Menyita lebih
dari 62,5 juta hektar (49%) hutan alam yang selanjutnta disebut “hutan negara”. Sekitar 28,18
juta hektar dikuasai oleh 10 perusahaan.
Kekeliruan yang Terjadi Selama 30 Tahun Perjalanan Pengusahaan Hutan Diluar Pulau
Jawa
1. HPH untuk pengusahaan hutan diluar Jawa kurang diminati pemilik modal asing.
2. Persiapan untuk menghadapi pengusahaan itu tidak memadai.
3. Pemerintah tidak tanggap sama sekali dengan konflik sehingga cenderung menuding.
4. Menurunnya potensi kayu.
5. Meningkatkan kebutuhan bahan industri dilain pihak.
Pada pertengahan tahun 1998, hanya 39 juta ha tetap berada ditangan pemegang konsesi
diperusahaan swasta, sedangka 14 juta ha dikelola oleh 5 perusahaan Inhutani, 8 juta hektar
berada dibawah perusahaan patungan swasta dan negara, dan 8 juta hektar lainnya dicanangkan
sebagai wilayah non kehutanan. Pada tahun 2004, jumlah pemegang HPH hanya tinggal 279,
sekitar 107 diantaranya dinyatakan tidak aktif. Pada tahun 2006, dengan sisa hutan produksi
seluas 57.620.301,63 hektar, tercatat ada 303 perusahaan yang memliki izin IUPHHK (pengganti
HPH) yang mengusai 28 juta hektar lebih.

2.2 Pengelolaan Hutan Tanaman Industri

Hutan tanaman industri (HTI) adalah kawasan hutan produksi yang menerapkan budidaya
kehutanan (silvikultur) secara intensif untuk memenuhi bahan baku industri kehutanan, baik
kayu maupun non kayu. Di tengah semakin langkanya hutan produksi alam, HTI menjadi
tumpuan produksi hasil hutan masa depan. Tanaman yang dikelola dan diusahakan berdasarkan
prinsip pemanfaatan yang optimal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber
daya alam. Penarapan kedua prinsip itu selalu diupayakan agar dapat berjalan selaras dan
seimbang.
Pengusahaan HTI pada hakekatnya merupakan alokasi sumber daya antar waktu.
Sumberdaya tersebut berupa sumber daya alam (hutan, tanah dan air) tenaga kerja, modal,
sarana/prasarana dan kemampuan manejerial yang professional.
Pengusahaan HTI sangat bergantung pada keadaan alam dan memerlukan waktu panjang,
serta mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil, terutama apabila tidak dilengkapi dengan
sarana pengendalian yang memadai. Karena sifat usaha yang demikian itu, maka perencanaan
yang matang yang meliputi seluruh tahap pengusahaan, merupakan salah satu persyaratan untuk
bisa mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Dalam melakukan pemanfaatan hutan dan kawasan hutan, diperlukan izin pemanfaatan
hutan. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang
terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu
dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan. Disebutkan bahwa pemanfaatan
hutan dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi (kecuali pada cagar
alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman nasional), kawasan hutan lindung dan kawasan
hutan produksi.
Pada hutan produksi, pemanfaatan hutan wajib dilengkapi dengan izin pemanfaatan hutan yang
meliputi beberapa jenis yakni:
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Merupakan izin usaha yang diberikan untuk
memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.
2. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL) Merupakan izin usaha yang diberikan
untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Merupakan izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan alam pada hutan
produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan
pemasaran.
4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) Merupakan izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa bukan kayu dalam hutan alam
pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan,
pemeliharaan dan pemasaran.
5. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Merupakan izin untuk mengambil hasil
hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan, pengangkutan, dan
pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu.
6. Izin Pemungutan hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK) Merupakan izin untuk mengambil
hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan/atau hutan produksi antara lain
berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka
waktu dan volume tertentu.
Selain izin yang disebutkan di atas, ada 2 jenis izin lain yakni:
1. Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) Merupakan izin untuk memanfaatkan hasil hutan kayu dan
atau bukan kayu dari kawasan hutan produksi yang dikonversi, penggunaan kawasan
dengan status pinjam pakai, tukar-menukar dan dari Areal Penggunaan Lain (APL) atau
Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK).
2. Izin Pinjam Pakai kawasan Hutan (IPPKH).
Ada beberapa sistem pemanenan hutan tanaman industri di luar pulau Jawa :
1. Sistem kayu utuh (the full tree harvesting system)
Dalam sistem ini pada prinsipnya adalah setelah pohon selesai ditebang maka
dalam keadaan utuh langsung diangkut ke tepi jalan angkutan atau langsung diangkut ke
halaman pabrik tanpa perlakuan apapun.
2. Sistem kayu panjang (the tree length harvesting system)
Dalam sistem ini, pohon setelah rebah ditebang, kemudian dipotong bagian
pucuknya saja dan dibersihkan semua cabang rantingnya kemudian ditarik ke tepi jalan
angkutan. Sistem ini juga disebut sistem “kayu panjang”.
3. Sistem kayu pendek (the short wood harvesting system)
Dalam sistem ini semua pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan batang
pohon dari pohon utuh hingga menjadi bentuk yang dapat diangkut ke pabrik semuanya
dilakukan di areal tebangan.
Tujuan pengusahaan HTI adalah :
1. Menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai
tambah dan devisa.
2. Meningkatkan produktivitas lahan dan lingkungan, serta memperluas lapangan kerja dan
lapangan usaha.
Sasaran pada akhir jangka waktu pembangunan HTI, diarahkan pada pembentukan hutan
yang tertata denagan baik, terutama dalam hal pengelolaannya, komposisi dan struktur hutannya,
serta lingkungan biofisik dan sosial ekonominya. Sedangkan sasaran yang akan dicapai pada
setiap periode lima tahun, adalah pembentukan penutupan lahan dengan tumbuhan hutan yang
berkualitas, perampungan penataan kawasan, serta konsolidasi unit HTI dengan mengantisipasi
pembangunan regional dan pembangunan kehutanan daerah, termasuk pembangunan dan
pengembangan indistri perkayuan.

2.3 Pengelolaan Hutan oleh PT. Inhutani

PT. Inhutani sebagai subyek hukum dalam perkembangannya telah berdiri lima perusahaan
yaitu :
a. PT. Inhutani I yang dibentuk berdasarkan PP No. 21 Tahun 1972, dengan wilayah kerja
di Kalimantan timur.
b. PT. Inhutani II yang dibentuk berdasarkan PP No. 34 Tahun 1974, dengan wilayah kerja
di Kalimantan Tengah.
c. PT. Inhutani III yang dibentuk berdasarkan PP No. 31 Tahun 1974, dengan wilayah kerja
di Kalimantan Selatan.
d. PT. Inhutani IV yang dibentuk berdasarkan PP No. 22 Tahun 1991, dengan wilayah kerja
Sumatera Bagian Utara, yang meliputi Aceh, Medan, Padang dan Riau.
e. PT. Inhutani V yang dibentuk berdasarkan PP No. 23 Tahun 1991, yang meliputi
Palembang, Lampung, Bengkulu, dan Jambi.
PT. Inhutani I, PT. Inhutani II dan PT. Inhutani III dalam melaksanakan kegiatan
mengolah kayu gergajian diarahkan untuk memenuhi pasaran ekspor ke negara tujuan Eropa,
Amerika dan Jepang dengan kayu prioritas jenis meranti merah, keruing dan perupuk, sedangkan
jenis kayu kapur dan bangkirai diarahkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, baik sebagai bahan
bangunan maupun untuk bantalan kereta api.
Disamping itu, PT Inhutani juga mempunyai kegiatan industri komponen rumah
prakilang (prefab). Industri ini meliputi unit pengeringan, unit pemrosesan, dan unit pengawetan
kayu, juga mempunyai pabrik pintu, jendela dan moulding.
Dalam kaitannya dengan pembinaan hutan, PT. Inhutani melaksanakan pemeliharaan
tegakan bekas tebangan dan pembuatan hutan tanaman industri, juga bergerak dalam bidang
kontraktor penyedia bibit tanaman reboisasi.
Kegiatan PT. Inhutani IV dan PT. Inhutani V mempunyai beberapa usaha-usaha, antara
lain:
a. Pengusahaan HTI yang meliputi kegiatan-kegiatan:
- Penanaman
- Pemeliharaan
- Pemungutan hasil
- Pemanfaatan
- Pemasaran
b. Pengusahaan hutan, yang meliputi kegiatan:
- Penebangan kayu
- Permudaan
- Pemeliharaan hutan
- Pemanfaatan
- Pemasaran
c. Pengusahaan dan rehabilitasi terhadap areal-areal hutan bekas HPH yang tidak memiliki
hutan perawan tetapi keadaan areal bekas tebangannya masih baik.
d. Usaha lainnya yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan dengan persetujuan
Menteri Kehutanan, termasuk kegiatan usaha patungan dengan perusahaan Hak
Pengusahaan Hutan.
BAB III
KESIMPULAN

Pengelolaan hutan di luar pulau Jawa harus sangat diperhatikan karena hutan mempunyai
peran yang sangat penting bagi berkelanjutannya kehidupan dibumi ini baik dalam segi ekonomi
maupun ekologi.
Pengelolaan sumber daya hutan haruslah tetap memperhatikan fungsi dari hutan sebagai
penghasil kayu, konservasi kehidupan keanekaragaman hayati, sebagai penyeimbang ekosistem
dan terutama sebagai paru-paru dunia.
Karena dengan banyaknya pendapatan devisa melalui pengelolaan hasil hutan, kita
sampai melupakan ekosistem hutan yang seharusnya kita jaga, diharapkan kedepannya, sistem
pengelolaan hutan dapat terjaga dengan baik.
Tidak ada salahnya mencontoh pengelolaan hutan dari negara lain, contohnya Finlandia,
dengan menerapkan kepemilikan hutan untuk kelompok-kelompok keluarga, dengan begitu
ekosistem hutan tetap terjaga dan pemasukan devisa negara tetap stabil dan nilai produksi tetap
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Pamulardi, Bambang. 1994. Hukum Kehutanan & Pembangunan Bidang Kehutanan. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Hidayat, Herman. 2011. Politik Lingkungan Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan
Reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
http://www.conflict-investment.org/hti-hutan-tanaman-industri/
https://www.cifor.org/press-releases/kebijakan-pembangunan-hutan-tanaman-industri-hti-
pengembangan-industri-pulp-di-indonesia-mempro/
https://nenytriana.wordpress.com/2012/07/05/izin-pemanfaatan-hutan-produksi/
http://namrinangry.blogspot.co.id/2014/05/materi-pengelolaan-hutan.html
https://hendryferdinan.wordpress.com/2011/03/14/hak-pengusahaan-hutan-hph/
http://samoeji.blogspot.co.id/2012/01/manfaat-hutan-dan-pengolahan-hutan.html
https://nenytriana.wordpress.com/2012/04/27/industri-pengolahan-hasil-hutan/

Anda mungkin juga menyukai